BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. EMOSI Emosi merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk kepada reaksi afektif cukup singkat namun intens yang biasanya melibatkan sejumlah sub-komponen seperti subjective feeling, psychological arousal, expression, action tendency, dan regulasi yang lebih kurang disinkronkan
(Juslin & Sloboda, 2010). Menurut
Juslin dan Sloboda, emosi berfokus pada spesifik objek dan bertahan selama beberapa menit sampai beberapa jam, seperti bahagia atau sedih. Menurut Lahey (2007) emosi merupakan istilah yang digunakan mengacu kepada reaksi afektif yang intens pengalaman yang memberikan warna, arti dan intesitas dalam hidup kita ataupun merupakan perasaan baik positif maupun negatif dalam bereaksi yang disertai dengan keterbangkitan fisik dan berkaitan dengan perilaku. Pengertian lainnya tentang emosi adalah merupakan keadaan mental seseorang dengan intensitas yang beragam dan berfokus pada reaksi evaluatif terhadap situasi, bisa berupa hal yang baik ataupun buruk (Ortony, Clore, & Collins). 1.
Teori Emosi a) James-Lange Theory William James menyatakan bahwa stimulus emosional dijalankan oleh sensory relay center atau biasa disebut talamus langsung ke sistem limbik memproduksi reaksi tubuh terhadap “takut” melalui hipotalamus dan
10
Universitas Sumatera Utara
11
bagian simpatis di sistem saraf otonom (Lahey, 2007). Sensasi dari reaksi tubuh ini yang kemudian dikirim kembali ke cortex dan memproduksi apa yang kita rasakan secara sadar yaitu emosi, sehingga menurut pendapat James,
manusia
dapat
merasakan emosi
karena
tubuh
manusia
memberikan reaksi tertentu terhadap stimulus emosi yang datang. Contohnya, merasa sedih karena menangis. b) Cannon-Bard Theory Walter Cannon menyatakan teori tentang emosi dan direvisi oleh Philip Bard yang kemudian dilakukan penilaian ulang oleh Dror (2014). Canon meyakini bahwa informasi dari stimulus, pertama dihantarkan ke talamus kemudian dikirim sekaligus ke cerebral cortex yang memproduksi perasaan emosi dan ke hipotalamus dan sistem saraf otonom yang memproduksi perubahan fisiologis. Menurut teori ini kesadaran dalam merasakan emosi dan pengaruh fisiologis bukanlah hal yang saling berkaitan. c) Cognitive Theory Cognitive Theory menekankan bahwa interprestasi kognitif terhadap stimulus emosional yang datang dari luar maupun dari dalam tubuh merupakan kunci dari emosi. Interpretasi kognitif ada dua langkah: 1) Interpretasi stimulus dari lingkungan Menyatakan bahwa seseorang tidak dipengaruhi kejadian tetapi interpretasi mereka sendiri. Menurut teori kognitif ini, informasi dari stimulus pertama kali berjalan menuju cerebral cortex yang
Universitas Sumatera Utara
12
mana disana stimulus diinterprestasikan dan dirasakan. Kemudian pesan dikirim ke sistim limbik dan sistem saraf otonom yang mengakibatkan terjadinya perubahan fisiologis. 2) Interprestasi stimulus dari tubuh karena adanya perubahan otonom Menyatakan bahwa perubahan emosi sangat tidak jelas dan tidak spesifik untuk emosi yang berbeda. Hal ini disebabkan karena sistem saraf otonom dan kelenjar endokrin aktif dengan cara yang sama dan tanpa memperhatikan emosi apa yang sebenarnya dirasakan. Stimulus internal dari perubahan emosi yang disebabkan oleh tubuh memainkan peranan penting dalam proses merasakan emosi, tetapi hanya jika interprestasi kognitif dianggap sebagai sumber dari perubahan itu. Contohnya; Jika kamu merasa berdebar saat mendengar suara tembakan dari tetangga sebelah, kamu akan menginterprestasikan debaran itu sebagai rasa takut, tetapi jika kamu
berdebar
setelah
berciuman,
maka
kamu
akan
menginterprestasikannya sebagai rasa cinta. Karena itu, Schachter dan Singer (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa perubahan otonom yang menyertai seluruh emosi
adalah
menyebabkan
sama,
sehingga
perubahan
interprestasi
itulah
yang
kognitif
penting.
yang
Sehingga
disimpulkan bahwa kemampuan kita untuk mengukur perubahan otonom di dalam diri kita sebagai pola yang sedikit berbeda dapat
Universitas Sumatera Utara
13
diasosiasikan dengan beberapa emosi yang berbeda pula, tetapi perbedaan itu sangat tipis. 2.
Komponen dasar emosi Terdapat empat komponen dasar dari emosi, yaitu : a) Stimulus, situasi rangsangan yang menimbulkan reaksi b) Conscious experience, emosi yang kita rasakan c) Physiological arousal, sikap tubuh yang dihasilkan oleh sistem saraf otonom dan kelenjar endokrin d) Behaviour, respon yang dilakukan oleh organisme sebagai satu kesatuan pola reaksi yang berwujud perbuatan/aktivitas.
