BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Hubungan Masyarakat Pengertian Hubungan Masyarakat (Public Relations/PR), atau biasa disingkat
sebagai Humas, menurut pemahaman beberapa pakar yakni sebagai berikut:1 a.
Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations in Word Marketing mengatakan bahwa Public Relations adalah suatu sistem komunikasi untuk menciptakan kemauan baik.
b.
International Public Relations Associations (IPRA) mendefinisikan Public Relations adalah fungsi manajemen dari ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui organisasi dan lembaga swasta atau publik (umum) untuk memperoleh pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang terkait atau mungkin ada hubungannya dengan penelitian opini publik di antara mereka.
c.
Cutlip, Center & Brown menyebutkan Public Relations adalah fungsi manajemen secara khusus yang mendukung terbentuknya saling pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan, dan kerja sama atara organisasi dengan berbagai publiknya. Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa
Humas atau Public Relations merupakan salah satu bagian dari sistem komunikasi 1
Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007 hal 13
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
yang memiliki fungsi manajemen dan bertujuan untuk membentuk adanya saling pengertian, pemahaman, dukungan, dan kerja sama antara organisasi dengan berbagai publiknya.
2.1.1. Peran Humas Peranan humas dalam suatu organisasi dapat dibagi menjadi empat kategori:2 a.
Penasehat Ahli (Expert prescriber) Hubungan praktisi pakar humas dengan manajemen organisasi seperti hubungan antara dokter dengan pasiennya. Artinya pihak manajemen memperayai apa yang disarankan atau usulan pakar humas tersebut dalam memecahkan dan mengatasi persoalan humas yang tengah dihadapi oleh organisasi bersangkutan.
b.
Fasilitator Komunikasi (communication fasilitator) Dalam hal ini, praktisi humas bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Dipihak lain, dia juga dituntut untuk mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan, dan harapan organisasi kepada publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung, dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak.
2
Rosady Ruslan. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2010 hal 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
c.
Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem solving process fasilitator) Peranan praktisi humas dalam proses pemecahan persoalan humas ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil keputusan dalam menghadapi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional.
d.
Teknisi Komunikasi (Communication technician) Berbeda dengan tiga peranan praktisi humas sebelumnya yang terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi. Peranan teknisi komunikasi ini menjadikan praktisi humas sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan komunikasi.
2.1.2. Fungsi Humas Menurut Cutlip & Centre, and Canfield, fungsi humas dapat dirumuskan sebagai berikut:3 a.
Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama;
b.
Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran;
3
Ruslan, Op.cit., hal 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
c.
Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, ersepsi, dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya, atau sebaliknya;
d.
Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama;
e.
Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus informasi, publikasi, serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya atau sebaliknya, demi terciptanya citra positif bagi kedua belah pihak.
2.1.3. Khalayak Humas Khalayak (public) adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal. 4 Penyebaran suatu pesan humas tidak dilakukan secara merata ke semua orang seperti halnya pesanpesan iklan melalui media mass. Dalam memilih khalayak, humas bersifat lebih diskriminatif. Unsur atau segmen tertentu sengaja dipilih dalam rangka lebih mengefektifkan penerimaan pesan-pesan. Setiap organisasi/perusahaan memiliki sendiri khalayak khususnya. Kepada khalayak yang terbatas itulah organisasi senantiasa menjalin komunikasi, baik secara internal maupun eksternal.
4
Frank Jefkins. Public Relations-Edisi Kelima.Jakarta:Erlangga.2003 hal. 80
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Frank Jekins mengidentifikasikan sepuluh khalayak utana yang paling sering menjadi subjek khalayak dari berbagai macam organisasi secara umum.5 Sepuluh khalayak tersebut adalah: a.
Masyarakat Luas Khalayak masyarakat dari suatu organisasi tergantung pada jenis organisasi itu sendiri. Bahkan khalayak dari organisasi-organisasi yang berbeda tapi berada di satu lokasi yang sama acapkali berbeda. Sebuah organisasi yang bijaksana akan mengawali kegiatan humasnya dengan mengenali masalah dan kebutuhan masyarakat di sekelilingnya.
b.
Calon Pegawai atau anggota Mereka bisa berada di organisasi/perusahaan lain (masig menjadi anggota atau pegawai di sana), atau bisa juga di lembaga-lembaga pendidikan. Mereka tidak akan tertarik untuk melamar menjadi anggota atau pegawai suatu organisasi apabila mereka tidak mengetahui apa yang dilakukan organisasi itu, serta sejauh mana potensinya sebagai majikan yang baik.
c.
Pegawai atau Anggota Pegawai atau anggota suatu perusahaan/organisasi meliputi semua orang yang bekerja pada atau menunjang suatu organisasi, yakni pucuk pimpinan (pihak manajemen) dan para eksekutif, pegawai, serta pekerja lainnya. Mereka bisa saja terpusat di satu gedung, atau bisa pula terpencar-pencar.
5
Ibid. Hal 81
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
d.
Pemasok Ada dua jenis pemasok, yakni yang memasok jasa-jasa seperti air bersih dan energi, serta pemasok berbagai macam bahan baku, komponen produksi, serta jasa profesional.
e.
Masyarakat Keuangan Di tingkat yang paling sederhana, unsur pasar uang atau masyarakat keuangan adalah bank lokal. Semakin besar perusahaannya, maka unsur atau kalangan masyarakat keuangan yang dilibatkan tentu lebih luas. Jika suatu perusahaan gagal memberi informasi yang benar, harga sahamnya dapat merosot tajam. Kalau hal seperti ini terjadi dan dibiarkan berlarut-larut, maka kepemilikannya terancam akan diambil alih oleh pihak lain.
f.
Distributor Distributor adalah mereka yang menangani fungsi perantara antara produsen dan konsumen, termasuk para grosir, agen komisi, perusahaan penyedia jasa gudang, eksportir dan importir, pasar-pasar, toko-toko pengecer, dan lain sebagainya.
g.
Konsumen dan Pemakai Yang disebut konsumen dan pemakai produk bukan hanya rumah tangga, tetapi juga perusahaan pembeli dalam partai besar yang lazim disebut sebagai ‘pemasok sekunder’. Mereka tidak langsung memakai produk itu, tetapi mengolahnya kembali menjadi produk yang lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
h.
