BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Aktiva Tetap Salah satu bagian aset yang umumnya selalu dimiliki oleh setiap perusahaan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan perusahaan adalah aktiva tetap. Dalam pelaporan keuangan perusahaan, aktiva tetap dapat mempengaruhi neraca dan laporan laba rugi. Dalam neraca perusahaan, aktiva tetap mempunyai jumlah yang signifikan sehingga dapat secara material mempengaruhi total aktiva pada neraca perusahaan. Sedangkan dalam laporan laba rugi aktiva tetap menentukan hasil kegiatan perusahaan selama periode tertentu, sebab nilai aktiva tetap yang dialokasikan selama beberapa periode sebagai beban penyusutan merupakan faktor pengurang pendpatan perusahaan sehingga pada akhirnya akan berpengaruh kepada laba rugi yang diperoleh untuk periode tersebut. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan merupakan pedoman yang harus diacu dalam penyusunan laporan keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) sebagai pedoman pokok penyusunan dan penyajian laporan keuangan agar lebih berguna, dapat dimengerti dan dapat dibandingkan serta tidak menyesatkan bagi sipemakai sesuai dengan prinsipnya. Ruang lingkup PSAK No. 16 diterapkan dalam akuntansi aktiva tetap dan aktiva lain-lain, kecuali bila standar akuntansi keuangan lainnya mensyaratkan suatu perlakuan akuntansi yang berbeda.
Aktiva tetap merupakan harta
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang dipergunakan untuk membantu aktivitas operasi perusahaan sehingga tujuan perusahaan tercapai. Aktiva tetap didefinisikan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.2) sebagai “aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”. Sementara Soemarso (2005:20) mengartikan “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud (tangible fixed assets) yang: (1) masa manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3) dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan; (4) nilainya cukup besar. Berdasarkan kriteria yang ada di atas maka akan mudah untuk membedakan aktiva tetap diantara aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan. misalnya, mobil pada perusahaan dealer mobil adalah persediaan yang dikelompokkan sebagai aktiva lancar, sedangkan mobil yang dipergunakan dalam operasi perusahaan adalah merupakan aktiva tetap perusahaan.
B. Penggolongan dan Klasifikasi Aktiva Tetap Untuk tujuan akuntansi, Machfoedz (1999:54) menggolongkan aktiva tetap menjadi dua yaitu: “ (1) aktiva tetap dengan umur terbatas (depreciable assets); (2) aktiva tetap dengan umur tak terbatas (underpreciable assets)”. 1. Aktiva tetap dengan umur terbatas (depreciable assets), yaitu aktiva tetap yang memberikan manfaat ekonomi pada perusahaan dalam jangka waktu
Universitas Sumatera Utara
tertentu dan harga perolehannya harus dialokasikan melalui penyusutan. Contoh: mesin, gedung, alat angkut, komputer dan sejenisnya. 2. Aktiva tetap dengan umur tak terbatas (underpreciable assets), yaitu aktiva tetap yang tidak akan habis digunakan atau tidak diketahui kapan manfaat ekonominya akan habis sehingga harga perolehannya tidak perlu dialokasikan atau disusutkan, Contohnya tanah.
Harahap (2002:20) juga melakukan pengelompokan aktiva tetap dalam berbagai sudut antara lain: 1. Sudut substansinya yaitu: Tangible assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, gedung dan peralatan. Intangible assets atau aktiva tidak berwujud seperti goodwill, patents, copyright, hak cipta, franchise,dll. 2. Sudut disusutkan atau tidak yaitu: a. Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti building (bangunan), equipment (peralatan), machinery (mesin), inventaris, jalan, dan lain-lain. b. Undepreciated Plant Assets yaitu aktiva yang tidak disusutkan seperti land (tanah). 3. Berdasarkan jenis yaitu: Lahan a. Lahan adalah bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila ada lahan yang didirikan bangunan di atasnya harus dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri. Khusus bangunan yang dianggap sebagai bagian dari lahan tersebut atau yang dapat meningkatkan nilai gunanya, seperti riol, jalan dan lain-lain maka dapat digabungkan dalam nilai lahan. b. Bangunan Gedung Bangunan adalah bangunan yang berdiri di atas bumi ini baik di atas lahan/air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi gedung itu. c. Mesin Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan. d. Kendaraan
Universitas Sumatera Utara
Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, truk grader, tractor, mobil, dua, dan lain-lain. e. Perabot Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan. f. Inventaris/Peralatan Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris laboratorium, inventaris gudang dan lain-lain. g. Prasarana Di Indonesia adalah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti jalan, jembatan, riol, pagar dan lain-lain Umumnya Setiap perusahaan memiliki aktiva tetap, namun jenis aktiva tetap yang dimiliki mungkin satu sama lainnya dapat berbeda seperti perusahaan jasa, aktiva tetapnya berbeda dengan aktiva tetap perusahaan perkebunan, perkapalan, perminyakan, perdagangan dan lain sebagainya. Namun yang jelas masing-masing perusahaan umumnya memiliki aktiva tetap.
C. Kebijakan Akuntansi Aktiva Tetap Menurut PSAK No.16 & PSAK No. 17 1. Perolehan dan Penilaian Aktiva Tetap Perolehan aktiva tetap perusahaan berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, yang menjadi permasalahan akuntansinya adalah dengan cara bagaimana aktiva tetap itu diperoleh perusahaan sehingga menjadi miliknya. Proses perolehan disini dimaksudkan mulai sejak pembelian aktiva tetap, pengangkutan aktiva tetap itu, pemasangan dan sampai aktiva tetap itu siap dipergunakan dalam proses produksi atau kegiatan perusahaan. Harga perolehan didefinisikan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.2) sebagai “jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau dinilai wajar imbalan
Universitas Sumatera Utara
lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan”. Aktiva tetap dapat diperoleh perusahaan dengan berbagai cara, diantaranya: a. Pembelian kontan atau tunai b. Pembelian secara angsuran atau kredit c. Pembelian dengan surat berharga d. Pertukaran atau tukar tambah (trade in) e. Sumbangan pihak lain (donation) f. Dibangun sendiri
ad. a. Pembelian dengan tunai atau kontan Aktiva yang dibeli dengan uang kontan atau tunai dicatat sebesar uang yang dikeluarkan untuk pembelian itu ditambah dengan biaya-biaya lain sehubungan dengan pembelian aktiva itu, dikurangi potongan harga yang diberikan. Standar Akuntansi Keuangan (2004,16.14) bahwa : Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPN Masukan Tak Boleh Restitusi (non refundable), dan setiap biaya yang diatribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membawa aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan ; setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian.
Berdasarkan definisi di atas harga perolehan terdiri dari harga faktur dikurangi dengan potongan tunai serta ditambah biaya-biaya lainnya yang
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan aktiva tetap tersebut. Berikut ini dijelaskan cara perhitungan aktiva tetap secara tunai. Misal dibeli bangunan seharga Rp. 300.000.000,- dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan adalah : biaya akte notaries sebesar Rp. 200.000,- biaya perantara Rp. 500.000,- biaya pembersihan Rp. 100.000,-.
Transaksi ini akan dijurnal sebagai berikut ; Bangunan
Rp. 300.800.000,-
Kas
Rp. 300.800.000,-
Angka ini diperoleh dari penjumlahan sebagai berikut : Harga beli
Rp.
300.000.000,-
Akte notaris
Rp.
200.000,-
Biaya perantara
Rp.
500.000,-
Biaya pembersihan
Rp.
100.000,-
Total
Rp.
300.800.000,-
Jika ada potongan harga (discount) harus dikurangi dari nilai costnya. Jika potongan harga ini tidak dimanfaatkan perusahaan maka dilaporkan sebagai discount lost atau interest expense . Contoh : Sebuah peralatan dibeli seharga Rp. 2.000.000,-. Jika dibeli tunai harganya Rp. 1.900.000,-. Maka transaksi ini akan dijurnal : a. Jika discount dimanfaatkan, maka jurnalnya :
Universitas Sumatera Utara
Peralatan
Rp. 1.900.000,-
Kas
Rp. 1.900.000,-
b. Jika potongan harga tidak dimanfaatkan, maka jurnalnya : Peralatan
Rp. 1.900.000,-
Discount loss
Rp.
