BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep ASI 2.1.1
Defenisi Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
lactose dan garam organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara sebagai makanan utama bagi bayi (Kristiyanasari, 2009). Sedangkan menurut Danuatmaja (2003) ASI adalah sumber gizi yang sangat ideal, berkomposisi seimbang, dan secara alami disesuaikan dengan masa pertumbuhan bayi. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2000). Sedangkan menurut Purwanti (2004) ASI eksklusif merupakan pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan yang diberikan tanpa melakukan jadwal pemberian yang diberikan selama usia 0-6 bulan.
2.1.2
Unsur Nutrisi ASI Menurut Prasetyono (2009) ada beberapa unsur yang terdapat dalam ASI
yaitu Karbohidrat. Protein, lemak, mineral dan vitamin. Karbohidrat dalam ASI berperan dalam pertumbuhan sel saraf otak, serta pemberian energi untuk kerja sel-sel saraf. Didalam usus, sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat,
15 Universitas Sumatera Utara
yang berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri yang berbahaya, serta membantu pemyerapan kalsium dan mineral-mineral lain. Protein
ASI
merupakan
bahan
baku
untuk
pertumbuhan
dan
perkembangan bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsure protein di dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini disebabkan oleh protein ASI merupakan kleompok protein Whey (protein yang bentuknya lebih halus). Kelompok whey merupakan protein yang sangat halus, lembut, dan mudah dicerna, sedangkan kasein adalah kelompok protein yang kasar, bergumpal, dan sangat sukar dicerna oleh usus bayi. Protein istimewa yang hanya terdapat dalam ASI adalah taurin. Taurin adalah protein otak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf, dan penting juga untuk pertumbuhan retina. Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak ASI berubah kadar setiap kali di isap oleh bayi yang terjadi secara otomatis. Jenis lemak dalam ASI mengandung banyak omega-3, omega-6, dan DHA yang dibutuhkan dalam pembentukan sel-sel jaringan otak. Lemak ASI mudah dicerna dan diserap oleh bayi karena ASI juga mengandung enzim lipase yang mencerna lemak trigliserida menjadi digliserida, sehingga hanya sedikit sekali lemak yang tidak diserap oleh system pencernaan bayi. ASI juga mengandung asam linoleat yang berfungsi memacu perkembangan sel saraf otak bayi. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya dengan PASI adalah 6:1. ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium di
16 Universitas Sumatera Utara
dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Sekitar 75% dari zat besi yang terdapat dalam ASI diserap oleh usus. Kadar mineral yang tidak diserap akan memperberat kerja usus bayi untuk mengeluarkan, mengganggu keseimbangan dalam usus bayi, dan meningkatkan pertumbuhan bakteri merugikan yang akan mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal sehingga bayi kembung, gelisah karena obstipasi atau gangguan metabolisme. ASI mengandung vitamin yang lengkap yang cukup untuk 6 bulan sehingga tidak perlu ditambah kecuali vitamin K karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K. oleh karena itu, perlu tambahan vitamin K pada hari ke-1, ke-3, dan ke-7.
2.1.3
Jenis-jenis ASI Kolostrum adalah cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
payudara yang mengandung banyak protein dan antibody. Kolostrum disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama hingga ketiga atau keempat sejak masa laktasi (Baskoro, 2010 dalam prasetyono, 2012). Pada kolostrum terdapat beberapa protein yaitu imunoglobin A (IgA), laktoferin, dan sel-sel darah putih.Total kalori dalam kolostrum hanya 58 kal/100 ml kolostrum dengan volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam. Dari volume kolostrum yang meningkat maka kekebalan bayi juga ikut meningkat akibat isapan bayi baru lahir secara terus menerus. Hal ini yang mengharuskan bayi segera setelah lahir
17 Universitas Sumatera Utara
diberikan kepada ibunya untuk ditempelkan ke payudara, agar bayi dapat sesering mungkin menyusu. Foremilk merupakan air susu yang pertama kali keluar. Air susu ini hanya mengandung sekitar 1-2% lemak dan terlihat encer, serta tersimpan dalam saluran penyimpanan dan sangat cocok untuk menghilangkan rasa haus bayi (Chumbley, 2003). Setelah foremilk habis, maka kemudian air susu Hindmilk. Hildmilk sangat kaya, kental, dan penuh lemak bervitamin mirip dengan hidangan pembuka setelha sup pembuka. Air susu ini memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi (Chumbley, 2003).