Pencipta atau Pemimpin Pendapat Umum Mereka terdiri dari orang-orang yang berpengaruh sehingga setiap pendapatnya bisa jadi menentukan naik-turunnya atau bahkan jatuh-bangunnya suatu organisasi. Figurnya bervariasi dan bisa berubah-ubah. Mereka merupakan wujud demokrasi. Mereka harus selalu diperhatikan oleh setiap organisasi yang berkepentingan memasarkan produk atau ide ke masyarakat luas. Mereka tidak selamanya objektif. Tidak jarang mereka yang demikian diormati ternyata juga dipenuhi prasangka, kecurigaan tidak berdasar, atau kepentingan-kepentingan yang bersifat sepihak. Terkadang dalam rangka memperoleh dukungan mereka, komunikasi tatap muka perlu dilaksanakan.
i.
Serikat Pekerja Serikat pekerja memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan komersial, industri, dan politik di Inggris. Mereka bukan lagi sekelompok tukang teriak atau pendemo seperti di masa lampau. Dewasa ini banyak serikat pekerja yang mempekerjakan para spesialis di berbagai bidang. Tidak ada pimpinan perusahaan manapun yang dapat mengabaikan mereka.
j.
Media Massa Media mass memerluka penanganan yang sama sekali berbeda daripada yang diberikan terhadap khalayak-khalayak lainnya. Salah satu alasannya adalah kenyataan bahwa media merupakan jalur penghubung langsung antara organisasi dan para khalayaknya. Alasan lainnya adalah bahwa para penerbit, produser,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
editorm dan jurnalis memiliki kekuasaan penuh dalam menentukan apa yang akan dilihat, dibaca, dan didengar khalayak suatu organisasi. Yang ketiga adalah bahwa setiap editor, koresponden, jurnalis, dan produsen berta senantiasa mencari sesuatu sepanjang kehidupan profesional mereka, yakni kisah-kisah hebat yang dapat mereka sajikan kepada pembaca, pendengar, dan pemirsa mereka.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Gambar 1: Khalayak-khalayak Humas menurut Frank Jefkins KHALAYAK UTAMA: Media Massa: Editor Jurnalis Reporter Penulis berita Fotografer Koran Produsen dan editor TV Produsen dan editor radio
KHALAYAK PUNCAK: Akademisi Anak-anak Pesaing Pelanggan dan konsumen Distributor Pengguna akhir Lembaga-lembaga keuangan Pemerintah asing Masyarakat luas Lembaga resmi bidang kesehatan Pihak-pihak internasional yang berpengaruh Para analis investasi Investor Pencipta pendapat Masyarakat sekitar Pemerintah daerah Profesi medis Pasar uang Pemimpin pendapat umum Anggota parlemen Calon pegawai Agen (resellers) Pengecer Pemilik saham Bursa saham Pelajar/mahasiswa Pemasok Guru Para profesional Asosiasi bisnis/pedagang Serikat pekerja Agen/pemorong
EKSTERNAL
PERUSAHAAN/ ORGANISASI INTERNAL
Perusahaan rekanan Calon pegawai Pegawai yang sudah ada Pihak manajemen Pegawai baru Rekanan di luar negeri Pemilik saham Serikat pekerja
2.1.4. Humas Pemerintah Perbedaan pokok antara fungsi dan tugas hubungan masyarakat yang terdapat di instansi pemerintah dengan non-pemerintah (lembaga komersial) adalah tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
adanya unsur komersial.6 Humas pemerintah lebih menekankan pada public services atau demi meningkatkan pelayanan umum. Menurut John D. Millet, terdapat beberapa hal dalam humas dinas intansi/lembaga kepemerintahan untuk melaksanakan tugas utamanya, yaitu sebagai berikut: 7 a.
Mengamati dan mempelajari tentang hasrat, keinginan-keinginan dan aspirasi yang terdapat dalam masyarakat;
b.
Kegiatan memberi nasehat atau sumbang saran untuk menanggapi apa sebaiknya dilakukan oleh instansi/lembaga pemerintah seperti yang dikehendaki oleh pihak publiknya.
c.
Kemampuan untuk mengusahakan terjadinya hubungan memuaskan yang diperoleh antara hubungan publik dengan para aparat pemerintahan
d.
Memberikan penerangan dan informasi tentang apa yang telah diupayakan oleh suatu lembaga/instansi pemerintahan yang bersangkutan. Sedangkan menurut Dimock dan koenig8, pada umumnya tugas-tugas dari
pihak humas intansi atau lembaga pemerintahan yaitu sebagai berikut: a.
Upaya memberikan penerangan atau informasi kepada masyarakat tentang pelayanan masyarakat, kebijaksanaan serta tujuan yang akan dicapai oleh pemerintah daam melaksanakan program kerja tersebut.
6
Rosady Ruslan. Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers. 2012 hal. 341 7 Ibid. Hal 341 8 Ibid. Hal 342
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
b.
Mampu untuk menanamkan keyakinan dan kepercayaan serta mengajak masyarakat dalam partisipasinya atau ikut serta pelaksanaan program pembangunan di berbagai bidang sosial, ekonomi, budaya, politik, serta menjaga stabilitas dan keamanan nasional
c.
Kejujuran dalam pelayanan dan pengabdian dari aparatur pemerintah yang bersangkutan perlu dipelihara atau dipetahankan dalam melaksanakan tugas serta kewajibannya masing-masing. Pada dasarnya tugas humas instansi atau lembaga pemerintahan tidak berbeda
dari tugas humas perusahaan atau organisasi. Keduanya tetap pada memberikan pemahaman kepada publiknya mengenai perusahaan/instansi masing-masing. Fungsi pokok humas pemerintah Indonesia pada dasarnya antara lain sebagai berikut9: a.
Mengamankan kebijaksanaan pemerintah
b.
Memberikan pelayanan, dan meneyebarluaskan pesan atau informasi mengenai kebijaksanaan dan hingga program-program kerja secara nasinal kepada masyarakat
c.
