BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kompetensi
2.1.1
Pengertian Kompetensi Menurut Wibowo (2007:86) Kompetensi adalah : “Suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan
atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Dengan demikian, kompetensi menunjukan keterampilan atau pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan bidang tersebut”. Kekuatan suatu perusahaan yang tidak dapat dengan mudah ditandingi atau ditiru oleh pesaing disebut kompetensi (David, 2002). Kompetensi juga didefinisikan sebagai keahlian, pengetahuan, dan kemampuan serta karakteristik lainnya yang dibutuhkan oleh seseorang untuk melakukan tugas atau pekerjaannya dengan efektif (Jackson & Schuler, 2003). Kompetensi juga dapat dirasakan sebagai aset-aset perantara yang diturunkan perusahaan untuk meningkatkan produktifitas sumber dayanya, seperti fleksibilitas strategi dan perlindungan terhadap produk dan jasa-jasa akhir perusahaan (Amit dan Schoemaker, 1993). Mark
Lancaster
mendefinisikan
kompetensi
sebagai
suatu
atau
sekelompok sikap atau perilaku yang menghasilkan performa yang sangat baik
dalam melakukan konteks pekerjaan tertentu (tugas, peran yang meliputi sekelompok tugas, fungsi, sampai keseluruhan organisasi). Karakteristik seperti ini diaplikasikan ke dalam organisasi, karena sangat membantu penyelesaian beberapa masalah, yaitu: 1. Mengklarifikasikan standar pekerja sesuai harapan organisasi. 2. Mengharapkan setiap individu, tim, dan manajer agar searah dengan strategi bisnis organisasi. 3. Menciptakan meningkatkan permorma dalam pemberdayaan, akuntabilitas, dan arah pelatihan sumber daya manusia. 4. Pengambilan keputusan yang adil terhadap penilaian dan kompensasi.
2.1.2
Jenis Kompetensi Menurut Amstrong & Murlis dalam Ramelan (2003:56), kompetensi itu
ada 2 (dua), yaitu: 1. Kompetensi Inti. Kompetensi inti adalah merupakan hal-hal yang harus dilakukan organisasi dan orang yang ada didalamnya agar bisa berhasil. Kompetensi inti ini merupakan hasil dari pembelajaran kolektif dalam organisasi. Mereka mengatakan bahwa kompetensi inti adalah komunikasi, keterlibatan dan komitmen mendalam untuk bekerja dalam organisasi. Kompetensi inti melibatkan banyak orang dari banyak level dan fungsi dalam organisasi. Kompetensi inti dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bagian yaitu:
a. Kompetensi inti bisnis yaitu menetapkan apa yang harus dilakukan bisnis untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dengan mengonsolidasikan teknologi yang dimiliki dalam keseluruhan organisasi dan mengubah ketrampilan menjadi kompetensi yang bisa memberdayakan bisnis untuk beradaptasi secara cepat dengan peluang yang terus berubah. b. Kompetensi inti perilaku adalah kualitas fundamental yang diterapkan oleh individu dalam organisasi. Kompetensi inti prilaku bisa berdiri sendiri untuk membuat kerangka kompetensi yang berlaku untuk setiap orang dalam organisasi, meskipun dengan tingkatan yang berbeda – beda. 2. Kompetensi Generik Kompetensi generik adalah kompetensi yang berlaku untuk kategori karyawan tertentu, seperti manajer, pemimpin tim, teknisi desain, manajer cabang, spesialis kepersonaliaan, akuntan, operator mesin, asisten penjualan atau sekretaris. Sebagai contoh, kompetensi generik manajer cabang bisa mencakup kepemimpinan, perencanaan dan pengorganisasian, pengembangan bisnis, hubungan pelanggan, keputusan komersial, ketrampilan komunikasi dan hubungan antar pribadi. Kompetensi generik bisa ditetapkan untuk kelompok jabatan yang secara fundamental sifat – sifat tugasnya sama, tetapi level pekerjaan yang ditangani berbeda – beda.
2.1.3
Kompetensi Manajemen Kompetensi ini merupakan faktor-faktor unik yang membuat organisasi
memiliki keunggulan kompetitif. Menurut Prahalad and Hamel, kompetensi
organisasi (a) menyediakan akses potensial kepada beragam jenis pasar, (b) memberikan kontribusi yang besar bagi kepuasan pelanggan akan produk dari organisasi, dan (c) sulit untuk ditiru oleh kompetitor (Harvard Business Review, 1990). Kompetensi ini juga sering disebut kompetensi inti atau kekuatan organisasi.
2.1.4
Kompetensi Auditor Internal Menurut Arens (2008 : 5) auditor harus memiliki kualifikasi untuk
memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu. Kompetensi Audit adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan serta berbagai sifat positif yang dimilikinya dalam prose audit sehingga audit berjalan efektif, Willi (2003:215). Adapun Bedard (1986) dalam Sri lastanti (2005:88) mengartikan keahlian atau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Dikemukakan oleh De Angelo (1981) dalam Kartika (2005:7), kompetensi diproksikan dalam dua hal, yaitu: 1. Pengetahuan Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat
mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks. Untuk mengetahui tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang pengauditan, akuntansi, dan perusahaan. Secara umum ada lima jenis pengetahuan yang harus dimiliki auditor (1) pengetahuan umum, (2) area fungsional, (3) isu akuntansi, (4) industri khusus, dan (5) pengetahuan bisnis umum serta penyelesaian masalah. 2. Pengalaman Pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama benda alam, keadaan, gagasan, dan pengindraan. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman (Mayangsari, 2003).
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama.
2.2
Dukungan Manajemen
2.2.1
Pengertian Manajemen Manajemen merupakan suatu proses diman suatu perusahaan atau
organisasi dalam melakukan suatu usaha harus mempunyai prinsip-prinsip manajemen dengan menggunakan semua sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Menurut Glover yang diartikan oleh Alma dalam bukunya manajemen pemasaran dan pemasaran jasa(2001:130) : “Manajemen
sebagai
suatu
kepandaian
manusia
menganalisa,
merencanakan, memotivasi, menilai, dan mengawasi penggunaan secara efektif sumber-sumber manusia dan bahan yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu “. Pengertian manajemen menurut Hasibuan dalam bukunya manajemen (2003:1) : “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Sedangkan menurut Manullang dalam bukunya dasar-dasar manajemen (2004:5) manajemen didefinisikan sebagai berikut : “Manajemen
adalah
suatu
seni
perencanaan,
pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan “. Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen dapat mempunyai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi, tujuan ini merupakan sasaran yang
hendak dicapai melalui kegiatan yang telah diatur manajemen untuk pencapaian tujuan organisasi.
2.2.2
Pengertian Dukungan Manajemen Menurut Hito Tugiman (1996:172) dalam pembuatan keputusan tentang
tingkat dukungan yang akan diberikan kepada fungsi pengawasan internal, manajemen senior sangat mendasarkan diri pada informasi dan pendapat yang diberikan
oleh
bawahannya
karena
dia
sendiri
jarang terlibat
dalam
pembicaraannya yang berarti dengan pengawasan internal. Pendapat tentang pengawasan pengawas internal yang diberikan oleh bawahan manajer senior tersebut sangat dipengaruhi oleh sikap yang berasal dari pikiran bawah sadar perusahaan yang paling dalam. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dukungan manajemen terhadap fungsi pengawasan intenal akan tergantung pada cara berpikir pikiran bawah sadar perusahaan. Karenanya selain dari manajemen senior, pengawas internal harus pula berusaha memperoleh dukungan dari pihak-pihak yang menerima pendelegasian wewenang.
2.2.3 Jenis Dukungan Manajemen Menurut Hiro Tugiman (1996:173) beberapa individu tertentu memberikan dukungan terhadap segenap aspek fungsi pengawasan internal. Mereka adalah pendukung umum. Ada pula individu yang hanya mendukung beberapa aspek tertentu fungsi pengawasan internal. Mereka adalah pendukung khusus. Ada sejumlah individu yang mendukung sejumlah aktivitas pemeriksaan, namun
mereka tidak mendukung beberapa manajer, supervisor, atau auditor tertentu yang terlibat dalam aktivitas tersebut. Mereka adalah pendukung fungsional. Ada pula individu yang tidak hanya mendukung pelaksanaan aktivitas pemeriksaan; mereka pun mendukung orang-orang yang terlibat di dalam aktivitas tersebut. Mereka dapat disebut sebagai pendukung personal. Dukungan manajemen terhadap fungsi pengawasan internal dapat berbentuk positif, negatif, dan netral. Dukungan yang positif dan negatif dapat bersifat kuat dan lemah.