2.1.4
Manfaat ASI Menyusui bayi mendatangkan keunutungan bagi bayi, ibu, keluarga,
masyarakat dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI mudah dicerna dan dserap karena mengandung enzim pencernaan. Selain itu ASI juga daapt mencegah terjadinya penyakit infeksi karena mengandung immunoglobulin untuk menangkal segala jenis penyakit. ASI bersifat praktis, mudah dibberikan kepada bayi, murah serta bersih. Selain itu ASI tidak menyebabkan alergi dan kerusakan gigi akan tetapi mengoptimalkan perkembangan bayi, serta meningkatkan jalinan psikologis antara ibu dan bayi. Bagi ibu, menyusui dapat mendatangkan keuntungan, yaitu mencegah perdarahan setelah persalinan, mempercepat pengecilan rahim, mennunda masa subur, mengurangi anemia, mencegah kanker ovarium dan kanker payudara, serta sebagai metode kelurga berencana. Di tinjau dari psikologis, kegiatan menyusui
18 Universitas Sumatera Utara
akan membantu ibu dan bayi untuk membentuk ikatan batin yang baik dan ditinjau dari ekonomi, ibu bisa menghemat pengeluaran untuk membeli susu formula yang sebenarnya tidak lebih baik dari pada ASI. Bagi keluarga, ASI juga membawa keuntungan seperti, keluarga tidak perlu menghabiskan uang untuk membeli susu formula, meminimalkan biaya untuk perawatan apabila bayi sehat, menghemat waktu keluarga dan keluarga tidak perlu repot membawa botol susu. Susu formula dan air panas apabila sedang bepergian. Bagi negara, manfaat ASI adalah untuk menhemat devisa negara, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan sumber daya dan melindungi lingkungan karena tidak ada lagi penebangan pohon dan pecemaran lingkungan (Prasetyono, 2012).
2.1.5
Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI Menurut Kristiyanasari (2009) ada beberapa hal yang mempengaruhi
produksi ASI yaitu makanan yang dimakan ibu. Apabila makanan ibu secara secara teratur mengandung gizi yang diperlukan maka akan berpengaruh pula pada produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik,makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, mineral dan vitamin yang cukup dan ibu dianjurkan untuk minum lebih banyak kira-kira 8-12 gelas sehari karena ibu sering merasa haus pada saat ibu menyusui bayinya (Bobak, 2005). Setelah itu Ketenangan jiwa,pikiran dan pola istirahat sangat
19 Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi Produksi ASI. Keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan kelemahan sangat mempengaruhi dalam produksi ASI karena dapat menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Sehingga sebaiknya ibu yang sedang menyusui harus dalam keadaan tenang dan jangan terlalu banyak dibebani dengan urusan pekerjaan. Penggunaan alat kontrasepsi sebaiknya juga diperhatikan karena pemakaian alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapatm mempengaruhi produksi ASI. Perawatan payudara dilakukan untuk merangsang buah dada agar mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormone progesterone dan esterogen lebih banyak dan hormone oksitosin yang merangsang pengeluaran ASI. Faktor fisiologi payudara mempengaruhi produksi dan ASI. Dimana ASI dipengaruhi oleh hormone terutama prolaktin karena ini merupakan hormone yang menentukan dalam hal pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu. Faktor isapan anak juga bisa mempengaruhi dalam pengeluaran ASI. Apabila ibu menyusui anak sebentar saja. Obat-obatan yang mengandung hormone mempengaruhi hormone prolaktin dan oksitosin yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormone ini terganggu maka akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI.
