BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. BIDAN 1. Defenisi Bidan Menurut terminology (bahasa) bidan berasal dari kata mid/with = dengan, wife/a woman = perempuan. Jadi midwife, with a woman = dengan seorang perempuan. Sedangkan menurut International Confederation of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO) yang terakhir disusun melalui kongres ICM ke 27, pada bulan juli tahun 2005 di Brisbane Australia, yang secara lengkap pengertian bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan dinegara itu. Dia harus mampu memberikan supervise, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan (post partum period), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medic lainnya.
Dia mempunyai tugas penting dalam
konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orangtua, dan meluas kedaerah tertentu dari ginekologi, keluarga berencana dan asuhan anak. Dia bias berpraktik di rumah sakit, klinik, unit
Universitas Sumatera Utara
kesehatan, rumah perawatan atau tempat-tempat pelayanan lainnya (Estiwidani, dkk, 2008). Sedangkan menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat, diberi izin secara sah untuk menjalankan praktik. Menurut Kepmenkes RI No. 900/Menkes/SK/2002 bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku yakni telah teregistrasi melalui proses pendaftaran, pendokumentasian setelah dinyatakan minimal kompetensi inti atau standar penampilan yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan praktik profesinya, telah mempunyai SIB (Surat Izin Bidan), melakukan serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan, mempunyai SIPB (Surat Izin Praktik Bidan), menggunakan standar profesi dan tergabung dalam IBI (Heryani, 2011). 2. Peran Bidan Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem. Bidan dalam pelayanannya memiliki 4 peran penting, yaitu peran sebagai pelaksana, peran sebagai pengelola, peran sebagai pendidik, peran sebagai peneliti (Heryani, 2011). Dari hasil Rakernas IBI 2011 empat peran bidan tersebut dikembangkan menjadi enam peran utama bidan, yaitu peran sebagai pelaksana asuhan yang memiliki tugas pokok : asuhan kebidanan ibu dan anak, KB/kesehatan reproduksi, peran sebagai pengelola/manager yang asuhan dan unit kesehatan dibawah tanggung jawabnya, peran sebagai pendidik yaitu kepada ibu, keluarga dan masyarakat/formal, peran sebagai peneliti yaitu yang berhubungan dengan
kemajuan ilmu, peningkatan pelayanan
Universitas Sumatera Utara
(evidence based), serta peningkatan diri, peran sebagai pemberdaya yaitu menggali potensi ibu/keluarga untuk kesehatan ibu dan anak yang optimal, dan peran sebagai Advokasi dengan segala permasalahan sosial budaya-politik-ekonomi yang berhubungan dengan asuhan kebidanan (Mufdlilah, dkk, 2012). a. Peran Sebagai Pelaksana Dalam perannya sebagai pelaksana, bidan memiliki 9 (Sembilan) tugas mandiri yaitu antara lain : menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan, memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pranikah dengan melibatkan klien, memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal, memberikan asuhan kebidanan keada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien/keluarga, memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga, memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana, memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan system reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan menopause, serta memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan keluarga. Dalam setiap tugas mandiri tersebut, bidan memiliki tugas yang harus dilaksanakan diantaranya mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien, menentukan diagosa, menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi, melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun, mengevaluasi tindakan yang telah diberikan, membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan, serta membuat catatan dan laporan kegiatan/tindakan sesuai dengan asuhan yang diberikan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Tugas Kolaborasi/Kerjasama, bidan sebagai pelaksana memiki 6 (enam tugas) diantaranya yaitu sebagai berikut : menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, memberikan asuhan kebidanan dengan ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama dan kegawatdaruratanan yang memerlukan tindakan kolaborasi, memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga, memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, serta memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan kolaborasi dengan melibatkan keluarga. Dalam tugas kolaborasi bidan harus melaksanakan tugasnya yaitu mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi, menentukan diagnose, prognosa dan prioritas kegawdaruratanatan yang memerlukan tindakan kolaborasi, menyusun rencana tindakan sesuai dengan prioritas kegiatan dan hasil kolaborasi serta kerjasama dengan klien, melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan melibatkan klien, mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan, menyusun rencana tindak lanjut bersama klien, serta membuat pencatatan dan pelaporan sesuai dengan kasus dan asuhan yang diberikan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Tugas Ketergantungan/rujukan, bidan mempunyai 6 (enam) tugas dalam perannya sebagai pelaksana adalah sebagai berikut : menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga, memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan kegawatdaruratan, memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga, memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga, memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien dan keluarga, serta memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien dan keluarga. Tugas yang harus dilaksanakan oleh bidan dalam melaksanakan tugas rujukan yaitu antara lain : mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan tindakan diluar lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan, menentukan diagnose, prognosa dan prioritas serta sumber-sumber dan fasilitas untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut bersama klien/keluarga, memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukandan memberikan asuhan kebidanan dengan tindakan, mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap, serta membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi.
