BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Modal dan struktur modal perusahaan Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), surplus atau laba yang ditahan atau kelebihan aset yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutangnya. Modal menggambarkan hak pemilik atas perusahaan yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan pemilik maupun para investor. Modal pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu modal aktif dan modal pasif. Modal aktif adalah modal yang tertera disebelah debet dari neraca yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan. Dengan kata lain, modal aktif menunjukkan bentuk modal. Menurut Riyanto (1995), berdasarkan cara dan lama perputaran, modal aktif dibagi menjadi 2 yaitu aset lancar dan aset tetap. Aset lancar adalah aset yang habis dipakai dalam satu kali perputaran proses produksi dan proses perputarannya kurang dari satu tahun. Sedangkan aset tetap adalah aset yang tahan lama yang tidak habis atau yang secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi. Modal pasif adalah modal yang tertera disebelah kredit sisi neraca yang menggambarkan sumber perolehan dana atau dengan kata lain modal pasif menunjukkan sumber atau asal modal.
Universitas Sumatera Utara
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri. Modal asing dalam hal ini diartikan sebagai hutang, baik jangka panjang maupun jangka pendek, sedangkan modal sendiri bisa terdiri dari laba ditahan (retained earning) dan bisa juga dari saham preferen dan saham biasa dari para pemilik saham. Pada dasarnya pemenuhan dana sebagai modal suatu perusahaan dapat berasal dari sumber internal dan eksternal. Internal berarti sumber pendanaan tersebut diperoleh dari dalam perusahaan dan eksternal berarti sumber pendanaan tersebut diperoleh dari tambahan penyertaan modal pemilik perusahaan, penjualan obligasi ataupun pemberian kredit. Pendanaan dengan modal sendiri secara internal akan mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar. Dilain pihak, apabila dana yang dimiliki tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan, maka perlu dipertimbangkan penggunaan modal asing. Dalam pendekatan tradisional diasumsikan terjadi perubahan struktur modal yang optimal dan peningkatan nilai total perusahaan melalui penggunaan financial leverage (hutang dibagi modal sendiri). Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga suatu leverage tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami perubahan, sehingga tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya hutang relatif konstan. Setelah leverage atau rasio hutang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Oleh karena itu, nilai perusahaan yang mula-mula meningkat
akan menurun sebagai akibat
Universitas Sumatera Utara
penggunaan hutang yang semakin besar. Dengan demikian, menurut pendekatan tradisional, bisa diperoleh struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang memberikan biaya modal keseluruhan yang terendah dan memberikan harga saham tertinggi. Menurut Brigham dan Houston (2001:45), struktur modal yang optimal pada suatu perusahaan adalah kombinasi dari hutang dan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Menurut Hanafi (2004:297), perusahaan dapat melakukan perubahan struktur modal untuk mencapai struktur modal yang optimal dalam perusahaan. Sedangkan Modigliani dan Miller / MM Approach (1961) menyatakan bahwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan, karena diasumsikan pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT (Earning Before Interest and Taxes) selalu sama. Mereka berpendapat bahwa risiko total bagi seluruh pemegang saham tidak berubah walaupun struktur modal perusahaan mengalami perubahan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pembagian struktur modal antara hutang dan modal sendiri selalu terdapat perlindungan atas nilai investasi, yaitu karena nilai investasi total perusahaan tergantung dari keuntungan dan risiko, sehingga nilai perusahaan tidak berubah walaupun struktur modalnya berubah. Asumsi yang digunakan adalah pasar modal sempurna, nilai yang diharapkan dari distribusi probabilitas semua investor sama, perusahaan mempunyai risiko usaha (business risk) yang sama dan tidak ada pajak. Kemudian pada awal tahun 1960-an, kedua ekonom tersebut
Universitas Sumatera Utara