2.1.6
Masalah menyusui pada ibu Menurut Danuatmaja (2003) terdapat beberapa masalah menyusui pada
ibu yaitu Kurang informasi yang mengakibatkan banyak ibu menganggap bahwa susu formula sama baiknya dengan ASI bahkan lebih baik dari ASI. hal ini juga
20 Universitas Sumatera Utara
menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika merasa ASInya kurang atau terbentur dengan masalah menyusui. Putting susu yang terbenam, putting yang lecet dapat juga menyebabkan ibu berhenti menyusui karena ibu beranggapan bahwa hilangnya peluang menyusui dan akibat sakit pada payudaranya sehingga kebutuhan nutrisi bayi pun kurang Saluran ASI tersumbat dapat saja karena payudara yang bengkak, hal ini dikarenakan ibu tidak mengeluarkan ASI, posisi yang tidak benar dalam menyusui dan penggunaan BH yang terlalu ketat. Hal ini dapat menyebabkan ibu demam apabila ASI tidak segera dikeluarkan dan sebagian saluran ASI tidak dapat mengeluarkan ASI akibat sumbatan tersebut. Menyusui setelah bedah Caesar dianggap ibu merasa sulit untuk dilakukan karena bekas operasi yang dialami ibu. Ibu dengan penyakit dan yang memerlukan pengobatan juga sering melakukan penghentian menyusui karena takut penyakit yang dialami dan obat- obatan yang dikonsumsi mempengaruhi kesehatan bayi. Padahal dalam hal ini tidak perlu, karena lebih berbahaya bagi bayi jika dimulai memberi susu formula daripada menyusui dari ibu yang sakit dan hanya sebagian kecil saja obat-obatan yang melalui ASI. Ibu bekerja seringkali menghentikan pemberian ASI karena alasan pekerjaan sehingga banyak ibu yang memberikan susu formula karena ASI perah tidak cukup dan waktu untuk memerah sangat sedikit. Maka dianjurkan ibu untuk mulai menabung ASI perah sebelum ibu kembali bekerja. Semakin banyak tabungan ASI perah yang disimpan ibu di dalam freezer, maka semakin besar peluang untuk menuntaskan pemberian ASI eksklusif pada bayi.
21 Universitas Sumatera Utara
2.1.7
Masalah menyusui pada bayi Menurut kristiyanasari (2009) ada beberapa masalah menyusui pada bayi
yaitu Bayi bingung putting. Dimana bayi tidak mau menyusu lagi pada ibu karena telah dicoba minum dari botol/dot. Tanda-tanda bayi bingung putting adalah menolak menyusu dari ibu, jika menyusu mulutnya mencucu seperti minum dari dot, dan saat menyusu sebentar-sebentar bayi melepaskan isapannya. Guna mencegah bingung puting, jangan pernah memberi bayi minum dari botol. Jika memberi ASI perahan gunakan dengan cangkir dan sendok. Bayi enggan menyusu Jika bayi enggan menyusu perlu dicari apakah bayi sakit. Selain sakit, hal-hal yang membuat bayi enggan menyusu adalah karena bingung putting, teknik menyusui yang salah, dan ASI kurang lancar atau terlalu deras. Bayi sering menangis belum tentu karena lapar atau haus, bisa saja ia takut, kesepian, bosan, basah, kotor, sakit atau rasa ASI tidak enak karena makanan atau obat yang diminum ibu. Selain itu dapat juga karena kolik, dimana bayi akan menangis terus-menerus pada waktu tertentu dan sukar ditenteramkan. Namun, kolik dapat diredakan dengan mengendong bayi dengan memberikan sedikit tekanan pada perutnya. Sebagian ibu menganggap apabila ia melahirkan bayi kembar maka ASInya tidak dapat mencukupi kebutuhan kedua bayinya. Selanjutnya, ibu pun berusaha memberikan tambahan kepada kedua bayinya tanpa mencoba dahulu. Produksi ASI sesuai dengan rangsangan yang diberikan. Dua bayi akan merangsang lebih banyak/sering sehingga produksi ASI juga lebih banyak.
22 Universitas Sumatera Utara
Biasanya, salaah seorang bayi mengisapnya lebih kuat dari yang lain sehingga sebaiknya jangan berikan satu payudara untuk masing-masing, tetapi kedua payudara berikan kepada kedua bayi secara bergantian. Menyusui kedua bayi dapat bersama-sama atau bergantian. Jika bergantian, sebaiknya dimulai dengan yang lebih kecil dahulu. Bayi dengan reflex isap lemah akan mengalami kesukaran menyusu. Untuk bayi demikian, sebaiknya ASI dikeluarkan atau diperah dan diberikan kepada bayi dengan sonde lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk mengisap. Bayi sumbing dapat disusukan dengan menggunakan posisi tertentu dan bayi juga dapat diberikan ASI dengan pipet, cangkir, atau sendok dalam posisi agak tegak. Bayi kuning terjadi karena kurangnya pemberian ASI pada hari-hari pertama. Karena ASI hari-hari pertama masih sedikit dan pengeluaran kotoran bayi sedikit, timbul ikterus (kuning)dini. Oleh karena itu, ibu diminta menyusui lebih sering sehingga ASI lebih banyak dan pengeluaran kotoran bayi lebih banyak (Danuatmaja, 2003).