Universitas Sumatera Utara
b. Peran Sebagai Pengelola Bidan dalam perannya sebagai pengelola mempunyai 2 (dua) tugas penting yaitu dalam pengembangan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat/klien. Dalam hal ini, yang bidan lakukan adalah bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan dan mengembangkan program pelayanan kesehatan diwilayah kerjanya, menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan masyarakat, mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya KIA serta KB sesuai dengan rencana, mengkoordinir, mengawasi dan membimbing kader, dukun atau petugas kesehatan lain dalam melaksanakan program atau kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB, mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada program dan sector terkait, menggerakkan, mengembanagkan kemampuan masyarakat dan memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada, mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktek professional melalui pendidikan, pelatihan, magang dan kegiatan-kegiatan dalam kelompok profesi, serta mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Bidan juga harus berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain diwilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada dibawah bimbingan dalam wilayah kerjanya. Dalam hal ini yang harus dilakukan bidan adalah bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberikan asuhan kepada klien
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut, membina hubungan baik dengan dukun, kader kesehatan dan masyarakat, melakukan pelatihan, membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan lain, memberikan asuhan kepada klien rujukan dan dukun bayi, serta membina kegiatan-kegiatan yang ada dimasyarakat, yang berkaitan dengan kesehatan.
c. Peran Sebagai Pendidik Bidan dalam perannya sebagai pendidik memiliki tugas yaitu memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu anak, dan KB. Yang harus dilakukan bidan adalah bersama klien pengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak dan KB,. bersama klien pihak terkait menyususn rencana penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, menyiapkan alat dan bahan pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah disusun, melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang dengan melibatkan unsurunsur yang terkait termasuk masyarakat, bersama klien mengevaluasi hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat menggunakannya unyuk memperbaiki dan meningkatkan program dimasa yang akan datang, serta mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat secara lengkap dan sistematis
Universitas Sumatera Utara
Bidan juga harus mampu melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan dan keperawatan serta membina dukun diwilayah atau tempat kerjanya. Bidan harus mengkaji kebutuhan latihan dan bimbingan kader, dukun dan siswa, menyusun rencana latihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian, menyiapkan alat, AVA dan bahan untuk keperluan latihan bimbingan peserta latih sesuai dengan rencana yang telah disusun dengan melibatkan unsure-unsur tersebut, membimbing siswa dan siswa keperawatan dalam lingkup kerjanya, menilai hasil latihan dan bimbingan yang telah diberikan, menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan, serta mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi dan bimbingan secara sistematis pelatihan dan lengkap.