2.2.4
Dukungan Manajemen Sebagai Suatu Kebutuhan Dukungan manajemen kemungkinan besar telah menjadi penghambat bagi
internal audit dalam usahanya memperluas lingkup jasa yang diberikan. Sebagai usaha untuk keluar dari kesulitan yang dihadapinya, arah yang sebaiknya dilalui oleh pengawas internal adalah permintaan akan jasa pemeriksaan, bukan dukungan manajemen. Arah baru tersebut akan memberikan kesempatan lebih besar kepada pengawas internal untuk mencapai wilayah pengawasan internal baru yang luas dan terbuka. Pengawas internal baru merangsang terbentuknya permintaan akan jasa pemeriksaan yang lebih besar, yang bukan hanya datang dari manajemen senior, melainkan juga dari para klien potensial perusahaan. Pengawas internal dengan sendirinya akan mendapatkan dukungan lebih besar dari manajemen senior apabila ia telah diterima secara positif di tingkatan lebih rendah.
2.2.5
Sumber Dukungan Menurut Hiro Tugiman (1996:173) : ” Sumber dukungan terhadap fungsi pengawasan internal dapat bersifat
primer atau sekunder. Sebagai anggota organisasi mendukung pengawasan internal karena mereka mendapatkan manfaat langsung darinya. Mereka adalah pendukung primer. Sebagian lagi mendukung pengawasan internal terutama karena sebagian utama jasanya memberikan dukungan kepada pengawas internal. Mereka adalah pendukung sekunder”
2.3
Laporan Audit
2.3.1
Audit Internal
2.3.1.1 Pengertian Audit Internal Audit internal merupakan elemen monitoring dari struktur pengendalian intern dalam suatu organisasi, yang dibuat untuk memantau efektifitas dari elemen-elemen struktur pengendalian intern lainnya. Menurut Hiro Tugiman (2006 : 11) : “ internal audit adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan”. Dari pengertian tersebut kita dapat menyimpulkan tujuh kunci audit internal, yaitu: 1. Independen Bahwa audit bersifat bebas dari pembatasan ruang lingkup dan efektifitas hasil audit yang berupa temuan dan pendapat.
2. Appraisal Bahwa keyakinan penelitian audit atas kesimpulan yang dibuatnya. 3. Established Pengakuan perusahaan atas peranan audit internal. 4. Examine and evaluate Bahwa kegiatan audit internal sebagai auditor menguji serta menilai terhadap fakta-fakta yang ditemukan dalam perusahaan. 5. Its activities Bahwa ruang lingkup pekerjaan audit internal mencakup seluruh aktivitas organisasi berupa temuan dan pendapat. 6. Services Bahwa dalam intinya audit internal berusaha untuk membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi pengendalian, oleh karena itu hasil pekerjaan audit internal pun harus diserahkan kepada manajemen. 7. To the organization Ruang lingkup pekerjaan audit internal ditujukan kepada seluruh bagian organisasi, termasuk semua personil perusahaan, dewan komisaris, dan pemegang saham. Sedangkan pengertian audit internal menurut Mulyadi (1998 : 202) adalah sebagai berikut : “Audit internal merupakan kegiatan penilaian bebas yang terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi keuangan dan kegiatan lain untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan
tanggung jawab mereka dengan cara menyajikan analisis penilaian, rokemendasi dan komentar-komentar penting terhadap kegiatan manajemen”. Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa audit internal adalah suatu fungsi atau kegiatan penilaian yang bebas dalam suatu organisasi dan sebagai pelayanan jasa terhadap organisasi tersebut. Tabel 2.3 Perbandingan Konsep Kunci Pengertian Audit Internal Lama Tahun 1974
Baru Tahun 1999
Fungsi penilaian independen yang Suatu dibentuk dalam organisasi.
objektif.
Fungsi penilaian.
Aktivitas
aktivitas
independen
pemberian
jaminan
keyakinan dan konsultasi. Mengkaji
dan
mengevaluasi Dirancang
efektifitas organisasi sebagai bentuk suatu jasa yang diberikan bagi organisasi.
untuk
nilai
memberikan
tambah
serta
meningkatkan kegiatan operasi organisasi.
Membantu
agar
para
organisasi
dapat
anggota Membantu
organisasi
dalam
menjalankan mencpai tujuannya.
tanggungjawabnya secara efektif. Memberikan hasil analisis, penilaian, Memberikan rekomendasi, informasi
suatu
pendekatan
konseling,
dan disiplin yang sistematis untuk
yang berkaitan
dengan mengevaluasi dan meningkatkan
aktivitas yang dikaji dan menciptakan keefektifan
manajemen
risiko,
pengendalian efektif dengan biaya pengendalian, yang wajar.
pengaturan
dan dan
proses
pengelolaan
organisasi. Sumber : Hiro Tugiman (2006)
2.3.1.2 Pengertian Auditor Internal Menurut Mulyadi (1998 : 29) auditor internal adalah : “Internal auditor adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah, kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur prosedur kegiatan organisasi, menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi”. Internal auditor merupakan auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karena itu berstatus sebagai pegawai perusahaan tersebut. Tugas utamanya ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat ia bekerja (Yusuo, 1987 dalam Menezes, 2008). Ruang lingkup auditor internal meliputi tugas-tugas berikut ini: 1. Menelaah reliabilitas dan integritas informasi keuangan dan operasi serta perangkat
yang
digunakan
untuk
mengidentifikasi,
mengukur,
mengklasifikasi, dan melaporkan informasi semacam itu. 2. Menelaah sistem yang ditetapkan untuk memastikan ketaatan terhadap kebijakan, perencanaan, prosedur, hukum, dan peraturan yang dapat memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap operasi dan laporan serta menentukan apakah organisasi tersebut telah mematuhinya. 3. Menelaah perangkat perlindungan aktiva dan secara tepat memverifikasi keberadaan aktiva tersebut. 4. Menilai keekonomian dan efisiensi sumber daya yang digunakan. Yusup (1987) dalam Menezes (2008) menjelaskan bahwa tanggung jawab auditor internal pada berbagai perusahaan yang bersangkutan. Pada umumnya auditor internal wajib memberikan laporan langsung kepada pimpinan tertinggi perusahaan (direktur utama) atau ada pula yang melapor kepada pejabat tertinggi lainnya dalam perusahaan (misalnya kontroler), atau ada pula yang berkewajiban melapor kepada komite audit yang dibentuk dewan komisaris. Pemeriksaan internal merupakan suatu alat pengawasan yang penting untuk mengukur dan menilai keefektifan pengawasan-pengawasan yang ada di dalam perusahaan.
