perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Produksi Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to produce yang artinya menghasilkan. Produksi adalah proses dimana input diubah menjadi output. Produksi merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi kapital, tenaga kerja, teknologi, managerial skill (Soeharno, 2006). Menurut Joesron dan Fathorrozi (2003), produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dalam proses produksi ini, barang atau jasa lebih memiliki nilai tambah atau guna. Hubungan ini terdapat dalam suatu fungsi produksi. 1.
Fungsi Produksi Fungsi produksi merupakan keterkaitan antara faktor-faktor produksi dan
capaian tingkat produksi yang dihasilkan, dimana faktor produksi sering disebut dengan istilah input dan jumlah produksi disebut dengan output (Sukirno, 2002:42). Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan antara input dan output yang dihasilkan. Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Fungsi produksi dalam beberapa pembahasan ekonomi produksi banyak diminati dan dianggap penting karena (Soekartawi, 2003):
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Fungsi Produksi dapat menjelaskan hubungan antara faktor produksi dengan produksi itu sendiri secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.
b.
Fungsi produksi mampu mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (Y), dengan variabel yang menjelaskan (X) serta sekaligus mampu mengetahui hubungan antar variabel penjelasnya (antara X dengan X yang lain). Fungsi produksi dapat di formulasikan menjadi berikut: Q = f (X1,X2,X3
(1.1)
n
Keterangan: Q = Tingkat Produksi X1 ..,Xn = Faktor-faktor produksi Dari input yang tersedia setiap perusahaan maupun sektor pertanian, ingin memperoleh hasil maksimum sesuai dengan tingkat teknologi yang ada pada saat itu. Fungsi produksi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara untuk memperoleh output tertentu, bisa bersifat labour intencive (banyak menggunakan tenaga kerja) seperti yang banyak dilakukan pada sistem pertanian Indonesia, atau dengan sistem capital intencive dengan lebih banyak menggunakan capital dan mesinmesin seperti yang banyak dilakukan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang (Deliarnov, 1994). Input yang digunakan dalam proses produksi antara lain adalah modal, tenaga kerja, dummy, dan lain-lain. Dalam ilmu ekonomi, output dinotasikan dengan Q sedangkan input (faktor produksi) yang digunakan biasanya (untuk penyederhanaan) terdiri dari input kapital (K) dan tenaga kerja (L).Dengan demikian : Q = f (K, L)
(1.2)
commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Jangka Waktu Produksi Setiap proses produksi memerlukan jangka waktu produksi. Berdasarkan
penggolongan input tersebut, terdapat dua jangka waktu produksi, yaitu jangka pendek dan jangka panjang (Mankiw, 2006:348): a.
Fungsi Produksi Jangka Panjang Fungsi produksi jangka panjang adalah kurun waktu dimana semua faktor produksi adalah bersifat variabel. Ini berarti dalam jangka panjang perubahan output dapat dilakukan dengan cara mengubah faktor produksi dalam tingkat kombinasi yang seoptimal mungkin. Dalam jangka panjang, mungkin akan lebih ekonomis baginya apabila menambahkan skala perusahaan dan tidak perlu menambah jam kerja. Setelah satu cara untuk menggambarkan dengan menggunakan isoquant. Sebuah isoquant menunjukkan kombinasi-kombinasi yang biasa digunakan memproduksi output yang besarnya sama.
b.
Fungsi Produksi Jangka Pendek Jangka pendek yaitu jangka waktu yang mengacu pada satu atau lebih faktor produksi yang tidak bisa diubah. Dalam jangka pendek, seorang produsen dapat mengubah input X1 yang digunakan dalam proses produksinya, akan tetapi tidak bisa mengubah input X2. Jadi input X1 merupakan input tetap, sedangkan input X2 merupakan input variabel. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa kurva total produksi dimulai dari titik origin (dengan kata lain tidak mempunyai intercept); karena jika produsen tidak menggunakan input L sama sekali maka outputnya juga nol.
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Q = f ( X1, X2,.., Xn Xn )
)
Keterangan: Q = Output; X1, X2,..,Xn X = Input variabel; dan Xn = Input tetap. 3.