d. Peran Sebagai Peneliti/Investigator Dalam peran sebagai peneliti bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupuun kelompok. Yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan di lakukan, menyusun rencana kerja pelatihan, melaksakan investigasi sesuai dengan rencana, mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi, menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut, serta memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan (Heryani, 2011)
3. Fungsi Bidan Fungsi utama profesi kebidanan adalah untuk mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya. Proses yang fisiologis harus didukung dan dipertahankan tapi bila timbul
Universitas Sumatera Utara
penyulit harus digunakan teknologi dan dan referral yang efektif untuk memperoleh ibu dan bayi yang sehat. a. Pelaksana asuhan/pelayanan kebidanan Dalam hal ini bidan melaksanakan asuhan/pelayanan kebidanan pada ibu hamil normal dengan komplikasi patologis dan resiko tinggi, melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal dengan komplikasi dan resiko tinggi, melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal, komplikasi patologis dan resiko tinggi, melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu menyusui, melaksanakan asuhan kesehatan pada bayi dan balita, melaksanakan asuhan kesehatan pada wanita/ibu dengan gangguan system reproduksi, melaksanakan asuhan kebidanan komunitas, serta melaksanakan pelayanan KB. b. Pengelola unit KIA/KB Bidan harus melaksanakan pelayanan KIA/KB serta mengkoordinasi pelayanan KIA/KB. c. Pendidik dalam asuhan/pelayanan kebidanan Sebagai pendidik bidan harus melaksanakan bimbingan/penyuluhan pada wanita dalam masa pra perkawinan, ibu dan akseptor KB, melatih dan membina tenaga kesehatan, kader dan dukun bayi dalam pelayanan KIA/KB. d. Pelaksana penelitian dalam asuhan kebidanan Bidan
dalam
melaksanakan
sebuah
penelitian
harus
terlebih
dahulu
merencanakan penelitian, dan melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan analisa data serta menulis kesimpulan penelitian (Mufdlilah, dkk, 2012).
Universitas Sumatera Utara
4. Hak Bidan Dalam menjalankan tugasnya bidan berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya, bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat jenjang pelayanan kesehatan, bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan dengan peraturan perundangan, dank ode etik profesi, bidan berhak atas privasi/kedirian dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh pasien, keluarga maupun profesi lain, bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan, bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai, dan bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
5. Kewajiban Bidan Selain memiliki hak, bidan juga memiliki kewajiban yang harus di taati dan dilaksanakn, yaitu bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hokum antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja, bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi dengan menghormati
hak-hak pasien, bidan wajib merujuk pasien dengan
penyulit kepada dokter yang mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien, bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami/keluarga, bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya, bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan serta resiko yang mungkin dapat timbul, bidan
Universitas Sumatera Utara
wajib memberikan persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan dilakukan, bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan, bidan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal maupun non formal, serta bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secara timbale balik dalam memberikan asuhan kebidanan (Sofyan, 2006).
B. BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) 1. Pengertian BBLR BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada dibawah persentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan. Dahulu neonates dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Sehingga lambat laun diketahui bahwa tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus tidak hanya bergantung pada berat badan saja, tetapi juga pada tingkat maturitas bayi itu sendiri. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weigh Infants (BBLR). Sedangkan pada tahun 1970, kongres European Perinatal Medicine II yang diadakan di London juga diusulkan definisi untuk mendapatkan keseragaman tentang maturitas bayi, yaitu sebagai berikut : bayi kurang bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), bayi cukup bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari), dan bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih)
Universitas Sumatera Utara
BBLR sendiri dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan, bayi dengan berat badan sangat rendah (BBLSR) yaitu dengan berat lahir 1000-1500 gram dan berat badan lahir amat sangat rendah (BBLASR) yaitu dengan berat lahir kurang 1000 gram. Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.