Menjadi komunikator dan sekaligus sebagai mediator yang proaktif dalam menjembatani kepentingan instansi pemerintah di satu pihak, dan menampung aspirasi serta memperhatikan keinginan-keinginan publiknya di lain pihak.
9
Ruslan, Op.cit., hal 343
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Berperan serta dalam menciptakan iklim yang kondusif dan dinamis demi
d.
mengamankan stabilitas dan keamanan politik pembangunan nasional, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam menjalankan fungsi tersebut, peran statis dan strategi kehumasan pemerintah/BUMN adalah menyangkut beberapa hal, yaitu10: a.
Tugas secara taktis dalam jangka pendek, humas berupaya memberikan pesanpesan dan informasi kepada masyarakat umum dan khalayak tertentu sebagai target sasarannya. Kemampuan untuk melakukan komunikasi timbal balik, dan kemudian memotivasi, atau mempengaruhi opini masyarakat dengan usaha untuk “menyamakan persepsi” dengan tujuan dan sasaran instansi/lembaga yang diwakilinya. Tugas strategis (jangka panjang) humas, yakni berperan serta secara aktif dalam
b.
proses pengambil keputusan (desicion making process), memberikan sumbang saran, gagasan dan hingga ide-de cemerlang serta kreatif dalam menyukseskan program kerja lembaga/instansi yang bersangkutan dan hingga pelaksanaan pembangunan nasional. Terakhir, bagaimana upaya untuk menciptakan citra atau opini masyarakat yang positif.
2.2
Strategi Menurut Stephen Robbins, strategi didefinisikan sebagai penentuan tujuan
jangka panjang perusahaan dan memutuskan arah tindakan serta mendapatkan 10
Ruslan, Op.cit., hal 344
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan.11 Rhenald Kasali mengatakan, manajemen dan humas adalah dua ilmu yang berkembang secara terpisah.12 Akan tetapi melihat perkembangannya pada akhir abad ke-20, manajemen telah meningkatkan peranannya hampir pada setiap bidang kehidupan. Kasali menegaskan bahwa proses humas memperlihatkan dengan jelas pelaksanaan tugas humas bukan semata-mata melakukan aksi, melainkan membutuhkan rencanarencana manajemen dan diikuti langkah-langkah pengendalian melalui proses evaluasi. Strategi dimaksudkan agar organisasi/perusahaan dapat dikendalikan dengan baik untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, hal yang paling dasar bagi setiap pimpinan organisasi/perusahaan adalah mengetahui dengan pasti arah yang sedang dituju organisasi/perusahaan dan arah bagian yang dipimpinnya. Humas sebagai salah satu komponen organisasi/perusahaan, diadakan untuk tujuan strategis, yaitu untuk membaca rintangan yang muncul dari luar ataupun dari dalam.
2.2.1. Strategi Humas Menurut
Cutlip-Center-Broom,
praktisi
humas
profesional
dalam
melaksanakan program humas harus terdiri atas empat langkah kegiatan atau sering
11
Morrisan. Manajemen Public Relations-Strategi Menjadi Humas Profesional. Jakarta: Prenada Media Group. 2008 hal 152 12 Rhenald Kasali. Manajemen Public Relations. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 2005 hal 32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
juga disebut dengan empat langkah pemecahan masalah humas.13 Keempat langkah ini merupakan proses yang harus dijalankan setiap praktisi humas profesional. a.
Menentukan masalah (defining the problem). Langkah pertama ini meliputi kegiatan untuk meneliti dan mengawasi pengetahuan, pendapat, sikap dan tingkah laku khalayak yaitu pihak-pihak yang berkepentingan atau terpengaruh oleh tindakan dan kebijakan organisasi atau perusahaan. Pada intinya, langkah pertama ini merupakan kegiatan intelijen untuk mengumpulkan informasi atau data yang menjadi dasar berpijak praktisi humas guna mengambil langkah selanjutnya. Dalam kegiatan penentuan masalah ini praktisi humas harus menjawab pertanyaan "Apa yang terjadi saat ini?" Perencanaan dan penyusunan program (planning and programming).
b.
Masalah yang telah ditentukan pada langkah pertama digunakan untuk menyusun program, tujuan, tindakan, dan strategi komunikasi. Langkah kedua mencakup tindakan untuk memasukkan temuan yang diperoleh pada langkah pertama ke dalam kebijakan dan program organisasi. Langkah kedua ini merupakan proses untuk menjawab pertanyaan: "Berdasarkan situasi yang telah kita pelajari maka apa yang harus kita ubah, perbuat dan katakan?" Rencana dapat disusun setelah mengetahui apa masalah yang dihadapi, sementara masalah diketahui melalui riset yang dilakukan untuk itu. Terdapat dua jenis rencana, yaitu rencana strategis (strategic planning) atau sering disebut dengan strategi saja, dan rencana taktis (tactical planning) atau sering disebut taktik saja. Menurut Dominick, rencana 13
Morrisan. Op.cit. hal 108
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
strategis mencakup tujuan jangka panjang dan bersifat umum yang ingin dicapai perusahaan. Sedangkan renana taktis bersifat lebih spesifik yang meinci tugas yang harus dicapai oleh masing-masing departemen yang ada pada perusahaan untuk mencapai rencana strategis yang sudah ditetapkan. c.
Melakukan tindakan dan berkomunikasi (taking action and communicating). Langkah ketiga mencakup kegiatan melaksanakan tindakan dan melakukan komunikasi yang sejak awal dirancang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pertanyaan yang harus diajukan pada tahap ini adalah: "Siapa yang harus melakukan dan mengatakannya, kapan, di mana, dan bagaimana caranya?" 1) Strategi Aksi (action strategy) Strategi aksi atau strategi tindakan humas mencakup berbagai hal termasuk melakukan perubahan pada kebijakan, prosedur, produk, jasa, dan tingkah laku organisasi atau perusahaan.14 Perubahan dirancang untuk mencapai tujuan program dan tujuan organisasi, namun pada saat yang sama menjawab kebutuhan khalayak organisasi. Singkatnya, strategi tindakan ditujukan untuk melayani kepentingan bersama, yaitu perusahaan dan khalayaknya. Strategi tindakan didasarkan atas pengetahuan bagaimana kebijakan perusahaan prosedur, tindakan, dan output lainnya memberikan kontribusi terhadap masalah humas. Strategi tindakan terfokus pada upaya melakukan penyesuaian (adjustment) dan adaptasi pada organisasi atau perusahaan.