2.1.8
Faktor yang terkait dengan pemberian ASI Ada beberapa faktor yang terkait dengan pemberina ASI eksklusif menurut
prasetyono (2012) yaitu Aspek pemahaman dan pola pikir. Dimana waluapun pemberian ASI sudah banyak disosialisasikan namun tidak sedikit ibu belum mengerti dan meremehkan tentang pemberian ASI. Rendahnya tingakt pemahaman tentang pentingnya ASI selama 6 bulan pertama kelahiran
23 Universitas Sumatera Utara
dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki ibu sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dari pola dasar pemberian ASI menjadi pemberian susu formula. Dari aspek gizi ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi hingga 6 bulan kelahirannya. ASI pertama yang diberikan kepada bayi yang sering disebut kolostrum banyak mengandung zat kekebalan, terutama IgA yang berfungsi melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, seperti diare. Kolostrum mengandung protein, vitamin A, karbohidrat, dan lemak rendah sehingga sesuai kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Dari aspek pendidikan kebanyakan ibu kurang menyadari pentingnya ASI sebagai makanan utama bayi. Mereka hanya mengetahui bahwa ASI adalah makanan yang diperlukan bayi tanpa memperhatikan aspek lain. Waktu yang lama bersama bayi tidak dimanfaatkan secara optimal, sehingga para ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi. Kegiatan atau pekerjaan ibu sering juga dijadikan alasan untuk tidak memberikan ASI esklusif. Dari aspek imunologik Kadar imunoglobin A (IgA) dalam kolostrum cukup tinggi. Meskipun sekretori IgA tidak diserap oleh tubuh bayi, tetapi zat ini berfungsi melumpuhkan bakteri pathogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan. Secara psikologis menyusui dapat membangkitkan rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi, menciptakan interaksi anatara ibu dan bayi yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi, kontak langsung ibu dan bayi melalui
24 Universitas Sumatera Utara
sentuhan kulit mampu memberikan rasa aman dan puas. Saat menyusui terjalinlah ikatan psikologis antara ibu dan bayi yang tidak diperoleh dari susu formula. ASi tidak hanya mengenyangkan bayi, tetapi mencukupi kebutuhan nutrisi dalam tubuh bayi Dari aspek kecerdasan, ASI mengandung DHA dan AA yang dibutuhkan bagi perkembangan otak. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama mempunyai dua dampak positif yaitu Proses pemberian ASI yang lancar memungkinkan asupan gizi menjadi lebih maksimal dikarenakan adanya interaksi yang baik antara ibu dan bayi, yang terjalin ketika menyusui dan bayi yang diberi ASI hingga lebih dari 9 bulan akan tumbuh cerdas. Secara aspek neurologis dengan meminum ASI, koordinasi saraf pada bayi yang terkait dengan kativvitas menelan, mengisap, dan bernapas semakin sempurna. Hal ini akan mengurangi risiko gangguan sesak napas pada bayi yang baru lahir. Aspek juga dapat mengurangi biaya tambahan yang diperlukan untuk membeli susu formula berserta peralatannya. Aspek penundaan kehamilan dijelaskan bahwa dengan Ibu menyusui dapat menunda datang bulan dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah. Dari aspek pekerjaan sebaiknya bekerja bukan menjadi alasan untuk menghentikan pemberian ASI. Ibu dapat tetap memberikan ASI dengan melakukan pemerahan ASI atau bayi dibawah ketempat kerja apabila tersedia tempat penitipan bayi ditempat kerjanya tersebut. Ibu sebaiknya menghindari susu formula karena bayi akan lebih cepat merasa kenyang saat akan menyusu kepada
25 Universitas Sumatera Utara
ibunya. Ibu dianjurkan untuk melakukan pemerahan ASI setiap 3-4 jam secara teratur.
2.2 Pemberian ASI Pemberian ASI hendaknya dilakukan seketika setelah bayi dilahirkan setengah jam pertama. Pada masa ini bayi sangat aktif dan mengisap puting payudara sekuat mungkin pengisapan dini dapat mempercepat produksi ASI dan mempererat produksi hubungan psikologis antara bayi baru lahir. Dalam pemberian ASI yang perlu diperhatikan adalah tehnik atau cara pemberian dan waktu pemberian ASI.