memasukkan faktor pajak ke dalam analisis mereka. Mereka sampai pada kesimpulan bahwa nilai perusahaan dengan hutang, lebih tinggi dibandingkan nilai perusahaan tanpa hutang. Kenaikan nilai tersebut dikarenakan adanya penghematan pajak dari penggunaan hutang atau dengan kata lain biaya hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak. Menurut Sundjaja dan Inge (2003:286) teori Modigliani dan Miller / MM Approach tersebut memberi hasil bahwa teori struktur modal yang optimal didasarkan atas keseimbangan antara manfaat dan dari pembiayaan dengan pinjaman. Sundjaja mengasumsikan bahwa manfaat utama dari pembiayaan dengan modal pinjaman adalah perlakuan pajak dari pemerintah yang mengizinkan bahwa pembayaran bunga atas pinjaman dapat dikurangi dalam menghitung pendapatan kena pajak. Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Untuk mengukur struktur modal tersebut digunakan rasio struktur modal yang disebut leverage ratio. Leverage ratio adalah perbandingan yang bertujuan untuk mengukur seberapa besar suatu perusahaan dibiayai oleh hutang. Penelitian ini akan menggunakan rasio leverage antara hutang jangka panjang dengan total aset sebagai indikator variabel dependen struktur modal.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Teori struktur modal 2.1.2.1 Agency Theory Teori ini dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976 (Horne dan Wachowicz, 2005), di mana manajemen merupakan agen dari pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mereka mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan dan pembatasan terhadap keputusan yang bisa diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya agensi (Saidi, 2004). Biaya agensi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur dan pemegang saham. Salah satu pendapat dalam teori agensi adalah siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang timbul pasti merupakan tanggungan pemegang saham (Horne dan Wachowicz, 2005). Misalnya, pemegang obligasi, karena mengantisipasi biaya pengawasan, membebankan bunga yang lebih tinggi. Semakin besar peluang timbulnya pengawasan, semakin tinggi tingkat bunga, dan semakin rendah nilai perusahaan bagi pemegang saham. Biaya – biaya yang timbul ini akan berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal yang diambil perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.2 Signalling Theory Signalling theory adalah teori yang menerangkan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk pada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Brigham dan Houston, 2001). Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara yang lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Sebaliknya, perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu sinyal bahwa manajemen memandang suramnya prospek perusahaan tersebut. Prospek perusahaan yang terlihat dari tindakan yang diambil manajemen tersebut akan mempengaruhi kebijakan struktur modal perusahaan yang nantinya juga akan mempengaruhi keputusan investor untuk menanamkan dananya kedalam perusahaan tersebut. 2.1.2.3 Asymmetric Information Theory Asymmetric information, menurut Brigham dan Houston (2001) adalah situasi dimana manajemen memiliki informasi yang berbeda, yang lebih baik, mengenai prospek perusahaan daripada investor. Ketidak seimbangan informasi ini terjadi karena pihak manajemen memiliki informasi yang lebih banyak daripada para pemodal. Misalnya pihak manajemen mungkin berpikir bahwa harga saham saat ini sedang over valued (lebih tinggi daripada harga seharusnya). Jika hal ini yang
Universitas Sumatera Utara
diperkirakan terjadi, maka manajemen tentu akan berpikir untuk menawarkan saham baru. Akan tetapi investor juga akan berpikir bahwa jika perusahaan menawarkan saham baru, salah satu kemungkinannya adalah karena harga saham saat ini over valued, sehingga investor akan menawar harga saham baru dengan harga yang lebih rendah. Maka emisi saham baru akan menurunkan harga saham. Hal ini akan mempengaruhi struktur modal perusahaan dimana perusahaan akan mempergunakan hutang didalam struktur modalnya. Perusahaan cenderung untuk berhutang dalam mengambil kesempatan untuk berinvestasi tanpa harus menerbitkan saham baru di saat harga sedang turun serta adanya pengurangan biaya pajak akibat adanya bunga hutang. 2.1.2.4 Pecking Order Theory Meskipun diperkenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1961, akan tetapi penamaan pecking order sendiri dilakukan oleh Myers pada tahun 1984 (Husnan, 2001). Secara singkat teori ini menyatakan bahwa : a. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari operasional perusahaan dengan wujud laba ditahan). b. Apabila diperlukan pendanaan dari luar, maka perusahaan akan memulai dengan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu yaitu obligasi, kemudian sekuritas berkarakteristik opsi seperti obligasi konversi. Kemudian jika belum mencukupi, perusahaan menerbitkan saham.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan teori ini, tidak ada target debt to equity ratio karena ada 2 jenis modal sendiri yaitu internal dan eksternal. Hal ini akan mempengaruhi jenis struktur modal perusahaan, sesuai dengan perbandingan pendanaan internal yang dimiliki perusahaan dan pendanaan eksternal yang dibutuhkan perusahaan. 