B. EMOSI MUSIKAL 1. Pengertian emosi musikal Emosi musikal merupakan keadaan pada diri individu berupa perasaan baik positif maupun negatif, disertai keterbangkitan fisik terkait perilaku yang disebabkan oleh musik (Koelsch, 2012). Menurut Juslin & Sloboda(2010) emosi musikal merupakan yang digunakan dalam jangka pendek untuk emosi yang diinduksi oleh musik, tanpa implikasi lebih jauh tentang sifat yang tepat dari emosi ini. Sehingga berdasakan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa emosi musikal merupakan reaksi afektif cukup singkat namun intens yang melibatkan sejumlah sub-komponen seperti subjective feeling, psychological arousal, expression, action
Universitas Sumatera Utara
14
tendency, dan regulasi yang lebih kurang saling terhubung yang dibangkitkan oleh musik. 2. Mekanisme keterbangkitan emosi musikal Juslin dan Västjäll (2008) menyatakan bahwa ada beberapa perbedaan mekanisme emosi pada musik dengan mekanisme yang mendasari kebangkitan dari emosi dasar. Dalam penelitian Juslin & Sloboda (2010) mencoba
menguraikan
mekanisme
yang
membuat
musik
dapat
menyebabkan munculnya emosi. Enam mekanisme yang mendasari keterbangkitan emosi oleh musik, yakni: a. Refleks batang otak (brain stem reflexes) Refleks batang (karena sifat-sifat dasar akusitik seperti, timbre, attack time, intensiti, konsonan/disonan). Otak mengacu pada proses satu atau lebih karakteristik musik yang menyebabkan emosi. Karakteristik musik dasar diterima oleh batang otak sebagai sinyal yang penting dan mendesak. Menurut mekanisme reflek batang otak, masing-masing elemen memiliki dampak yang sama pada semua orang. Suara yang tiba-tiba, suara yang keras, disonan, atau tempo yang cepat akan mendorong emosi tidak menyenangkan pendengar. b. Pengkondisian evaluatif (evaluative conditioning) Merupakan proses membangkitkan emosi yang beberapa kali dipasangkan dengan stimulus positif atau stimulus negatif. Sebagai contoh, sebagian musik dipasangkan dengan kejadian perpisahan dengan teman
Universitas Sumatera Utara
15
yang menyedihkan. Di lain waktu ketika sebagian musik diulang, maka musik tersebut akan mendatangkan kesedihan tanpa kehadiran dari teman. c. Penularan emosi (emotional contagion) Penularan emosi merupakan keadaan dimana pendengar merasakan fitur emosional atau ekspresi musik yang relevan dan kemudian meniru fitur dan ekspresi secara internal. d. Citra visual (visual imagery) Mekanisme citra visual merupakan keadaan dimana musik membangkitkan bayangan dengan kualitas emosinal terjadi karena pendengar musik menciptakan bayangan visual saat mendengarkan musik, misalnya pemandangan yang indah. e. Ingatan episodik (episodic memory) Mekanisme ingatan episodik merupakan proses dimana musik membangkitkan emosi pendengar mengenai ingatan tentang suatu kejadian dalam hidupnya. f. Harapan akan musik (musical expectancy) Merupakan keadaan dimana musik yang menyebabkan emosi adalah musik yang melanggar, tertunda, atau sesuai dengan harapan pendengar akan kelanjutan dari musik. Misalnya pendengar yang mempunyai harapan dari perubahan dari nada E-F# akan dilanjutkan ke G#. Jika hal tersebut tidak terjadi, maka pendengar akan terkejut.
Universitas Sumatera Utara
16
3) Komponen reaksi utama emosi musikal Menurut Juslin dan Västjäll (2008) ada 3 reaksi utama emosi yang dibangkitkan oleh musik adalah: a) Psychological arousal, terkait dengan perubahan otonom dan aktivitas endokrin. b) Subjective
feeling,
seperti
perasaan
menyenangkan,
tidak
menyenangkan, sedih, dll. c) Motor expression, seperti tersenyum atau cemberut (Grewe, Nagel, Kopiez, & Altenmüller, 2007). Bahkan
musik
sering membangkitkan
action tendencies, (menari,
menghentakkan kaki, bertepuk tangan, dll). Hingga akhirnya, musik bisa memodulasi aktivitas dalam semua struktur otak yang disebut limbik dan paralimbik (yaitu, dalam struktur-struktur yang menghasilkan emosi), menunjukkan bahwa emosi musik tidak hanya membangkitkan ilusi terhadap pikiran tetapi juga dapat membangkitkan ‘real’ emotion (Koelsch, 2012). 4. Faktor yang mempengaruhi emosi musikal a) Musical Factor 1) Musik itu sendiri, seperti: timbre, sound level, genre, style suatu musik. 2) Collative Variables Yakni complexity, orderliness, dan familiarity yang mana ketika individu akrab (familiar) dengan musik yang didengar maka akan
Universitas Sumatera Utara
17
memicu memori terkait kenangan-kenangan sepanjang hidup baik yang berhubungan dengan teman dekat, cinta, dan kehilangan (Baumgartner, 1992). Memori akan kenangan tersebut akan berpengaruh pada emosi yang dibangkitkan oleh musik (Laukka, 2007). 3) Performance Context Musik yang didengar berasal dari penyanyi langsung atau melalui rekaman.