100.000,-
Kas
Rp. 2.000.000,-
Ada kalanya suatu perusahaan membeli aktiva secara borongan. Jika beberapa aktiva tetap dibeli sekaligus dengan harga borongan (basket purchase) maka basket purchase harus dipisahkan nilai masing-masing aktiva tersebut. Angka perbandingan yang dapat dipakai dalam menentukan nilai masing-masing aktiva tetap tersebut adalah: 1. Harga pasar yang wajar, jika harga ini tidak ada maka, 2. Harga penilaian menurut lembaga penilai yang objektif (independent appraisal company). Contoh : Dibeli lahan, bangunan dan peralatan sekaligus dengan harga Rp. 750.000.000,. Berdasarkan informasi yang diketahui adalah harga pasar masing-masing aktiva ini berbanding 3 : 2 : 1. Maka transaksi ini akan dijurnal sebagai berikut : Lahan
Rp. 375.000.000,-
Bangunan
Rp. 250.000.000,-
Peralatan
Rp. 125.000.000,Kas
Rp. 750.000.000,-
Angka ini dari perhitungan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Lahan (3/6 x Rp. 750.000.000,-)
Rp. 375.000.000,-
Bangunan (2/6 x Rp. 750.000.000,-)
Rp. 250.000.000,-
Peralatan (1/6) x Rp. 750.000.000,-)
Rp. 125.000.000,-
Total
Rp. 750.000.000,-
ad. b. Pembelian dengan kredit jangka panjang Saat ini kebanyakan transaksi pembelian aktiva tetap dilakukan dengan kredit jangka panjang. Sisa utang itu biasanya dibuktikan surat berharga, bukti hutang hipotik dan lain-lain. Utang ini biasanya dibayar dalam beberapa kali angsuran ditambah dengan pembayaran bunga. Pembebanan bunga dapat berdasarkan metode bunga flat dan sisa utang. Contoh : Dibeli sebidang tanah seharga Rp. 400.000.000,- , pembayaran pertama adalah sebesar Rp. 100.000.000,- sisanya dibayar dalam 10 kali angsuran per semester, bunga 18 % per tahun. Jurnal saat pembelian : Tanah
Rp. 400.000.000,Kas
Rp. 100.000.000,-
Utang kontrak pembelian aktiva tetap
Rp. 300.000.000,-
Jurnal pembayaran angsuran: a. Secara flat Utang Kontrak
Universitas Sumatera Utara
pembelian aktiva tetap
Rp. 30.000.000
Beban bunga
Rp. 27.000.000
Kas
Rp. 57.000.000,-
Jurnal yang sama dicatat sampai angsuran kesepuluh. b. Secara sisa utang Pada saat pembayaran angsuran semester pertama akan dijurnal sebagai berikut : Utang kontrak pembelian aktiva tetap
Rp. 30.000.000,-
Beban bunga
Rp. 27.000.000,-
Kas
Rp. 57.000.000,-
Angka ini diperoleh dari perhitungan sebagai berikut : Tanah
Rp. 400.000.000,-
Pembayaran pertama
(Rp. 100.000.000)
Utang kontrak pembelian aktiva tetap
Rp. 300.000.000,-
Angsuran per semester (Rp. 300.000.000 : 10)
Rp. 30.000.000,-
Beban bunga (6/12 x 18 % x Rp. 300.000.000)
Rp. 27.000.000,-
Jumlah yang harus dibayar
Rp. 57.000.000,-
Pada saat pembayaran angsuran semester kedua akan dijurnal sebagai berikut: Utang kontrak Pembelian aktiva tetap
Rp. 30.000.000,-
Universitas Sumatera Utara
Beban bunga
Rp. 2.430.000,-
Kas
Rp. 32.430.000,-
Beban bunga diperoleh dari perhitungan sebagai berikut : Utang kontrak pembelian aktiva tetap
Rp. 300.000.000,-
Angsuran semester pertama
(Rp. 30.000.000)
Sisa utang kontrak
Rp. 270.000.000,-
Beban bunga (6/12 x 18 x Rp. 270.000.000,-) =
Rp. 24.300.000,-
Selanjutnya beban bunga dihitung berdasarkan sisa utang kontrak dikalikan dengan tarif bunga.
ad. c. Pembelian dengan surat berharga Jika aktiva tetap diperoleh dengan mengeluarkan saham atau obligasi, maka aktiva tetap itu harus dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pembelian. Nilai saham atau obligasi dicatat sebesar nilai nominal atau seharga nilai pari. Jika harga pasar lebih besar dari harga pari selisihnya dicatat sebagai premium (agio saham) dan jika harga pasar lebih kecil dari harga pari selisihnya dicatat sebagai discount (disagio saham). Contoh : Dibeli lahan dengan mengeluarkan 10.000 lembar saham @ Rp. 10.000 dengan asumsi sebagai berikut : a. Jika harga pasar @ Rp. 9.500,- per lembar saham, maka transaksi ini akan dijurnal: Tanah
Rp. 950.000,-
Universitas Sumatera Utara
Disagio saham
Rp. 50.000
Modal saham
Rp. 1.000.000,-
b. Jika harga pasar @ Rp. 11.000,- per lembar saham, maka transaksi ini akan dijurnal : Tanah
Rp. 1.100.000,-
Modal saham
Rp. 1.000.000,-
Agio saham
Rp. 100.000,-
ad. d. Tukar tambah (trade in) Perolehan aktiva tetap dengan cara ini, yaitu aktiva tetap perusahaan ditukar dengan aktiva tetap lain, baik yang sejenis maupun yang berlainan jenis. Cara pencatatannya, aktiva tetap yang baru, dicatat berdasarkan nilai pasar, jika nilai pasar aktiva tetap tersebut diketahui. Apabila penukaran yang dilakukan ditambah dengan uang kas maka harga perolehannya adalah harga pasar barang yang diserahkan ditambah dengan uang tunai yang diserahkan. Perbedaan antara nilai pasar yang baru dengan buku aktiva tetap yang lama dicatat sebagai keuntungan atau kerugian atas pertukaran. Berikut ini akan penulis jelaskan beberapa transaksi pertukaran aktiva tetap : 1. Harga pasar aktiva tetap yang ditukarkan tidak diketahui Apabila harga pasar tidak diketahui sedangkan jenis barang yang ditukarkan sejenis ataupun berbeda aktiva tetap yang diterima dicatat sebesar nilai buku aktiva tetap yang diserahkan. Nilai aktiva tetap yang diserahkan bersama nilai akumulasi pernyusutannya dapat dihapuskan melalui jurnal.
Universitas Sumatera Utara
Contoh : Sebuah peralatan milik PT. X dengan harga Rp. 200.000,- dan nilai buku Rp. 60.000,- ditukar dengan mesin PT. Y, dimana mesin tersebut mempunyai harga Rp. 300.000,- dan nilai bukunya Rp. 100.000,- harga pasar tidak diketahui. Maka transaksi ini akan dijurnal PT. X : Mesin
Rp. 60.000,-
Akumulasi penyusutan
Rp. 140.000,-
Peralatan
Rp. 200.000,-
2. Bila harga pasar diketahui maka pencatatan harganya adalah sebagai berikut : a. Aktiva tetap yang diterima dicatat sebesar harga pasar dari aktiva yang diberikan b. Tetapi jika harga pasar yang diterima lebih wajar, dalam arti lebih kuat nilai objektifitasnya dan buktinya, maka catatlah sebesar nilai aktiva tetap yang diterima itu. c. Jika aktiva yang baru harga pasarnya lebih akurat dibandingkan dengan harga pasar aktiva tetap bekas pakai, dalam hal ini yang dipakai sebagai harganya adalah harga aktiva tetap yang baru itu. Perlu diingat bahwa harga yang dimaksud adalah harga kontan (kas) bukan harga faktur dan harga lainnya. d. Jika ternyata ada perbedaan antara harga pasar yang dicatat tadi dengan nilai buku aktiva tetap yang diserahkan maka catatlah laba atau rugi. Laba berarti nilai buku ditambah uang kas (jika ada) lebih kecil dari harga pasar yang dicatat. Rugi berarti nilai buku ditambah uang kas (jika ada) lebih besar dari harga pasar.
Universitas Sumatera Utara
Contoh : Sebuah mesin dengan harga pasar Rp. 4.000.000,- ditukarkan dengan sebuah peralatan dengan menyerahkan uang kas Rp. 600.000,- peralatan itu mempunyai harga sebesar Rp. 5.000.000,- dan nilai buku Rp. 3.800.000,Maka transaksi ini akan dijurnal : Mesin
Rp. 4.000.000,-
Akumulasi penyusutan peralatan
Rp. 1.200.000,-
Rugi pertukaran
Rp. 400.000,-
Peralatan
Rp. 5.000.000,-
Kas
Rp.
