BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengembangan Tes Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan adalah suatu proses untuk menjadikan suatu (pikiran, pengetahuan, dan sebagainya)
agar
menjadi
bertambah
sempurna.
Dalam
penelitian
ini
pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan tes. Menurut Depdiknas (2008), Langkah-langkah pengembangan tes meliputi: (a) menentukan tujuan penilaian, (b) menentukan kompetensi yang diujikan (c) menentukan materi penting pendukung kompetensi (urgensi, kontinuitas, relevansi, keterpakaian), (d) menentukan jenis tes yang tepat (tertulis, lisan, perbuatan), (e) menyusun kisi-kisi, butir soal, dan pedoman penskoran, (f) melakukan telaah butir soal. Langkah-langkah pengembangan tes dijabarkan sebagai berikut: a. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. b. Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar kompetensi merupakan acuan atau target utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada. c. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik).
7
8
d. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya. Menentukan jenis tes dengan menanyakan apakah materi tersebut tepat diujikan secara tertulis atau lisan. e. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. Dalam menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal, f. Melakukan telaah butir soal. Telaah butir soal dilihat dari validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Pada penelitian ini ditelaah penguasaan sub-sub keterampilan proses sains. Pada penelitian ini, tes yang dikembangkan merupakan tes tertulis tipe uraian terbatas. Secara umum Firman (2000) menyatakan keunggulan tes uraian terbatas adalah : a. Tepat untuk mengukur kemampuan jenjang tinggi yang sukar diukur melalui tes obyektif, b. Melatih siswa merumuskan jawaban dengan kata-kata sendiri, c. Tidak memungkinkan terjadinya penebakan, d. Lebih mudah disusun, e. Mendorong siswa mengerti lebih dalam tentang suatu gagasan. Adapun kelemahan bentuk tes uraian terbatas menurut Firman (2000) sebagai berikut : a. Lingkup materi pelajaran yang dicakup sangat terbatas, b. Menyukarkan pada penentuan skor terhadap jawaban siswa, c. Unsur subyektivitas masuk dalam penentuan skor, d. Faktor-faktor yang tidak relevan mempengaruhi penentuan skor.
9
B. Keterampilan Proses Sains 1. Pengertian Keterampilan proses sains Harlen
(2000)
mendefinisikan
keterampilan
proses
sains
adalah
keterampilan berpikir (thinking skills) yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Firman (2000) menggolongkan keterampilan proses sains dasar ke dalam enam sub-sub keterampilan, yaitu : a. Mengamati Keterampilan mengumpulkan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan indera. b. Menafsirkan Keterampilan menafsirkan sesuatu berupa benda, kenyataan, peristiwa, konsep, atau informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan, perhitungan, atau eksperimen. Menemukan pola atau keteraturan dari satu seri data yang tersedia dalam charta, tabel, atau grafik juga termasuk keterampilan proses sains menafsirkan. c. Meramalkan Keterampilan mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar data atau informasi. Keterampilan meramalkan atau prediksi juga mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada.