Fungsi Produksi Dengan 1 Input Variabel
a.
Produksi Rata-Rata dan Produksi Marjinal Penjelasan tentang produksi rata-rata dan produksi marjinal diawali
dengan pengertian dari produksi total atau produk total (total product). Pengertian dari produk total adalah besarnya keseluruhan output yang dihasilkan dengan menggunakan teknik-teknik produksi yang terbaik (Sukirno,2002: 195-197). Produksi marjinal atau marjinal product labor (MPL) menyatakan tambahan produksi yang diakibatkan adanya penambahan satu tenaga kerja kerja (L) yang digunakan dalam produksi (Sukirno, 2002 : 195). Jika pertambahan tenaga kerja dinotasikan dengan L, pertambahan produksi total dinotasikan dengan TP, maka produksi marjinal (MP) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
MPL =
..... (1.4)
Keterangan: MPL : Produksi marjinal tenaga kerja : Total tambahan dari produksi total (total product) : Total pertambahan tenaga kerja. Pindyck dan Rubinfeld (2005:191) menerangkan bahwa marjinal produk dari tenaga kerja (MPL) ditentukan oleh besarnya nilai kapital yang digunakan. Jika dilakukan penambahan atas input kapital, maka marjinal produk dari tenaga kerja juga akan bertambah. Hal ini dikarenakan produktivitas tenaga kerja menjadi semakin meningkat sebagai akibat adanya penambahan penggunaan atas kapital.
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Produk fisik marjinal merupakan suatu output atau keluaran yang dapat diproduksi dengan menggunakan satu unit tambahan dari masukan tersebut dengan mempertahankan semua input lain tetap atau konstan. Secara matematis dapat di tuliskan (Salvatore, 2004 : 255-256) : MPK =
= fK
MPL =
= fL
.
) ..... (1.6)
Dimana persamaan (1.5) menyatakan produk fisik marjinal dari modal, sedangkan persamaan (1.6) merupakan produk fisik marjinal dari tenaga kerja. Berdasarkan definisi secara matematis yang dituliskan pada persamaan (1.5) dan (1.6), terdapat adanya notasi matematika yang menyatakan bentuk derivasi parsial. Pengertian produksi rata-rata atau average product of labor adalah produksi yang secara rata-rata yang dihasilkan oleh setiap pekerja. Jika produksi total ditunjukkan melalui notasi TP dan tenaga kerja adalah L, maka produksi rata-rata (AP) dapat dihitung (Pindyck dan Rubinfeld, 2005:191): APL =
=
............ (1.7)
Keterangan: AP : Produksi rata-rata dari tenaga kerja TP : Produksi total (total product) L : Total tenaga kerja b.
Hubungan Antara TP, AP dan MP Dalam teori ekonomi, produktivitas tenaga kerja dapat diartikan sebagai
pengertian dari produktivitas rata-rata suatu industri yang mengalami suatu peningkatan produktivitas, maka dapat dikatakan bahwa output atau keluaran per unit input tenaga kerja dikatakan mengalami peningkatan. Konsep produktivitas
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fisik rata-rata dianggap paling banyak mendapatkan perhatian karena lebih mudah pengukurannya dari pada konsep produktivitas marjinal. Pada persamaan (1.7) nilai APL untuk setiap jumlah masukan tenaga kerja merupakan kemiringan garis yang ditarik dari titik asal di kurva TPL. Pada gambar 1.1 memperlihatkan bagaimana produktivitas marjinal untuk kurva tenaga kerja dapat diturunkan dari kurva produk total. Kurva TP L dalam gambar (a) mewakili hubungan antara input tenaga kerja dan output produksi konstan. Seperti yang ditunjukkan pada gambar (b) kemiringan kurva TP L merupakan produk marjinal tenaga kerja (MPL) dan kemiringan kurva yang menggabungkan titik asal dengan satu titik kurva TPL menghasilkan produk ratarata tenaga kerja (APL). Hubungan antara kurva APL dan MPL ini secara geometris dapat dijelaskan melalui gambar 1.1.