600.000,-
Rugi pertukaran peralatan dihitung sebagai berikut : Nilai buku peralatan
Rp. 3.800.000,-
Kas yang diserahkan
Rp.
Total
Rp. 4.400.000,-
Harga mesin yang diterima
Rp. 4.000.000,-
Rugi pertukaran
Rp.
600.000,-
400.000,-
ad. e. Diterima dari sumbangan Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan atau diterima dari sumbangan maka transaksi ini disebut non reciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan balik. Contoh :
Universitas Sumatera Utara
PT. Piala Bakti menerima bantuan sebuah mesin dan peralatan dari pemerintah. Nilai mesin dan peralatan itu menurut harga pasar yang wajar masing-masing Rp. 3.000.000,- dan Rp. 1.000.000,-. Transaksi ini akan dijurnal sebagai berikut : Tanah
Rp. 3.000.000,-
Bagunan
Rp. 1.000.000,-
Modal donasi (donated capital)
Rp. 4.000.000,-
ad. f. Dibangun sendiri Perolehan aktiva tetap dengan membuat sendiri dicatat sebesar biaya yang dikorbankan, yaitu meliputi biaya langsung dan biaya tak langsung. Untuk biaya bahan dan upah yang berhubungan dengan kegiatan tersebut tidak menjadi masalah karena umumnya dapat dibebankan secara langsung, tetapi untuk menentukan biaya tidak langsung cukup sulit, karena biasanya ada biaya yang dibebankan untuk semua atau beberapa kegiatan. Ada dua cara yang biasanya dipergunakan untuk menetapkan berapa besar biaya tidak langsung yang akan dibebankan terhadap aktiva tetap yang dibangun sendiri, yaitu : 1. Metode incremental cost Pada metode ini overhead yang dibebankan adalah kenaikan (tambahan) overhead akibat adanya pembangunan aktiva tersebut. 2. Metode proportional
Universitas Sumatera Utara
Menurut metode ini biaya yang dibebankan bukan hanya kenaikan overhead itu tetapi dibebankan overhead tetap secara merata untuk kegiatan biasa maupun untuk kegiatan pembangunan itu sendiri. Bila aktiva tetap yang dibangun sendiri itu dengan modal pinjaman maka selama pengerjaan, bunga pinjaman dianggap sebagai cost aktiva atau dikapitalisasikan. Perhitungan biaya bunga yang dapat dikapitalisasi menurut Harnanto (2002:336) antara lain: 1. Hanya biaya bunga yang sesungguhnya terjadi dapat dikapitalisasi. Bunga atas modal sendiri tidak untuk dikapitalisasi. 2. Jumlah maksimum biaya bunga yang dapat dikapitalisasi meliputi seluruh bunga yang dibayar dan terhutang dalam tahun berjalan. 3. Biaya bunga dihitung dari sejak terjadinya pengeluaran untuk kegiatan konstruksi sampai dengan tarif kegiatan konstruksi berakhir dan aktiva siap untuk dipakai. 4. Jumlah rata-rata pengeluaran akumulatif dipakai sebagai dasar penghitungan biaya bunga. Biaya bunga dapat dihitung pada setiap kali terjadi pengeluaran atau dapat diestimasi berdasar asumsi pengeluaran terjadi secara merata dalam masa berlangsungnya kegiatan konstruksi. Pengeluaran adalah pembayaran kas bukan akrual. 5. Dalam hal kegiatan konstruksi meliputi jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi, jumlah pengeluaran akumulatif meliputi pengeluaran yang terjadi dalam tahun-tahun sebelumnya. 6. Suku bunga yang dipakai sebagai dasar penghitungan biaya bunga yang dapat dikapitalisasi adalah: (a) suku bunga pinjaman khusus untuk kegiatan konstruksi aktiva tetap untuk pengeluaran akumulatif sampai dengan jumlah pinjaman khusus dan (b) suku bunga rata-rata tertimbang pinjaman lain untuk pengeluaran akumulatif diatas pinjaman khusus. 7. Jika dana yang berasal dari pinjaman khusus di investasikan untuk sementara waktu sambil menunggu tanggal jatuh temponya pembayaran, pendapatan dari investasi tidak dikurangkan dari biaya bunga untuk menentukan biaya bunga yang sesungguhnya terjadi kecuali dana berasal dari pinjaman dengan fasilitas bunga bebas pajak. 8. Total biaya bunga yang sesungguhnya terjadi dan bagian dari biaya bunga yang dapat dikapitalisasi dalam tahun berjalan harus diungkapkan didalam laporan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
Contoh : Perusahaan membangun sendiri gedung pabrik yang baru. Di perkirakan kegiatan konstruksi akan berlangsung selama dua tahun dan memerlukan biaya
Rp.
800.000.000,- Untuk keperluan itu telah dipinjam kredit investasi sebesar Rp. 200.000.000,- dengan bunga 12 %. Disamping kredit investasi tersebut, perusahaan mempunyai pinjaman dari bank sebagai berikut. Hutang obligasi berjangka waktu 5 tahun
Rp. 100.000.000,-
Dengan bunga 11 % Hutang hipotik dengan bunga 9%
Rp. 140.000.000,Rp. 240.000.000,-
Pengeluaran untuk kegiatan konstruksi pabrik yang baru terjadi secara merata dimulai tanggal 1 Januari 2002 sampai dengan tanggal 31 Desember 2003. Pengeluaran untuk kegiatan konstruksi dalam tahun buku tahun 2002 berjumlah Rp. 400.000.000,-. Biaya bunga yang sesungguhnya terjadi dalam tahun 2002 adalah Rp. 47.600.000,- yang dihitung sebagai berikut: Deskripsi Pokok Pinjaman Suku Bunga Kredit investasi pabrik baru Rp. 200.000.000,- 12 % Hutang obligasi 100.000.000,- 11 % Hutang hipotik 140.000.000,- 9 % Jumlah Rp. 440.000.000,-
Biaya Bunga Rp. 24.000.000,11.000.000,12.600.000,Rp. 47.600.000,-
Suku bunga rata-rata tertimbang untuk pinjaman lain yaitu 7.9% yang dihitung sebagai berikut: Deskripsi Hutang obligasi Hutang hipotik Jumlah
Pokok pinjaman Rp. 100.000.000,140.000.000,Rp. 240.000.000,-
Suku bunga 11 % 9 % 7.9 %
Biaya bunga Rp. 7.150.000,8.100.000,Rp. 19.100.000,-
Universitas Sumatera Utara
*) Suku bunga rata-rata tertimbang = Rp. 19.100.000 / Rp. 240.000.000 x 100% = 7.9% Rata-rata jumlah pengeluaran akumulatif – tahun 2002 adalah sebesar Rp.200.000.000,- sedangkan biaya bunga yang dapat dikapitalisasi adalah sebesar Rp. 24.000.000,- yang dihitung sebagai berikut: Akumulasi pengeluaran s/d 1 Januari 2002
Rp. 0
Pengeluaran dalam tahun 2002
Rp. 400.000.000,-
Akumulasi pengeluaran s/d 31 Desember 2002
Rp. 400.000.000,-
Rata-rata pengeluaran akumulatif – tahun 2002
Rp. 200.000.000,-
[(Rp 0 + Rp.400.000.000) / 2] Biaya bunga yang dapat dikapitalisasi
Rp. 24.000.000,-
[12% x Rp. 200.000.000]
Selanjutnya pengeluaran yang sesungguhnya terjadi dalam tahun 2003 adalah Rp. 300.000.000,-
sehingga
membuat
total
biaya
konstruksi
menjadi
Rp.
700.000.000,-. Rata-rata pengeluaran akumulatif – tahun 2003 adalah sebesar Rp. 53.546.000,Akumulasi pengeluaran s/d 31 Desember 2002 Biaya bunga di kapitalisasi tahun 2002 Akumulasi pengeluaran s/d 31 Desember 2002 (termasuk biaya bunga) Pengeluaran dalam tahun 2003 Akumulasi pengeluaran s/d 31 Desember 2003
Rp.400.000.000,24.000.000,Rp.424.000.000,-
Rata-rata pengeluaran akumulatif – tahun 2003
Rp.574.000.000,-
Rp.300.000.000,Rp.724.000.000,-
Universitas Sumatera Utara
[(Rp. 424.000.000 + 724.000.000) / 2] Biaya bunga yang dapat dikapitalisasi – tahun 2003: Pengeluaran s/d jumlah kredit investasi [12% x Rp. 200.000.000] Pengeluaran di atas kredit investasi [9.8% x Rp. 374.000.000] Total biaya bunga yang dapat dikapitalisasi dalam tahun 2003
Rp. 24.000.000,Rp. 29.546.000,-
Rp. 53.546.000,-
Dalam tahun 2002, biaya bunga yang sesungguhnya dibayar (Rp. 47.600.000) lebih besar dari pada biaya bunga yang dihitung berdasarkan rata-rata jumlah pengeluaran akumulatifnya (Rp.24.000.000). Oleh karena itu seluruh biaya bunga yang dihitung berdasarkan rata-rata jumlah pengeluaran akumulatif dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya konstruksi pabrik. Sebaliknya dalam tahun 2003 lebih banyak dana internal perusahaan digunakan untuk kegiatan konstruksi pabrik, sehingga perhitungan biaya bunga yang sebenarnya dapat dikapitalisasi (Rp. 53.546.000) lebih besar dibandingkan dengan biaya bunga yang sesungguhnya dibayar (Rp. 47.600.000). Oleh karena itu, hanya biaya yang sesungguhnya dibayar dalam tahun 2003 dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya konstruksi pabrik.
