BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Modal Kerja Modal Kerja sangat dibutuhkan perusahaan untuk mengoperasikan perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan perusahaan untuk mengoperasikan kegiatan sehari-hari selama periode tertentu. Misalnya, untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, membayar tenaga kerja langsung, membayar hutang dan lain sebagainya. Menurut Markus (2008 : 138), modal kerja merupakan aset jangka pendek atau aset dan kewajiban lancar seperti kas piutang, persediaan, dan hutang usaha ketika perusahaan bergerak melalui sebuah siklus dimana bahan mentah dibeli, barang-barang diproduksi dan dijual. Sehingga modal kerja disebut sebagai aset dan kewajiban jangka pendek, atau lancar. Menurut Djarwanto (2002 : 87), modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital) yang berasal dari hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari (Sawir 2005 : 129). Menurut Djarwanto (2004 : 89), manfaat dari modal kerja yang cukup, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, misalnya seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.
Universitas Sumatera Utara
b. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. c. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga. d. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian dan sebagainya. e. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya. f. Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada para langganan. g. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, supplies yang dibutuhkan h. Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode resesi dan depresi. 2.1.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja Menurut Djarwanto (2004 : 91), faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja adalah : a. Sifat umum atau tipe perusahaan b. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit/harga beli per unit barang itu. c. Syarat pembelian dan penjualan d. Tingkat perputaran persediaan
Universitas Sumatera Utara
e. Tingkat perputaran piutang f. Pengaruh konjungtur g. Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek h. Pengaruh musim. 2.1.1.2. Sumber Modal Kerja Menurut Djarwanto (2004 : 95), faktor-faktor yang mempengaruhi sumber modal kerja adalah : a. Pendapatan bersih b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga c. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya. d. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik e. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya. f. Kredit dari supplier atau trade creditor
2.1.1.3 Penggunaan Modal Kerja Menurut Djarwanto (2004 : 98), penggunaan modal kerja yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar ialah : a. Pengeluaran jangka pendek dan pembayaran hutang jangka pendek (termasuk hutang dividen) b. Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan (pada perusahaan perseorangan atau persekutuan) c. Kerugian usaha atau kerugian insidentil yang memerlukan pengeluaran kas
Universitas Sumatera Utara
d. Pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pensiun pegawai, pembayaran utang obligasi, yang telah jatuh tempo, penempatan kembali aktiva tidak lancar. e. Pembelian tambahan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan investasi jangka panjang.
2.1.1.4 Jenis-jenis Modal Kerja Menurut Sjahrial (2007 : 104), modal kerja dapat dibedakan dua jenis, yaitu : 1. Modal kerja tetap (Permanen Working Capital) Modal kerja tetap adalah modal kerja yang harus ada pada perusahaan untuk menjalankan operasi perusahaan sehari-hari. Tanpa adanya modal kerja ini mengakibatkan operasi akan berhenti. Modal kerja tetap akan dibedakan atas : a. Modal kerja primer Modal kerja primer adalah jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. b. Modal kerja norma Modal kerja normal adalah modal kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai kapasitas produksi normal secara dinamis. 2. Modal kerja variabel (Variable Working Capital) Modal kerja variabel adalah modal kerja yang penggunaannya selalu mengalami perubahan sesuai dengan keadaan. Perubahan tersebut dikarenakan fluktuasi musim, fluktuasi konjungtur, dan perubahan yang sifatnya darurat, sehingga modal kerja variabel dibedakan atas :
Universitas Sumatera Utara
a. Modal kerja musiman Modal kerja musiman merupakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi apabila ada fluktuasi kegiatan perusahaan. b. Modal kerja siklus Modal kerja siklus merupakan modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh konjungtur. c. Modal kerja darurat Modal kerja darurat merupakan modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang terjadi
di luar kemampuan
perusahaan. 2.1.1.5 Working Capital Turnover Perputaran modal kerja pada perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan menjalankan usahanya. Secara umum perputaran modal kerja dihitung dengan rumus (Rahardjo, 2000 : 126) : Working Capital Turnover =
Sales Current Assets
2.1.2. Hutang Menurut Soemarso (2005 : 70), hutang adalah suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan. Sehingga hutang merupakan kewajiban yang harus dipenuhi perusahaan kepada pihak pemberi pinjaman atau kredit (creditors).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Brigham et al (2001), penggunaan hutang memiliki tiga implikasi penting, yaitu : a.
Memperoleh dana melalui hutang dapat membuat pemegang saham mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas.
b.
Kreditur melihat ekuitas, atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan margin pengaman.
c.
Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atau investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar.