14
Morrisan. Op.cit. Hal 188
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Peluang untuk melaksanakan perubahan menghendaki manajemen dan praktisi humas untuk mendefinisikan humas tidak hanya sekedar publisitas atau komunikasi persuasif semata. 2) Strategi Komunikasi (communication strategy) Strategi tindakan (action strategy) merupakan penggerak utama program humas, namun pada umumnya strategi tindakan bersifat tidak tampak atau tidak mudah dikenali oleh pihak luar. Kegiatan komunikasi merupakan komponen yang jelas terlihat oleh siapa pun karena komunikasi memang ditujukan untuk masyarakat 3) Menyebarkan Pesan Penelitian menunjukan bahwa upaya menyampaiakna ide atau gagasan terkadang memerlukan kerja yang panjang. Strategi komunikasi tidak dapat digunakan untuk semua situasi. Strategi berbeda hanya akan efektif pada situasi yang juga berbeda. Dengan kata lain, tidak ada taktik yang sama untuk setiap keadaan. Praktisi humas harus dapat menggunakan tiga elemen utama dalam proses komunikasi yang terdiri dari sumber atau pengirim (sender), pesan (message), dan penerima pesan (receiver) secara efektif dan efisien. Komunikator harus menggunakan saluran yang akan membawa pesan kepada pihak penerima. Komunikator haruslah memiliki informasi yang cukup, ia juga harus memiliki kredibilitas di mata penerima pesan. Komunikator harus mampu menyam[aikan pesan dalam bahasa yang dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
dipahami penerima dan pesan itu haruslah relevan dengan kebutuhan atau ketertarikan penerima pesan. Dalam hal ini, keberhasilan komunikasi dangat ditentukan oleh tujuh hal, yaitu: (a) Kredibilitas. Komunikasi dimulai dengan iklim atau situasi kepercayaan. Iklim dibangun melalui tindakan oleh perusahaan atau organisasi yang menggambarkan kesungguhan dalam melayani pihak-pihak yang berkepentingan dan masyarakat. Penerima pesan harus memiliki kepercayaan pada diri pengirim serta memiliki penghormatan terhadap kompetensi pengirim pesan atas masalah yang menjadi perhatian. (b) Konteks. Suatu program komunikasi harus disesuaikan dengan realita lingkungan. Komunikasi yang efektif memerlukan lingkungan sosial yang mendukung. (c) Isi pesan. Pesan harus memiliki makna bagi mereka yang menerimanya dan harus sesuai dengan sistem nilai yang mereka anut. Pesan harus memiliki relevansi dengan situasi yang dihadapi penerima pesan. (d) Kejelasan. Pesan harus disampaikan dengan menggunakan istilah-istilah yang sederhana. Kata-kata harus mengandung makna yang sama, baik bagi penerima maupun pengirimnya. Isu-isu yang rumit harus dipadatkan ke dalam berbagai tema, slogan, stereotip yang sederhana, jelas, dan mudah dimengerti. Organisasi atau perusahaan harus berbicara dengan satu suara, bukan banyak suara.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
(e) Kontinuitas
dan
konsistensi.
Komunikasi
memerlukan
repetisi
(pengulangan) untuk mencapai penetrasi. Repetisi-dengan variasimemberikan sumbangan untuk pembelajaran dan persuasi. Namun ceritanya haruslah tetap konsisten. (f) Saluran. Praktisi humas harus menggunakan saluran yang sudah mapan (established) untuk menyampaikan pesan. Saluran yang dipilih haruslah saluran yang digunakan dan juga dihormati oleh khalayak sasaran. Pemilihan saluran harus dilakukan secara selektif agar betuk-betul dapat mencapai khalayak sasarannya. (g) Kemampuan
penerima.
Komunikasi
harus
memperhitungkan
kemampuan penerima. Komunikasi menjadi sangat efektif ketika penerima melakukan upaya yang paling sedikit untuk memahami pesan yang disampaikan. 4) Memilih Media Praktisi media harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai media massa karena pemilihan media massa yang tepat akan menentukan keberhasilan penyebaran pesan kepada khalayak sasaran. Namun hal yang pertama kali harus diketahui adalah memahami jenis media massa dan sifat dari
masing-masing
media
tersebut.
Masing-masing
media
dalam
menyampaikan pesan-pesannya juga mempunyai kekhususan. Upaya menyampaiajn informasi baik melalui media cetak, audio, dan audiovisual
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
masing-masing memiliki kelebihan tetapi juga kekurangan. Lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk media massa akan peneliti tuangkan dalam bab 2.4.2 d.
Evaluasi program (Evaluating the program). Langkah terakhir ini mencakup penilaian atau evaluasi atas persiapan, pelaksanaan dan hasil-hasil program. Program dapat dilanjutkan atau dihentikan setelah
menjawab
pertanyaan:
"Bagaimana
kita
telah
melakukannya?"
Penyesuaian dan perbaikan terhadap tindakan atau komunikasi yang telah dilaksanakan dapat dilakukan berdasarkan umpan balik yang diterima.