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah output per periode Q
C
B
TPL
A Input tenaga Kerja Per Periode
L*
0
L**
L***
MPL, APL
(a) Kurva Total Tenaga Kerja
D E L* Tahap I
F
L**
Input Tenaga kerja Per Periode
L*** Tahap II
Tahap III
(b) Kurva Produk rata-rata dan marjinal untuk tenaga kerja Sumber: Pindyck dan Rubinfeld (2005 :192)
Gambar 1.1 Hubungan Antara Kurva-Kurva TPL, APL dan MPL Pembahasan kurva produksi seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.1 dibagi ke dalam tiga tahapan berdasarkan perubahan pada kurva TPL. Tahapantahapan tersebut diterangkan sebagai berikut (Sadono, 2003: 199-200): 1) Tahap Pertama Pada tahap awal, setiap penambahan input (tenaga kerja) akan menghasilkan sejumlah tambahan output yang lebih besar. Hal ini ditunjukkan dengan kurva APL yang terus meningkat hingga titik E, kondisi ini pada kurva TPL
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ditunjukkan pada titik A dimana titik A menggambarkan batas dimana setiap tambahan output yang berkurang atau lebih kecil daripada setiap adanya tambahan input hingga sebesar L*. Hal ini berarti, besarnya penambahan input sebesar L* dan L** akan menyebabkan tambahan output lebih kecil daripada penambahan inputnya. Batas ini untuk kurva MP L ditunjukkan pada titik D, sedangkan untuk batas penurunannya terdapat pada titik E. 2) Tahap Kedua Pada tahap kedua tindakan produsen dalam menambah input masih dikatakan rasional karena masih meghasikan adanya tambahan output. Berkurangnya tambahan output yang tidak proporsional dengan tambahan input ini ditunjukkan melalui kurva APL yang semakin menurun setelah melewati titik E. Dalam hal ini, kurva MPL memotong kurva APL di titik E dimana tambahan output ditunjukkan lebih kecil dari pada tambahan input. Pada penambahan input sebesar L** hingga L***, rata-rata output (APL) ditunjukkan mulai berkurang. Total produk untuk tenaga kerja (TPL) mencapai puncak dimana tambahan output mulai berkurang hingga pada titik C. Pada titik C, tambahan input dikatakan yang paling optimum dimana besarnya proporsi pertambahan ouput adalah sama dengan pertambahan inputnya. 3) Tahap Ketiga Pada tahapan ketiga di awali pada titik C dimana setelah melewati batas penambahan input sebesar L***, besarnya output mulai mengalami penurunan. Hal ini ditunjukkan melalui kurva TPL yang mulai menurun setelah melewati titik C. Kurva MPL yang menggambarkan adanya tambahan output ditunjukkan memotong garis horizontal pada titik F yang menunjukkan
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa sudah tidak ada lagi tambahan output setelah input ditambahkan lebih besar dari pada L***. c.
The Law of The Deminishing Return Teori produksi mengenal istilah the law of the deminishing return atau
hukum hasil lebih yang semakin berkurang dalam sistem produksi yang menggunakan input tenaga kerja (labor) (Pindyck dan Rubinfeld, 2005: 194-195). Kondisi ini menjelaskan bahwa faktor input tenaga kerja ditambah secara terus menerus sebanyak satu unit, maka produk total akan terus mengalami pertambahan yang proporsional. Pada suatu pertambahan unit input kerja, pertambahan outputnya menjadi akan semakin berkurang hingga akhirnya tidak terjadi pertambahan atau terjadi penurunan produk total ketika input tenaga kerja terus dilakukan penambahan. Untuk melihat bagaimana bekerjanya konsep dalam hukum hasil lebih yang semakin berkurang, terlebih dahulu akan diterangkan pengertian dari produksi rata-rata, produksi marjinal, produk total (TP) dan produksi rata-rata (AP). d.