2.2.1
Teknik/ Cara pemberian ASI Dalam pemberian ASI, ibu harus mempersiapkan putting payudara agar
ibu dapat menyusui bayi dengan baik. Akan tetapi ada juga putting payudara yang datar atau menekuk kedalam dan hal ini ini bisa menyebabkan bayi sulit menyusu dan tidak merasa puas. Dalam hal ini. Perlu dilakukan pengurutan atau penarikan putting payudara. ASI juga dapat diberikan dengan menggunakan mangkuk atau sendok untuk mencegah bayi bingung putting (Prasetyono, 2012). Selain itu ibu juga perlu memperhatikan posisi ibu dan bayi ketika menyusui. Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayinya selama proses menyusui berlangsung. Sebagian ibu memilih menyusui dalam posisi berbaring miring sambil merangkul bayinya dan sebagian lagi melakukannya sambil duduk dikursi dengan punggung diganjal bantal dan masih. Setiap ibu memliki posisi yang berbeda-beda dalam
26 Universitas Sumatera Utara
memposisikan diri dan bayinya sedemikian rupa agar kenyamanan menyusui dapat tercapai (Kristiyanasari, 2009). Dalam menyusui yang paling mudah adalah dengan menempelkan pipinya ke payudara, memasukkan putting susu dan pastikan bayi mengisap seluruh area gelap dari payudara dan bukan hanya putting saja. Setelah bayi merasa kenyang ia akan berhenti mengisap dan unutuk menyusui berikutnya letakkan bayi di payudara yang satunya agar bayi menerima air susu dalam volume yang sama dari setiap payudara setiap hari. Hal ini juga untuk menghindari pembengkakan payudara aklibat terlalu penuh dengan air susu (Kristiyanasari, 2009).
2.2.2 Waktu pemberian ASI Sebaiknya dalam pemberian ASI tidak perlu dijadwalkan karena akann berakibat kurang baik, karena isapan sangat berpengaruh pada produksi ASI selanjutnya.setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Seorang bayi yang menyusui sesuai permintaannya bisa menyusu sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam (Prasetyono, 2012). Ibu yang bekerja dianjurkan menyusui bayi dengan sering pada malam hari untuk memacu produksi ASI (Anik, 2009).
2.2.2
Lama waktu menyusui Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan mulai bayi lahir sampai usia 6
bulan Setelah bayi berumur 6 bulan, ia mulai diperkenalkan dengan makanan
27 Universitas Sumatera Utara
padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli, 2000).
2.3 Pemberian ASI pada ibu Bekerja Seringkali pekerjaan menjadi alasan iibu tidak memberikan ASI kepada bayinya. Sehingga banyak ibu yang terpaksa memberikan susu formula. Tindakan menyusui berpengaruh pada pertumbuhan mental dan fisik bayi. ASI perasan hanya dianjurkan pada ibu yang bekerja. Jika memungkinkan bayi bisa dibawah ketempat kerja, namun tindakan ini sangat sulit dilakukan bila ditempat kerja tidak tersedia sarana penitipan bayi atau pojok laktasi. Sebelum berangkat kerja ibu sebaiknya menyusui bayinya, menyediakan ASI dirumah sebelum berangkat bekerja dan ibu sebaiknya memerah ASI setiap 3-4 jam sekali secara teratur.
2.3.1 Cara memerah ASI Menurut Sulistyawati (2009), cara memerah ASI dapat dilakukan dengan menggunakan tangan dan pompa. Cara memerah ASI dengan tangan dapat dilakukan dengan melakukan pemijatan (massage) dari bagian atas payudara dengan gerakan memutar dan menekannya kearah dada, selanjutnya dengan melakukan penekanan dari arah atas hingga sekitar putting dan ditekan dengan lembut dengan jari seperti menggelitik, dan kemudian melakukan penggunjangan pada payudara. Cara memerah dengan pompa yaitu mengendurkan otot dan saluran ASI dipayudara Ibu dengan menaruh handuk hangat diatas payudara atau diurut-urut
28 Universitas Sumatera Utara
sebelumnya dan pastikan pompa sudah disterilkan sebelum dipakai. Pemerahan memerlukan waktu 15-45 menit dan tidak menyebabkan rasa sakit (Sibuea, 2011).
2.3.2
Cara penyimpanan ASI Perahan Penyimpanan ASI perahan sebaiknya disimpan dalam wadah khusus atau
plastik khusus dan memberikan kode, tanggal dan jam pemerahan sebelum disimpan di lemari es atau freezer. ASI perah disimpan di udara luar dapat tahan 6-8 jam, dalam termos es selama 24 jam, lemari es 2x24 jam, di freezer lemari es 1 pintu selama 12-14 hari dan di freezer lemari es 2 pintu selama 3bulan. Meskipun bisa disimpan lama, ASI dianjurkan segera diberikan pada bayi dalam waktu 2 hari karena jika disimpan dilemari es selama 2 minggu, kemungkinan ada zat antibody yang mati akibat udara dingin sehingga kualitas atau komposisi ASI dapat berubah (Anik, 2009).