2.3.1.3 Fungsi Audit Internal Menurut Mulyadi dan Kanaka (1998 : 202) mendefinisikan fungsi audit internal adalah: “Menyediakan jasa analisis dan evaluasi juga memberikan keyakinan dan rekomendasi serta informasi lain kepada manajemen dan dewan komisaris serta pihak lain yang memiliki wewenang dan tanggung jawab yang setara.” Fungsi audit internal yang terperinci dan relatif lengkap menunjukkan bahwa aktifitas audit internal harus diterapkan secara menyeluruh terhadap
seluruh aktifitas perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada audit atas catatan-catatan akuntansi. The Institute of Internal Auditors pada tahun lalu (2001) telah melakukan redifinisi terhadap internal auditing. Disebutkan bahwa internal auditing adalah suatu aktivitas independen dalam menetapkan tujuan dan merancang aktivitas konsultasi (consulting activity) yang bernilai tambah (value added) dan meningkatkan operasi perusahaan. Dengan demikian internal auditing membantu organisasi dalam mencapai tujuan dengan cara pendekatan yang terarah dan sistematis untuk menilai dan mengevaluasi keefektifan manajemen resiko ( risk management)
melalui pengendalian (control) dan proses tata kelola yang baik
(governance processes). Pengertian risk management secara umum merupakan pengelolaan risiko-risiko yang terkait dengan aktivitas, fungsi dan proses, sehingga
suatu
memaksimalkan
organisasi kesempatan
dapat
meminimalkan
(opportunity).
kerugian
Pengelolaan
(loss)
risiko
dan
meliputi
identifikasi, analisis, assesment, penanganan, monitoring dan komunikasi risiko. Menurut Robert Tampubolon dalam bukunya “Risk and system-Based Internal Auditing” (2005:1): “Fungsi audit intern lebih berfungsi sebagai mata dan telinga manajemen, karena manajemen butuh kepastian bahwa semua kebijakan yang telah ditetapkan tidak akan dilaksanakan secara menyimpang”
2.3.1.4 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal Audit internal bertujuan untuk membantu semua bagian dalam perusahaan agar dapat melaksanakan fungsinya secara efektif dan efisien. Audit internal akan memberikan penilaian, pandangan ataupun saran-saran yang akan dapat membantu semua bagian dalam perusahaan untuk melaksanakan aktivitasnya dengan baik. Sedangkan tujuan pelaksanaan audit internal adalah membantu para anggota organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk hal tersebut, auditor internal akan memberikan berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk dan informasi sehubungan dengan kegiatan yang diperiksa.
Tujuan
pemeriksaan
mencakup
pula
usaha
mengembangkan
pengendalian yang efektif dengan biaya yang wajar. Tujuan utama pengendalian intern menurut Hiro Tugiman (2006 : 44) adalah: “Meyakinkan keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi: kesesuaian dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan ketentuan perundangundangan; perlindungan terhadap harta organisasi; penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien, serta tercapainya berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan” Audit internal meliputi evaluasi dan pemeriksaan atas efektifitas pengendalian serta kualitas pelaksanaan tugas setiap personil. Ruang
lingkup
audit
internal
yaitu
menilai
keefektifan
sistem
pengendalian intern, pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem
pengendalian internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Dalam melaksanakan kegiatan pemantauannya, Satuan Pengawas Intern akan melakukan kegiatan-kegiatan utama pemeriksaan yang terbagi dalam enam kegiatan, yaitu: 1. Complience test, yaitu pemeriksaan tentang sejauh mana kebijakan, rencana, dan prosedur-prosedur telah dilaksanakan, meliputi : a. Ketaatan terhadap prosedur akuntansi b. Ketaatan terhadap prosedur operasional c. Ketaatan terhadap peraturan pemerintah 2. Verification, yang menjurus pada pengukuran akurasi dan kehandalan berbagai laporan dan data manajemen serta evaluasi manfaat dari laporan tersebut yang akan membantu manajemen dalam pengambilan keputusan. 3. Protection of assets, Pemeriksa intern harus dapat menyatakan bahwa pengedalian intern yang ada benar-benar dapat diandalkan untuk memberikan proteksi terhadap aktiva perusahaan. 4. Appraisal of control, Pemeriksaan intern merupakan bagian dari struktur pengendalian intern yang bersifat mengukur, menilai, dan mengembangkan struktur pengendalian intern yang ada dari waktu ke waktu mengikuti pertumbuhan perusahaan. 5. Appraising performance, Suatu kegiatan pemeriksaan intern dalam suatu area operasional tertentu yang sangat luas sehingga membutuhkan keahlian khusus.
6. Recommending operating improvements, Merupakan tindak lanjut dari evaluasi terhadap area-area dimana rekomendasi yang akan disusun hendaknya memperhatikan pula rekomendasi-rekomendasi sebelumnya. Sedangkan, menurut International Professional Practices Framework (IPPF) dalam The Institute of Internal Auditors (2011 : 29) ruang lingkup audit internal yaitu: “The internal audit activity must evaluate and contribute to the improvement of governance, risk management, and control processes using a systematic and disciplined approach”.
Maksud dari pengertian di atas adalah audit internal harus mampu membantu organisasi mencapai tujuannya dengan memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis dan meningkatkan keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses pengelolaannya.
2.3.1.5 Jenis dan Tipe Auditor Menurut Arens et. al (2008 : 16), terdapat tiga jenis utama audit, yaitu: 1. Audit Operasional Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektifitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi. Dalam audit operasional, review atau penelaahan yang dilakukan tidak terbatas pada akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi atas struktur organisasi, operasi komputer, metode produksi, pemasaran, dan semua bidang lain di mana auditor menguasainya. 2. Audit Ketaatan
Audit ketaatan dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada manajemen, bukan kepada pemakai luar. Hal ini dikarenakan manajemen adalah kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap prosedur dan peraturan yang digariskan. 3. Audit Laporan keuangan Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu.Biasanya, kriteria yang berlaku adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Meski begitu, auditor mungkin saja melakukan audit atas laporan keuangan yang disusun dengan menggunakan akuntansi dasar kas atau beberapa dasar lainnya yang cocok untuk perusahaan tersebut.
Menurut Mulyadi (2008 : 28), orang atau kelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan: a. Auditor Independen Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti: kreditu, investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi pemerintah.
Untuk berpraktik sebagai auditor independen, seseorang harus memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman kerja tertentu. Auditor independen harus telah lulus dari jurusan akuntansi fakultas ekonomi atau mempunyai ijazah yang disamakan, telah mendapat gelar akuntan dari Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan, dan mendapat izin praktik dari Menteri Keuangan. b. Auditor Pemerintah Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tuga pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat banyak auditor yang bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta instansi pajak. BPK adalah unit organisasi di bawah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), yang tugasnya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan Presiden RI dan aparat di bawahnya kepada dewan tersebut. Instansi pajak adalah unit organisasi di bawah Departement Keuangan yang tugas pokoknya adalah mengumpulkan beberapa jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah. c. Auditor Internal Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi. Selain tugas di atas, auditor internal juga bertanggungjawab menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Sedangkan Arens et.al (2008 : 19) mengelompokkan auditor menjadi 4 jenis, yaitu: 1. Auditor Independen Ciri-cirinya: a.
Auditnya berasal dari Kantor Akuntan Publik.
b.
Pelayanan jasanya terdiri dari jasa atestasi, jasa komplikasi, perpajakan dan lain-lain.
c.
Kedudukannya bersifat tidak memihak, independen, dan objektif.
d.
Perangkat peraturannya adalah standar pemeriksaan Akuntan Publik
(SPAP), kode etik dan Quality control. 2. Auditor Internal a.
Auditornya adalah pegawai dari perusahaan atau organisasi itu sendiri, seperti Satuan Pengawas Intern (SPI) pada BUMN dan BUMD.
b.
Aktivitas pekerjaannya adalah menelaah keandalan dan integritas informasi keuangan dan operasi, menelaah struktur pengendalian intern yang dirancang, menelaah tingkat kepatuhan entitass, menelaah sarana untuk melindungi aset perusahaan dan mengukur efisiensi dan efektifitas perusahaan.
c.
Tujuannya adalah membantu manajemen untuk memajukan perusahaan.
d.
Orientasi pelaksanaan auditnya adalah audit kepatuhan dan audit operasional.
e.
Orientasi pelaksanaan auditnya adalah audit kepatuhan dan audit operasional.
f.
Kedudukan auditor intern adalah bersifat independen dari pihak perusahaan dan memerlukan dukungan dari top management.
3. Auditor Pemerintah Auditornya berasal dari lembaga pemeriksa pemerintah, yaitu seperti dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jendral (Itjen) pada departemendepartemen pemerintah di Indoensia atau General Accounting Office (GAO) di Amerika Serikat. Aktivitas kegiatan kegiatan auditnya adalah audit keuangan dari audit kinerja. Kedudukannya bersifat bersifat independen terhadap pihak yang diperiksa. 4. Auditor Pajak Auditornya adalah para pegawai pajak yang bertugas sebagai auditor. Orientasi auditnya adalah untuk menilai ketaatan terhadap UU perpajakan yang berlaku. Kedudukannya independen terhadap pihak yang diperiksa.