b) Personal Factor Ada beberapa faktor pendengar yang mempengaruhi emosi musikal yakni: 1) Preferensi Menurut Juslin & Sloboda (2010), frekuensi ketika individu mendengarkan musik yang tidak mereka pilih untuk dengar atau terpaksa didengar akan lebih emosi negatif daripada musik yang sengaja ingin mereka dengar (sukai/prefernsi musik mereka). 2) Usia Usia merupakan salah faktor yang mempengaruhi emosi musikal dikarenakan terjadi proses pengembangan yang berimplikasi pada pembelajaran dan keterbukaan terkait emosi yang dirasakan. Untuk usia 3-4 tahun lebih akurat dalam mempersepsi kebahagiaan dan kesedihan dibandingkan dengan marah, takut,
Universitas Sumatera Utara
18
dan netralitas dalam musik. Usia 5-7 tahun dapat mengidentifikasi kebahagiaan, sedih, takut, dan netralitas tetapi tidak pada marah (Stachó, Saarikallio, van Zijl, Huotilainen, & Toiviainen, 2013). Secara umum, emosi arousal tinggi seperti kebahagiaan dan rasa takut lebih mudah bagi anak-anak untuk identifikasi daripada emosi dengan arousal yang seperti kesedihan atau kedamaian. Namun mulai usia 11 tahun sampai pada dewasa muda dapat mengeskpresikan
emosi
musikal
dengan
baik
(Hunter,
Schellenberg, & Stalinski, 2010). Sementara orang dewasa tua (older adult) menunjukkan penurunan terhadap pengenalan akan emosi negatif seperti kesedihan, namun mereka dapat mengenali emosi positif dalam musik seperti orang dewasa muda lakukan (Juslin & Laukka, 2004). c) Situational Factor Ada beberapa faktor situasional yakni: 1) Faktor fisik (lokasi/tempat mendengarkan musik) 2) Faktor sosial (mendengarkan sendiri atau bersama dengan orang lain atau perilaku si pemain musik atau pendengar, budaya pendengar)
5. Pengukuran emosi musikal Juslin dan Västjäll (2008) mengemukakan bahwa ada 3 reaksi utama emosi yang dibangkitkan oleh musik yakni psychological arousal,
Universitas Sumatera Utara
19
subjective feeling, dan motor expression yang kemudian diikuti dengan action tendencies. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya akan mengukur komponen subjective feeling. Zentner (2008) menyatakan bahwa beberapa emosi lebih dapat dirasakan oleh individu yang bersangkutan saat mengalami daripada dimanifestasikan ke dalam bentuk perilaku yang tampak seperti fisiologis dan ekspresi. Untuk itu lebih cocok meneliti emosi musikal melalui fenomena pengalaman dengan tetap memasukkan status emosi yang tidak menunjukkan ekspresi (behavioral manifestation) namun tetap tinggi merepresentasikan karakteristik reaksi dalam mendengarkan musik. Komponen subjective feeling dari emosi musikal akan diukur dengan self-reported. Terdapat dua tipe pengalaman emosi dalam mendengarkan musik, yaitu perceived dan felt emotion . Dikatakan bahwa perceived emotion
ketika pendengar diminta untuk menentukan emosi yang
digambarkan oleh musik, misalnya ( musik ini menggambarkan kesedihan) sedangkan dikatakan felt emotion ketika pendengar diminta untuk melaporkan bagaimana perasaan yang ditimbulkan oleh musik. Emosi musikal yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah felt emotion. Hal ini sejalan dengan teori Zentner dan Scherer (2008) yang menekankan pada emosi yang dirasakan oleh seseorang saat mendengarkan musik dan merupakan pengalam subjektif setiap orang atau yang dikenal dengan istilah ”sense of feeling”. a) Pengukuran emosi musikal berdasarkan metode self-report, yakni:
Universitas Sumatera Utara
20
1) Likert Scales. Subjek diminta merating (misalnya: “sangat sedikit, sedikit, sedang, banyak, dan sangat banyak”) skala yang berisi daftar kata emosi musikal. 2) Adjective Checklist. Subjek diminta memilih kata yang sesuai dengan apa yang dirasakan. Contohnya Activation-Deactivation Adjective Check List. 3) Visual Analogue Scale. Subjek diminta merating skala emosi musikal yang terdiri dari 2 kategori pilihan, misalnya “ tidak senang sama sekali “ atau “ sangat senang”. 4) Non Verbal Evaluation Task.
Pada tipe ini stimulus emosi
disusun tanpa menggunakan kata-kata. Contohnya Self Assesment Manikin scale (SAM), dimana emosi diukur dengan menggunakan gambar yang sesuai dengan ekspresi wajah, sehingga dapat digunakan pada anak-anak. 5) Diary Study. Berupa laporan sehari-hari mengenai emosi subjek, penyebabnya, serta efek yang ditimbulkan. 6) Free/Phenomenological report/narative method. Berupa deskripsi pengalaman personal. Format dapat bervariasi mulai dari pengalaman emosi sebelumnya maupun pengalaman emosi terbaru yang dirasa penting. b) Pengukuran emosi musikal berdasarkan teori atau model emosi Metode
self-report
dapat
menggambarkan
emosi
musikal
berdasarkan model emosi, yakni:
Universitas Sumatera Utara
21
1) Basic Emotion Model Basic emotion model atau discrete model berdasarkan pada pengertian emosi secara umum (universal) yang mana didalamnya terdapat fear, anger, disgust, sadness, happiness, shame, embrassment, contempt, dan guilt. Pengkategorian yang mudah, digunakan pada penelitian fisiologi dan neurologi emosi, dan dapat diwujudkan dalam gambar ekspresi wajah. Namun mempunyai akurasi diskriminatif yang rendah dibandingkan dimensional dan domain specific model (Vuoskoski & Eerola, 2011). 2) Dimensional Model Merupakan alternatif dari basic emotion model. Emosi yang digambarkan dengan model ini merupkan penggabungan 2 inti dimensi yakni valence dan arousal. Kelemahan dari model ini adalah tidak mampu menghitung varian emosi yang ditimbulkan oleh musik dan penyelarasan sumbu tidak selalu sesuai dengan sistem fisiologis yang mendorong pengalaman emosi yang dibangkitkan oleh musik. 3) Domain Specific Model Model
emosi
ini
muncul
karena
sebagian
peneliti
berpendapat bahwa emosi secara umum tidak dapat menangkap emosi yang ditimbulkan oleh musik. Dimulai dengan adjective clock” sebuah lingkaran yang berisi 8 klaster dengan 6-11 kata
Universitas Sumatera Utara
22
sifat di setiap klaster yang dibuat oleh Havner. Kemudian 3 bipolar emotion, gaiety vs gloom, tension vs relaxation, solemnity vs triviality yang dibuat oleh Wedin. Hingga akhirnya Asmus menyusun
istilah
emosi
yang
relevan
dengan
musik
menggunakan metode faktor analisis. Penelitian yang dilakukan Amus dikembangkan Zentner yang juga menggunakan metode analis faktor yang diberi nama GEMS (Geneva Emotional Music Scale). GEMS
dibentuk
melalui
4
penelitian
yang
saling
berhubungan, penelitian pertama dan kedua dikhususkan untuk menyusun istilah emosi yang relevan dengan musik. Penelitian ketiga mereka mulai merating istilah musik yang relevan untuk mengkonfirmasi prosedur faktor analisis. Sedangkan penelitian keempat mereka membandingkan ketiga model self-reported emosi musikal, dan didapatkan hasil bahwa GEMS lebih baik digunakan dalam pengukuran emosi yang dibangkitkan oleh musik dimana pendengar lebih mendeskripsikan apa yang mereka rasakan dengan istilah-istilah yang direpresentasikan dalam GEMS, dan GEMS meningkatkan kesepakatan antar pendengar dalam merating kutipan musik (Zentner & Scherer, 2008). GEMS memiliki 9 kategori emosi musikal yakni wonder, transcendence, tenderness, nostalgia, peacefulness, power, joyful activation, sadness, dan tension. Hal ini didukung dengan penelitian yang
Universitas Sumatera Utara
23
dilakukan oleh Torres-Eliard, Labbé & Grandjean bahwa GEMS lebih dapat mengekspresikan emosi yang dibangkitkan oleh musik dengan pendekatan Domain Specific Model (Torres-Eliard, Labbé, & Grandjean, 2012).