2. Penilaian Kembali Aktiva Tetap Adakalanya aktiva tetap yang dimiliki perusaha tidak lagi menunjukkan nilai yang layak yaitu terlalu rendah atau tingginya nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan dibandingkan dengan nilai aktiva tersebut dipasaran yang disebabkan perkembangan moneter atas alasan lainnya, sehingga perlu
Universitas Sumatera Utara
dilakukan penilaian kembali aktiva tetap (revaluasi). Revaluasi ini dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan penghitungan penghasilan dan biaya lebih agar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai peruahaan yang sebenarnya. Penarikan atau pelepasan aktiva tetap dilakukan apabila aktiva tetap tersebut tidak lagi bermanfaat bagi perusahaan, dapat disebabkan karena faktor keusangan,
tersedia aktiva
baru
yang
lebih produktif,
kejadian tidak
menyenangkan, misalnya bencana alam, dicuri, dll. Dalam penyajian dineraca, aktiva tetap disajikan sebesar nilai cost atau perolehannya dengan akumulasi penyusutan sebagai pengurang dari cost aktiva tetap tersebut. Penilaian kembali aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan oleh PSAK karena akuntansi menganut sistem pencatatan nilai historis. Namun bila diperkenankan, hal itu merupakan pengecualian. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(2004:16.8) menjelaskan tentang penilaian kembali atau revaluasi
aktiva tetap sebagai berikut: Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenaan karena Standar Akuntansi Keuangan menganut sistem penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruh dari pada penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku aktiva tetap dibukukan dalam akun modal dengan nama Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.13), untuk aktiva tetap yang dinilai kembali harus mengungkapkan:
Universitas Sumatera Utara
a. dasar yang digunakan untuk menilai kembali aktiva b. tanggal ekfektif penilaian kembali c. nama penilaian indenpenden, bila ada d. hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti e. jumlah tercatat setiap jenis aktiva tetap f. surplus penilaian kembali aktiva tetap
contoh 1: perusahaan mempunyai sebidang tanah dengan harga perolehan Rp. 300.000.000,di nilai kembali berdasarkan nilai sekarang sebesar Rp. 400.000.000,- maka dijurnal: Tanah
Rp. 100.000.000,Modal penilaian kembali
Rp. 100.000.000,-
Bila tanah dijual dengan harga Rp. 350.000.000,- maka dijurnal: Kas
Rp. 350.000.000
Modal-Penilaian kembali
Rp. 100.000.000
Tanah
Rp. 400.000.000
Laba penjualan tanah
Rp. 50.000.000
contoh 2: Peralatan yang harga perolehaannya sebesar Rp. 12.000.000,-, umur ekonomis 8 tahun, sudah disusutkan 4 tahun, kemudian diturunkan nilainya menjadi Rp. 5.000.000,-. Penyusutan tahunan untuk peralatan itu sebelum penurunan nilai adalah Rp. 1.500.000,- dihitungkan sebagai berikut: penyusutan per tahun = Rp.12.000.000. =Rp. 1.500.000 8
Universitas Sumatera Utara
kerugian atas penurunan nilai peralatan adalah Rp. 1.000.000,- dihitung sebagai berikut: Harga perolehan peralatan
Rp. 12.000.000.
Akumulasi penyusutan peralatan (4 x Rp. 1.500.000)
(Rp. 6.000.000)
Nilai buku peralatan
Rp. 6.000.000
Nilai buku peralatan setelah penurunan
(Rp. 5.000.000)
Kerugian penurunan nilai
Rp. 1.000.000
Kerugiaan penurunaan nilai peralatan ini dijurnal sebagai berikut: Akumulasi penyusutan peralatan
Rp. 6.000.000
Kerugian penurunan nilai
Rp. 1.000.000
Peralatan
Rp. 7.000.000*)
*) Harga perolehan pralatan setelah penurunaan nilai yaitu sebesar Rp. 5.000.000 (Rp. 12.000.000 – Rp. 7.000.000)
3. Pengeluaran Selama Penggunaan Aktiva Tetap Setelah aktiva tetap diperoleh, terdapat pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tersebut selama masa penggunaannya agar aktiva tetap tersebut dapat terus digunakan. Istilah pengeluaran (expenditure) mengacu kepada suatu pembayaran atau suatu kewajiban untuk melakukan pembayaran pada masa mendatang atas suatu aktiva. Zaki Baridwan (2004:272) menyatakan pengeluaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Pengeluaran Modal.
Universitas Sumatera Utara
“2. Pengeluaran Pendapatan
ad. 1. Pengeluaran Modal Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah pengeluaran yang meningkatkan manfaat-manfaat yang akan diperoleh dari sebuah aktiva dan dikapitalisasi. Kapitalisasi adalah pencatatan biaya sebagai suatu kenaikan nilai buku aktiva. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.23) bahwa : Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aktiva tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat keekonomian di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada jumlah tercatat aktiva yang bersangkutan.
Contoh pengeluaran yang meningkatkan manfaat ekonomi masa mendatang menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.7): 1. Modifikasi suatu pos sarana pabrik untuk memperpanjang usia manfaatnya, termasuk suatu peningkatan kapasitasnya; 2. Peningkatan kemampuan mesin (upgrading machine parts) untuk mencapai peningkatan besar dalam kualitas output. 3. Penerapan proses produksi baru yang memungkinkan suatu pengurangan besar biaya operasi.
Contoh pengeluaran yang diakui sebagai beban saat terjadi menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.7) yaitu “biaya pemeliharaan dan reparasi (servicing) atau turun mesin (overhauling) mesin pabrik dan peralatan”.
ad. 2. Pengeluaran Pendapatan
Universitas Sumatera Utara
Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah biaya yang manfaatnya hanya untuk periode sekarang atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan efisiensi kegiatan usaha normal. Mulyadi (2001:225) mengemukakan “pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut”. Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan(2004:16.25) menyatakan :
“Pengeluaran untuk perbaikan atau perawatan aktiva tetap untuk menjaga manfaat keekonomian masa yang akan datang yang dapat diharapkan perusahaan, biasanya diakui sebagai beban saat terjadinya”. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pengeluaran untuk pemeliharaan dan reparasi biasa yang bersifat berulang harus digolongkan sebagai pengeluaran pendapatan dan didebit ke perkiraan beban. Sebagai contoh, biaya mengganti busi mobil atau biaya mengecet kembali gedung harus didebit ke perkiraan beban yang sesuai. Selama suatu aktiva tetap tersebut digunakan dalam operasi perusahaan maka pengeluaran yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penambahan. Penambahan (additions) adalah perluasan tata letak fisik sebuah aktiva tetap. Penambahan akan memberikan manfaat-manfaat di masa yang akan datang dan ditambahkan atau dibubuhkan kepada aktiva yang ada. Apabila sebuah sayap bangunan baru ditambahkan kepada sebuah bangunan, maka manfaatmanfaat dari pengeluaran untuk gedung sayap tadi akan diterima selama beberapa tahun.