2.1.2.1. Penggolongan Hutang 1. Hutang Jangka Pendek Menurut Soemarso (2005 : 70), hutang jangka pendek adalah kewajibankewajiban yang penyelesaiannya harus dilakukan dengan menggunakan aktiva lancar arau pembentukan kewajiban lancar lainnya. Menurut Harnanto (2004 : 8) kewajiban lancar yang biasanya terdapat dalam sebuah perusahaan adalah : a. Hutang dagang Hutang dagang merupakan jumlah uang yang terutang atau harus dibayar atas pengadaan atau pembelian bahan baku, atau barang dagangan oleh grosis dan perusahaan ritel. b. Hutang wesel Hutang wesel berasal dari penerimaan pinjaman. Dalam utang wesel adanya janji tertulis untuk membayar dalam jumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Universitas Sumatera Utara
c. Hutang bank Hutang bank dapat berupa kewajiban lancar atau kewajiban jangka panjang, tergantung pada waktu pembayaran yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. d. Hutang beban Hutang beban adalah hutang yang timbul sebagai akibat dari beban-beban rutinuntuk menjalankan kegiatan perusahaan yang belum dibayar. e. Hutang pajak penghasilan Hutang pajak penghasilan adalah pajak penghasilan tahun berjalan yang masih harus dibayar, setelah diperhitungkan pajak yang dibayar dimuka.
2. Hutang Jangka Panjang (Long-term Debt) Menurut Soemarso (2005 : 70), hutang jangka panjang (Long-term Debt) adalah hutang yanng jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari 10 tahun. Hutang jangka panjang umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Menurut Sartono (2000 : 282), hutang jangka panjang adalah salah satu bentuk perjanjian antara peminjam dengan kreditur dimana kreditur bersedia memberikan pinjaman sejumlah tertentu dan peminjam bersedia untuk membayar secara periodik yang mencakup bunga dan pokok pinjaman. Hutang jangka panjang ini dapat diperoleh melalui bank atau perusahaan asuransi. Menurut Margaretha (2005 : 156), ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan hutang jangka panjang, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Struktur modal yang ditargetkan b. Kesesuaian jangka waktu c. Tingkat suku bunga d. Perkiraan atas suku bunga e. Kondisi perusahaan saat ini dan perkiraan di masa yang akan datang f. Pembatasan dalam perjanjian hutang yang ada. g. Tersedianya agunan. Menurut Soemarso (2005 : 72) jenis-jenis utama hutang jangka panjang adalah: a. Hutang obligasi Menurut Soemarso (2005 : 71) hutang Obligasi adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu dalam jangka waktu tertentu, yang biasanya menyangkut jumlah kreditur yang banyak dan diperdagangkan dibursa seperti saham-saham perusahaan. Menurut Margaretha (2005: 156) Obligasi merupakan perjanjian jangka panjang yang pihak peminjam setuju untuk membayar bunga ditambah pokok pinjaman pada waktu tertentu kepada pemegang obligasi. b. Hutang hipotik Hutang hipotik merupakan pinjaman atau hutang jangka panjang yang dijamin dengan suatu properti. Jika suatu properti dijaminkan untuk memperoleh pinjaman, maka para kreditor akan mempunyai hak-hak tertentu atas properti tersebut hingga seluruh pinjaman selesai dibayar. Hutang hipotik dapat dijamin dengan properti yang dibeli dengan dana pinjaman tersebut atau dengan properti
Universitas Sumatera Utara
lama yang sudah dimiliki oleh pihak debitor. Adanya jaminan akan pembayaran kembali pinjaman tersebut, akan membuat suku bunga pinjaman menjadi relatif lebih rendah dibandingkan dengan pinjaman yang tidak disertai atau tanpa agunan (Harnanto, 2003: 89).
2.1.2.2. Debt to Total Assets Ratio Menurut Sundjaja dan Berlian (2002 : 116), Debt to Total Assets Ratio digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur, semakin tinggi rasio ini semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Debt to Total Assets Ratio =
Total Liabilities X 100 % Total Assets
Dalam rasio ini mengukur seberap besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan dapat berpengaruh pada pengelolaan aktivanya. Dengan semakin meningkatnya rasio ini maka pendanaan dengan hutang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena akan mengkhawatirkan perusahaan tersebut tidak mampu menutupinya dengan aktiva yang dimiliki perusahaan. Dan sebaliknya dengan semakin rendah rasio ini maka semakin kecil pendanaan perusahaan dibiayai oleh hutang. Menurut Sartono (2000 : 63), Debt to total assets ratio digunakan untuk mengukur total dana yang dibiayai dengan hutang, apabila : a. Debt to total assets ratio yang rendah berarti menunjukkan adanya perlindungan bagi kreditur terhadap kemungkinan likuidasi.
Universitas Sumatera Utara
b. Pemilik mungkin akan mencari (menentukan) suatu leverage yang tinggi untuk menaikkan tingkat keuntungan karena penambahan modal sendiri berarti akan mengurangi tingkat pengendalian perusahaan.