C. MUSIK 1. Pengertian Musik Musik merupakan rangkaian bunyi atau suara yang diatur menjadi suatu paduan harmonis yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan irama. Musik mempunyai ritme, melodi, dan harmoni yang memberikan kedalaman dan memungkinkan penggunaan beberapa instrumen atau bunyibunyian (Oxford Ensiklopedi Pelajar, 2005). Musik adalah seni yang dipadukan sebaik mungkin dengan mengguankan suara ataupun alat musik yang memiliki unsur ritme, melodi, harmoni, dan warna nada (Kaimen, 2004). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa musik adalah sebuah pola yang tersusun dari bunyi atau suara, keadaan diam (sounds and silences) dalam alur waktu dan ruang tertentu dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal yang berkesinambungan sehingga mengandung ritme, melodi, warna bunyi, dan keharmonisan yang biasanya dihasilkan oleh alat musik atau suara manusia.
Universitas Sumatera Utara
24
2. Elemen Musik Menurut Kamien (2004) musik disusun oleh elemen-elemen sebagai berikut: a) Sound: Pitch, Dynamics, dan Tone Color Pitch merupakan tinggi rendahnya suara yang kita dengar. Dynamics merupakan tingkat keras lembutnya suatu musik. Tone Color merupakan kualitas yang membedakan warna musik b) Musical instruments Merupakan setiap alat selain suara yang menghasilkan bunyi musik. c) Rhythm Merupakan bagaimana sebuah musik mengalir saat dimainkan. Terdiri dari beberapa aspek yang saling berkaitan : 1) Beat, ketukan yang menentukan musik tetap seimbang di dalam satu kesatuan waktu. 2) Meter, merupakan pengorganisasian beat yang dibuat dalam bentuk pengelompokan, 3) Aksen dan Sinkopasi, sebuah not yang paling jelas ditekankan dengan memainkannya lebih keras dibandingkan not lainnya disebut juga dengan aksen, sedangkan sinkopasi adalah sebuah efek dimana sebuah not aksen muncul kita tidak hanya mengharapkan satu not saja, dan 4) Tempo, cepat lambatnya beat sebuah lagu.
Universitas Sumatera Utara
25
d) Music notation Merupakan
sebuah
sistem
penulisan
dalam
musik
dimana
menunjukkan nada dan irama spesifik yang dapat dikomunikasikan. e) Melody Merupakan nada tunggal yang disatukan sehingga dapat dikenali keseluruhan. f) Harmony Merupakan sebuah chord dibentuk dan bagaimana mereka mengikuti satu sama lain. g) Key merupakan pusat melodi, tidak hanya pusat melodi namun pusat skala dan chord. h) Musical texture Berhubungan dengan bentuk, struktur, pengaturan, dan koherensi. i) Musical form Bentuk musik berhubungan dengan bentuk , struktur, pengaturan, dan koherensi. j) Performance Tugas dari performer untuk membawakan simbol yang disampaikan oleh komposer k) Musical style Merupakan karakteristik dalam memainkan melodi, irama, warna nada, dinamika, harmoni, tekstur, dan bentuk.
Universitas Sumatera Utara
26
3. Preferensi Musik Preferensi musik merupakan sejauh mana seseorang lebih menyukai sebuah genre musik dibandingkan dengan genre musik yang lain (Scherer & Zentner, 2001). Preferensi musik biasanya dilihat sebagai evaluasi jangka panjang, hal ini biasanya digambarkan sama dengan selera musik. Meskipun preferensi musik juga dianggap sebagai transitory, hal tersebut juga bergantung pada keadaan saat ini atau konteks individu pendengar, kebanyakan penelitian tentang preferensi musik cenderung menganggap evaluasi stabil atas penilaian jangka pendek. a) Faktor yang mempengaruhi preferensi musik Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi preferensi musik seseorang, yakni: 1) Faktor musik Yang dimaksudkan dengan faktor musik adalah unsur yang menyusun lagi tersebut yakni seperti; tempo, rhytm, pitch, music style dan sebagainya. 2) Faktor personal Fisik dan kondisi mental individu saat mendengarkan musik, sikap dan harapan terkait musik, pengalaman sebelumnya, pengetahuan terhadap musik, kepribadian berdasarkan 5 dimensi Big Five mempengaruhi pemilihan seseorang terhadap musik yang disukai. Hasil penelitian Dollinger (2004) menunjukkan bahwa kepribadian Openness memiliki hubungan dengan preferensi musik clasic dan
Universitas Sumatera Utara
27
jazz, sementara individu dengan kepribadian Extraversion aspek rasa mencari kesenangan yang tinggi memiliki hubungan yang kuat dengan preferensi musik hard rock. Serta berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Veltri (2010) ditemukan bahwa pemilihan terhadap musik yang kita sukai merupakan cerminan akan karakteristik kita sendiri selaku individu. 3) Faktor situasional dan sosial Yang termasuk dengan faktor ini adalah hubungan pertemanan yang dekat (close friends) biasanya akan berbagi preferensi musik yang sama daripada yang bukan teman dekat (Selfhout, Branje, ter Bogt, & Meeus, 2009), budaya yakni interaksi sosial seperti paparan media sosial dan juga tren budaya setempat (Juslin & Sloboda, 2010), faktor situasional atau sosial dan variasi arousal atau keadaan afektif dari individu tersebut (Juslin & Laukka, 2004).