Universitas Sumatera Utara
Pengeluaran untuk penambahan atas aktiva tetap mesti didebit ke rekening aktiva bersangkutan. Biaya penambahan itu harus disusutkan selama taksiran masa manfaatnya. 2. Perbaikan. Perbaikan berbeda dari pemeliharaan dan reparasi. Pemeliharaan dan reparasi (repair and maintenance) adalah pekerjaan yang dilakukan untuk menjadikan sebuah aktiva dalam kondisi operasi yang baik atau menjadikannya kembali kedalam kondisi baik setelah rusak. Biaya pemeliharaan dan reparasi biasanya merupakan biaya periode, biaya tersebut tidak dimasukkan dalam biaya kapitalisasi aktiva, berbeda halnya dengan perbaikan. Perbaikan (betterment) terjadi manakala suatu aktiva tetap dimodifikasi agar membuatnya lebih efisien atau produktif. Perbaikan kerapkali melibatkan penambahan sebuah komponen kepada sebuah aset atau mengganti suatu komponen lama dengan yang lebih unggul. Perbaikan merupakan pengeluaran modal karena meningkatkan mutu jasa yang diperoleh dari aktiva. Pengeluaran untuk perbaikan haruslah di debit kepada rekening aktiva yang tersebut kemudian nilai buku yang baru (dikurangi nilai sisa) harus disusutkan selama sisa manfaat aset tadi. Perbedaan antara pemeliharaan dan perbaikan adalah bahwa pemeliharaan mempertahankan aktiva dalam kondisi baik tetapi tidak lebih baik daripada kondisi pada saat dibeli, sedangkan perbaikan membuat kondisi aktiva menjadi lebih baik daripada saat dibeli atau memperpanjang masa manfaatnya melampaui taksiran masa manfaatnya pertama kali.
Universitas Sumatera Utara
3. Reparasi luar biasa atau penambahan nilai Reparasi luar biasa (extraordinary repair) adalah pengeluaran yang memperpanjang taksiran masa manfaat aktiva melebihi taksiran masa manfaat sebelumnya. Pengeluaran seperti ini haruslah didebit ke rekening akumulasi penyusutan (yang meningkatkan nilai buku aktiva). Rekening akumulasi penyusutan didebit
karena dianggap
bahwa
penyusutan tahun-tahun
sebelumnya ditutupi oleh pengeluaran yang memperpanjang masa manfaat aktiva. 4. Pemeliharaan Pemeliharaan adalah pengeluaran untuk memelihara agar aktiva tetap yang bersangkutan tidak cepat rusak atau usang dan tetap dalam kondisi yang baik agar dapat melaksanakan fungsinya dalam operasi perusahaan. Pengeluaran tersebut dibukukan sebagai biaya seperti pemupukan dan pemberantasan hama & penyakit untuk tanaman. 5. Penggantian Penggantian adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mengganti bagian yang rusak dari aktiva tetap. Biaya dari penggantian ini dapat dibebankan ke expenses atau dikapitalisasikan ke perkiraan aktiva tetap. Hal ini tergantung pada besar kecilnya penggantian tersebut.
4. Penyusutan Aktiva Tetap Aktiva yang dimiliki oleh perusahaan di dalam proses produksi mempunyai umur dan manfaat yang terbatas, sehingga pada suatu waktu aktiva
Universitas Sumatera Utara
tetap ini dapat aus karena faktor fisik dan fungsinya. Keterbatasan ini semakin lama dapat menyebabkan semakin berkurangnya jasa yang diberikan. Untuk itu perlu diambil kebijaksanaan mengalokasikan biaya aktiva tetap selama manfaat yang diberikannya. Pengalokasian biaya aktiva tetap ini disebut penyusutan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:17.2) “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi”. Untuk menentukan besarnya beban penyusutan setiap tahunnya, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan yang akan mempengaruhi suatu penyusutan. Menurut Warren, Reeve dan Fess (2005:497) bahwa : “Empat faktor yang harus dikenal untuk mendapatkan beban
periodik : (1) biaya atau harga
perolehan aktiva, (2) nilai residual atau nilai sisa, (3) masa manfaat, dan (4) pola penggunaan”. ad.1 Harga perolehan Harga perolehan adalah semua jenis pengeluaran ataupun pengorbanan yang terjadi untuk memperoleh aktiva tetap sampai pada kondisi dan tempat siap digunakan dalam operasi perusahaan. ad.2 Nilai residual atau nilai sisa Nilai residu adalah suatu jumlah yang diharapkan dapat diwujudkan bila aktiva tersebut tidak dapat digunakan lagi, tetapi dalam menghitung beban penyusutan nilai ini dikurangkan dari harga perolehan. Nilai residu merupakan suatu taksiran.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Zaki Baridwan (2004:309) bahwa: ”Nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual, ditukarkan atau cara-cara lain ketika aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual atau menukarnya”. Dalam perhitungan beban penyusutan, nilai residu ini merupakan taksiran sisa nilai aktiva tetap apabila sudah habis disusutkan. Namun pada kenyataannya ada juga perusahaan yang tidak menerapkan nilai sisa pada aktiva tetapnya, sehingga dalam perhitungan beban penyusutan faktor ini tidak diperhatikan. ad.3 Masa manfaat Masa manfaat disebut juga umur ekonomis, yaitu taksiran waktu suatu aktiva tetap mulai dioperasikan sampai aktiva tetap tersebut secara ekonomis tidak menguntungkan lagi bila dipergunakan. Penetapan umur pemakaian ini didasarkan atas taksiran tersebut dipengaruhi oleh pemeliharaan, perbaikan-perbaikan dan juga harus diperhitungkan sebab-sebab keausan fisik dan fungsional. ad.4 Pola penggunaan Pola penggunaan berhubungan erat dengan umur pemakaian. Apabila penyusutan ditaksir menurut umur, maka digunakan metode garis lurus atau metode saldo menurun. Bila ditaksir menurut hasil produk atau jam kerja, maka digunakan metode jam kerja atau jumlah produk. Pemilihan metode penyusutan oleh suatu perusahaan tergantung pada keadaankeadaan yang mempengaruhi aktiva tetap tersebut. Suatu perusahaan dapat memilih salah satu diantaranya yang dianggap paling tepat asalkan dilaksanakan
Universitas Sumatera Utara
secara konsisten dari tahun ke tahun. Perhitungan besarnya beban penyusutan untuk satu periode dihitung dengan menggunakan metode tertentu. Metode penyusutan yang dapat digunakan perusahaan untuk mengalokasikan biaya perolehan aktiva tetapnya menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:17.1) dapat dikelompokkan dalam kriteria sebagai berikut: a. Berdasarkan waktu: (i) metode garis lurus (straight-line method) (ii) metode pembebanan yang menurun: - metode jumlah-angka-tahun (sum-of-the-years-digit method); - metode saldo-menurun dan saldo-menurun-ganda (declining/double-declining balance method). b. Berdasarkan penggunaan: (i) metode jam-jasa (service-hours method); (ii) metode jumlah unit produksi (productive-output method). c. berdasarkan kriteria lainnya: (i) metode berdasarkan jenis dan kelompok (grup and composite method); (ii) metode anuitas (annuity method); (iii) metode persediaan (inventory systems). Untuk menguraikan metode penyusutan di atas maka diberikan simbol sebagai berikut : C = harga perolehan aktiva tetap S = nilai residu (sisa) n = estimasi masa manfaat (angka tahun, jumlah produksi, jam kerja) r = Tarif penyusutan per periode, per jam pemakaian, per unit output. D = Beban penyusutan periodik Contoh : Sebuah mesin dengan data sebagai berikut : Harga perolehan
Rp.10.000.000,-
Nilai residu
Rp.