Fungsi Produksi Cobb-Douglas Dewasa ini telah banyak fungsi produksi yang dikembangkan dan
dipergunakan. Soekartawi (2003) menjelaskan bahwa fungsi-fungsi yang sering dipergunakan yaitu fungsi linier, fungsi kuadratik, fungsi produksi Cobb-Douglas, fungsi produksi Constant Elasticity of Subtitution (CES), fungsi Transcendental dan fungsi translog. Fungsi produksi yang telah dikembangkan banyak ahli diantaranya Sri Widodo (1986) dan Soekartawi (2003) menjelaskan bahwa fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan fungsi produksi yang banyak di gunakan.
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Awalnya diperkenalkan tahun 1928 fungsi tersebut menurut Debertin (1986) hanya meliputi dua input variabel. Y = AX1aX21-a
(1.8)
Keterangan: Y = Produksi, X1 = Tenaga Kerja, X2 = Modal. Dalam perkembangannya, fungsi produksi Cobb-Douglas dapat meliputi atas dua atau lebih variabel bebas, disebut dengan fungsi produksi tipe CobbDouglas yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi: 2003) : Y = aX1b1X2b2
i
bi
n
bn
(1.9)
Keterangan: Y = Variabel dependen (output), X = Variabel independen (input), a dan b = koefisien yang diduga. Untuk memudahkan proses perhitungan, persamaan (1.9) diubah ke dalam bentuk linier yaitu dengan melogaritmakan persamaan tersebut dalam bentuk double natural logaritma (ln) menjadi sebagai berikut: Ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2
n
ln Xn
(1.10)
Secara umum fungsi produksi Cobb-Douglas memiliki kelebihan yaitu (Seokartawi, 2003): 1) Penyelesaiannya relatif mudah karena dengan mudah dapat ditransfer ke bentuk linier, 2) Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang berguna sebagai petunjuak besarnya elastisitas,
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Penjumlahan dari elastisitas tersebut menunjukkan besarnya return to scale. Namun demikian, penggunaan fungsi Cobb-Douglas masih harus memerlukan berbagai asumsi, antara lain (Soekartawi, 2003): 1) Sampel yang digunakan secara acak 2) Terjadi persaingan sempurna diantara masing-masing sampel, sehingga masing-masing dari mereka bertindak sebagai price taker, yang mana baik Y maupun X diperoleh secara bersaing pada harga yang bervariasi. 3) Teknologi diasumsikan netral, artinya bahwa intercept boleh berbeda, tetapi slope garis penduga Cobb-Douglas dianggap sama karena menyebabkan kenaikan output yang diperoleh dengan tidak merubah faktor-faktor produksi yang digunakan. 4) Fungsi Cobb-Douglas lebih mudah diselesaikan dengan fungsi logaritma, maka tidak boleh terjadi adanya pengamatan atau perolehan data yang bernilai nol. 5) Karena merupakan fungsi linier dalam logaritma, maka pendugaan parameter yang dilakukan harus menggunakan penaksiran Ordinary Least Square (OLS) yang memenuhi persyaratan BLUE (Beast Linear Unbiassed Estimators). e.