Berdasarkan The reciprocal feedback model dalam respon terhadap musik ada 3 faktor yakni; musik itu sendiri, pendengar, situasi/konteks saat mendengar musik yang saling mempengaruhi satu sama selain sehingga akhirnya individu dapat
merespon
secara
fisiologis
(kenaikan
arousal,
aktif/pasif
dalam
mendengarkan musik), cognitif (atensi, memori, ekspektasi, evaluasi), dan afektif(respon emosi, suka/tidak suka terhadap musik tersebut, mood) dalam Juslin & Sloboda (2008).
Universitas Sumatera Utara
28
b) Pengukuran preferensi musik Preferensi musik yang stabil mula-mula pernah diukur dengan menggunakan kuisioner yang menanyakan kepada responden tentang genre musik mana yang enak untuk didengar dari sederetan gaya musik yang telah disediakan seperti jenis yang „serius‟ (classic) atau popular (Fransworth, dalam Juslin dan Sloboda, 2010). Unit yang biasanya paling sering dijadikan analisis dalam mengukur preferensi musik adalah genre (gaya musik/aliran) yang cenderung menghasilkan data yang reliabel dan valid, sehingga satu langkah ke depan untuk mengembangkan ukuran standar pada preferensi musik dengan menggunakan daftar genre musik yang luas (Juslin & Sloboda, 2012). 4. Genre musik Genre musik merupakan mengkarakteristikan sebuah musik dengan menggunakan melodi, ritim, warna nada, dinamik, harmoni, susunan, dan bentuk (Kamien, 2004). Genre musik dibedakan sebagai berikut: a) Musik Rhythm and Blues (Rn‟B) Musik R&B terdiri atas berbagai jenis musik populer yang saling terkait. Musik rhythm and blues yang lebih dikenal dengan musik R&B memiliki beberapa genre-genre, seperti, jump blues, club blues, black rock n’ roll, soul, funk, disco dan rap. b) Musik Pop Musik ini berkembang di Indonesia sekitar tahun 1960-an dan banyak digemari masyarakat khususnya kaum muda atau remaja. Grup musik pop
Universitas Sumatera Utara
29
sering disebut dengan sebutan band yang menggunakan peralatan elektronik atau modern. Instrumen yang wajib ada dalam bentuk grup sederhanannya antara lain, drum, gitar melodi dan rhythm, piano, dan bass gitar. c) Musik Country Musik ini sering disebut juga Country and Western, yang merupakan salah satu genre besar pada musik populer terutama di negeri Amerika serikat. Jenis musik modern ini bersumber dari musik rakyat (folk song) atau musik tradisional yang berasala dari Appalachia di kawasan pegunungan selatan Amerika Serikat. d) Musik Jazz Jazz dapat digambarkan secara umum sebagai musik yang berakar pada improvisasi dan ditandai dengan irama yang lemah, beat yang menenangkan, dan warna nada yang khas dan teknik khusus dalam memainkan. Komponen dasar pada struktur musik jazz menurut Smith (2008) adalah: 1) Komponen rhythmic, merupakan hubungan berirama yang tetap antara instrumen-instrumen yang berpartisipasi seperti melody, chords, dan bass. 2) Komponen formal, didasarkan pada bentuk lagu populer, yang diikuti beberapa kecil pola yang bisa diprediksi. Jazz mewarisi banyak struktur formal dari musik sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
30
3) Komponen harmonic, terkait sejumlah kecil dari jenis progresi chord seperti; notasi, pitch, tone, dll. Musik jazz dibedakan menjadi beberapa jenis, yakni: 1) Blues, merupakan genre musik yang berkembang di AfrikaAmerika sebagai lagu rakyat seperti lagu kerja dan spiritual. Country blues yang asli biasanya dimainkan dengan iringan gitar, tidak terstandar dalam bentuk dan gaya. Vocal blues sangat personal, sering berisi referensi seksual dan berurusan dengan rasa sakit pengkhianatan, desersi, dan cinta tak berbalas. Irama musik blues sangat fleksibel. 2) Swing, merupakan jenis jazz yang baru berkembang pada tahun 1920an. Swing merupakan genre musik yang lebih spesifik daripada karakteristik kekuatan berirama dari semua jenis jazz. permainan
musik
swing
dimainkan
dengan
alat
musik
saxophones, brasses (trompet dan trombon), dan rhythm (piano, perkusi, gitar, dan bass). 3) Bebop (Bop), merupakan genre musik kompleks yang biasanya dimainkan dalam kelompok kecil. Sebagian, bebop merupakan pemberontakan
dari
komposer
yang
kreatif
melawan
komersialisme dan menulis aturan band swing. Pada kelompok bebop bisa menggunakan saxophone dan terompet yang didukung rhythm oleh piano, bass, dan perkusi. Peraturan dalam memainkan musik bebop berbeda dengan musik jazz sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
31
Sebagai contoh, rhythm pada melodi bebop lebih bervariasi dan tidak terduga dibandingkan jenis jazz yang sebelumnya. 4) Model Jazz sejak tahun 1950: i.