500.000,-
Universitas Sumatera Utara
Taksiran masa manfaat : Dalam tahun
5 tahun
Dalam jam kerja
60.000 jam
Dalam jumlah produksi
90.000 unit
ad. a. Berdasarkan Waktu Dalam
metode penyusutan
berdasarkan waktu,
pencatatan biaya
penyusutan sejalan dengan umur aktiva tetap tanpa dipengaruhi oleh produktivitas atau efisiensi. a. Metode garis lurus Cara penyusutan dengan metode ini sangat sederhana dan paling mudah sehingga dalam praktek sering digunakan. Besarnya jumlah penyusutan setiap periode adalah sama sampai akhir masa manfaat aktiva tersebut. Berdasarkan contoh di atas maka besarnya beban penyusutan dapat dihitung dengan rumus: C-S D= n
D = ( C – S) x Tarif garis lurus 100% Tarif garis lurus = Taksiran masa manfaat
Rp. 10.000.000 – Rp. 500.000 D=
= Rp. 1.900.000,5
Penyusutan = Rp. 1.900.000,- per tahun.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus Tahun
Biaya Perolehan
Tarif
Beban Penyusutan
1 2 3 4 5
9.500.000 9.500.000 9.500.000 9.500.000 9.500.000
20% 20% 20% 20% 20%
Rp. 1.900.000 1.900.000 1.900.000 1.900.000 1.900.000
Akumulasi Penyusutan 1.900.000 3.800.000 5.700.000 7.600.000 9.500.000
Nilai Buku 10.000.000 8.100.000 6.200.000 4.300.000 2.400.000 500.000
Rp. 9.500.000
b. Metode pembebanan menurun Menurut metode ini, besarnya biaya penyusutan untuk tahun-tahun pertama akan lebih besar dari pada beban penyusutan untuk tahun-tahun berikutnya. Hal berdasarkan anggapan bahwa penggunaan aktiva yang baru lebih efisien bila dibandingkan dengan aktiva yang lebih tua, karena biaya aktiva yang baru memerlukan biaya pemeliharaan yang lebih sedikit dibandingkan dengan aktiva yang lama. Metode ini terdiri dari : (i) Metode jumlah-angka-tahun Pada metode ini, beban penyusutan dihitung dengan mengalikan suatu pecahan, yang jumlah penyebutnya adalah jumlah urutan tahun masa manfaat dan sebagai pembilang adalah kebalikan dari urutan tahunnya. Pembilang dari pecahan itu, yang setiap tahunnya berubah adalah jumlah sisa umur aktiva. Beban penyusutan = Biaya perolehan x Periode manfaat yang tersisa yang tersusutkan
Jumlah angka tahun -
Jumlah angka - tahun
n (n + 1)
Universitas Sumatera Utara
2 Berdasarkan data dari contoh sebelumnya, aktiva tersebut mempunyai umur 5 tahun, maka beban penyusutan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Penyusutan Menurut Metode Jumlah angka Tahun Tahun
Biaya Perolehan
Tarif
Beban Penyusutan
1 2 3 4 5
9.500.000 9.500.000 9.500.000 9.500.000 9.500.000
5/15 4/15 3/15 2/15 1/15
Rp. 3.166.700 2.533.300 1.900.000 1.266.600 633.400
Akumulasi Penyusutan 3.166.700 5.700.000 7.600.000 8.866.700 9.500.000
Nilai Buku 10.000.000 6.833.300 4.300.000 2.400.000 1.133.300 500.000
Rp. 9.500.000
(ii) Metode saldo-menurun dan saldo-menurun-ganda Metode saldo menurun Pada metode ini, besarnya jumlah beban penyusutan setiap tahun dihitung dengan menggunakan persentase tetap dikalikan dengan nilai buku. Persentase tertentu tersebut dihitung dengan rumus :
r =1−
n
S :C
Berdasarkan data dari contoh sebelumnya, maka persentase beban penyusutannya adalah : Tarif penyusutan = r =1 − 5 Rp.500.000 : Rp.10.000.000 = 30%
Tabel 2.3 Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Tahun
Biaya
Tarif
Beban
Akumulasi
Nilai
Universitas Sumatera Utara
Perolehan 1 2 3 4 5
9.500.000 9.500.000 9.500.000 9.500.000 9.500.000
Penyusutan 30% 30% 30% 30% 30%
Rp. 2.850.000 2.145.000 1.501.500 1.051.050 735.735
Penyusutan
Buku 10.000.000 2.850.000 7.150.000 4.995.000 5.005.000 6.496.500 3.503.500 7.547.550 2.452.450 8.283.285 1.716.715
Metode saldo menurun ganda Dalam metode ini, beban penyusutan dihitung dengan persentase yang tetap, yaitu dua kali persentase metode garis lurus dan mengalikannya dengan nilai buku aktiva tetap, dengan mengabaikan nilai sisa. Berdasarkan data contoh sebelumnya, maka persentasenya dapat dihitung : 2 x 20 % = 40 % Besar beban penyusutannya adalah
Tabel 2.4 Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Ganda Tahun
Biaya Perolehan
Tarif
Beban Penyusutan
1 2 3 4 5
9.500.000 9.500.000 9.500.000 9.500.000 9.500.000
40% 40% 40% 40% 40%
Rp. 3.800.000 2.480.000 1.488.000 892.800 535.680
Akumulasi Penyusutan 3.800.000 6.280.000 7.768.000 8.660.800 9.196.480
Nilai Buku 10.000.000 6.200.000 3.720.000 2.232.000 1.339.200 803.520
ad. b. Berdasarkan penggunaan Dalam metode ini, biaya penyusutan dihitung sesuai dengan tingkat penggunaanya dengan alasan bahwa aktiva tetap akan berkurang nilainya terutama
Universitas Sumatera Utara
disebabkan karena penggunaanya. Metode penyusutan berdasarkan penggunaan ini terdiri dari : a. Metode jam jasa Besarnya biaya penyusutan pada setiap periode tergantung pada jumlah jam kerja aktiva tetap tersebut digunakan dalam operasi perusahaan, sehingga beban penyusutan setiap periode akan berbeda didasarkan pada jumlah jam kerja yang digunakan dari aktiva tersebut. Berdasarkan data contoh sebelumnya, maka perhitungan beban penyusutannya adalah : Biaya perolehan - Nilai Residu Penyusutan per jam = Taksiran total jam kerja produktif
Beban Penyusutan = Jumlah jam kerja x Penyusutan per jam
Rp.10.000.000 – Rp.500.000 r
= 20.000
r
=
Rp. 475,- per jam
Tabel 2.5 Penyusutan Menurut Metode Jam Jasa Tahun
Jam Kerja
Tarif
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
1 2 3 4 5
3.000 5.000 5.000 4.000 3.000
475 475 475 475 475
1.425.000 2.375.000 2.375.000 1.900.000 1.425.000
1.425.000 3.800.000 6.175.000 8.075.000 9.500.000
20.000
Nilai Buku 10.000.000 8.575.000 6.200.000 3.825.000 1.925.000 500.000
Rp. 9.500.000
Universitas Sumatera Utara
Seandainya pada tahun pertama digunakan 20.000 jam kerja, maka beban penyusutannya adalah : 20.000 x Rp. 475,- = Rp. 9.500.000,-
b. Metode jumlah unit produksi Dasar perhitungan menurut metode ini hampir sama halnya dengan metode jam jasa. Perbedaannya hanya terletak pada satuan ukurannya, yaitu jumlah unit produksi. Berdasarkan data contoh sebelumnya, maka perhitungan beban penyusutannya adalah :
Biaya perolehan - Nilai Residu Penyusutan per jam = Taksiran total produk
Rp. 10.000.000 – Rp. 500.000 r
=
= Rp. 38,- per unit 250.000
Tabel 2.6 Penyusutan Menurut Metode Jumlah Unit Produksi Tahun
1 2 3 4 5
Unit Produksi 70.000 50.000 40.000 50.000 40.000 250.000
Tarif
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
38 38 38 38 38
2.660.000 1.900.000 1.520.000 1.900.000 1.520.000
2.660.000 4.560.000 6.080.000 7.980.000 9.500.000
Nilai Buku 10.000.000 7.340.000 5.440.000 3.920.000 2.020.000 500.000