2.3.1.6 Wewenang dan Tanggung Jawab Auditor Internal Tanggung jawab penting fungsi audit internal adalah memantau kinerja pengendalian internal dalam perusahaan. Pada waktu auditor berusaha memahami
pengendalian internal, ia harus berusaha memahami fungsi audit internal untuk mengidentifikasi aktivitas audit internal yang relevan dengan perencanaan audit. Lingkup prosedur yang diperlukan untuk memahaminya bervariasi, tergantung atas sifat aktivitas audit internal tersebut. Tanggung jawab seorang audit internal menurut Komite SPAP Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Profesi Akuntan Publik (2004 : 322.1) yaitu : “Auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi dan informasi lain kepada manajemen entitas dan bagian komisaris atau pihak lain yang setara wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk memenuhi tanggung jawabnya tersebut auditor intern mempertahankan obyektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya.” Wewenang yang dapat ditetapkan bagi auditor internal antara lain: 1. Menyusun program audit internal secara menyeluruh atau semua aktifitas dalam perusahaan. 2. Menguji keandalan pengendalian manajemen. 3. Tanpa batasan untuk memasuki semua bagian perusahaan, meneliti catatan, pelaporan serta harta milik perusahaan. Sedangkan, menurut International Professional Practices Framework (IPPF) dalam The Institute of Internal Auditors (2011 : 29) ruang lingkup audit internal yaitu: “The internal audit activity must evaluate and contribute to the improvement of governance, risk management, and control processes using a systematic and disciplined approach”.
Maksud dari pengertian di atas adalah audit internal harus mampu membantu organisasi mencapai tujuannya dengan memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis dan meningkatkan keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses pengelolaannya.
2.3.1.7 Tahap-Tahap Audit Internal Tahap-tahap pelaksanaan audit internal menurut Hiro Tugiman (1997 : 53) adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan Pemeriksaan Perencanaan audit internal harus didokumentasikan yang meliputi hal-hal berikut ini: a. Penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaannya. b. Memperoleh informasi dasar (background information) tentang kegiatan yang diaudit. c. Penentuan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan audit. d. Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu. e. Melaksanakan survei secara tepat untuk lebih mengenali kegiatan yang diperlukan,
risiko-risiko
dan
pengawasan-pengawasan
untuk
mengidentifikasi area yang ditekankan dalam audit, serta untuk memperoleh berbagai alasan dan sasaran dari pihak yang akan diperiksa. f. Penulisan program audit. g. Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil-hasil audit akan disampaikan. h. Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja audit.
2. Pengujian dan Pengevaluasian Informasi Audit internal harus mengumpulkan, menganalisis, menginterprestasikan dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil audit. 3. Pemberitahuan Hasil Auditor internal harus melaporkan hasil audit yang dilakukannya setelah audit selesai dilaksanakan. Suatu laporan harus objektif, jelas, singkat, konstruktif dan tepat waktu. Laporan haruslah mengemukakan tentang maksud, lingkup dan hasil pelaksanaan pemeriksaan, bila dipandang perlu dapat pula dicantumkan pernyataan tentang pendapat pemeriksa. 4. Tindak Lanjut (Follow Up) Auditor internal harus terus meninjau dan melakukan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa temuan audit yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat.
2.3.2
Pengertian Laporan Audit Tahap akhir dari aktifitas audit internal adalah membuat laporan audit
yang diperoleh dari pelaksanaan penugasannya. Laporan tersebut merupakan alat tugas dan wewenang bagiannya. Laporan audit menurut Lawrence B. Sawyer yang diterjemahkan oleh Desi anhariani (2006:11) adalah sebagai berikut : “Laporan audit merupakan ringkasan eksekutif, dirancang untuk mengkomunikasikan perbaikan yang disarankan dan rencana-rencana manajemen operasional untuk melaksanakan perbaikan tersebut”.
Sedangkan laporan auditor dalam standar profesi akuntan publik (2009:73) yang ditulis oleh Siti Kurnia Rahayu dan Eli Suhayati adalah sebagai berikut : “Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan atau memuat suatu asersi, bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.” Laporan audit merupakan satu-satunya dari produk unit audit internal yang secara teratur dilaporkan keada manajemen senior, dewan direksi, dewan komisaris, dan komite audit. Karena merupakan satu-satunya produk audit yang sampai kepada mereka, pembaca cenderung mengasosiasikan kualitas laporan dengan kinerja dan kemampuan profesional unit audit internal. Sebagai profesi yang sudah mapan auditor internal memiliki standar profesi audit internal sebagai suatu sistem untuk menjamin diterbitkannya laporan audit internal yang berkualitas. Menurut Hiro Tugiman (2006:70) menyatakan bahwa laporan audit haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif, dan tepat waktu. Lebih lanjut kriteria tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Laporan yang objektif adalah adalah laporan yang faktual, tidak berpihak dan terbebas dari distorsi. Berbagai temuan, kesimpulan dan rekomendasi haruslah dilakukan tanpa ada suatu perasangka. 2. Laporan yang jelas dan mudah dimengerti. Kejelasan suatu laporan dapat ditingkatkan dengan cara menghindari penggunaan bahasa teknis yang tidak diperlukan dan pemberian informasi yang cukup mendukung.
3. Laporan yang diringkas langsung membicarakan pokok permasalahan dan menghindari berbagai perincian yang tidak diperlukan. Laporan tersebut disusun dengan kata-kata yang efektif. 4. Laporan yang konstruktif adalah laporan yang berdasarkan isi dan sifatnya akan membantu pihak yang akan diperiksa dan organisasi serta menghasilkan berbagai perbaikan yang dibutuhkan. 5. Laporan yang tepat waktu adalah laporan yang penerbitnya tidak memerlukan penundaan dan mempercepat kemungkinan pelaksanaan berbagai tindakan efektif. Dari pengertian diatas menurut beberapa ahli, penulis mengambil kesimpulan bahwa laporan audit yang berkualitas sebaiknya akurat, objektif, jelas, singkat, konstruktif, lengkap dan tepat pada waktunya.
2.3.3
Jenis Laporan Audit Auditor internal seringkali mengalami kesulitan dalam menuliskan laporan
hasil auditnya. Meskipun demikian, penulisan sebuah laporan internal merupakan pekerjaan yang lebih sulit dari pada penulisan sebuah laporan bisnis biasa. Laporan hasil audit akan berbeda pada tiap-tiap perusahaan. Berdasarkan media untuk mengkomunikasikan hasil auditnya, secara umum dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tertulis dan lisan. Menurut Brink dan Witt (1999 : 15-3) jenis-jenis laporan dapat dibedakan menjadi lima macam bentuk : 1. Laporan Lisan (Oral Reports)
Laporan lisan adalah laporan yang cukup disampaikan secara lisan. Biasanya digunakan untuk masalah-masalah yang sifatnya darurat dan perlu diketahui segera oleh manajemen atau auditee. Disamping itu laporan lisan juga digunakan untuk mendukung dan melengkapi laporan tertulis (writeen reports). 2. Laporan Tertulis Interim (Interim Written Reports) Laporan tertulis interim merupakan tipe laporan antar waktu. Laporan ini menyajikan banyak hal yang menjadi produk utama auditing. Laporan interim biasanya dibuat jika audit cukup signifikan untuk mendapatkan tindak lanjut tanpa harus menunggu laporan final. Keuntungan dengan adanya laporan interim adalah tanggapan auditee akan lebih cepat dan efektif. Dari laporan tertulis ini manajemen dapat memahami apa yang disampaikan auditor internal secara visual dan mencakup lebih banyak data dan fakta dari pada laporan tipe lain. 3. Laporan Tipe Pertanyaan (Questionary Type Report) Laporan ini biasanya digunakan di kalangan intern sistem pengendalian internal untuk melakukan riview atas pekerjaan audit dengan berbagai penekanan khusus pada prosedur-prosedur tertentu.
4. Laporan Tertulis Reguler (Regular Written Report) Laporan ini merupakan laporan tertulis yang bersifat berkala sesuai dengan kebijakan masing-masing perusahaan. Laporan ini digunakan untuk
mengetahui dan memonitor perkembangan audit dan dapat dibuat secara mingguan, bulanan, atau setelah selesainya penugasan audit. 5. Laporan Tertulis Rangkuman (Summary Written Reports) Laporan ini merupakan laporan berkala dan merupakan rangkuman dari berbagai laporan-laporan yang telah dibuat selam perode waktu tertentu. Pengguna laporan ini biasanya adalah Komite Audit, Dewan Komisaris perusahaan.