2. Manifestasi Klinis BBLR Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah berat kurang dari 2500 gram, panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea, eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus, kepala tidak mampu tegak, pernapasan 40-50 kali / menit, dan nadi 100-140 kali / menit (Proverawati, 2010)
3. Tanda-Tanda BBLR Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm, kuku panjangnya belum melewati ujung jari, batas dahi dan rambut kepala tidak jelas, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan
Universitas Sumatera Utara
atau kurang dri 30 cm, rambut lanugo masih banyak, jaringan lemak subkutan tipis atau kurang, tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, tumit mengkilap, telapak kaki halus, genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki), tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah, jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang, dan verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada (Pantiawati, 2010)
4. Klasifikasi BBLR Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu menurut harapan hidupnya, dibedakan menjadi bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram, bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 100-1500 gram, dan bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram. Sedangkan menurut masa gestasinya, BBLR dapat dibedakan menjadi prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonatus kurang sebulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK) dan dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK) (Maryanti, 2011).
Universitas Sumatera Utara
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya BBLR Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun, penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran premature. Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi. Berikut ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut : a. Faktor ibu Dapat dilihat dari penyakit yang diderita, seperti mengalami komplikasi kehamilan, misalnya anemia sel berat, pendarahan ante partum, hipertensi, preeclampsia berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal), menderita penyakit seperti malaria, Infeksi Menular Seksual, HIV/AIDS, malaria, TORCH. Selain dari segi penyakit, Ibu juga merupakan factor yang sering terjadi yaitu angka kejadian prematuritas teringgi adalah kehamilan pada usia <20 tahun atau lebih dari 35 tahun, kehamilan ganda (multi gravid), jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun), dan mempunyai riwayat BBLR sebelumnya, selain itu keadaan sosial ekonomi juga menjadi factor yang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR, kejadian tertinggi terdapat pada golongan social ekonomi rendah, mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat, keadaan gizi yang kurang baik, pengawasan antenatal yang kurang, kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari
Universitas Sumatera Utara
perkawinan yang sah. Dapat juga terjadi oleh Sebab lain, seperti ibu perokok, ibu peminum alcohol, ibu pecandu obat narkotika, serta penggunaan obat antimetabolik b. Faktor janin Bayi berat lahir rendah dapat terjadi oleh adanya kelainan kromosom (trisomy autosomal), infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), disautonomia familial, radiasi, kehamilan ganda/kembar (gemeli) dan aplasia pancreas. c. Faktor plasenta BBLR dapat terjadi karena berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya (hidramnion), luas permukaan berkurang, plasentitis vilus (bakteri, virus parasit), infark, tumor (korioangioma, mola hidatidosa), plasenta yang lepas, serta sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik). d. Faktor lingkungan Lingkungan juga dapat mempengaruhi terjadinya BBLR seperti bertempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, dan terpapar zat beracun (Proverawati, 2010).
6. Penatalaksanaan pada BBLR a. Pemberian ASI Mengutamakan pemberian ASI adalah hal yang paling penting karena ASI mempunyai keuntungan yang kadar protein tinggi, laktalalbumin, zat kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak essensial, laktosa dan oligosakarida, ASI mempunyai faktor pertumbuhan usus, oligosakarida untuk mamacu motilitas usus dan pelindungan terhadap penyakit, dari segi psikologis, pemberian ASI dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi, serta bayi kecil/berat rendah rentan terhadap kekurangan nutrisi,
Universitas Sumatera Utara
fungsi organnya belum matang, kebutuhan nutrisinya besar dan mudah sakit sehingga pemberian ASI atau nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh kembang yang optimal bagi bayi. b. Pengaturan Suhu Badan/Thermoregulasi Bayi berat lahir rendah (BBLR) terutama yang kurang bulan membutuhkan suatu thermoregulasi yaitu suatu pengontrolan suhu badan secara fisiologis mengatur pembentukan atau pendistribusian panas, pengaturan terhadap suhu keliling dengan mengontrol kehilangan dan pertambahan panas. c. Bayi yang Beresiko Bayi premature/BBLR merupakan salah satu bayi yang beresiko kehilangan panas karena luas permukaan tubuhnya lebih luas dibanding berat bedan, predisposisi ke asfiksia, metabolism dan pernafasan yang tidak baik, sehingga terjadi hipotermi dan gangguan aktivitas surfaktan meningkatkan bahaya dari sindrom gawat nafas (RDS) yang berat dan brown fat belum ada sampai usia kehamilan 26-30 minggu. d. Stress dingin Bayi BBLR yang kurang bulan yang tiba-tiba di hadapkan pada suhu dingin akan mengalami hipotermi. Sebagai respon terhadap udara atau suhu dingin akan terjadi vasokontriksi yang akan menyebabkan timbulnya metabolism anaerob dan asidosis metabolic. Hal ini akan menyebabkan vsokonstriksi pembuluh darah palu yang akan makin menyebabkan bertambahnya hypoxia anaerob dan asidosis metabolic. Keadaan ini akan memperburuk respon bayi yang lahir rendah terhadap dingin. Oleh sebab itu BBLR yang kurang bulan mempunyai resiko tinggi terhadap hipotermi dan gejala sisanya.