10
d. Menerapkan konsep Keterampilan menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum, dan teori. e. Merencanakan Beberapa kegiatan menggunakan pikiran termasuk ke dalam keterampilan proses sains yaitu merencanakan percobaan. Keterampilan ini mencakup : menentukan alat dan bahan untuk percobaan, menentukan variabel yang terlibat dalam suatu percobaan, menentukan variabel kontrol dan varabel bebas; menentukan apa yang diamati, diukur atau ditulis; serta menentukan cara dan langkah kerja juga termasuk merencanakan percobaan. f. Mengkomunikasikan Keterampilan menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas. Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel atau diagram juga termasuk keterampilan berkomunikasi. Pada penelitian ini, sub-sub keterampilan proses sains yang di gunakan pada penelitian ini adalah sub keterampilan menafsirkan, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan percobaan dan mengkomunikasikan. 2. Karakteristik butir soal keterampilan proses sains Sub-sub keterampilan proses sains menurut Firman (2000) tidak begitu jauh dengan Rustaman (2003). Rustaman (2003) mengemukakan untuk. mengukur ketermpilan proses sains perlu dibahas karakteristik butir soal KPS, penyusunan butir soal keterampilan proses sains, dan pemberian skor butir soal keterampilan proses sains. Karakteristik pokok uji keterampilan proses sains akan
11
dibahas secara umum dan secara khusus. Secara umum pembahasan pokok uji biasa yang mengukur penguasaan konsep. Secara khusus karakterisik jenis keterampilan proses sains tertentu akan dibahas akan dibandingkan satu sama lain, sehingga jelas perbedaannya. Karakteristik pokok tes keterampilan proses sains sebagai berikut : a. Karakteristik umum Secara umum butir soal keterampilan proses sains dapat dibedakan dari pokok uji penguasaan konsep. Pokok uji keterampilan proses sains memiliki beberapa karakteristik, yaitu : 1) Pokok uji keterampilan proses sains tidak boleh dibebani konsep (non concept burdan). Hal ini diupayakan agar pokok uji tersebut tidak rancu dengan pengukuran penguasaan konsepnya. Konsep dijadikan konteks. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusunan pokok uji sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa (dekat dengan keadaan sehari-hari siswa), 2) Pokok uji keterampilan proses sains mengandung sejumlah informasi yang harus diolah oleh responden atau siswa. Informasi dalam pokok uji keterampilan proses sains dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian obyek aslinya, 3) Seperti pokok uji pada umumnya, aspek yang akan diukur oleh pokok uji keterampilan proses sains harus jelas. (Rustaman, 2003)
12
b. Karakteristik khusus Menurut Rustaman (2003) ada beberapa kaidah yang khas dalam penyusunan pokok uji keterampilan proses sains untuk tiap sub keterampilan proses sains, yaitu : 1) Mengamati: harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya, 2) Menafsirkan: harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola, 3) Menerapkan konsep: harus memuat konsep/prinsip yang akan diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya, 4) Meramalkan: harus jelas pola/kecenderungan untuk dapat mengajukan dugaan/ramalan, 5) Merencanakan percobaan: harus memberi kesempatan untuk mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang harus ditempuh, menentukan peubah (variabel), mengendalikan peubah, 6) Mengkomunikasikan:harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik. C. Kualitas Tes Keberhasilan mengungkapkan hasil dan proses belajar siswa sebagaimana adanya sangat bergantung pada kualitas alat penilaiannya disamping pada cara pelaksanaannya. Menurut Sudijono (2009) terdapat empat ciri atau karakteristik yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar, sehingga tes tersebut dapat dinyatakan sebagai tes yang baik, yaitu:
13