2.3.4
Kriteria Dasar Laporan Audit Internal Auditor internal yang baru menekuni profesinya atau belum pernah
mendapatkan penulisan laporan audit perlu menyadari bahwa suatu laporan audit perlu menyadari bahwa suatu laporan audit akan dianggap baik apabila memenuhi empat kriteria mendasar menurut Gil Courtemanche (1986 : 214), yaitu : 1. Objektivitas Suatu laporan audit yang objektif membicarakan pokok persoalan dalam audit, bukan perincian prosedural atau hal-hal lain yang diperlukan dalam proses audit. Laporan audit yang objektif tidak akan memaksa pembacanya untuk menyesuaikan diri dengan cara berfikir audit internal, yaitu dengan berulang-ulang menunjukan pada konsep, kategori, dan istilah dalam auditing. Laporan audit yang objektif adalah laporan audit yang tidak menyajikan tulisan yang sifatnya menonjolkan diri, menunjuk pada pribadi tertentu, menggerakan perasaan atau menyinggung orang lain. Dalam Statement on Internal Auditing Standards (SIAS) no. 2:430, yaitu :
“Objective reports are factual, unbiased, and free from distortion, findings, conclusion, and recommendation should be included without prejudice “. (03 : 1) Penulisan laporan bukanlah suatu keterampilan tekhnis terpisah, tetapi melibatkan berbagai kesamaan prinsip hubungan antar manusia dengan yang ditetapkan dalm proses pemeriksaan, oleh karena itu, laporan hasil audit harus menguraikan keadaan auditee yang faktual dan berusaha untuk tidak menunjuk pada pribadi tertentu yang akan menimbulkan ketersinggungan suatu pihak. 2. Kewibawaan Laporan audit yang berwibawa adalah laporan audit yang harus dapat dipercayadan mendorong para pembacanya menyutujui substansi yang terdapat di dalam laporan tersebut. Laporan audit yang berwibawa harus berdasarkan fakta dan hasil observasi yang kuat. Kesimpulan audit tidak semata-mata didasarkan pada fakta yang ada karena fakta tersebut harus terlebih dahulu dinilai dan dibandingkan dengan apa yang seharusnya ada. Selain adanya fakta konkert dan hasil pengamatan, laporan audit pun harus memiliki kriteria pengevaluasian yang oleh para pembacanya dianggap pantas. Selain harus berdasarkan fakta, laporan audit juga harus relevan dengan objek dan sasaran audit. Ada satu hal terakhir yang berkaitan dengan kewibawaan laporan audit, yaitu rekomendasi yang diberikan oleh auditor intenal haruslah layak, praktis, serta memperhatikan keseimbangan anatara biaya dikeluarkan dan efektifitas yang diperoleh.
Kewibawaan laporan audit mengacu pada pernyataan dalam Statement on Internal Auditing Standards (SIAS) no. 2:430, yaitu : “Constructive reports are those which as a result of their conteral and tone, help the auditee and the organization and lead to improvements where needed”. (03 :4) Diharapkan laporan audit memberikan rejomendasi yang dapat menyelesaikan permasalahan baik jangka pendek maupun jangka panjang dan dapat dilaksanakan oleh auditee. Selain itu rekomendasi harus sesuai dengan sasaran audit atau tujuan audit sebelumnya. 3. Keseimbangan Laporan audit yang seimbang adalah laporan yang memberikan gambaran tentang organisasi atau aktivitas yang ditinjau secara wajar dan realistik. keseimbangan adalah keadilan. Keseimbangan adalah pengungkapan yang seharusnya, sehingga auditor internal perlu untuk memiliki rasa empati. Rasa empati yaitu perasaan memposisikan dirinya sebagai pihak yang menjadi objek penulisan laporan audit. Keseimbangan audit seharusnya menjadi aturan utama yang mendasari audit internal.
4. Penilaian yang Profesional Laporan audit yang ditulis secara profesional memperhatikan beberapa unsur, yaitu : a. Struktur Penulisan
Dalam penulisan laporan, yang dimaksud dengan struktur adalah hubungan setiap bagian laporan dengan laporan tersebut secara keseluruhan. Struktur merupakan masalah paling menyulitkan dalam penulisan laporan audit yang efektif. Kualitas suatu laporan akan sangat tergantung pada struktur laporan tersebut. Cara terbaik untuk mengetahui baik tidaknya struktur suatu laporan adalah dengan mengetahui apakah laporan tersebut dapat memberikan kesan menyeluruh yang jelas bagi pembaca. Selain itu, dengan mengetahui apakah laporan tersebut dengan mudah dapat dibaca secara tepat. Struktur laporan dapat dibedakan menjadi struktur secara makro dan mikro. Secara makro berkaitan dengan bagaimana temuan-temuan laporan dikelompokkan dan dianalisis konsekuensinya. Sedangkan secara mikro berkaitan dengan bagaimana setiap temuan-temuan laporan diorganisir dan disajikan. b. Kejelasan Sebuah laporan audit akan dianggap mempunyai kejelasan apabila dapat dipahami secara mudah. Audit internal harus terlebih dahulu memahami hal yang menjadi pokok halaman sebelum dapat menuliskan secara jelas dalam laporan audit. Kejelasan laporan audit berawal dari pikiran penulisnya dan berakhir pada pikiran pembacanya. Tanggapan pembacalah yang pada akhirnya meliputi ukuran bagi jelas tidaknya sebuah laporan.
c. Keringkasan Laporan audit yang ringkas adalah laporan audit yang lengkap dan tidak bertele-tele. Dalam suatu laporan audit yang ringkas tidak terdapat pembicaraan
yang
tidak
perlu
tentang
proses,
audit,
laporan
tersebutlangsung dan tetap membicarakan poko bahasan. Keringkasan membutuhkan struktur yang baik. Penulis laporan harus berusaha menbicarakan setiap hal secara berurutan, tanpa mendahului atau mengulang pembicaraan tentang hal lain yang juga terdapat dalam laporan. Auditor internal harus berusaha agar dalam membaca laporannya, pembaca tidak perlu membolak-balik laporan tersebut. d. Nada laporan Sebuah laporan audit harus dapat dibaca dan dimiliki nada sebagaimana layaknya suatu laporan audit. Laporan audit harus ditulis dengan nada rendah, tidak bersifat pribadi dan emosional, serta menjadikan temuan, kesimpulan, dan rekomendasisebagai fokus. Dalam laporannya, audit internal sebaiknya tidak memberikan perintah, meminta, memberikan instruksi, menolak , menyutujui, menyangkal, membela, membesarkan atau mengecilkan hati, mengritik ataupun memuji. Kata kerja yang paling sesuai denganperan auditor internal adalah memberikan rekomendasi. e. Pengeditan
Secara keseluruhan sebuah laporan audit mungkin saja kurang dari sempurna, dan hal ini dapat diterima sepanjang pengeditan laporan tersebutdilakukan secara sempurna. Pengeditan merupakan aspek penulisan laporan audit, dimana kesempurnaan merupakan satu-satunya standar yang harus ditetapkan. Pengeditan yang sempurna berarti : Tidak ada kesalahn ejaan, tanda baca, atau gramatikal. Tidak ada penggunaan kata yang tidak tepat. Tidak ada susunan kata yang mengganjal. Tidak ada kalimat yang tidak jelas atau terlalu panjang. Pengeditan yang sempurna sangatlah penting karena menunjukan bahwa auditor internal sangatlah memperhatikan hasil pekerjaannya. Apabila auditor internal tidak begitu dengan hasil pekerjaanyadan tidak melakukan pengeditan dengan sempurna, maka ia telah dengan sengaja menyebutkan dirinya tidak profesional.