Universitas Sumatera Utara
e. Efek Klinis Hipotermi Bayi baru lahir dengan berat rendah yang telah mengalami hipotermi dapat mempunyai efek klinis sebagai berikut : penurunan kadar pH, penuruanan tekanan oksigen, terjadi hypoglisemia, peningkatan konsumsi oksigen, peningkatan cadangan kalori, kenaikan berat badan lambat, penurunan berat badan, teradap sklerema, peningkatan kematian bayi, dapat terjadi gangguan faktor pembekuan darah. f. Faktor Penghambat Non Shivering Thermogenesis Berikut ini adalah beberapa faktor yang menghambat non shivering thermogenesis pada BBLR, antara lain stres dingin yang terjadi pada BBLR secara terus menerus (berlarut-larut) dapat menghabiskan cadangan brown fat dan membuat suhu tubuh bayi turun, bayi mengalami hipoksia yang menyebabkan dalam tubuhnya terjadi metabolism anaerob, sehingga suplai oksigen digunakan dengan cepat. Glikogen di metabolism sehingga terbentuk asam piruvic dan asam laktat yang paada akhirnya menyebabkan asidosis metabolic, bayi bias mengalami apnea berulang, bayi bias mengalami gangguan fungsi serebral karena adanya perdarahan intracranial, bayi mengalami hipoglikemia karena cadangan glkogen berkurang, bayi bias mengalami gagal jantung serta bayi bisa mengalami masalah pernafasan (RDS) g. Pencegahan Kehilangan Panas Berikut ini adalah beberapa cara pencegahan panas pada bayi BBLR yang sehat, antara lain segera setelah lahir bayi dikeringkan dan dibedong dengan popok hangat, pemeriksaan dikamar bersalin dilakukan dibawah radiant warmer (box bayi hangat), topi dipakaikan untuk mencegah kehilangan panas melalui kulit kepala, bila suhu tubuh bayi stabil, bayi dapat dirawat di box terbuka dan di selimuti.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, pada BBLR yang sakit, cara untuk mencegah kehilangan panas, antara lain bayi harus segera dikeringkan, untuk mentranportasi bayi, digunakan transport incubator yang sudah hangat, tindakan terhadap bayi dilakukan dibawah radiant warmer, serta suhu lingkungan netral dipertahankan. h. Pencegahan Hipotermi Untuk menentukan apakah BBLR menggunakan warmer atau incubator adalah berdasarkan situasi dan kondisi bayi. Ada dokter bayi yang lebih suka menggunakan warmer karena warmer memberikan peluang lebih dekat dengan bayi. Sementara dokter bayi
lainnya
lebih
suka
menggunakan
incubator,
karena
incubator
dapat
mempertahankan suhu udara, dapat mengatur kelembaban udara, dapat memberikan lingkungan dengan oksigen yang cukup. Pada fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak mempunyai radiant warmer atau incubator untuk mencegah terjadinya hipotermi, maka tindakan-tindakan umum yang dapat dilakukan untuk mencegah hipotermi, antara lain : mengeringkan tubuh bayi, segera setelah lahir dengan handuk atau kain yang hangat, menyelimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain yang kering (bayi dibungus kain hangat dan kepalanya diberi topi), meletakkan bayi dilingkungan/ruang yang hangat (suhu ruangan tidak kurang 250C), memastikan tangan selalu hangat pada saat memegang bayi, mengganti handuk, selimut, kain, popok, bedung yang basah dengan yang bersih, kering dan hangat. i. Metode Kangguru Metode kangguru merupakan salah satu metode perawatan BBLR untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir, yang diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan Martinez dari Columbia pada tahun 1979. Rey dan Martinez melaporkan skin to skin contact dapat meningkatkan kelangsungan hidup bayi terutama yang mengalami BBLR
Universitas Sumatera Utara