2.3
Pengertian Media relations Rosady Ruslan dalam bukunya “Manajemen Public Relations & Media
Komunikasi” menyatakan, hubungan media dan pers adalah suatu kegiatan khusus dari pihak humas untuk melakukan komunikasi penyampaian pesan, atau informasi tertentu mengenai aktivitas yang bersifat kelembagaan, perusahaan/institusi, produk, dan hingga kegiatan bersifat individual lainnya yang perlu dipublikasikan melalui kerja sama dengan pihak pers atau media massa untuk mnciptakan publisitas dan citra positif.15 Hubungan media dan pers merupakan sebagai alat, pendukung atau media kerja sama untuk kepentingan proses publikasi dan publisitas berbagai kegiatan program 15
Rosady Ruslan. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2010 hal 169
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
kerja atau untuk kelancaran aktivitas komunikasi humas dengan pihak publik. Karena peranan hubungan media dan pers dalam kehumasan tersebut dapat sebagai saluran (channel) dalam penyampaian pesan, maka upaya peningkatan pengenalan (awareness) dan informasi atau pemberitaan dari pihak publikasi Humas merupakan prioritas utama. Hal tersebut dikarenakan salah satu fungsi pers adalah kekuatan pembentuk opini (power of opinion) yang sangat efektif melalui media massa. Disamping itu, kerja sama dengan pers akan menghasilkan frekuensi publisitas yang cukup tinggi. Dampak pemberitaan tersebut baik yang bersifat efek keserempakan, efek dramatisir, atau efek publisitas tinggi, dan memiliki pengaruh yang luar biasa besarnya terhadap pembentukan opini publik dalam waktu yang relatif singkat, sehubungan dengan jumlah pembaca atau audiensi yang tersebar di berbagai tempat dalam waktu bersamaan. Menurut Jefkins, tujuan pokok diadakannya hubungan pers ‘menciptakan pengetahuan dan pemahaman’, jadi bukan semata-mata untuk menyebarkan suatu pesan sesuai dengan keinginan perusahaan induk atau pihak klien demi mendapatkan ‘suatu citra atau sosok yang lebih indah daripada aslinya di mata umum’.
16
Tidak
seorang pun berhak mendikte apa yang harus diterbitkan atau disiarkan oleh media massa. Jefkins menguraikan beberapa prinsip umum yang perlu diperhatikan oleh setiap praktisi humas dalam rangka menciptakan dan membina hubungan media dan pers yang baik: 16
Frank Jefkins. Public Relations. Jakarta: Erlangga. 2003 hal 114
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
a.
Memahami dan melayani media. Dengan memahami dan melayani media, praktisi humas akan mampu menjalin kerja sama dengan pihak media. Ia juga akan
dapat
menciptakan
suatu
hubungan
timbal
balik
yang
saling
menguntungkan. b.
Membangun reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya. Para praktisi humas harus senantiasa siap menyediakan materi-materi akurat di mana saja dan kapan saja hal tersebut diperlukan. Hanya dengan cara inilah ia akan diakui sebagai sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya oleh para jurnalis.
c.
Menyediakan salinan yang baik. Dengan adanya teknologi pemasukan data langsung melalui komputer, seperti siaran berita, penyediaan salinan naskah dan foto-foto yang baik secara cepat menjadi semakin penting.
d.
Bekerja sama dalam penyediaan materi. Sebagai contoh, petugas humas dan jurnalis dapat bekerja sama dalam mmpersiapkan sebuah acara wawancara atau temu pers dengan tokoh-tokoh tertentu.
e.
Menyediakan fasilitas verifikasi. Para praktisi humas perlu memberi kesempatan kepada para jurnalis untuk melakukan verifikasi atas setiap materi yang mereka terima. Contohnya, para jurnalis diizinkan untuk melihat langsung fasilitasatau kondisi-kondisi organisasi/perusahaan yang hendak diberitakan.
f.
Membangun hubungan personal yang kokoh. Suatu hubungan personal yang kokoh dan positif hanya akan tercipta serta terpelihara apabila dilandasi oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
keterbukaan, kejujuran, kerja sama, dan sikap saling menghormati perofesi masing-masing.
2.3.1. Bentuk Media relations Dalam upaya membina media relations, humas akan melakukan kegiatankegiatan yang bersentuhan dengan pers. Menurut Soemirat dan Ardianto, bentukbentuk hubungan pers adalah sebagai berikut:17 a.
Konferensi pers, temu pers, atau jumpa pers, yaitu diberikan secara simultan/bersamaan oleh sseorang pejabat pemerintah atau swasta kepada sekelompok jurnalis. Syarat utama dari sebuah konferensi pers adalah berita yang disampaikan kepada jurnalis sangat penting. Sebuah konferensi pers akan kehilangan fungsinya apabila berita yang disampaikan kurang penting.
b.
Press Briefing, yaitu diselenggarakan secara reguler oleh seorang praktisi humas. Dalam kegiatan ini disampaikan informasi-informasi mengenai kegiatan yang baru terjadi kepada pers, juga diadakan tanggapan atau pertanyaan apabila jurnalis belum puas dan menginginkan keterangan terperinci.
c.
Press Tour, yaitu diselenggarakan oleh suatu perusahaan atau lembaga untuk mengunjungi daerah tertentu dan merekapun (pers) diajak menikmati objek wisata yang menarik.
17
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007 hal 128
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
d.
Press Release atau siaran pers sebagai publisitas, yaitu media yang banyak digunakan dalam kegiatan kehumasan karena dapat menyebarkan berita. Siaran pers didefinisikan sebagai:informasi dari individu atau organisasi yang disampaikan kepada media massa dengan maksud untuk diberitakan.18 Kualitas yang rendah adalah salah satu sebab begitu banyaknya siaran pers yang tidak digunakan media massa. Siaran pers bukan iklan karena orang tidak perlu membayar jika informasinya diberitakan dan karenanya suatu siaran pers tidak boleh seperti iklan. Prinsip utama ketika menulis siaran pers untuk tujuan berita adalah bahasa yang sederhana. Berikut adalah teknik praktis menulis siaran pers menurut Rachmat Kriyantono:19 1) Menentukan satu tema (key issue atau news values) Humas harus menentukan isu apa yang akan dijual kepada media. Kemudian humas harus fokus pada satu key issue tersebut (one release-one key issue). Agar media tertarik, maka isu tersebut harus mengandung nilai berita, baik bagi organisasi, media, maupun publik. Nilai berita ini dapat dilihat pada judul siaran pers. 2) Buat sesuai pola piramida terbalik Paragraf pembuka berfungsi sebagai teras atau lead dari siaran pers, dimana bagian paling penting (pokok permasalahan) disampaikan di awal. Bagian awal siaran pers merupakan rangkuman atas keseluruhan berita.