Cool Jazz, merupakan gabungan dari genre musik bop hanya saja mempunyai karakter yang lebih tenang dan santai. Penampilan musik jazz dimainkan dengan cara yang lebih tenang, serangan yang lembut dan dengan sedikit vibrato. Bagian musik cool jazz cenderung dimainkan lebih lama dari karya bebop dan lebih bergantung pada pengaturan. Terkadang menggunakan instrumen yang baru pada musik jazz termasuk dengan menggunakan teromper Prancis, suling dan cello.
ii.
Free Jazz, merupakan genre musik jazz yang tidak didasari oleh bentuk yang biasanya atau pola chord yang ada.
iii.
Jazz Rock (Fusion), merupakan gabungan dari pendekatan improvisasi musisi jazz dengan ryhtym dan warna nada musik rock. Jazz rock secara khas memasukkan instrumen akustik dengan synthetisizers dan piano elektrik, gitar, dan bass.
e) Musik Rock Musik rock merupakan singkatan dari nama genre musik rock ‟n roll yang pertama kali dilontarkan pada tahun 1950-an pada publik Amerika Serikat oleh Alan Freed dalam sebuah siaran radio yang menyiarkan acara musik rhythm and blues (R&B) secara rutin. Rock merupakan bentuk
Universitas Sumatera Utara
32
musik populer yang biasanya diiringi oleh gitar dan drum. Namun banyak juga gaya musik rock yang menggunakan alat musik seperti organ, piano, atau synthetisizers. Menurut Kamien (2004), rock merupakan genre musik yang muncul pada pertengahan abad ke 20 yang memiliki ciri khas pada melodi vokal yang diikuti oleh iringan gitar elektrik, bass, dan drum dengan irama yang kuat/keras. Keyboard juga sering digunakan pada musik rock. Karakterisitik musik rock, adalah: 1) Dimainkan dengan alat musik organ, piano, atau synthetisizer. 2) Melodi vokal yang diiringi oleh iringan gitrar elektrik, bass, dan drum. 3) Beat yang kuat/keras.
D.
Dinamika kaitan antara Emosi Musikal, Preferensi Musik, dan Genre Musik Levitin (2006) menyatakan bahwa musik merupakan bagian integral dari
kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat dikatakan bahwa musik tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Musik merupakan bunyi yang diatur menjadi sebuah pola yang tersusun dari bunyi atau suara dan keadaan diam (sounds and silences) dalam alur waktu dan ruang tertentu dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal yang berkesinambungan sehingga mengandung ritme, melodi, warna bunyi, dan keharmonisan yang biasanya dihasilkan oleh alat musik atau suara manusia yang dapat menyenangkan telinga dan mengekspresikan ide, perasaan, emosi atau suasana hati.
Universitas Sumatera Utara
33
Manusia
dalam
mendengarkan
musik
kebanyakan
tidak
hanya
mendengarkan musik secara tunggal tanpa melakukan aktivitas lain. Manusia biasanya mendengarkan musik sambil melakukan aktivitas lain seperti; mengerjakan tugas, mengendarai, membaca buku, mengisi waktu luang, dll (Djohan, 2009). Ada beberapa macam genre musik yakni musik „serius‟ atau klasik, musik popular, musik jazz, musik rock. Penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa alasan yang membuat orang ingin untuk mendengarkan musik adalah karena musik bisa membuat orang nyaman atau suasana hati yang positif dengan mengubah mood mereka, atau mempertahankan mood mereka (Juslin & Sloboda, 2010; Schäfer, T., Sedlmeier, P., Städtler, C., & Huron, D., 2013; Chanda & Levitin, 2013). Swaminathan & Schellenberg (2014) menyatakan bahwa individu sebagai pendengar memiliki pengalaman emosi saat merespon musik yang didengar. Respon emosi yang muncul karena mendengarkan musik disebut dengan emosi musikal (Juslin & Sloboda, 2010).
Berdasarkan beberapa pengertian tentang
emosi musikal maka dapat disimpulkan bahwa emosi musikal merupakan reaksi afektif cukup singkat namun intens yang melibatkan sejumlah sub-komponen seperti subjective feeling, psychological arousal, expression, action tendency, dan regulasi yang lebih kurang saling terhubung yang dibangkitkan oleh musik. Berdasarkan asumsi ini Juslin & Västjäll (2008) bertujuan untuk membedakan antara tujuan emosi utilitarian (menimbulkan dalam rangka „untuk beradaptasi dengan situasi tertentu yang merupakan pusat untuk kepentingan dan kesejahteraan individu‟) dan emosi aesthetic (menimbulkan tanpa „dampak
Universitas Sumatera Utara
34
material yang jelas pada kesejahteraan individu dan jarang menyebabkan tanggapan spesifik yang berorientasi pada tujuan‟). Penelitian Juslin & Sloboda (2010) mencoba menguraikan mekanisme yang membuat musik dapat menyebabkan munculnya emosi. Enam mekanisme yang mendasari keterbangkitan emosi oleh musik, yakni brain-stem reflexes, evaluative conditioning, emotional contagion, visual imagery, episodic memory, dan musical expectancy. Sementara Koelsch (2012) menyatakan emosi yang dibangkitkan oleh musik membangkitkan perubahan terhadap tiga komponen reaksi utama emosi, yaitu dalam psychological arousal (aktivitas autonomi dan endokrin), subjective feeling (perasaan seperti senang, bahagia, sedih, dll), motor expression (tersenyum atau cemberut). Selain itu, mendengarkan musik dapat menunjukkan action tendencies (menari, menghentakkan kaki, bertepuk tangan, dll). Zentner (2008) menyatakan bahwa beberapa emosi lebih dapat dirasakan oleh individu yang bersangkutan saat mengalami daripada dimanifestasikan ke dalam bentuk perilaku yang tampak seperti fisiologis dan ekspresi. Untuk itu lebih cocok meneliti emosi musikal melalui fenomena pengalaman dengan tetap memasukkan status emosi yang tidak menunjukkan ekspresi (behavioral manifestation) namun tetap tinggi merepresentasikan karakteristik reaksi dalam mendengarkan musik. Komponen subjective feeling dari emosi musikal akan diukur dengan selfreported. Terdapat dua tipe pengalaman emosi dalam mendengarkan musik, yaitu perceived dan felt emotion. Dikatakan perceived emotion
ketika pendengar
diminta untuk menentukan emosi yang digambarkan oleh musik, misalnya (musik
Universitas Sumatera Utara
35
ini menggambarkan kesedihan) sedangkan dikatakan felt emotion ketika pendengar diminta untuk melaporkan bagaimana perasaan yang ditimbulkan oleh musik. Emosi musikal yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah felt emotion. Hal ini sejalan dengan teori Zentner dan Scherer (2008) yang menekankan pada emosi yang dirasakan oleh seseorang saat mendengarkan musik dan merupakan pengalam subjektif setiap orang atau yang dikenal dengan istilah ”sense of feeling”.