2.3.5
Makrostruktur Laporan Audit Internal Makrostruktur dalam penulisan laporan audit diatur oleh lima prinsip
dasar, yaitu pengelompokan, kemudahan, kemenarikan, dan fleksibilitas. Agar sebuah laporan audit memiliki struktur yang baik, segala hal yang berkaitan harus dikelompokan secara bersama-sama. Prinsip pengelompokan menghendaki agar sebelum menulis laporan, auditor internal terlebih dahulu mengidentifikasi setiap temuan serta kemudian
mengelompokannya Pengelompokan
agar
dapat
mempermudah didasarkan
pada
pembaca objeknya,
untuk
memahaminya.
penyebabnya,
atau
rekomendasinya tergantung pada keinginan auditornya. Perangkaian menentukan urutan penyelesaian sejumlah kelompok temuan, dan juga urutan pembahasan masing-masing temuan yang terdapat di dalam setiap kelompok. Sebuah laporan audit yang baik akan menuntun pembacanya melalui rangkaian logika yang disusun secara cermat. Perangkaian emosi harus pula dipertimbangkan. Penulisan laporan harus mengantisipasi serta mengatur emosi pembaca, selain mempertimbangkan tanggapan intelektual pembaca terhadap narasi laporan. Laporan audit yang baik harus memiliki struktur yang dapat memberikan berbagai kemudahan dan kenyamanan kepada para pembaca. Dengan berbagai kemudahan dan kenyamanan tersebut, pembaca dapat menghemat waktu dan usaha yang dibutuhkan memahami isi laporan audit. Kemudahan dan kenyamanan tersebut anatara lain dapat diberikan dalam bentuk judul dan subjudul yang jelas serta akurat; jumlah tingkat sub pokok bahasan yang seminim mungkin; daftar isi dipandang perlu; penomoran halaman secara lengkap; penyusunan lampiran dan perincian yang tepat; dan rangkuman untuk manajemen bila dipandang perlu. Ada kalanya dalam suatu perusahaan, format laporan audit dibakukan. Hal ini dapat menghambat auditor internal dalam melakukan variasi-variasi untuk membuat laporan audit menjadi menarik. Sehingga kurang tepat jika terdapat keharusan untuk membuat konsep struktural secara kaku. Maka prinsip fleksibilitas menjadi hal yang penting dalam membentuk format laporan audit.
2.3.6
Mikrostruktur Laporan Audit internal Mikrostruktur berkaitan dengan struktur suatu temuan audit. Struktur
konseptual setiap temuan audit pada dasarnya sama. Pemahaman yang jelas tentang mikrostruktur laporan audit akan akan membantu menghilangkan hambatan yang dialami oleh auditor internal dalam menuliskan laporannya. Struktur temuan audit mencerminkan sifat proses audit. Menurut Gil Courtemanche setiap audit membutuhkan suatu : 1. Tujuan, yaitu maksud dilakukannya suatu audit yang membantu dan membatasi perencanaan pekerjaan. 2. Temuan, disini didefinisikan secara sempit sehingga hanya meliputi faktafakta yang berhasil diobservasi, kriteria pengevaluasian, dan perbandingan dasar antara keduanya. 3. Kesimpulan, yaitu hasil penilaian menyeluruh yang dilakukan oleh auditor internal, yang didasarkan pada perbandingan antara fakta dan kriteria yang dikemukakan
dalam
temuan-temuan
audit,
serta
sebab-sebab
yang
menimbulkannya. 4. Rekomendasi, yaitu saran yang diberikan oleh auditor internal sehubungan dengan kesimpulan yang diperolehnya. Rekomendasi praktis, serta memiliki pembanding antara biaya dan efektivitas merupakan bentuk paling bernilai yang diberikan oleh internal auditor kepada pihak manajemen. Kejelasan dan kelengkapan penyajian sebuah temuan audit tidak hanya bermanfaat bagi pembaca, namun juga bagi auditor internal. Mikrostruktur yang
baik akan memudahkan pengawasan kualitas laporan audit internal, penyelia, dan manajemen internal audit. Untuk alasan ini mikrostruktur yang baik akan mendukung terciptanya kewibawaan laporan audit internal.
2.3.7
Standar Kualitas Laporan Audit Internal Dalam rangka menyusun laporan audit internal yang dapat mencapai
tujuan laporan yaitu : (1) mentransfer informasi, (2) memberi persuasi, (3) mendapatkan hasil (response), auditor internal perlu memperhatikan standar untuk menjamin kualitas penulisan laporan. Secara prinsip, terdapat delapan standar kualitas laporan, yaitu : 1. Langsung Dengan prinsip langsung, pembaca akan lebih mudah memahami poin, gagasan atau maksud utama dengan jelas. Selain menghindari salah interpretasi, gagasan utama jelas akan menarik minat pembaca untuk membaca dan mendalami keseluruhan laporan. Prinsip langsung dapat membantu auditor internal memberikan service yang tepat kepada pembaca laporan sebagai customer-nya. Auditor internal dapat memperoleh gaya bahasa langsung antara lain dengan menggunakan kalimat pembuka yang konsklusif, menggunakan heading yang informatif, dan menempatkan gagasan utama pada awal kalimat atau paragraf. 2. Lugas Selain ringkas dan mudah dipahami, laporan yang lugas cenderung lebih menarik minat dan mendorong pembaca untuk melakukan tindak lanjut. Untuk
mendapatkan laporan yang lugas, auditor perlu menjaga agar laporan audit senantiasa ringkas dan hanya berisi informasi yang relevan. Laporan lugas menuntut auditor untuk menyusun prioritas informasi sesuai dengan tingkat signifikasi atau keseriusannya. Laporan lugas hanya menyajikan data-data pendukung yang telah diikhtisarkan dalm suatu rekapan yang ringkas. 3. Sesuai dengan Kondisi Sebagai laporan yang mengharapkan tindak lanjut dari pembacanya, laporan audit internal perlu menggunakan nada dan gaya yang cocok dengan kondisinya. Untuk mencapai tujuan ini, auditor
perlu memahami minat
pembaca, menggunakan penekanan yang tepat, dan hanya menyajikan informasi yang relevan dan valid. 4. Persuasif Faktor penting yang dapat mendorong untuk melakukan tindakan atas laporan adlah keyakinan. Agar menjadi persuasif maka laporan harus valid atau menunjukan bahwa rekomendasi dukungan atas semua data dan kesimpulan yang ada. Laporan juga akan menjadi persuasif jika dapat mengilustrasikan arti penting atau signifikansi masalah atau resiko yang dihadapi pembaca. Signifikansi akan menonjol jika laporan menjelaskan akibat, atau mengkuantifsir efek. Laporan audit juga dapat menjadi lebih persuasif jika menunjukan bahwa rekomendasi bermanfaat bagi pembaca. 5. Konstruktif
Laporan audit akan lebih dapat diterima jika menggunakan nada yang konstruktif. Laporan konstruktif tidak menggunakan nada yang kritikal. Laporan konstruktif dapat dicapai dengan dengan memberi penekanan penyebuh, bukan gejalanya. Komentar atau temuan positif, maka seluruh laporan menjadi mudah diterima oleh auditee. 6. Orientasi pada Hasil Laporan audit harus menunjukan bahwa auditor lebih mengutamakan terciptanya hasil bagi organisasi. Auditor harus menunjukan bahwa pada prinsipnya bukan ingin mencari masalah tetapi mengetahui solusi. Orientasi pada hasil akan terlihat apabila laporan mengandung rekomendasi yang spesifik dan dapat diukur. Laporan harus memuat solusi yang praktis. 7. Menarik Format maupun volume laporan sebaiknya tidak menakutkan calon pembacanya. Tujuan menarik biasanya dapat diperoleh dengan membuat ringkasan eksekutif, menggunakan format yang profesional dan heading yang jelas.
8. Tepat Waktu Agar memiliki nilai manfaat, laporan audit harus disampaikan secara tepat waktu. Laporan yang tepat waktu adalah yang memungkinkan pelaksanaan tindak lanjut secraa efektif.
2.3.8
Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono (2004: 34) “Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan”. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007, hal 7) : ”Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keungan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.” Berdasarkan definisi-definisi yang tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu laporan keuangan berfungsi untuk: a. Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai aktiva, hutang serta modal yang dikenal dengan nama Neraca (Balance Sheet). b. Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai penghasilan, biaya serta laba atau rugi yang diperoleh yang dikenal dengan nama Laporan Laba Rugi (Income Statement).
c. Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan, yang dikenal dengan nama Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Owners Equity atau Statement of Stockholders Equity). d. Setiap laporan tersebut menyediakan informasi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya namun saling berkaitan karena mencerminkan aspek yang berbeda dari transaksi-transaksi atau peristiwa-peristiwa lain yang sama.