Morrisan Op.cit. hal 217 Rachmat Kriyantono. Public Relations Writting-Teknik Produksi Media Public Relations dan Publisitas Korporat. Jakarta: Prenada Media Group. 2008 hal 148
18 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
3) Siaran pers harus informatif Berkaitan dengan unsur kelengkapan berita. Tulisan harus bisa menjelaskan peristiwa secara jelas dan detail sehingga editor media memahaminya. Siaran pers yang informatif mencakup what (apa yang terjadi); who (siapa yang melakukannya); where (di mana kejadiannya); when (kapan kejadiannya); why (mengapa terjadi); dan how (bagaimana proses kejadiannya). Menampilkan fakta sosiologis (kejadian fisik) dan fakta psikologis (kutipan pernyataan seorang company representative). Kutipan bisa ditulis menggunakan kalimat langsung atau tak langung, tetapi jangan ditempatkan pada paragraf pertama. 4) Hindari pesan-pesan menjual Hindari isi siaran pers yang hiperbola (membesar-besarkan fakta), kata-kata klise, jargon-jargon kosong,bohong, promosi berlebihan, dan terkesan beriklan. Berikan informasi faktual dan jangan beropini. 5) Paragraf Singkat Jangan membuat siaran pers terlalu panjang. Usahakan 1 lembar halaman atau sekitar 400-500 kata. Tulislah siaran pers yang singkat, padat, namun jelas dan informatif. Jika ada informasi lain yang ingin ditambahkan, tulislah pada bagian terpisahatau lembar lain sebagai tulisan latar atau fact sheet.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
6) Format: jangan ditulis tangan Supaya mudah dibaca dan terjaga keindahannya, gunakan komputer. Ini juga terkesan humas tidak gagap teknologi. Siaran pers yang ditulis tangan menunjukkan humas tidak serius. 7) Identifikasi Berilah identitas pengirim secara jelas, berupa nama, jabatan, nomor telepo pribadi dan kantor yang bisa dihubungi, dan alamat kantor (kop organisasi). 8) Tanggal rilis Setiap siaran pers hendaknya diberi tanggal kapan rilis itu dibuat. Dimungkinkan untuk menulis tanggal yang menunjukkan kapan kita inginkan siaran pers itu dimuat di media. 9) Waktu pengiriman Kapan saat yang tepat untuk mengirim siaran pers. Yang harus diingat adalah deadline media. Jika bermaksud mengirim ke lebih dari satu media, jangan mengirim siaran pers terlalu jauh dari hari H kegiatan. Selain itu, semakin jauh dari hari H, dikhawatirkan siaran pers tersebut hilang dari meja redaksi. 10) Pilih media pengiriman yang tepat Saat ini, siaran pers bisa dikirim melalui berbagai cara, yaitu jasa pos, mendatangi langsung media, melalui fax, email, atau menjadi menu dalam website.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
11) Pilih asesoris yang menarik Pemilihan bcntuk huruf, gaya penulisan, jenis kertas, dan cover yang bisa membedakan dengan siaran pers lainnya (ini untuk siaran pers yang ditulis di lembaran kertas). 12) Undang media Dengan sampainya siaran pers ke meja redaksi, sebenamya terkandung undangan agar media menghadiri kegiatan yang dimaksud dalam siaran pers itu. Namun, jika humas ingin menambah kalimat yang berisi undangan juga diperbolehkan 13) Tulis ekslusif Bila informasi yang anda sampaikan benar-benar baru atau hanya mengirim siaran pers anda untuk satu media, maka tulislah ekslusif di bagian awal siaran pers anda. 14) Jangan salah ketik Tata bahasa, tata kalimat, penulisan huruf harus dicek jangan sampai salah. Jika melakukan banyak kesalahan, bisa dianggap tidak serius dalam menulis. Ini juga dapat menjadi cermin kepribadian humas dalam bekerja, yang mungkin diartikan tidak rapi dan asal-asalan. e.
Special Event, yaitu peristiwa khusus sebagai suatu kegiatan humas yang penting dan memuaskan banyak orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan, mampu meningkatkan pengetahuan dan memenuhi selera publik. Seperti peresmian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
gdung, peringatan ulang tahun perusahaan. Kegiatan ini biasanya mengundang pers untuk meliputnya. f.
Press Luncheon, yaitu praktisi humas mengadakan jamuan makan siang bagi para wakil media massa/jurnalis, sehingga pada kesempatan ini pihak pers bisa bertemu dengan top manajemen perusahaan/lembaga guna mendengarkan perkembangan perusahaan/lembaga tersebut.
g.
Wawancara pers, yaitu sifatnya lebih pribadi, lebih individual. Humas atau top manajemen yang diwawancarai hanya berhadapan dengan jurnalis yang bersangkutan.
2.3.2. Bentuk Media Massa Media Massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media elektronik.20 Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film, media online (internet). a.
Surat Kabar Fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar, yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Karakteristik surat kabar sebagai
20
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah. Komunikasi Massa-Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Republika. 2012
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
media massa mencakup publisitas (penyebaran pada publik atau khalayak), periodesitas (keteraturan terbit, yaitu harian, mingguan, atau dwi mingguan), universalitas (keanekaragaman isinya yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia), aktualitas (laporan peristiwa “kekinian” dan masih hangat), dan terdokumentasikan (berita dapat diarsipkan atau dibuat kliping). Surat kabar dapat dikelompokkan pada berbagai kategori. Dilihat dari ruang lingkupnya, maka kategorisasinya adalah surat kabar lokal, regional, dan nasional. Ditinjau dari bentuknya, ada bentuk surat kabar biasa dan tabloid. Sedangkan dilihat dari bahasa yang digunakan, ada surat kabar berbahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa daerah. b.