atau premature. Mengapa disebut metode kangguru? Karena cara ini meniru binatang kangguru yang biasanya melahirkan bayi imatur dan menyimpan bayinya dikantung ibunya untuk mencegah kedinginan. Prinsip dasar dari metode kangguru ini adalah mengganti perawatan bayi BBLR dalam incubator dengan metode kangguru. Hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas terutama incubator dan tenaga kesehatan dalam perawatan bayi BBLR, penggunaan incubator memiliki beberapa keterbatasan antara lain, memerlukan tenaga listrik dan memudahkan infeksi nosokomial, rujukan kerumah sakit untuk bayi BBLR sangat tinggi sebelum dilakukan metode kangguru. Tujuan metode kangguru untuk bayi berat lahir rendah adalah menurunkan angka morbiditas dan mortalitas BBLR serta menurunkan rujukan BBLR ke rumah sakit. Manfaat metode kangguru dapat memberikan manfaat bagi bayi, ibu dan rumah sakit/klinik. Bagi bayi, metode kangguru bermanfaat mengurangi pemakaian kalori bayi, memperlama waktu tidur bayi, meningkatkan hubungan kedekatan bayi dan ibu, mengurangi kejadian infeksi, menstabilkan suhu bayi, menstabilkan denyut jantung dan pernafasan bayi, menurunkan stress pada bayi, meningkatkan perilaku bayi lebih baik, dimana akan tampak bayi waspada, menangis berkurang, lebih sering menyusu ASI, dan menaikkan berat badan bayi. Bagi ibu, metode kanguru bermanfaat: untuk mempermudah pemberian ASI dan pelaksanaan IMD (Inisiasi Menyusui Dini), dan meningkatkan produksi ASI, meningkatkan hubungan kedekatan dan kasih sayang ibu dengan bayi dan memberikan pengaruh psikologi berupa ketenangan pada ibu dan keluarga. Bagi rumah sakit/klinik, metode kanguru memberikan efisiensi tenaga karena ibu dapat merawat bayinya sendiri, mempersingkat lama perawatan bayi di rumah sakit, dan efisiensi anggaran karena penggunaan fasilitas, misalnya incubator berkurang.
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini beberapa kriteria bayi yang dapat dilakukan metode kanguru, antara lain : bayi dengan berat badan lahir kurang lebih 1800 gram atau antara 1500-2500 gram; bayi prematur; bayi yang tidak terdapat kegawatan pernafasan dan sirkulasi; bayi mampu bernafas sendiri; bayi yang tidak terdapat kelainan bawaan yang berat, suhu tubuh bayi stabil (36,5-37,5 FC)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam metode kanguru adalah posisi kanguru
yaitu posisi bayi diantara payudara, tegak, dada bayi menempel ke dada ibu. Posisi bayi kemudian diamankan dengan kain panjang atau baju kanguru. (dalam hal ini bayi diletakkan dalam dekapan ibu dengan kulit menyentuh kulit, posisi bayi tegak, kepala miring ke kiri atau ke kanan).apabila menggunakan baju kanguru/kantung kanguru, posisi bayi adalah tegak/vertical pada siang hari pada waktu ibu berdiri atau duduk dan posisi bayi tengkurap atau miring pada malam hari pada waktu ibu berbaring atau tidur. Keunggulan metode ini adalah bayi mendapatkan sumber panas alami (36-37 C) langsung dari kulit ibu, mendapatkan kehangatan udara dalam kantung/baju ibu, serta ASI menjadi lancar. Dekapan ibu adalah energy bagi bayi. Pada bayi berat badan lahir sangat rendah (kurang dari 1000 gram) metode kanguru ditunda sampai usia 2 minggu atau sampai keadaan bayi stabil. Selain itu nutrisi juga harus diperhatikan, waktu yang optimal untuk memulai menyusu Asi tergantung pada masa kehamilannya, dukungan juga sangat diperlukan terutama diberikan pada ibu berupa fisik, emosiaonal dan edukasi, yang sewaktu hamil sebaiknya telah diberikan informasi tentang pentingnya metode kanguru bagi bayi, pemulangan tergantung pada kesehatan bayi secara menyeluruh dalam kondisi baik dan ibu mampu merawat bayinya dan harus ada konseling dan informed consent terlebih dahulu.