Elastisitas Produksi Elastisitas dalam ilmu ekonomi menerangkan seberapa besar sensitivitas
perubahan suatu variabel akibat adanya perubahan pada variabel lainnya (Pindyck dan Rubinfeld, 2005:32). Aplikasi elastisitas ke dalam model ekonomi dapat dijelaskan sebagai persentase perubahan atas suatu variabel yang diakibatkan
commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adanya perubahan pada variabel lain sebesar satu persen. Pada pengertian ini berlaku asumsi bahwa variabel-variabel lain dianggap tetap (konstan) atau berlaku kondisi yang disebut ceteris paribus. Penerapan konsep elastisitas dalam teori produksi diperoleh berdasarkan aplikasi fungsi produksi. Besarnya nilai elastisitas menyatakan ukuran sensitivitas dari variabel output (dependent variabel) terhadap adanya perubahan pada variabel input (variabel bebas tertentu) dalam suatu fungsi produksi. Dalam hal ini berlaku bahwa variabel-variabel input lainnya dianggap tetap atau berlaku kondisi ceteris paribus. Konsep elastisitas berkaitan dengan perubahan jumlah input atau faktor produksi, jika input dinaikkan (diturunkan) sebesar satu persen berapa besar kenaikan maupun penurunan produksi atau output yang terjadi (Nicholson,2004). Pengertian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ei =
1.11)
Keterangan : E : Nilai elastisitas I : Input produksi (K dan L) : Perubahan atas output : perubahan atas input. Koefisien elastisitas produksi (EI) dapat diterangkan memiliki kondisi sebagai berikut: |EI |EI |EI |EI
elastis inelastis elastisunitary inelastis sempurna
commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Konsep Efisiensi Produksi Efisiensi merupakan upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk
mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Efisiensi adalah perbandingan antara input dan output. Semakin tinggi rasio output terhadap input maka semakin tinggi tingkat efisiensi yang diperoleh dalam suatu waktu produksi tertentu. Jika output yang dihasilkan lebih besar dari input yang digunakan maka semakin tinggi tingkat efisiensi yang diperoleh. Efisiensi dapat diperoleh jika petani mampu membuat nilai produk marjinal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input (Soekartawi, 2003). Produk marjinal merupakan tambahan satuan input yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan satuan output. Efisiensi dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu sebagai berikut (Soekartawi, 2003) : a) Efisiensi Teknis Efisiensi teknis mencakup hubungan antara input dan output. Dikatakan efisien secara teknis jika produksi dengan output terbesar yang menggunakan beberapa input yang sedikit. Efisiensi teknis dalam usahatani padi di pengaruhi oleh penggunaan faktor produksi. Kombinasi dari luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja dapat mempengaruhi tingkat efisiensi teknis. Setiap petani mempunyai tingkat efisiensi teknis. Setiap petani mempunyai tingkat efisiensi yang berbeda antara satu petani dengan petani yang lainnya. Hal ini disebabkan karena proporsi penggunaan masingmasing faktor produksi yang berbeda-beda pada setiap petani. Seorang petani dapat dikatakan lebih efisien dari petani lain jika petani tersebut
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mampu menggunakan faktor-faktor produksi lebih sedikit atau sama dengan petani lain, namun dapat menghasilkan tingkat produksi yang sama atau bahkan lebih tinggi dari petani lainnya. b) Efisiensi Harga Efisiensi harga atau alokatif menunjukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi harga tercapai jika petani mampu memaksimalkan keuntungan yaitu menyamakan nilai produk marjinal setiap faktor produksi dengan harganya. c) Efisiensi Ekonomi Efisiensi ekonomi terjadi apabila efisiensi teknis dan efisiensi harga tercapai dan memenuhi dua syarat, yaitu: 1) Syarat keperluan menunjukkan hubungan fisik antara input dan output, bahwa proses produksi pada waktu elastisitas produksi antara 0 dan 1. Hasil ini merupakan efisiensi produksi secara teknis. 2) Syarat kecukupan yang berhubungan dengan tujuannya yaitu kondisi keuntungan maksimum tercapai dengan syarat nilai produk marginal sama dengan biaya marginal. Konsep efisiensi ekonomi adalah meminimkan biaya artinya suatu proses produksi akan efisien secara ekonomi pada suatu tingkatan output apabila tidak ada proses lain yang dapat menghasilkan output serupa dengan biaya yang lebih murah. Efisiensi ekonomi dalam usahatani padi dipengaruhi oleh harga jual produk dan total biaya produksi (TC) yang digunakan. Harga jual produk akan mempengaruhi total penerimaan (TR). Usahatani padi dapat
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikatakan semakin efisien secara ekonomi jika usahatani tersebut semakin menguntungkan. Efisiensi juga diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi output yang sebesarbesarnya (Soekartawi, 2003) situasi tersebut dapat terjadi jika petani mampu membuat nilai produk marjinal untuk suatu input sama dengan harga input tersebut. Situasi tersebut dapat dituliskan: NPMx = Px , atau
=1
Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px. yang sering terjadi adalah 1) (NPMx / Px) > 1; berarti penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisiensi, input X perlu ditambah. 2) (NPMx / Px) < 1; berarti penggunaan input X tidak efisien. Untuk menjadi efisien secara ekonomi, maka penggunaan input X perlu dikurangi. 5.