Stimulus
Person
Reaction
Genre Musik
Preferensi Musik
Emosi Musikal
Jazz
Jazz
1 2 3
Rock
Rock
4
Emosi musikal dengan Preferensi Musik Respon
emosi
juga
berhubungan
latar
belakang
dan
keyakinan
pendengarnya (Djohan, 2009). Salah satu latar belakang pendengar adalah preferensi musik yang dimiliki oleh pedengar. Preferensi musik merupakan sejauh mana seseorang lebih menyukai sebuah genre musik dibandingkan dengan genre musik yang lainnya (Scherer & Zentner, 2001). Berdasarkan skema diatas,
Universitas Sumatera Utara
36
preferensi musik merupakan bagian dalam diri pendengar (person) yang sudah ada. Penelitian yang dilakukan oleh Rentfow dan Gosling (2003) membagi prefrensi musik ke dalam 4 (empat) kelompok dan gambaran emosi musik, yakni; pertama diberi label Reflective & Complex (klasik, jazz, folk, blues) musik cenderung menekankan emosi yang positif dan negatif serta lebih kompleks dibandingkan jenis musik yang lain. Kedua diberi label Intense & Rebellious (rock, alternative, heavy metal) musik cenderung menekankan emosi yang negatif dan tema ketidakpatuhan. Kemudian yang ketiga diberi label Upbeat & Conventional (pop, soundtrack, religius, country) musik cenderung menekankan emosi positif dan lebih kurang kompleks dibandingkan jenis musik yang lain. Dan yang keempat diberi label Energetic & Rhythmic (rap, soul, dan electronica) musik cenderung menekankan pada enegi dan tema self-gratification. Peneliti menggunakan partisipan yang memiliki preferensi musik jazz dan rock yang mana berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rentfow dan Gosling (2003) yang membagi prefrensi musik ke dalam 4 (empat) kelompok dan gambaran emosi musik. Hal ini dikarenakan individu yang memiliki preferensi musik jazz termasuk dalam label reflective & complex menekankan pada emosi positif (dreamy, plesant, optimistic, cheerful/happy) dan negatif (bitter, angry, depressing/sad, emotional) serta kompleksitas yang lebih dibandingkan yang lain. Serta individu dengan preferensi musik rock yang termasuk dalam label intense & rebellious yang menekankan pada emosi negatif (bitter, angry, depressing/sad, emotional).
Universitas Sumatera Utara
37
Geneva Emotional Music Scale (GEMS) merupakan suatu instrumen yang dikembangkan oleh Zentner untuk mendapatkan gambaran emosi-emosi yang dibangkitkan oleh musik (Zentner, Grandjean, & Scherer, 2008). Emosi-emosi yang dibangkitkan oleh musik dikelompokkan ke dalam 9 kategori emosi. Sehingga untuk mengetahui perbedaan emosi musikal yang tunjukkan oleh individu yang memiliki preferensi musik jazz dan musik rock dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan GEMS. Emosi Musikal dengan Genre Musik Musik merupakan suatu paduan yang mempunyai ritme, melodi, dan harmoni yang memberikan kedalaman dan memungkinkan penggunaan bebera instrumen atau bunyi-bunyian (Oxford Ensiklopedi Pelajar, 2005). Musik dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk yakni ada yang berdasarkan genre musiknya dan juga kategorinya. Menurut Djohan (2009) musik dengan kategori positif menghasilkan peningkatan suasana hati yang positif demikian pula dengan musik yang sedih juga menghasilkan peningkatan suasana hati yang negatif. Genre musik merupakan pengkarakteristikan sebuah musik dengan menggunakan melodi, ritim, warna nada, dinamik, harmoni, susunan, dan bentuk (Kamien, 2004). (dalam Djohan, 2009). Berdasarkan genre musiknya, musik jazz dan rock merupakan dua jenis musik yang cukup berbeda baik dari segi harmoni (sederhana atau rumit), irama (monoton atau lancar), tempo (cepat atau lambat), dan garis melodi (naik atau turun) serta emosi yang ditekankan pada musik. Genre musik jazz memiliki karakteristik musik irama yang cenderung lemah, beat yang cenderung lambat, dan serinng diiringi oleh instrumen cornet,
Universitas Sumatera Utara
38
terompet, saxophone (soprano, alto tenor, bariton), piano, klarinet, vibraphone, dan trombone yang mana berdasarkan karakterisitik musik tersebut lebih memungkinkan pendengarnya merasa santai (relax) (Report, 2004). Sementara genre musik rock memiliki karakteristik musik musik yang keras, beat yang cepat, dengan sering menampilkan iringan gitar listrik dan suara berat, lebih menekankan perasaan power (Aljanaki, Wiering, & Veltkamp, 2014). Tanpa memperhatikan preferensi musik partisipan apakah musik jazz ataupun musik rock, peneliti ingin melihat perbedaan yang ditunjukkan ketika partisipan diperdengarkan musik jazz dan musik rock dengan karakteristik musik yang cukup berbeda. Emosi Musikal dengan Preferensi Musik dan Genre Musik Peneliti melakukan survey terhadap 339 mahasiswa USU dan