Majalah Menurut Dominick, klasifikasi majalah dibagi ke dalam lima kategori utama, yakni: 1) General consumer magazine. Majalah ini dapat dikonsumsi siapa saja dan dijual di mana-mana. Majalah konsumen umum ini menyajikan informasi tentang produk dan jasa yang diiklankan pada halaman-halaman tertentu. 2) Business publication. Majalah-majalah isnis melayani secara khusus informasi bisnis, industri atau profesi. Media ini tidak dijual di mall, pembacanya terbatas pada kaum profesional atau pelaku bisnis. Produkproduk yang diiklankan umumnya hanya dibeli oleh organisasi bisnis atau kaum profesional.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
3) Literacy reviews and academic journal. Umumnya memiliki sirkulasi di bawah 10 ribu, dan banyak diterbitkan oleh organisasi-organisasi non nonprofit, universitas, yayasan, atau organisasi profesional. 4) Newsletter. Media ini didistribusikan secara gratis atau dijual secara berlangganan. 5) Public Relations Magazine. Majalah PR ini diterbitkan oleh perusahaan dan dirancang untuk sirkulasi pada karyawan perusahaan, agen, pelanggan, dan pemegang saham. Tipe suatu majalah ditemtukan oleh sasaran khalayak yang dituju. Artinya sejak awal redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya, apakah anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa, atau untuk pembaca umum. Bisa juga sasaran pembacanya dari kalangan profesi tertentu. Mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama media majalah berbeda satu sama lainnya. Meskipun sama-sama sebgai media cetak, majalah tetap dapat dibedakan dengan surat kabar karena karakteristiknya, yaitu penyajian yang lebih mendalam, nilai aktualitas yang lebih lama, gambar/foto yang lebih banyak, dan sampulnya merupakan daya tarik tersendiri. c.
Radio Siaran Radio siaran mendapat julukan kekuatan kelima atau the fifth estate. Hal ini disebabkan radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti surat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
kabar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan radio siaran tersebut adalah daya langsung (berkaitan dengan proses penyusunan dan penyampaian pesan pada pendengarnya yang relatif cepat), daya tembus (berkaitan dengan siaran radio yang tidak mengenal jarak dan rintangan), dan daya tarik (disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya, yakni musik, katakata, dan efek suara). Pesan yang disusun untuk surat kabar akan sulit dimengerti oleh komunikan bila pesan itu disampaikan melalui radio siaran. Untuk radio siaran terdapat cara sendiri, yakni apa yang disebut broadcast style atau gaya radio siaran. Gaya radio siaran ini disebabkan oleh sifat radio siaran yang mencakup auditori (keterbatasan kemampuan mendengar manusia membuat pesan komunikasi melalui radio siaran diterima dengan selintas), radio is the now (nilai aktualitas yang tinggi), imajinatif, akrab, gaya percakapan, dan menjaga mobilitas. d.
Televisi Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya, yakni memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi. Ditinjau dari stimulasi alat indra, televisi dapat didengar dan dilihat oleh indra kita, berbeda dengan surat kabar, majalah, atau radio siaran yang hanya memberikan 1 stimulasi pada indra. Dengan demikian, televisi memiliki karakteristik, yakni audiovisual (dapat didengar sekaligus dilihat), berpikir dalam gambar, dan pengoperasiannya lebih kompleks.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
e.
Komputer dan Internet Internet merupakan jaringan longgar dari riabuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Misi awalnya adalah menyediakan sarana bagi para peneliti untuk mengakses data dari sejumlah sumber daya perangkat keras komputer yang mahal. Namun, sekarang internet telah berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif. Dewasa ini, internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang tidak dapat diabaikan. Informasi yang menarik, tepat waktu, dan cermat sangat penting untuk jurnalisme yang baik. Dalam seabad terakhir ini, pekerjaan seorang wartawan ditentukan oleh peluangnya mendapat informasi. Jaringan komunikasi elektronik juga memungkinkan wartawan mencari dimana seseorang berada dan mendapatkan informasi dari berbagai tempat di seluruh dunia. Pendeknya, jaringan informasi melalui komputer dan internet sangat meudahkan wartawan menjalankan tugasnya di mana pun dia berada.
2.4
Krisis Krisis didefinisikan oleh Pauchant dan Mitroff sebagai a disruption that
physically affects a system as a whole and threatens its basic assumptions, its subjective sense of self, its existential core (gangguan yang secara fisik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
mempengaruhi keseluruhan sistem dan mengancam asumsi dasar, rasa subjektivitas diri, inti eksistensial).21 Seluruh krisis sektoral yang dialami sebuah organisasi berkaitan dengan hubungan kasualitas dan tingkat kepercayaan publik yang diperolehnya. Jadi dalam krisis sektoral tersebut, kepercayaan publik dapat menjadi faktor penyebab, tapi juga faktor akibat. Kepercayaan publik menjadi sumber kekuatan utama bagi setiap organisasi dengan beragam kegiatannya. Dengan kata lain, organisasi bisa eksis dan berkembang tidak lain karena adanya kepercayaan dari publiknya, yang merupakan kekuatan internal dan eksternal penentu hidup matinya organisasi tersebut. Ketika publik mulai dihantui keragu-raguan dan pesimisme, organisasi mengalami krisis kepercayaan. Sebagai faktor sebab akibat, krisis kepercayaan dimulai dari adanya gangguan pada hubungan baik antara organisasi dengan publiknya, baik karena kelalaian organisasi itu sendiri maupun karena tekanan eksternal.
2.4.1 Tahap Krisis Fink membagi tahapan krisis ke dalam 4 tahap, yaitu:22 a.
Tahap Prodromal Pada tahap ini krisis sudah mulai muncul. Tahap prodromal sering disebut pula warning stage karena ia memberi sirene tanda bahaya mengenai simtom-
21
Emeraldy Chatra & Rulli Nasrulah. Strategi Kehumasan Dalam Menghadapi Krisis. Bandung: Maximalis. 2008 hal 5 22 Rhenald Kasali. Manajemen Public Relations. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 2005. Hal 225
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
simtom yang harus segera diatasi. Mengacu pada definisi krisis, tahap ini juga merupakan bagian dari turning point. Bila manajer gagal mengartikan atau menangkap sinyal ini, krisis akan bergeser ke tahap yang lebih serius: tahap akut. Tahap prodromal biasanya muncul dalam salah satu dari 3 bentuk ini: 1)
Jelas sekali. Gejala-gejala awal kelihatan jelas sekali. Misalnya, ketika muncul selebaran gelap di masyarakat, ketika terjadi kebocoran pipa gas di pabrik, ketika karyawan datang pada manajemen meminta kenaikan upah, ketika para manajer berbeda pendapat secara tegas, dan lain sebagainya.