Faktor Produksi Pertanian Menurut Hanafi (2010:184) faktor produksi meliputi tanah, modal, tenaga
kerja, dan manajemen. Manajemen berfungsi mengkoordinir ketiga faktor produksi yang lain. Pembagian faktor produksi secara konvensional adalah sebagai berikut: a.
Lahan Mubyarto (1989) lahan sebagai salah satu faktor produksi yang
merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan. Meskipun demikian,
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Soekartawi (2003) menyatakan bahwa bukan berarti semakin luas lahan pertanian maka semakin efisien lahan tersebut. Bahkan lahan yang sangat luas dapat terjadi inefisiensi disebabkan oleh: 1) Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor-faktor produksi seperti bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. 2) Terbatasnya persediaan tenaga kerja disekitar daerah itu yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut. 3) Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian tersebut (Soekartawi, 2003). Sebaliknya dengan lahan yang luasnya relatif sempit, usaha pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan modal yang dibutukan tidak terlalu besar. b.
Tenaga Kerja Peranan tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi sangat besar
terhadap perkembangan ekonomi, demikian pula pada sektor industri yang banyak berorientasi kepada sektor padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan suatu sumber daya manusia (human resources) yang berperan dalam kegiatan pembangunan masyarakat. Hasil pertanian akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan pula membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian (terampil). Biasanya petani kecil akan membutuhkan tenaga kerja yang sedikit, dan sebaliknya petani besar lebih banyak membutuhkan tenaga kerja dan mempunyai keahlian.
commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Semakin berkembangnya suatu usaha pertanian, maka petani akan membutuhkan tenaga kerja dari luar keluarga yang khusus dibayar sebagai tenaga kerja upahan. Tenaga kerja upahan ini biasanya terdapat pada usaha pertanian yang berskala luas, rutin dan memiliki administrasi dan manajemen yang tertib dan terencana. Tetapi saat ini terjadi lagi perkembangan baru, ketika tenaga kerja upahan tidak lagi hanya terdapat pada usaha pertanian yang luas, tetapi sudah meluas pada usaha tani kecil skala keluarga. Perkembangan ini terjadi karena terjadinya perubahan struktural, yaitu transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian di pedesaan ke sektor industri di perkotaan. Hal ini dipicu oleh pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat yang diawali dengan pertumbuhan industri (Daniel, 2002:85). c.
Modal Modal yaitu sejumlah uang yang digunakan untuk mengelola dan
membiayai kegiatan pertanian pada suatu periode tanam. Struktur modal merupakan salah satu kebutuhan yang kompleks karena berhubungan dengan keputusan pengeluaran keuangan lainnya. Untuk menciptakan struktur modal yang optimal, pengalokasian modal yang tepat antara modal sendiri dan modal dari luar sangat penting untuk memaksimalkan penggunaan modal tersebut. Menurut Bawerk dalam Daniel (2002:74), arti modal atau kapital adalah segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat yang disebut dengan kekayaan masyarakat. Sebagian kekayaan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan sebagian lagi digunakan untuk memproduksi barangbarang baru dan inilah yang disebut modal masyarakat.
commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Penelitian Terdahulu Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah produksi padi. Beberapa penelitian tersebut diantaranya: 1.
Che, dkk (2006) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi beras di Vietnam. Penenlitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda dan menggunakan data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kerja, lahan, input dan modal mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah produksi beras di Vietnam sejak 1980.
2.
Desky
(2007)
melakukan
penelitian
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi produksi padi yang dilakukan di kabupaten Aceh Tenggara. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel luas lahan dan jumlah pekerja yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi, sedangkan waktu kerja dan pupuk walaupun berpengaruh positif namun tidak signifikan mempengaruhi produksi padi. 3.