2.1.3. Rentabilitas Ekonomis
Rentabilitas
ekonomis
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba operasi selama periode tertentu. Dengan demikian maka tingkat rentabilitas yang tinggi akan mengakibatkan penerimaan yang tinggi pula. Mengukur efisiensi perusahaan berdasarkan jumlah keuntungan semata adalah kurang tepat, karena keuntungan yang tinggi belum tentu disertai dengan rentabilitas yang tinggi pula. Untuk mengukur tingkat rentabilitas yang ada pada perusahaan dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, tergantung pada laba atau modal mana yang akan digunkan untuk dibandingkan. Untuk menghitung rentabilitas ekonomis dapat menggunakan rumus (Sawir, 2005 :18). Rentabilitas Ekonomis =
EBIT x100% Total Assets
Menurut Sawir (2005 : 19), tinggi rendahnya rentabilitas ekonomis dapat dilihat dari : a. Operating Profit Margin, merupakan perbandingan antara laba usaha dan penjualan. b. Perputaran aktiva (Assets Turnover), yaitu kecepatan berputarnya total assets dalam suatu periode tertentu.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Penelitian Terdahulu
Halim (2010), melakukan penelitian dengan judul “Analisis pengaruh Manajemen Modal Kerja dan Rasio Hutang terhadap Rentabilitas Ekonomi pada Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis antara variabel working capital turnover dan debt to total assets rasio dengan rentabilitas ekonomi pada industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa : 1. Working capital turnover memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap rentabilitas ekonomi, meskipun tingkat signifikan tidak cukup tinggi. Working capital turnover hanya memilikipengaruh sebesar 0,1 % terhadap rentabilis ekonomi. 2. Debt to total assets rasio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap rentabilitas ekonomi. Meskipun tingkat signifikannya lebih besar dari working capital turnover yaitu 2,5 % terhadap rentabilitas ekonomis. Siringoringo (2007), melakukan penelitian dengan judul “Analisis hubungan manajemen modal kerja terhadap Rentabilitas pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan”. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaiamana hubungan mengenai manajemen modal kerja terhadap Rentabilitas pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan. Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa, variabel working capital turnover, current rasio, current assets to total assets memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan terhadap rentabilitas pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Kerangka Konseptual
Laba yang besar belum tentu menunjukkan bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja secara efisien dalam mengoptimalkan sumber daya perusahaan. Efisiensi suatu perusahaan dapat diketahui melalui rasio profitabilitas, salah satu caranya adalah dengan membandingkan laba yang diperoleh selama suatu periode tertentu dengan modal yang dapat digunakan untuk menghasilkan laba, maka inilah yang disebut rentabilitas ekonomis (Sawir, 2005 : 19). Jumlah modal kerja yang cukup merupakan syarat keberhasilan suatu perusahaan. Dengan modal kerja,
perusahaan mampu menentukan posisi
likuiditas, selain itu modal kerja juga sebagai penentu terhadap profitabilitas perusahaan. Efektivitas modal kerja dapat dihitung dengan working capital turnover, yaitu rasio antara penjualan dengan modal kerja. Dari rasio ini dapat diketahui apakah perusahaan beroperasi dengan modal kerja yang tinggi atau rendah. Semakin tinggi working capital turnover maka semakin efektif kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Dalam hal ini sejalan dengan pendapat Syamsuddin (2007 : 48), yaitu semakin tinggi perputaran (turnover) dana, semakin efisien perusahaan di dalam melaksanakan operasinya. Dalam arti akan memperoleh laba yang optimal dengan kemampuan mengelolah modal kerjanya. Sumber pendanaan perusahaan dapat diperoleh melalui internal maupun eksternal perusahaan. Dana yang bersumber dari internal perusahaan, terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu, perusahaan dapat memperoleh dana yang bersumber dari eksternal perusahaan dengan cara hutang.
Universitas Sumatera Utara
Besarnya pendanaan hutang dapat diukur dengan menggunakan debt to total assets rasio, rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Artinya, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan
aktiva.
Meningkatnya
jumlah
hutang
akan
mempengaruhi
peningkatan profitabilitas (Syamsuddin, 2007 : 211). Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Rasio Modal Kerja : Working Capital Turnover (X1) Rasio Hutang : Debt to Total Assets Ratio (X2)
Rentabilitas Ekonomis (Y)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber : Syamsuddin (2007), diolah 2.4. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiono, 2003 : 51). Berdasarkan kerangka konseptual tersebut maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: “Rasio Modal Kerja (Working Capital Turnover) dan Rasio Hutang (Debt to total Assets Ratio) memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Rentabilitas Ekonomis pada sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia.”
Universitas Sumatera Utara