Universitas Sumatera Utara
j. Pemijatan Bayi Ternyata, dari kebanyakan penelitian melaporkan bayi prematur yang biasanya lahir dengan berat badan lahir rendah mengalami kenaikan berat bdadn yang lebih besar dan berkembang baik setelah dilakukan pemijatan secara teratur. Margaret Ribble, seorang psikiater pada tahun 1940 mengamati bahwa bayi yang lebih banyak dipegang akan terangsang pernafasan dan peredaran menjadi lebih baik. Margareth mengamati bayi prematur dengan berat badan lahir rendah pernafasannya biasanyapendek dan tidak stabil pada minggu-minggu pertama kelahiran, namun pernafasannya menjadi lebih baik setelah bersinggungan dan kontak fisik dengan ibunya. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Field dan Scafidi melaporkan manfaat pijatan/sentuhan pada bayi dengan berat lahir rendah yaitu sekitar 1200-1300 gram yang telah melampaui masa kritisnya. Bayi-bayi tersebut setelah diteliti selama 10 hari dengan dilakukan pijitan tiga kali sehari selama 15 menit didapatkan hasil: berat bdannya 47% lebih besar dari bayi yang tidak dilakukan pemijatan, bayi berada dalam keadaan ‘alert active’ gerak motorik dan erilaku bayi lebih baik. Untuk itu, sebenarnya pijitan/sentuhan ini juga merupakan penatalaksanaan yang baik bagi bayi dengan berat lahir rendah karena sangat efektif untuk menjalin hubungan orangtua dan bayi dalam hal perkembangan fisik dan emosional bayi maupun perkembangan indra yang lain. Karena bayi dengan berat lahir rendah juga mempunyai kebutuhan emosional. Yang ditunjukkan dengan kegelisahan, ketegangan dan pada akhirnya timbul dampak kegagalan dalam pertumbuhan. Pemijatan pada bayi berat lahir rendah bertujuan untuk memacu pertumbuhan berat badan bayi, membantu bayi melepaskan rasa tegang dan gelisah, menguatkan dan meningkatkan system imunologi, merangsang pencernaan makanan dan pengeluaran
Universitas Sumatera Utara
kotoran, membuat bayi tidur lebih tenang dan menjalin komunikasi dan ikatan antara bayi atau orangtuanya. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dihindari dalam pemijatan bayi yaitu Bayi tidak boleh dilakukan pemijatan pada waktu bayi tidak siap atau tidak amu dipijat, bayi tidak oleh dibangunkan, hanya khusus untuk dilakukan pemijatan, bayi tidak boleh dilakukan pemijatan langsung setelah bayi selesai makan serta bayi tidak boleh dipaksakan dalam posisi tertentu pada saat pemijatan (Maryunani, 2009).
7. Pencegahan Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama factor resiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu, penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatan dan janin yang dikandung dengan baik, hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pad kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun), perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan alam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil (Pantiawati, 2010).
Universitas Sumatera Utara