didapat bahwa ketika seseorang dalam melakukan kegiatan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya yakni belajar, pengantar tidur, mengubah perasaan, dll maka perasaan yang ditimbulkan adalah 45,3% merasa terganggu, 10,67% suntuk (badmood), 30% biasa saja selama musik enak didengar, 10% biasa saja dengan mengabaikan musik, 4 % yang lain-lain. Berdasarkan survey tersebut dapat disimpulkan bahwa respon yang ditunjukkan seseorang yang mempunyai preferensi tertentu menghasilkan berbeda antara satu dengan yang lain. Seseorang yang mempunyai preferensi musik tertentu akan memiliki skema musik tersendiri atau yang dikenal dengan musical expectancy (Juslin & Västjäll, 2008). Pengalaman meningkatnya emosi seseorang atau respon emosi negatif adalah hasil dari „ketidaksesuaian‟ antara struktur pengetahuan dalam hal ini
Universitas Sumatera Utara
39
skema musik yang dimiliki individu dan integrasi informasi yang baru. Informasi baru yang dimaksudkan adalah musik yang didengar oleh individu. Sementara, emosi positif dialami ketika informasi musik sesuai skema kognitif yang ada pada pendengar. Berdasarkan the reciprocal feedback model, ketika identitas musik individu atau preferensinya adalah musik jazz atau rock sementara stimulus yang diberikan adalah genre musik yang tidak sesuai dengan prerefernsi individu dapat menimbulkan respon emosi yang berbeda ketika musik yang diperdengarkan sesuai dengan preferensi individu. Sehingga berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan emosi musikal yang dialami pada individu berdasarkan preferensi musik yang dimiliki (jazz dan rock) dan genre musik yang diperdengarkan (jazz dan rock).
E. HIPOTESIS Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Ada perbedaan emosi musikal berdasarkan preferensi musik (jazz dan musik rock). a. Ada perbedaan emosi wonder berdasarkan preferensi musik (jazz dan musik rock). b. Ada perbedaan emosi transcendence berdasarkan preferensi musik (jazz dan musik rock). c. Ada perbedaan emosi tenderness berdasarkan preferensi musik (jazz dan musik rock).
Universitas Sumatera Utara
40
d. Ada perbedaan emosi nostalgia berdasarkan preferensi musik (jazz dan musik rock). e. Ada perbedaan emosi peacefulness berdasarkan preferensi musik (jazz dan musik rock). f. Ada perbedaan emosi power berdasarkan preferensi musik (jazz dan musik rock). g. Ada perbedaan emosi joyful activation berdasarkan preferensi musik (jazz dan musik rock). h. Ada perbedaan emosi sadness berdasarkan preferensi musik (jazz dan musik rock). i. Ada perbedaan emosi tension berdasarkan preferensi musik (jazz dan musik rock). 2. Ada perbedaan emosi musikal pada individu yang diperdengarkan genre musik (jazz dan musik rock). a. Ada perbedaan emosi wonder berdasarkan genre musik (jazz dan rock). b. Ada perbedaan emosi transcendence berdasarkan genre musik (jazz dan rock). c. Ada perbedaan emosi tenderness berdasarkan genre musik (jazz dan rock). d. Ada perbedaan emosi nostalgia berdasarkan genre musik (jazz dan rock).
Universitas Sumatera Utara
41
e. Ada perbedaan emosi peacefulness berdasarkan genre musik (jazz dan rock). f. Ada perbedaan emosi power berdasarkan genre musik (jazz dan rock). g. Ada perbedaan emosi joyful activation berdasarkan genre musik (jazz dan rock). h. Ada perbedaan emosi sadness berdasarkan genre musik (jazz dan rock). i. Ada perbedaan emosi tension berdasarkan genre musik (jazz dan rock).
3. Ada perbedaan emosi musikal pada individu yang memiliki preferensi musik rock dan musik jazz yang diperdengarkan musik rock dan musik jazz. a. Ada Ada perbedaan emosi wonder berdasarkan preferensi musik (jazz dan rock) dan genre musik (jazz dan rock). b. Ada perbedaan emosi transcendence berdasarkan preferensi musik (jazz dan rock) dan genre musik (jazz dan rock). c. Ada perbedaan emosi tenderness berdasarkan preferensi musik (jazz dan rock) dan genre musik (jazz dan rock). d. Ada perbedaan emosi nostalgia berdasarkan preferensi musik (jazz dan rock) dan genre musik (jazz dan rock). e. Ada perbedaan emosi peacefulness berdasarkan preferensi musik (jazz dan rock) dan genre musik (jazz dan rock). f. Ada perbedaan emosi power berdasarkan preferensi musik (jazz dan rock) dan genre musik (jazz dan rock).
Universitas Sumatera Utara
42
g. Ada perbedaan emosi joyful activation berdasarkan preferensi musik (jazz dan rock) dan genre musik (jazz dan rock). h. Ada perbedaan emosi sadness berdasarkan preferensi musik (jazz dan rock) dan genre musik (jazz dan rock). Ada perbedaan emosi tension berdasarkan preferensi musik (jazz dan rock) dan genre musik (jazz dan rock).
Universitas Sumatera Utara