2.3.9
Jenis Laporan Keuangan Jenis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:106)
menyatakan : ”Jenis laporan keuangan terdiri dari jenis laporan keuangan utama dan pendukung, seperti; Daftar Neraca, Perhitungan Laba Rugi, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana, Laporan Arus Kas, Laporan Harga Pokok Produksi, Laporan Laba Ditahan, Laporan Perubahan Modal, dan Laporan Kegiatan Keuangan.” Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis laporan keuangan terdiri dari : 1. Neraca Laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu. Neraca menyajikan dalam data historikal aktiva yang merupakan sumber operasi perusahaan yang dijalankan, utang yaitu kewajiban perusahaan, dan modal dari pemegang saham perusahaan.
2. Laporan Laba Rugi Laporan keuangan yang berisikan informasi tentang keuntungan atau kerugian yang diderita oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Pada laporan ini menyajikan data pendapatan sebagai hasil usaha perusahaan dan beban sebagai pengeluaran operasional perusahaan. 3. Laporan Perubahan Posisi Keuangan Biasanya disebut daftar sumber dan penggunaan dana, menunjukkan asal kas diperoleh dan bagaimana digunakannya. Laporan perubahan posisi keuangan menyediakan latar belakang historis dari pola aliran dana. Laporan ini terbagi menjadi dua yaitu; Laporan Perubahan Modal Kerja dan Laporan Arus Kas. Laporan Perubahan Modal Kerja menyajikan data-data aktiva lancar dan utang lancar, sedangkan Laporan Arus Kas menyajikan data-data mengenai arus kas dari kegiatan operasional, kegiatan investasi, kegiatan keuangan/pembiayaan, dan saldo kas awal, serta saldo kas akhir.
4. Catatan dan laporan lain sebagai penjelasan bagi laporan keuangan Catatan dan laporan lain merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari laporan keuangan. Catatan-catatan ini tergantung pada kebijakan akuntansi yang digunakan pada waktu mempersiapkan laporan keuangan dan memberi tambahan detail mengenai beberapa bagian di laporan keuangan. Misalnya, Laporan Harga Pokok Produksi, Laporan Perubahan Modal atau Laba Ditahan, Laporan Kegiatan Keuangan.
2.4
Kerangka Pemikiran Perusahaan Daerah Air Minum sebagai suatu Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) dan sekarang bekerja sama dengan pihak swasta memiliki tujuan. Tujuan tersebut dirinci ke dalam sasaran – sasaran berjangka waktu tertentu yaitu jangka pendek, jangka menengah ataupun jangka panjang. PDAM ( Perusahaan Daerah Air Minum ) didirikan dengan tujuan untuk menyalurkan air minum untuk memenuhi salah satu kebutuhan pokok masyarakat, memupuk pendapatan untuk biaya administrasi, perawatan dan perluasan sistem serta memberi kontribusi pada kas pemerintah daerah berupa pembagian laba. Perusahaan Daerah Air Minum bertujuan untuk menyediakan kebutuhan air minum kepada masyarakat, maka perlu dikelola sesuai dengan prinsip ekonomi yang dipadukan fungsi sosial. Namun dalam kenyataannya sumber daya dan sumber dana belum dikelola secara efektif dan efisien, hal ini berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang mengakibatkan kerugian timbul karena
pendapatan
tidak
bisa
menutup
biaya
operasional.
Melakukan
pengendalian internal salah satunya dengan cara membuat laporan audit dengan tepat waktu. Guna menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan dan untuk mengetahui kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan audit, perlu adanya suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh seseorang yang independen. Hal ini dimaksudkan agar hasil pemeriksaan tersebut merupakan hasil yang tidak memihak.
Penyusunan informasi keuangan yang baik tentunya harus dilakukan oleh seluruh organisasi
perangkat
daerah secara
keseluruhan. Namun pada
kenyataannya posisi pengelola keuangan masih banyak dipegang oleh orang yang tidak memiliki kompetensi yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian Alimbudiono dan Fidelis (2004) yang memberikan temuan empiris bahwa pegawai berlatar pendidikan akuntansi di subbagian akuntansi Pemerintah XYZ masih minim, job description nya belum jelas, dan pelatihan-pelatihan untuk menjamin fungsi akuntansi berjalan dengan baik belum dilaksanakan juga penelitian yang dilakukan oleh King dalam Effendi (2005) tentang penempatan pegawai negeri sipil (PNS) di beberapa daerah kota/kabupaten di Indonesia menyimpulkan bahwa: “penempatan PNS sering tidak sesuai dengan kapasitas pegawai
yang
bahwa,”tingkat
bersangkutan. pendidikan
Selain
birokrasi
itu
Menpan
Negara
(2006)
Indonesia
menyebutkan
sebagian
besar
berpendidikan SLTA ke bawah dan rendahnya tingkat pendidikan ini sangat mempengaruhi kreatifitas dan inovasi dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu seorang yang menjadi penanggungjawab laporan keuangan harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidangnya. Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Dengan demikian, kompetensi menunjukan keterampilan atau pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan bidang tersebut
Satu hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah ataupun organisasi dalam mengelola fungsi-fungsi manajemennya adalah, bagaimana mengelola sumber daya manusia untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja serta meningkatkan kualitas organisasi tersebut agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dukungan manajemen sangat diperlukan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kompetensi staf. Dukungan manajemen disini berfungsi untuk mendorong atau menimbulkan rasa percaya diri bagi staf untuk dapat melaksanakan pekerjaan ataupun tanggung jawabnya dengan baik khususnya staf akuntansi dalam kaitannya dengan kualitas informasi keuangan daerah. Selain itu dukungan manajemen sangat diperlukan dalam kaitannya dengan melakukan berbagai fungsi diantaranya fungsi penentu arah, fungsi juru bicara, fungsi komunikator, fungsi integrator dan fungsi memberikan dukungan dan semangat kerja karyawan. Menurut
Hiro
Tugiman
(1996:173)
beberapa
individu
tertentu
memberikan dukungan terhadap segenap aspek fungsi pengawasan internal. Mereka dalah pendukung umum. Ada pula individu yang hanya mendukung beberapa aspek tertentu fungsi pengawasan internal. Mereka adalah pendukung khusus. Ada sejumlah individu yang mendukung sejumlah aktivitas pemeriksaan, namun mereka tidak mendukung beberapa manajer, supervisor, atau auditor tertentu yang terlibat dalam aktivitas tersebut. Mereka adalah pendukung fungsional. Ada pula individu yang tidak hanya mendukung pelaksanaan aktivitas
pemeriksaan; mereka pun mendukung orang-orang yang terlibat di dalam aktivitas tersebut. Mereka dapat disebut sebagai pendukung personal. Secara singkat, paradigma penelitian yang dapat digambarkan sesuai kerangka pemikiran adalah sebagai berikut:
Kompetensi (X1)
Percepatan Laporan Audit (Y) Dukungan Manajemen (X1)
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Hipotesis yang dapat dirumuskan oleh penulis yaitu : H1
: Kompetensi berpengaruh positif terhadap percepatan laporan audit.
H2
: Dukungan Manajemen berpengaruh positif terhadap percepatan laporan audit.
2.5
Pengembangan Hipotesis
2.5.1 Pengaruh Kompetensi Terhadap Percepatan Laporan Audit Kekuatan suatu perusahaan yang tidak dapat dengan mudah ditandingi atau ditiru oleh pesaing disebut kompetensi (David, 2002). Kompetensi juga didefinisikan sebagai keahlian, pengetahuan, dan kemampuan serta karakteristik lainnya yang dibutuhkan oleh seseorang untuk melakukan tugas atau pekerjaannya dengan efektif (Jackson & Schuler, 2003). Kompetensi juga dapat dirasakan sebagai aset-aset perantara yang diturunkan perusahaan untuk meningkatkan produktifitas sumber dayanya, seperti fleksibilitas strategi dan perlindungan terhadap produk dan jasa-jasa akhir perusahaan (Amit dan Schoemaker, 1993). Mark
Lancaster
mendefinisikan
kompetensi
sebagai
suatu
atau
sekelompok sikap atau perilaku yang menghasilkan performa yang sangat baik dalam melakukan konteks pekerjaan tertentu (tugas, peran yang meliputi sekelompok tugas, fungsi, sampai keseluruhan organisasi).