2)
Samar-samar. Gejala yang muncul tampak samar-samar karena sulit menginterpretasikan dan menduga luasnya suatu kejadian. Misalnya, peraturan pemerintah (deregulasi), munculnya pesaing baru, tindakan (ucapan) pemimpin opini, dan sebagainya. Ini artinya perusahaan atau organisasi memerlukan bantuan para analis untuk menganalisis hal-hal yang samar-samar itu sebelum tergulung oleh ombak krisis.
3)
Sama sekali tidak kelihatan. Gejala-gejala krisis bisa tak terlihat sama sekali. Perusahaan tidak dapat membaca gejala ini karena kelihatannya segalanya oke-oke saja. Laba perusahaan meningkat dengan baik. Perusahaan beranggapan "sulit untuk memuaskan semua pihak". Maka, kalau ada kerugian pada salah satu produk atau keburukan pada salah satu lini, itu adalah sangat wajar. Yang perusahaan tidak pikirkan adalah,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
seberapa jauh kerugian itu dapat menjadi kanibal. Untuk itu perusahaan perlu melakukan general check-up secara rutin, misalnya 3 atau 6 bulan sekali, dengan memanggil konsultan. Metode yang biasanya dipakai adalah Management Audit yang menyangkut segala aspek di dalam perusahaan. Para ahli krisis umumnya sependapat bahwa sekalipun krisis pada tahap ini sangat ringan, pemecahan dini secara tuntas sangat penting. Alasannya adalah karena masih mudah untuk ditangani sebelum ia memasuki tahap akut, sebelum ia meledak, dan sebelum menimbulkan komplikasi. b.
Tahap Akut Inilah tahap ketika orang mengatakan: "telah terjadi krisis". Meski bukan di sini awal mulanya krisis, orang menganggap suatu krisis dimulai dari sini karena gejala yang samar-samar atau sama sekali tidak jelas itu mulai kelihatan jelas. Dalam banyak hal, krisis yang akut sering disebut sebagai the point of no return. Artinya, sekali sinyal-sinyal yang muncul pada tahap peringatan (prodromal stage) tidak digubris, ia akan masuk ke tahap akut dan tidak bisa kembali lagi. Kerusakan sudah mulai bermunculan reaksi mulai berdatangan, isu menyebar luas. Salah satu kesulitan besar dalam menghadapi krisis pada tahap akut adalah intensitas dan kecepatan serangan yang datang dari berbagai pihak yang menyertai tahap ini. Kecepatan ditentukan oleh jenis krisis yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
menimpa perusahaan, sedangkan intensitas ditentukan oleh kompleksnya permasalahan. c.
Tahap Kronis Tahap ini sering juga disebut sebagai the clean up phase atau the post mortem. Sering pula tahap ini disebut sebagai tahap recovery atau self analysis. Di dalam perusahaan, tahap ini ditandai dengan perubahan struktural.
d.
Tahap Resolusi (Penyembuhan) Tahap ini adalah tahap penyembuhan (pulih kembali) dan tahap terakhir dar1 4 tahap krisis. Meski bencana besar dianggap sudah berlalu, crisis manager tetap perlu berhati-hati, karena riset dalam kasus-kasus krisis menunjukkan bahwa krisis tidak akan berhenti begitu saja pada tahap ini. Krisis umumnya berbentuk siklus yang akan membawa kembali keadaan semula (prodromal stage).
2.4.2 Mengelola Krisis Langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat terjadi krisis adalah sebagai berikut:23 a.
Identifikasi Krisis Untuk dapat mengidentifikasi suatu krisis, praktisi humas perlu melakukan penelitian. Bila krisis terjadi dengan cepat penelitian harus dilakukan secara informal dan kilat. Hal ini hanya dimungkinkan bila praktisi humas mempunyai kecakapan dan kepekaan untuk mengumpulkan data.
23
Kasali, Op.cit., hal 231
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
b.
Analisis Krisis Sebelum melakukan komunikasi, praktisi humas harus melakukan analisis atas masukan yang diperoleh. Analisis yang dilakukan mempunyai cakupan yang luas, mulai dari analisis parsial sampai analisis integral yang kait mengait.
c.
Isolasi Krisis Untuk mencegah krisis menyebar luas ia harus diisolasi, dikarantinakan sebelum tindakan serius dilakukan.
d.
Pilihan Strategi Sebelum mengambil langkah-langkah komunikasi untuk mengendalikan krisis, perusahaan perlu melakukan penetapan strategi generik yang akan diambil. Ada 3 strategi generik untuk menangani krisis, yakni: 1) Defensive Strategy (Strategi Defensif). Langkah-langkah yang diambil meliputi hal-hal seperti mengulur waktu, tidak melakukan apa-apa (not in action atau low profile), dan membentengi diri dengan kuat (stone walling). 2) Adaptive Strategy (Strategi Adaptif). Langkah-langkah yang diambil mencakup hal-hal yang lebih luas, seperti mengubah kebijakan, modifikasi operasional, kompromi, meluruskan citra. 3) Dynamic Strategy (Strategi Dinamis). Strategi ini
sudah bersifat agak
makro dan dapat mengakibatkan berubahnya karakter perusahaan. Pilihannya adalah merger dan akuisisi, investasi baru, menjual saham,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
meluncurkan produk baru/menarik peredaran produk lama, menggandeng kekuasaan, melempar isu baru untuk mengalihkan perhatian. e.
Program Pengendalian Program pengendalian adalah langkah penerapan yang dilakukan menuju strategi generik yang dirumuskan. Umumnya strategi generik dapat dirumuskan jauh-jauh hari sebelum krisis timbul, yakni sebagai guidance agar para eksekutif bisa mengambil langkah yang pasti. Berbeda dari strategi generik, program pengendalian biasanya disusun di lapangan ketika krisis muncul. Implementasi pengendalian diterapkan pada perusahaan (beserta cabang), industri (gabungan usaha sejenis), komunitas, dan divisi-divisi perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/