1. Valid Ciri yang pertama dari tes yang baik adalah tes tersebut bersifat valid atau memiliki validitas. Validitas suatu alat ukur menunjukkan sejauh mana alat ukur itu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat ukur tersebut. Dengan kata lain, validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur memenuhi fungsinya (Sudijono, 2009). 2. Reliabel Ciri kedua adalah tes yang telah memiliki reliabilitas atau bersifat reliabel. Reliabilitas adalah ukuran sejauh mana suatu alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang (bukan palsu). Reliabilitas seringkali disebut derajat konsistensi (Sudijono, 2009). Reliabilitas tes merupakan ukuran yang menyatakan konsistensi alat ukur yang digunakan. Arikunto (2002) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu (tes). Suatu tes dapat mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas menunjukkan keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Untuk mengetahui keajegan, maka teknik yang digunakan ialah dengan melihat koefisien korelasi dari tes tersebut. 3. Obyektif Ciri ketiga dari tes yang baik merupakan tes yang bersifat obyektif. Tes dikatakan sebagai tes hasil belajar yang obyektif adalah tes yang “menurut apa adanya”. Dilihat dari materi tesnya, materi tersebut bersumber dari bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai atau sejalan dengan indikator yang telah
14
ditentukan. Selain itu, dilihat dari segi pemberian skor dan penentuan nilai istilah “apa adanya” itu terkandung pengertian bahwa pekerjaan koreksi, pemberian skor, dan penentuan nilainya terhindar dari unsur obyektivitas yang melekat pada diri penyusun tes sehingga tes tersebut menghasilkan nilai-nilai yang obyektif (Sudijono, 2009). 4. Praktis Ciri keempat dari tes yang baik adalah tes bersifat praktis dan ekonomis. Bersifat praktis mengandung pengertian bahwa tes bersifat sederhana (dalam arti tidak memerlukan peralatan yang sulit pengadaannya), lengkap (dilengkapi dengan petunjuk cara pengerjakannya, kunci jawaban, dan pedoman penskoran serta penentuan nilainya). Bersifat ekonomis berarti tidak mengandung pengertian bahwa tes tersebut tidak memakan waktu panjang dan tidak memerlukan tenaga serta biaya yang banyak (Sudijono, 2009). Pada penelitian ini, penulis juga melakukan pengukuran taraf kesukaran dan daya pembeda butir tes untuk mengetahui baik dan tidaknya butir soal digunakan, dijabarkan sebagai berikut: 1. Taraf kesukaran Taraf kesukaran suatu pokok uji ialah proporsi (bagian) dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada pokok uji tersebut (Firman, 2000). Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha pemecahannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa
15
dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya (Arikunto, 2002). 2. Daya Pembeda Arikunto (2002) menyatakan bahwa, “Daya pembeda suatu butir soal adalah bagaimana kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan siswa yang termasuk kelompok atas dengan siswa yang termasuk kelompok bawah”. Daya pembeda yang tinggi artinya pokok uji tersebut mampu membedakan siswa yang menguasai materi pelajaran dari siswa yang tidak menguasai materi pelajaran (Firman, 2000). D. Tinjauan Materi Larutan Asam Basa Tinjauan pustaka larutan asam basa adalah materi larutan asam basa yang dipelajari oleh siswa SMA kelas XI, sesuai dengan silabus kimia yang dikembangkan mengacu pada kurikulum 2006 (KTSP). Berdasarkan silabus, diperoleh standar kompetensi dan kompetensi dasar larutan asam basa yaitu: 1. Standar kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya. 2. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan teori-teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH larutan. Materi larutan asam basa yang akan dipelajari siswa SMA kelas XI, meliputi : identifikasi sifat larutan dan menghitung pH larutan.
16
1. Pengertian Asam Basa Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dapat melepaskan ion H+ di dalam air sehingga konsentrasi ion H+ dalam air meningkat. Basa adalah zat yang dapat melepaskan ion OH– di dalam air sehingga konsentrasi ion OH– dalam air meningkat (Sunarya, 2009). 2. Identifikasi Sifat Larutan Asam Basa Sifat larutan asam basa dapat diidentifikasi dengan menggunakan indikator. Indikator adalah zat yang memiliki warna berbeda dalam kondisi asam dan basa. Indikator dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a. Indikator Alam Indikator alam adalah indikator yang berasal dari bahan alam. Indikator tersebut dapat dibuat dari bumbu dapur, bunga dan buah-buahan. Misalnya : bunga kertas, kol ungu, kunyit. b. Indikator Buatan Indikator buatan adalah indikator buatan manusia yang sudah dibuat di laboratorium atau di pabrik alat-alat kimia. Indikator buatan dapat berupa kertas seperti lakmus dan indikator universal atau dalam bentuk larutan seperti fenoftalein, metil merah dan lain-lain. •
Kertas Lakmus Para ahli kimia sudah sejak lama menggunakan zat warna bernama lakmus
yang diperoleh dari lumut kerak. Jenis kertas lakmus biasanya digunakan lakmus merah dan lakmus biru. Kertas lakmus digunakan untuk menguji keasaman dan kebasaan tetapi tidak dapat menentukan pH dan kekuatan asam atau basanya.