Rp.9.500.000
Universitas Sumatera Utara
Seandainya pada tahun pertama diproduksi 250.000 unit, maka beban penyusutannya adalah : 250.000 x Rp. 38,- = Rp. 9.500.000,-
ad. c. Berdasarkan kriteria lain Metode ini merupakan kumpulan dari beberapa metode sebelumnya, dimana metode ini terdiri dari : a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok Perusahaan biasanya mempunyai berbagai jenis aktiva tetap dengan berbagai ragam bentuk, harga perolehan, lokasi, masa manfaat, nilai residu dan sebagainya, sehingga bila dihitung satu persatu akan mengalami kesulitan. Untuk mengatasi hal tersebut maka digunakan metode penyusutan : 1. Metode kelompok Aktiva yang beraneka ragam tersebut dapat dikelompokkan atas kesamaan jenis, sifat dan manfaatnya. Untuk menentukan besarnya penyusutan tiap periode terlebih dahulu ditentukan tarif penyusutannya. Tarif penyusutan didasarkan pada umur rata-rata aktiva tetap dalam kelompok itu dan dikaitkan dengan harga perolehannya. Contoh penyusutan metode kelompok: Dibeli 100 mesin yang serupa dengan masa manfaat yang ditaksir 5 tahun dibeli pada tahun 2003 dengan total harga perolehan Rp.200.000.000,-. Dari kelompok ini 30 mesin dihentikan penggunaannya pada akhir tahun ke empat (2006), 40 pada akhir tahun kelima (2007) dan 30 sisanya pada akhir tahun keenam (2008). Beban penyusutan 20%, beban penyusutannya Rp.400.000 per mesin per tahun,
Universitas Sumatera Utara
dalam empat tahun pertama digunakan 100 tahun-mesin, dan beban penyusutan tahunannya adalah Rp. 40.000.000,- pada tahun kelima ketika hanya 70 mesin yang beroperasi bebannya adalah:
Tabel 2.7 Penyusutan Menurut Metode Kelompok (Rp) (000) Tahun
penyusutan 20%
1 2 3 4 5 6
40.000 40.000 40.000 40.000 28.000 12.000 200.000
Biaya Perolehan Debet Kredit Saldo 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 60.000 140.000 80.000 60.000 60.000 200.000 200.000
Akumulasi penyusutan Debet Kredit Saldo
60.000 80.000 60.000 200.000
40.000 40.000 40.000 40.000 28.000 12.000 200.000
40.000 80.000 120.000 100.000 48.000
Nilai Buku Aktiva 200.000 160.000 120.000 80.000 40.000 1.200
2. Metode jenis dan kelompok Metode ini digunakan untuk menghitung penyusutan aktiva-aktiva yang tidak sejenis, berbeda sifat dan masa manfaatnya. Aktiva-aktiva tersebut kemudian digabungkan untuk mencari umur rata-rata. Contoh penyusutan dengan metode jenis: Tiga aktiva A, B, C, mempunyai perolehan, nilai sisa dan umur ekonomis yang berbeda-beda sbb:
Universitas Sumatera Utara
Aktiva A B C
Harga Perolehan 200.000 600.000 1.200.000 2.000.000
Nilai Sisa 12.000 30.000 120.000 162.000
H. Perolehan di susutkan 188.000 570.000 1.080.000 1.838.000
Taksiran Umur 400 600 1.000
Penyusutan Per Tahun 47.000 95.000 108.000 250.000
Rp. 250.000 Penyusutan per tahun =
x 100% = 12,5 % Rp. 2.000.000
b. Metode anuitas Menurut metode ini nilai uang pada saat sekarang lebih besar dari pada masa yang akan datang sehingga aktiva tetap tersebut akan bertambah nilainya berdasarkan tingkat bunga tertentu. Metode ini biasanya dipakai untuk analisa, investasi atau proyek untuk kepentingan manajemen. Beban penyusutannya dihitung dengan memakai label bunga majemuk. Metode ini jarang dipakai dalam praktek. Biaya Perolehan – PV Nilai Residu Beban penyusutan = PVIFni PVIFni : Present value dari anuitas selama taksiran umur pada tingkat bunga tertentu Contoh: Perelatan dibeli seharga Rp.800.000.- dengan nilai residu Rp.67.338.- tingkat bunga 10%. Taksiran umur manfaat 5 tahun, maka : Beban Penyusutan = 800.000-PV 5 10 67.385
Universitas Sumatera Utara
= 800.000-(67.388 x 0.620921*) = 200.000.*) Present value nilai selama 5 tahun pada tingkat bunga 10% yaitu sebesar 0.62092. **) Present value dari anuitas selama 5 tahun pada tingkat bunga 10% yaitu sebesar 3.7908. Tabel 2.9 Tabel Present Value of Rp. 1,1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
1
0.99010
0.98039
0.97007
0.96154
0.95238
0.94340
0.93458
0.92593
0.91743
0.90909
2
0.98030
0.96117
0.94260
0.92456
0.90703
0.89000
0.87344
0.85734
0.84168
0.82645
3
0.97059
0.94232
0.91514
0.88900
0.86384
0.83962
0.81630
0.79383
0.77218
0.75131
4
0.96098
0.92385
0.88849
0.85480
0.82270
0.79209
0.76290
0.73503
0.70843
0.68301
5
0.95147
0.90573
0.86261
0.82193
0.78353
0.74726
0.71299
0.68058
0.64993
0.62092
6
0.94204
0.88797
0.83748
0.79031
0.74622
0.70496
0.66634
0.63017
0.59627
0.56447
7
0.93272
0.87506
0.81309
0.75992
0.71068
0.66506
0.62275
0.58349
0.54703
0.51316
8
0.92348
0.85349
0.78941
0.73069
0.67684
0.62741
0.58301
0.54027
0.50187
0.46651
9
0.91434
0.83675
0.76642
0.70259
0.64461
0.59190
0.54393
0.50025
0.46043
0.42410
10
0.90529
0.82035
0.74409
0.67556
0.61391
0.55839
0.50835
0.46319
0.42241
0.38554
Tabel 2.10 Tabel Present Value of An Annuity of Rp. 1,1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
1
0.99010
0.9804
0.9709
0.9615
0.9524
0.9434
0.9346
0.9259
0.7174
0.9091
2
1.9704
1.9416
1.9135
1.8861
1.8594
1.8334
1.8080
1.7833
1.7591
1.7355
3
2.9410
2.8839
2.8286
2.7751
2.7232
2.6730
2.6243
2.5771
2.5313
2.4868
4
3.9020
3.8077
3.7171
3.6299
3.5459
3.4651
3.3872
3.3121
3.2397
3.1699
Universitas Sumatera Utara
5
4.8535
4.7134
4.5797
4.4518
4.3295
4.2123
4.1002
4.9927
3.8896
3.7908
6
5.7955
5.6014
5.4172
5.2421
5.0757
4.9173
4.7665
4.6229
4.4859
4.3553
7
6.7282
6.4720
6.2302
6.0020
5.7863
5.5824
5.3893
5.2064
5.0329
4.8684
8
7.6517
7.3254
7.0196
6.7327
6.4632
6.2098
5.9713
5.7466
5.5348
5.3349
9
8.5661
8.1622
7.7861
7.4353
7.1078
6.8017
6.5152
6.2459
5.9852
5.7590
10
9.4714
8.9825
8.5302
8.1109
7.7217
7.3601
7.0236
6.7101
6.4176
6.1446
Tabel 2.11 Penyusutan Menurut Metode Annuitas Tahun
Penyusutan
Interest Revenue 10%
Akumulasi Penyusutan Per tahun
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
1 2 3 4 5
200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
80.000 68.000 54.800 40.280 24.308
120.000 132.000 145.200 159.720 175.692
120.000 252.000 397.200 556.920 732.612
800.000 680.000 548.000 402.800 243.800. 67.388
c. Metode Persediaan Metode persediaan digunakan untuk menilai aktiva tetap yang bernilai kecil. Aktiva tetap akan dinilai pada setiap akhir periode akuntasi pada kondisinya yang sekarang, melalui persentase keusangan dari aktiva yang digunakan atau melalui penilaian pihak luar. Metode ini dinilai tidak sistematis dan rasiomal karena tidak ada seperangkat formula yang dipakai dan juga sulit untuk menentukan nilai sesungguhnya aktiva tetap pada akhir periode.