2.1.2.5 Trade-off Theory Menurut Brigham dan Houston (2001:34), teori trade-off mengemukakan perusahaan diharuskan mempertimbangkan risiko kebangkrutan antara pembiayaan dengan menggunakan hutang dengan pembiayaan melalui penerbitan saham. Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal Menurut Brealey dan Myers (2003:511), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal muncul dari teori – teori tentang struktur modal. Teori yang memiliki pengaruh paling besar adalah pecking order theory. Didalam perkembangannya, faktor – faktor yang mempengaruhi struktur modal harus disesuaikan dengan jenis dan tujuan serta faktor – faktor internal dan eksternal dari perusahaan bersangkutan. Intinya, manajemen perusahaan harus mempertimbangkan dan memilih faktor – faktor apa yang mempengaruhi struktur modal perusahaannya sehingga nantinya
Universitas Sumatera Utara
struktur modal yang dipilih oleh manajemen perusahaan merupakan struktur modal paling efektif, efisien dan menguntungkan buat perusahaan bersangkutan. Faktor – faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain : 2.1.3.1 Ukuran Perusahaan. Ukuran perusahaan adalah tolak ukur besar – kecilnya perusahaan dengan melihat besarnya nilai ekuiti, nilai penjualan atau nilai total aset yang dimiliki perusahaan (Riyanto, 1995). Chen dan Jiang (2001) menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung melakukan diversifikasi usaha lebih banyak daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal, serta menunjukkan adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan leverage. Dalam hal ini, khususnya di Indonesia, banyak perusahaan kecil yang justru dapat bertahan di masa krisis dibanding perusahaan besar. Nantinya akan terlihat pada hasil penelitian apakah ukuran perusahaan yang menjadi sampel tetap memiliki hubungan positif dengan struktur modal sesuai dengan teori.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.2 Struktur Aset. Struktur aset menggambarkan sebagian jumlah aset yang dapat dijadikan jaminan (collateral value of assets). Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aset tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri, sedangkan hutang bersifat sebagai pelengkap (Riyanto, 1995). Hal ini bisa dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aset tetap ditambah aset lain yang sifatnya permanen, sedangkan perusahaan yang sebagian besar aset nya terdiri dari aset lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan hutang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aset terhadap struktur modal suatu perusahaan. Struktur aset diukur dengan didasarkan pada rasio aset tetap terhadap total aset. Penggunaan rasio aset tetap terhadap total aset dikarenakan aset tetap memberikan gambaran mengenai jaminan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang. Menurut Riyanto (1995), terdapat hubungan positif antara struktur aset dan struktur modal. Semakin tinggi rasio struktur aset (semakin besar jumlah aset tetap), maka perusahaan pun akan memiliki jaminan kemampuan yang lebih besar dalam melakukan pendanaan eksternal yang berarti berpotensi meningkatkan leverage perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.3 Pertumbuhan Perusahaan. Pertumbuhan perusahaan yaitu kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan yang merupakan kesempatan perusahaan untuk meningkatkan ukurannya. Teori agensi menggambarkan hubungan yang negatif antara pertumbuhan perusahaan dan tingkat hutang. Maksudnya adalah perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi memiliki kecenderungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang sehingga memungkinkan perusahaan untuk memiliki biaya modal yang rendah. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan, semakin rendah pula rasio hutang terhadap ekuitas. Di sisi lain, perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan dalam berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan (Chen and Jiang, 2001). 2.1.3.4 Profitabilitas. Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan
keuntungan selama periode tertentu. Pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai pendanaan internal. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak daripada perusahaan dengan profitabilitas rendah. Karena itu profitabilitas akan berhubungan negatif dengan leverage perusahaan. Brigham dan Houston (2001) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan khususnya penelitian empiris yang dilakukan oleh Khrisnan dan Moyer (1996), Mayangsari (2001) serta Bhaduri (2002) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh berarti semakin rendah kebutuhan dana asing (hutang) sehingga semakin rendah pula rasio struktur modalnya. 2.1.3.5 Leverage Operasi. Menurut Hanafi (2004:327), leverage operasi bisa diartikan sebagai seberapa besar perusahaan menggunakan beban tetap operasional. Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2001:9), jika sebagian besar dari total biaya perusahaan adalah biaya tetap maka perusahaan itu dikatakan memiliki leverage operasi. Dengan mempergunakan leverage operasi, diharapkan perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar. Efek multiplier biaya operasi tetap terhadap laba sebelum bunga dan pajak (earnings before interest and taxes / EBIT) disebut dengan tingkat leverage operasi (degree of operating leverage / DOL). 2.1.3.6 Struktur Kepemilikan. Jahera dan Lloyd (1996) menyatakan bahwa struktur kepemilikan (ownership structure) merupakan struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen (insiders) dengan jumlah saham yang dimiliki
Universitas Sumatera Utara
investor. Tinggi atau rendahnya perbandingan kepemilikan saham ini akan berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal yang diambil perusahaan. 2.1.3.7 Risiko Bisnis. Risiko Bisnis merupakan ketidakpastian akan perkiraan pendapatan operasi perusahaan di masa yang akan datang. Perusahaan dengan risiko yang tinggi seharusnya mempergunakan hutang yang lebih sedikit untuk menghindari kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan. Risiko bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan pendanaan eksternal sehingga secara teori akan berpengaruh negatif terhadap leverage perusahaan.
2.2 Review Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan faktor –faktor yang mempengaruhi struktur modal telah banyak dilakukan oleh sejumlah peneliti. Penelitian Saidi (2004) dengan judul faktor – faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur yang go public di BEJ tahun 1997 - 2002 dengan variabel ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, struktur kepemilikan dan risiko bisnis. Penelitian ini menyatakan variabel ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas dan struktur kepemilikan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, sementara risiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Prabansari dan Kusuma (2005) dengan judul faktor – faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur go public di Bursa Efek Jakarta dengan variabel risiko bisnis, struktur kepemilikan, profitabilitas, ukuran perusahaan dan pertumbuhan aset. Penelitian ini menyatakan risiko bisnis berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, sementara profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan pertumbuhan aset berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Penelitian Harjanti dan Tandelilin ( 2007 ) dengan judul pengaruh firm size, tangible asset, growth opportunity, profitability dan business risk pada struktur modal perusahaan manufaktur di Indonesia. Penelitian ini menyatakan firm size berpengaruh positif dan signifikan terhadap leverage. Tangible asset, growth opportunity, business risk tidak berpengaruh signifikan terhadap leverage. Profitability berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage. Tabel 2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu Nama dan Tahun Penelitian Saidi (2004)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian Yang Digunakan
Hasil Penelitian Yang diperoleh
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEJ Tahun 1997 – 2002.
Variabel Dependen : Struktur Modal. Variabel Independen : Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, Struktur Kepemilikan dan Risiko Bisnis.
Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, sementara Risiko Bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Universitas Sumatera Utara
Prabansari dan Kusuma (2005)
Faktor – Faktor Yang mempengaruhi Struktur modal Perusahaan Manufaktur Go Public Di Bursa Efek Jakarta.
Variabel Dependen : Struktur Modal. Variabel Independen : Risiko Bisnis, Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Aset.
Harjanti dan Tandelilin (2007)
Pengaruh Firm Size, Tangible Asset, Growth Opportunity, Profitability dan Business Risk Pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di Indonesia : Studi Kasus Di BEJ Tahun 2004 – 2006.
Variabel Dependen : Struktur Modal. Variabel Independen : Firm Size, Tangible Asset, Growth Opportunity, Profitability, Business Risk.
Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap Leverage. Tangible Asset, Growth Opportunity, Business Risk tidak berpengaruh signifikan terhadap Leverage. Profitability berpengaruh negatif signifikan terhadap Leverage. Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap Leverage. Tangible Asset, Growth Opportunity, Business Risk tidak berpengaruh signifikan terhadap Leverage. Profitability berpengaruh negatif signifikan terhadap Leverage.
Universitas Sumatera Utara