2.3.3
Cara Pemberian ASI perahan Pemberian ASI perah dapat diberikan dengan sendok dan gelas, jangan
menggunakan botol susu/dot karena bisa mengakibatkan bayi bingung putting. Jika terdapat sisa ASI perah, jangan simpan karena ASI tersebut sudah tercemar. Agar ASI tidak terbuang, simpan ASI perah dalam wadah ukuran sekali minum (Danuatmaja. 2003). Pada saat ASI perahan yang disimpan di lemari es/freezer akan diberikan kepada bayi ada baiknya ASI perah diletakkan terlebih dahulu di pintu lemari es, kemudian dikeluarkan dan di diamkan beberapa saat di dalam
29 Universitas Sumatera Utara
suhu kamar setelha itu dihangatkan di dalam wadah yang berisi air panas dan jangan rebus ASI secara langsung karena dapat menyebabkan zat-zat yang terkandung dalam ASI mati (Anik, 2009).
2.4 Tenaga Kesehatan 2.4.1 Pengertian Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan dan memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memiliki kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Depkes RI, 2008). Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 1996, Tenaga kesehatan dibagi atas beberapa jenis yaitu tenaga medis meliputi dokter umum dan dokter spesialis, tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiologi kesehatan, entomologi kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. Tenaga gizi meliputi mutrisionis dan dietisien. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapis wicara, Sedangkan tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, teknisi transfuse dan perekam medis.
30 Universitas Sumatera Utara
2.4.2
Peran Petugas Kesehatan dalam program ASI Eksklusif Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui,
dengan cara memberikan konseling tentang ASi sejak kehamilan, melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD) pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI dengan 10 langkah keberhasilan menyusui yaitu langkah pertama, memiliki kebijakan tertulis tentang menyusui yang dikomunikasikan secara rutin kepada semua staf perawatan kesehatan. Langkah kedua, memberi semua staf perawtan kesehatan latihan keterampilan yang dibutuhkan untuk menerapkan kebijakan ini. Langkah ketiga, memberi tahu manfaat dan penatalaksanaan menyusui kepada semua wanita hamil. Langkah keempat, membantu para wanita untuk mulai menyusui
sekitar
setengah
jam
sesudah
melahirkan.
Langkah
kelima,
menunjukkan cara menyusui dan cara mempertahankan pasokan ASI kepada para wanita bahkan pada situasi dimana mereka harus dipisahkan dari bayinya. Langkah keenam, tidak memberikan makanan dan minuman kepada bayi yang baru lahir selain air susu ibu kecuali ada kebutuhan medis. Langkah ketujuh, mempraktikkan kebijakan ibu dan bayi bersama-sama dalan satu ruangan selama 24 jam sehari. Langkah delapan, mendorong para wanita untuk menyusui sesuai kehendak bayinya. Langkah Sembilan, tidak memberikan putting ussu tiruan atau dot kepada bayi yang disusui. Langkah kesepuluh, mendukung dibentuknya kelompok pendukung menyusui dan merujuk para wanita ke kelompok ini saat mereka dipulangkan dari rumah sakit atau klinik. Beberapa hambatan kurang berperannya petugas kesehatan dalam menjalankan kewajibannya dalam konteks ASI eksklusif lebih banyak karena kurang termotivasinya petugas untuk
31 Universitas Sumatera Utara
menjalankan peran mereka disamping pengetahuan konseling ASI yang maih kurang (Sitaresmi, 2010). Sebelum mulai mendidik ibu-ibu, para petugas kesehatan yakin bahwa nasihatnya adalah berdasarkan pengetahuan yang cukup. Karena itu perlu diketahui seberapa jauh pengetahuan petugas. Dalam hal ini petugas kesehatan memiliki pengetahuan yang didapat selama pendidikan dan bekerja. Jika disetiap instansi kesehatan tersedia tenaga yang terampil dan terlaltih mengenai aplikasi klinis dari proses menyusui serta didukung dari proses menyusui, serta didukung oleh program laktasi, maka dapatlah diharapkan bahwa gabungan kedua komponen ini menjadi kunci keberhasilan proses laktasi (Roesli, 2000)
32 Universitas Sumatera Utara