Universitas Sumatera Utara
Contoh : Pembelian aktiva tetap pada awal tahun 1999 adalah sebesar Rp. 2.500.000,- dan taksiran nilai aktiva tetap itu pada akhir tahun adalah Rp. 1.400.000,- maka penyusutannya adalah sebesar Rp. 1.100.000,- dan dijurnal:
Beban Penyusutan
Rp. 1.100.000
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap
Rp.1.100.000
5. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap Aktiva
tetap
dapat
dihentikan
penggunaannya
dengan
menjual,
menukarkan, atau karena terpaksa menghentikannya. Pada waktu aktiva dilepaskan, penyusutan aktiva tetap tersebut dicatat sampai tanggal pelepasan. Dengan demikian nilai buku pada tanggal pelepasan dapat dihitung berdasarkan selisih antara harga perolehan aktiva tetap dan akumulasi penyusutannya. Perusahaan memakai suatu aktiva tetap selama masa manfaatnya. Tapi pada suatu saat aktiva tetap tersebut bisa rusak, usang dan lain-lain sehingga aktiva tetap tersebut tidak dipakai lagi. Oleh karena perusahaan akan menarik aktiva tetap tersebut dari pemakaian. Menurut Mulyadi (2001:596) bahwa : “Jika berdasarkan pertimbangan teknis atau ekonomis suatu aktiva tetap tidak layak diteruskan pemakaiannya, manajemen dapat memutuskan untuk menghentikan pemakaian aktiva tetap yang bersangkutan”.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.12) menyatakan : “Suatu aktiva tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aktiva secara permanen ditarik dari penggunaannya dan tidak ada manfaat keekonomisan masa yang akan datang diharapkan dari pelepasannya”. Dalam pelepasan aktiva tetap ada beberapa cara yaitu : a. Pembesituaan aktiva tetap. Manakala aktiva tetap tidak lagi berharga dan mesti dibesituakan maka biaya perolehan dan saldo akumulasi penyusutan mesti dihilangkan dari catatancatatan akuntansi. Apabila semua biaya perolehan aktiva sudah disusutkan, tidak ada kerugian dalam pelepasan aktiva tersebut. Sebaliknya bilamana biaya perolehannya belum disusutkan sepenuhny, maka biaya perolehan yang belum sempat disusutkan merupakan kerugian atas pelepasan aktiva. b. Penghancuran Aktiva Tetap. Kadangkala kecelakaan, kebakaran, banjir, petir dan bencana alam menghancurkan aktiva tetap sehingga menyebabkan perusahaan menanggung rugi. c. Penjualan Aktiva tetap. Perusahaan kerapkali melepas aktiva tetapnya dengan menjual aktiva tetap tersebut. Dengan membandingkan nilai buku aktiva (biaya prolehan dikurangi akumulasi penyusutan) dengan harga jualnya (nilai realisasi bersih bilamana terdapat
beban penjualan),
perusahaan
bisa
mendapat
untung
atau
menanggung rugi. Apabila harga jual lebih besar dari nilai buku aktiva, maka
Universitas Sumatera Utara
perusahaan menanggung untung. Sebaliknya jika harga jual dibawah nilai buku, maka perusahaan menderita kerugian. Contoh: Di asumsikan pada tanggal 1 April 2005, PT. Serba Huta Jaya menjual peralatan pabrik seharga Rp.43.600.000,- dengan harga perolehan Rp.83.600.000,- dan akumulasi penyusutan per 1 Januari 2005 sebesar Rp.50.600.000. Perusahaan menyusutkan peralatan pabriknya dengan menggunakan tarif garis lurus 10%. Perusahaan ini mengikuti kebijakan untuk menyusutkan aktivanya kebulan terdekat. Untuk mencatat transaksi dibuat jurnal sebagai berikut: Untuk mencatat penyusutan selama tiga bulan pada tahun 2005
Beban penyusutan Mesin
Rp.2.090.000
Akumulasi penyusutan Mesin
Rp.2.090.000
Untuk mencatat penjualan mesin dengan memperoleh untung Kas
Rp. 43.600.000
Akumulasi penyusutan Mesin
Rp. 52.690.000
Mesin
Rp. 83.600.000
Keuntungan atas penjualan mesin
Rp. 12.690.000
Perhitungan keuntungan Harga jual…………………………………………………. Rp.43.600.000,Nilai buku (Rp.83.600.000 – Rp. 52.690.000)…………… Rp.30.910.000,Keuntungan atas penjualan……………………………...
Rp.12.690.000,-
Ayat jurnal diatas dapat dikombinasikan dalam bentuk gabungan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Kas
Rp. 43.600.000,-
Beban penyusutan
Rp. 2.090.000,-
Akumulasi penyusutan Mesin
Rp. 50.600.000,-
Mesin
Rp. 83.600.000,-
Keuntungan atas penjualan Mesin
Rp. 12.690.000,-
Sementara untuk aktiva tetap yang sudah disusutkan penuh namun masih tetap digunakan dalam kegiatan perusahaan, maka menurut Warren, Reev dan fess (2005:507) bahwa: Aktiva tetap tidak boleh dihapus dari akun hanya karena aktiva tetap tersebut telah disusutkan secara penuh. Jika aktiva tetap masih digunakan oleh perusahaan, maka biaya dan akumulasi penyusutan harus tetap tercatat dalam buku besar. Hal ini ditujukan untuk mempertahankan pertanggung jawaban bagi aktiva tersebut dalam buku besar. Jika nilai buku dalam aktiva dihapuskan dari buku besar, tidak akan ada lagi bukti mengenai keberadaan dari aktiva.
6. Penyajian Aktiva Tetap Dalam Laporan Keuangan Tujuan dari laporan keuangan adalah menyajikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dan pengambilan keputsan ekonomi. Laporan keuangan yang disajikan manajemen haruslah dapat menggambarkan secara wajar posisi keuangan dan tidak menyesatkan. Dalam laporan keuangan, penyajian aktiva tetap akan terlihat dalam neraca. Neraca merupakan suatu daftar yang menggambarkan komposisi harta, hutang dan modal pada suatu tanggal tertentu. Aktiva tetap yang disajikan berdasarkan nilai perolehan aktiva tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Setiap jenis aktiva tetap seperti : tanah, bangunan, inventaris
Universitas Sumatera Utara
kantor dan lain sebagainya harus dinyatakan dalam neraca secara terpisah atau dirinci dalam catatan atas laporan keuangan. Menurut Mulyadi (2001:539) perlu diketahui lebih dahulu prinsip akuntansi yang lazim dalam penyajian aktiva tetap dalam neraca berikut ini : 1. Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan di dalam neraca. 2. Aktiva tetap yang digadaikan harus dijelaskan. 3. Jumlah akumulasi depresiasi dan biaya depresiasi untuk tahun kini harus ditunjukkan di dalam laporan keuangan. 4. Metode yang digunakan dalam perhitungan depresiasi golongan besar aktiva tetap harus diungkapkan dalam laporan keuangan. 5. Aktiva tetap harus dipecah ke dalam golongan yang terpisah jika jumlahnya material. 6. Aktiva tetap yang telah habis didepresiasi namun masih digunakan untuk beroperasi, jika jumlahnya material harus dijelaskan. 7. Aktiva tetap harus dipecah kedalam golongan yang terpisah jika jumlahnya material. 8. Aktiva tetap yang telah habis didepresiasi namun masih digunakan untuk beroperasi, jika jumlahnya material harus dijelaskan.
Namun banyak juga perusahaan menyajikan aktiva tetap sebesar jumlah bersihnya, dikarenakan pengurangan beban penyusutan. Akibat adanya bebarapa alternatif untuk menghitung beban penyusutan, maka metode penyusutan yang digunakan dalam menghitung beban penyusutan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Tanpa informasi ini, pemakai laporan dapat keliru dalam usahanya membandingkan hasil-hasil keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Metode penyusutan yang dianut suatu perusahaan biasanya dilaporkan dalam penjelasan laporan keuangan sebagai kebijakan akuntansi perusahaan. Aktiva tetap sering masih digunakan walaupun harga perolehannya sudah habis disusutkan. Keadaan ini bisa timbul dari dua sebab, yaitu keliru dalam
Universitas Sumatera Utara
membuat taksiran umur, dan umurnya tidak ditaksir keliru tetapi perusahaan tidak mampu untuk mengganti aktiva tetap tersebut dengan aktiva yang baru. Aktiva tetap yang sudah habis masa manfaatnya tetapi masih digunakan perusahaan harus direvaluasi. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:16.17) menyatakan bahwa: Laporan keuangan harus mengungkapkan, dalam hubungan dengan setiap jenis aktiva tetap: a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah catatan bruto. Jika lebih dari satu dasar yang digunakan, jumlah tercatat bruto untuk dasar dalam setiap kategori harus diungkapkan; b. Metode penyusutan yang digunakan; c. Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir priode; e. Suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir priode memperlihatkan: penambahan, pelepasan, akuisisi melalui penggabungan usaha, revaluasi yang dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah, penurunan nilai dicatat, penyusutan beda nilai tukar neto yang timbul pada laporan keuangan suatu entitas asing dan setiap pengklasikan kembali.
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa, penilaian kembali aktiva tetap yang sudah habis masa manfaatnya diperbolehkan, apabila penilaian itu dianggap signifikan dengan kondisi perusahaan pada saat sekarang.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.12 Penyajian Aktiva Tetap di Neraca
PT. XYZ NERACA Per 31 Desember 20xx
(Rp)
AKTIVA
PASIVA
Aktiva Lancar
Kewajiban
Aktiva Tetap Tanah Gedung Ak. Penyusutan Peralatan Ak. Penyusutan Mesin Ak. Penyusutan Total Aktiva Tetap
Rp.xxxx Rp.xxxx (Rp.xxxx) Rp.xxxx Rp.xxxx (Rp.xxxx) Rp.xxxx Rp.xxxx (Rp.xxxx) Rp.xxxx Rp.xxxx
Modal
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.13 Penyajian Aktiva Tetap di Neraca
PT. XYZ NERACA Per 31 Desember 20xx
(Rp)
AKTIVA
PASIVA
Aktiva Lancar
Kewajiban
Aktiva Tetap Tanah Gedung Peralatan Mesin
Rp.xxxx Rp.xxxx Rp.xxxx Rp.xxxx
Total Aktiva Tetap
Rp.xxxx
Ak. Penyusutan
(Rp.xxxx)
Nilai Buku
Rp.xxxx
Universitas Sumatera Utara