Karakteristik seperti ini diaplikasikan ke dalam organisasi, karena sangat membantu penyelesaian beberapa masalah, yaitu: 1. Mengklarifikasikan standar pekerja sesuai harapan organisasi. 2. Mengharapkan setiap individu, tim, dan manajer agar searah dengan strategi bisnis organisasi.
3. Menciptakan meningkatkan permorma dalam pemberdayaan, akuntabilitas, dan arah pelatihan sumber daya manusia. 4. Pengambilan keputusan yang adil terhadap penilaian dan kompensasi. Auditor internal yang baru menekuni profesinya atau belum pernah mendapatkan penulisan laporan audit perlu menyadari bahwa suatu laporan audit perlu menyadari bahwa suatu laporan audit akan dianggap baik apabila memenuhi empat kriteria mendasar menurut Gil Courtemanche (1986 : 214), yaitu : a. Objektivitas Suatu laporan audit yang objektif membicarakan pokok persoalan dalam audit, bukan perincian prosedural atau hal-hal lain yang diperlukan dalam proses audit. Laporan audit yang objektif tidak akan memaksa pembacanya untuk menyesuaikan diri dengan cara berfikir audit internal, yaitu dengan berulang-ulang menunjukan pada konsep, kategori, dan istilah dalam auditing. Laporan audit yang objektif adalah laporan audit yang tidak menyajikan tulisan yang sifatnya menonjolkan diri, menunjuk pada pribadi tertentu, menggerakan perasaan atau menyinggung orang lain. Dalam Statement on Internal Auditing Standards (SIAS) no. 2:430, yaitu : “Objective reports are factual, unbiased, and free from distortion, findings, conclusion, and recommendation should be included without prejudice “. (03 : 1) Penulisan laporan bukanlah suatu keterampilan tekhnis terpisah, tetapi melibatkan berbagai kesamaan prinsip hubungan antar manusia dengan yang ditetapkan dalm proses pemeriksaan, oleh karena itu, laporan hasil audit harus menguraikan keadaan auditee yang faktual dan berusaha untuk tidak
menunjuk pada pribadi tertentu yang akan menimbulkan ketersinggungan suatu pihak. b. Kewibawaan Laporan audit yang berwibawa adalah laporan audit yang harus dapat dipercayadan mendorong para pembacanya menyutujui substansi yang terdapat di dalam laporan tersebut. Laporan audit yang berwibawa harus berdasarkan fakta dan hasil observasi yang kuat. Kesimpulan audit tidak semata-mata didasarkan pada fakta yang ada karena fakta tersebut harus terlebih dahulu dinilai dan dibandingkan dengan apa yang seharusnya ada. Selain adanya fakta konkert dan hasil pengamatan, laporan audit pun harus memiliki kriteria pengevaluasian yang oleh para pembacanya dianggap pantas. Selain harus berdasarkan fakta, laporan audit juga harus relevan dengan objek dan sasaran audit. Ada satu hal terakhir yang berkaitan dengan kewibawaan laporan audit, yaitu rekomendasi yang diberikan oleh auditor intenal haruslah layak, praktis, serta memperhatikan keseimbangan anatara biaya dikeluarkan dan efektifitas yang diperoleh. Kewibawaan laporan audit mengacu pada pernyataan dalam Statement on Internal Auditing Standards (SIAS) no. 2:430, yaitu : “Constructive reports are those which as a result of their conteral and tone, help the auditee and the organization and lead to improvements where needed”. (03 :4) Diharapkan laporan audit memberikan rekomendasi yang dapat menyelesaikan permasalahan baik jangka pendek maupun jangka panjang dan
dapat dilaksanakan oleh auditee. Selain itu rekomendasi harus sesuai dengan sasaran audit atau tujuan audit sebelumnya. c. Keseimbangan Laporan audit yang seimbang adalah laporan yang memberikan gambaran tentang organisasi atau aktivitas yang ditinjau secara wajar dan realistik. keseimbangan adalah keadilan. Keseimbangan adalah pengungkapan yang seharusnya, sehingga auditor internal perlu untuk memiliki rasa empati. Rasa empati yaitu perasaan memposisikan dirinya sebagai pihak yang menjadi objek penulisan laporan audit. Keseimbangan audit seharusnya menjadi aturan utama yang mendasari audit internal. d. Penilaian yang Profesional Laporan audit yang ditulis secara profesional memperhatikan beberapa unsur, yaitu : 1. Struktur Penulisan 2. Kejelasan 3. Keringkasan 4. Nada laporan 5. Pengeditan Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1
: Kompetensi berpengaruh positif terhadap percepatan laporan audit.
2.5.2 Pengaruh Dukungan Manajemen Terhadap Percepatan Laporan Audit
Manajemen merupakan suatu proses dimana suatu perusahaan atau organisasi dalam melakukan suatu usaha harus mempunyai prinsip-prinsip manajemen dengan menggunakan semua sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Menurut Hito Tugiman (1996:172) dalam pembuatan keputusan tentang tingkat dukungan yang akan diberikan kepada fungsi pengawasan internal, manajemen senior sangat mendasarkan diri pada informasi dan pendapat yang diberikan
oleh
bawahannya
karena
ia
sendiri
jarang
terlibat
dalam
pembicaraannya yang berarti dengan pengawasan internal. Dukungan manajemen terhadap fungsi pengawasan intenal akan tergantung pada cara berpikir pikiran bawah sadar perusahaan. Karenanya selain dari manajemen senior, pengawas internal harus pula berusaha memperoleh dukungan dari pihak-pihak yang menerima pendelegasian wewenang. Makrostruktur dalam penulisan laporan audit diatur oleh lima prinsip dasar, yaitu pengelompokan, kemudahan, kemenarikan, dan fleksibilitas. Agar sebuah laporan audit memiliki struktur yang baik, segala hal yang berkaitan harus dikelompokan secara bersama-sama. Prinsip pengelompokan menghendaki agar sebelum menulis laporan, auditor internal terlebih dahulu mengidentifikasi setiap temuan serta kemudian mengelompokannya Pengelompokan
agar
dapat
mempermudah didasarkan
pada
pembaca objeknya,
rekomendasinya tergantung pada keinginan auditornya.
untuk
memahaminya.
penyebabnya,
atau
Perangkaian menentukan urutan penyelesaian sejumlah kelompok temuan, dan juga urutan pembahasan masing-masing temuan yang terdapat di dalam setiap kelompok. Sebuah laporan audit yang baik akan menuntun pembacanya melalui rangkaian logika yang disusun secara cermat. Perangkaian emosi harus pula dipertimbangkan. Penulisan laporan harus mengantisipasi serta mengatur emosi pembaca, selain mempertimbangkan tanggapan intelektual pembaca terhadap narasi laporan. Laporan audit yang baik harus memiliki struktur yang dapat memberikan berbagai kemudahan dan kenyamanan kepada para pembaca. Dengan berbagai kemudahan dan kenyamanan tersebut, pembaca dapat menghemat waktu dan usaha yang dibutuhkan memahami isi laporan audit. Kemudahan dan kenyamanan tersebut anatara lain dapat diberikan dalam bentuk judul dan subjudul yang jelas serta akurat; jumlah tingkat sub pokok bahasan yang seminim mungkin; daftar isi dipandang perlu; penomoran halaman secara lengkap; penyusunan lampiran dan perincian yang tepat; dan rangkuman untuk manajemen bila dipandang perlu. Ada kalanya dalam suatu perusahaan, format laporan audit dibakukan. Hal ini dapat menghambat auditor internal dalam melakukan variasi-variasi untuk membuat laporan audit menjadi menarik. Sehingga kurang tepat jika terdapat keharusan untuk membuat konsep struktural secara kaku. Maka prinsip fleksibilitas menjadi hal yang penting dalam membentuk format laporan audit. H2
: Dukungan manajemen berpengaruh positif terhadap percepatan laporan audit.