Mahananto, dkk (2009) melakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi produksi padi yang dilakukan di kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. Alat analisis yang digunakan adalah model fungsi produksi Transendental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel luas lahan, jumlah tenaga kerja, jumlah pupuk, jumlah pestisida, pengalaman petani, jarak rumah petani dengan lahan garapan dan sistem irigasi yang dianalisis berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi padi sawah.
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Harianja (2011) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor
yang
mempengaruhi produksi padi sawah. Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung, kecamatan imogiri, Kabupaten Bantul. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan model fungsi produksi CobbDouglas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pestisida dan jam kerja memberikan pengaruh positif terhadap produksi padi sedangkan variabel pupuk dan tenaga kerja mempunyai hubungan positif tetapi tidak signifikan dalam mempengaruhi produksi padi sawah di Desa Kebonagung. 5.
Basorun dan Fasakin (2012) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di Igbemo-Ekiti, Nigeria. Alat analisis yang diguankan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status petani, lahan, pasar, jumlah pekerja dan bahan kimia berpengaruh terhadap jumlah produksi padi di Igbemo-Ekiti.
6.
Sarifudin (2013) melakukan penelitian mengenai produksi dan efisiensi ekonomi usahatani tembakau. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa luas lahan, bibit, pupuk kandang, pupuk urea, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh signifikan dan faktor produksi secara ekonomi penggunaan bibit, pupuk kandang, pupuk urea dan pestisida belum efisien sedangkan tenaga kerja tidak efisien secara ekonomi.
7.
Klivensi (2015) melakukan
penelitian mengenai faktor-faktor
yang
mempengaruhi produksi padi sawah. Penelitian ini dilakukan di desa Tompasobaru Dua, kecamatan Tompasobaru, Manado. Alat analisis yang
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor produksi yang berpengaruh secara nyata terhadap produksi padi di desa Tompasobaru Dua, kecamatan Tompasobaru adalah luas lahan, benih, penggunaan pupuk ponska dan tenaga kerja. C. Kerangka Pemikiran Kecamatan Borobudur merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Magelang, berdasarkan wilayahnya sesuai dengan agroklimatnya mampu menghasilkan komoditas pertanian yang secara kualitas dan kuantitas sesuai permintaan pasar. Hakekatnya setiap petani merupakan pengusaha (entrepreneurship) terhadap jenis usaha pertanian yang diusahakannya. Usaha tani padi sawah, merupakan usaha yang bersifat ekonomis, menggunakan faktor-faktor produksi secara efisien dan menghasilkan output sebagai hasil produksi yang kemudian dijual dan nantinya memperoleh laba atau pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Teori-teori yang ada dan penelitian terdahulu menyimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi produksi padi, antara lain luas lahan, jumlah pekerja, pupuk, pestisida dan benih. Penelitian yang dilakukan di kecamatan Borobudur, menduga beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah produksi padi. Dalam penelitian ini, faktorfaktor yang mempengaruhi jumlah produksi padi di kecamatan Borobudur adalah luas lahan, jumlah pekerja, pupuk, pestisida dan benih. Berikut merupakan gambar 1.2 yang menunjukkan alur dari kerangka pemikiran tersebut.
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LUAS LAHAN TENAGA KERJA
PUPUK
INPUT
OUTPUT
PESTISIDA BENIH
EFISIENSI EKONOMI
Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: 1. Variabel luas lahan jumlah pekerja, pupuk, pestisida dan benih diduga berpengaruh positif terhadap produksi pertanian padi di kecamatan Borobudur. Hipotesis tersebut didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Desky (2007), Mahananto (2009), Harianja (2011) dan Klivensi (2015). Variabel yang mempengaruhi produksi seperti luas lahan, jumlah pekerja, pupuk, pestisida dan benih pada penelitian-penelitian sebelumnya terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi. 2. Faktor produksi padi di Kecamatan Borobudur diduga terdapat inefisiensi ekonomi. Hipotesis tersebut berdasarkan pada peneltian yang dilakukan Sarifudin (2013) terjadi inefisiensi secara ekonomi faktor-faktor produksi yang dilakukan oleh petani dalam melakukan usaha tani.
commit to user
28