17
•
Larutan Indikator Larutan Indikator merupakan zat-zat warna yang berbentuk cair yang
mempunyai warna yang berbeda dalam larutan asam dan basa. Larutan indikator ini bisa digunakan untuk memperkirakan pH dari suatu zat. Trayek perubahan warna larutan indikator ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1. Indikator Asam Basa dan Perubahan Warna Indikator Perubahan Warna Rentang Indikator pH Asam Basa Timol-biru 1,2 – 2,8 Merah Kuning Biru Bromofenol-biru 3,0 – 4,6 Kuning Metil-jingga 3,2 – 4,4 Jingga Kuning Metil-merah 4,2 – 6,3 Merah Kuning Klorofenol biru 4,8 - 64 Kuning Merah Bromotilmol-biru 6,0 – 7,6 Kuning Biru Kresol Merah 7,2 – 8,8 Kuning Merah Fenoftalein 8,2 – 10,0 Tidak Berwarna Merah muda (Chang,2000) •
Indikator Universal Indikator universal adalah indikator buatan dalam bentuk kertas yang
dapat mengetahui nilai pH dari larutan yang diuji. Dengan kertas indikator universal, kita dapat mengetahui pH larutan dengan cara mencelupkan sepotong indikator universal ke dalam larutan. Perubahan warna kertas indikator tersebut dicocokkan dengan tabel warna yang mempunyai trayek pH dari 0 – 14. 3. Perhitungan pH Larutan Asam Basa Teori asam-basa Arrhenius mendasari perhitungan kekuatan asam-basa. Teori ini dikemukakan oleh ilmuwan Swedia, Svante Arrhenius pada 1807. Menurut Arrhenius, senyawa asam adalah yang jika dilarutkan dalam air
18
menghasilkan ion H+, sedangkan basa adalah zat yang di dalam air melepaskan ion hidroksida OH- (Muchtaridi,2009). Air murni merupakan elektrolit yang sangat lemah. Rekasi ionisasinya adalah sebagai berikut : H+ (aq) + OH- (aq).
H2O (l) tetapan kesetimbangannya dapat ditulis : Kୡ =
ሾ ܪା ሿሾܱ ି ܪሿ ሾܪଶ ܱሿ
KC [H2O] = [H+] [OH-] konsentrasi air tidak berubah dan dapat dipersatukan dengan tetapan kesetimbangan sehingga persamaan tetapannya menjadi: Kw = [H+] [OH-] Kw = KC [H2O], Kw disebut tetapan ionisasi air. Berdasarkan eksperimen ditemukan bahwa harga Kw pada suhu 250C tekanan 1 atm adalah 1,0 x 10 -14. Dari persamaan reaksi ionisasi di atas, harga [H+] = [OH–], maka: Kw = [H+] [OH-] Pada 25oC konsentrasi ion H+ dan OH– dapat ditentukan : 10–14 = [H+] [OH-] [H+] = 10–7 mol/L dan [OH–] = 10–7 mol/L Jika kedua ruas persamaan Kw = [H+] [OH-] diambil harga negatif logaritmanya diperoleh: -log Kw = -log ([H+] [OH-])
19
-log Kw = (-log [H+]) + (-log [OH-]) Dengan: p = -log pKw = pH + pOH Untuk suhu 25oC, persamaan di atas dapat ditulis: pH + pOH = 14 atau pH = 14 - pOH Untuk menentukan pH suatu larutan, terlebih dahulu harus menentukan [H+] untuk asam dan menentukan [OH-] untuk basa. (Chang, 2000) a. Asam kuat Asam kuat terionisasi sempurna membentuk [H+], pH larutan dapat ditentukan jika konsentrasi asam diketahui. [H+] = M x valensi asam Setelah [H+] diketahui, dapat ditentuka pH dengan rumus: pH = -log [H+] b. Asam lemah Asam lemah tidak mengion sempurna. Asam lemah mengalami reaksi dapat balik membentuk reaksi kesetimbangan, sehingga harus melibatkan tetapan kesetimbangan asam (Ka) dalam perhitungannya, yaitu: [H + ] =
Ka × M
Dengan: Ka= tetapan ionisasi asam M= konsentrasi asam Setelah [H+] diketahui, dapat ditentuka pH dengan rumus: pH = -log [H+]
20
c. Basa kuat Seperti halnya asam kuat, pH larutan basa kuat dapat ditentukan hanya dengan mengetahui konsentrasi basa. [OH-] = M x valensi basa Setelah [OH-] diketahui, dapat ditentuka pH dengan rumus: pOH = -log [OH-] pH = 14 - pOH d. Basa lemah pH larutan basa lemah dapat ditentukan dengan dasar pemikiran yang sama seperti penentuan pH asam lemah, yaitu Asam lemah mengalami reaksi dapat balik membentuk reaksi kesetimbangan, sehingga harus melibatkan tetapan kesetimbangan basa (Kb) dalam perhitungannya, yaitu:
[OH ] = −
Kb × M
Setelah [OH-] diketahui, dapat ditentuka pH dengan rumus: pOH = -log [OH-] pH = 14 - pOH (Muchtaridi,2009)