BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Film Sebagai Media Komunikasi Massa Menurut De Fleur dan Dennis dalam buku “understanding mass communication” bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana komunikatorkomunikator menggunakan media untuk menyebarluaskan pesan secara luas dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara. Definisi ini terutama bagaimana sumber informasi (media massa) mengemas dan menyajikan isi pesan. Dengan cara dan gaya tertentu menciptakan makna terhadap sesuatu peristiwa sehingga mempengaruhi khalayak 10 . Bittner dalam bukunya “mass communication : an introducing”. Bahwa komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Definisi ini memberikan batasan pada komponen-komponen
komunikasi
massa.
Komponen-komponen
tersebut
mencakup adanya pesan-pesan, media massa (koran, majalah, televisi, radio, film dan lain-lain11.
10 11
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, Universitas Terbuka, 1999, hal 158 Ibid, hal 158
13
14
Menurut Joseph A. Devito Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar dengan audio visual. Komunikasi massa akan lebih mudah dan logis bila didefinisikan menurut bentuknya. Komunikasi massa juga didefinisikan dengan memusatkan perhatian pada lima variabel yaitu sumber, khalayak, pesan, proses dan konteks yang terkandung dalam setiap tindak komunikasi dan memperlihatkan bagaimana variabel-variabel ini bekerja pada media massa12. Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Pesan ini disampaikan lewat kelembagaan dalam media massa. Komunikasi hanyalah salah satu proses komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identitasnya di tentukan oleh gabungan antara tujuan, organisasinya dan kegiatan. Media massa diklasifikasikan dalam media cetak dan elektronik, sebagai berikut : 1. Surat kabar Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan jenis media massa lainnya. Dalam menyampaikan informasi surat kabar memuat hal-hal yang aktual dan terdiri dari berbagai jenis berita.
12
Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, Profesional Book,1997, hal 505
15
2. Majalah Dalam penyajian informasi atau berita, majalah mambahasnya lebih mendalam dan meiliki nilai aktualitas lebih lama, visual dalam majalah lebih menarik. 3. Radio Radio merupakan media audio atau suara, pesan yang disampaikan selintas, maka radio siaran dapat mengajak komunikannya bersifat imajinatif. Selain informasi, radio juga menyajikan lagu-lagu terbaru dan terdahulu 4. Televisi Televisi merupakan media audio visual yang mempunyai dampak sangat kuat bagi pemirsa. Merupakan media informasi lengkap bagi para penikmatnya (audience) 5. Film Film adalah media yang dinamis dan karya seni yang diproduksi secara kreatif dan untuk memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika yang sempurna. 6. Komputer dan internet Komputer merupakan perangkat atau alat yang dapat memudahkan pekerjaan individu, komputer dapat disambungkan dengan kabel telepon sehingga dapat mengakses internet. Internet sendiri adalah perkakas yang digunakan untuk menyiagakan dan mengumpulkan sejumlah orang secara elektronik dan merupakan sarana untuk
16
mendapatkan informasi dari berbagai sumber dari berbagai belahan dunia.13 2.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa Ada sekitar tujuh karakteristik dari komunikasi massa, diantaranya : 1.
Komunikasi melalui media massa ditujukan kepada khalayak luas, heterogen, anoni, tersebar serta tidak mengenal batas geografis.
2.
Bentuk komunikasi melalui media massa bersifat umum bukan pribadi. Isi pesan yang disamaikan biasanya menyangkut kepentingan banyak pihak (umum), tidak hanya untuk kepentingan perorangan atau pribadi.
3.
Pola penyampaian pesan secara cepat dan mampu menjangkau khalayak luas, bahkan mungkin tidak terbatas baik secara geografis maupun cultural. Dengan demikian, media massa disebut sebagai messages multipler (memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan secara cepat dan mampu menjangkau khalayak luas.)
4.
Penyampaian psan melalui media massa berjalan satu arah, tanggapan atau umpan balik dari pihak penerima (audience) umumnya berlangsung secara tertunda.
5.
Kegiatan komunikasi massa dilakukan terencana, terjadwal dan terorganisir. Komunikator pada media massa bekerja melalui aturan organisasi dan pembagian kerja yang jelas. Identitas yang dibawakan
13
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa, Simbiosa rekatama media, Bandung, 2004, hal 97-147
17
semata-mata
bukan
identitas
secara
pribadi,
tetapi
justru
mengutamakan identitas organisasi atau kelompok. 6.
Penyampaian melalui media massa dilakukan secara berkala, tidak bersifat temporer.
7.
Isi pesan media massa mencakup berbagai bidang kehidupan manusia secara sosial, budaya, politik, ekonomi dan sebagainya. Baik yang bersifat informatif, edukatif maupun hiburan.
2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa merupakan bentuk khusus dari komunikasi. Hanya yang membedakan adanya unsur media massa dalam bentuk komunikasi massa. Jadi fungsi komunikasi massa secara umum dalam hal ini bisa disamakan dengan fungsi media massa, antara lain : a. Memberikan Informasi Khalayak (audience) menerima informasi mengenai berbagai hal yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain dan apa yang dilakukan orang lain dan sebagainya. Salah satu cara khalayak berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai peristiwa atau hal yang terjadi. Dan media massa berfungsi sebagai menyiarkan informasi kepada khalayak. b. Memberikan Pendidikan dan Membimbing Fungsi ini sebagai sarana pendidikan massa sehingga khalayak bertambah pengetahuannya. Informasi-informasi yang mengandung
18
unsur-unsur pengetahuan berguna untuk mendidik khalayak. Misalnya, informasi pendidikan, kesehatan dan lainnya. c. Memberikan Hiburan Hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi berita seperti hard news yang tujuannya untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah menyaksikannya. d. Fungsi Mempengaruhi Fungsi ini menyebabkan media memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat dalam mempengaruhi khalayak. Dalam kaitannya dengan penelitian yang akan diteliti saya sebagai peneliti, maka segala informasi tentang pesan yang dilakukan perencanaannya, kemudian diproduksi oleh miles film, maka bentuk penggambaran visual secara sinematografi dengan penata kamera sebagai creatornya akan berdampak pada seni, efek visual yang dinamis, dan penggambaran pada masa dahulu akan diceritakan melalui penataan kamera yang tepat dan membangun imajinatif khalayak. 2.2 Media Massa 2.2.1 Pengertian Media Massa Mc Lauhan mengungkapkan pengetian media massa sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak tersebar, heterogen dan anonim melewati media cetak atau elektronik. Sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Pengertian disini menekankan
19
pada pengertian bahwa jumlah sebenarnya penerima pesan informasi melalui media massa pada saat tertentu tidaklah esensial, yang terpenting adalah “The communicator is a social organization”14. Media
massa
memberikan informasi dan membantu masyarakat
mengetahui secara jelas tentang dunia di sekelilingnya, kemudian menyimpannya dalam ingatan masyarakat. Media massa berguna sebagai media pengawas masyarakat. Media massa berguna sebagai pengawas bagi masyarakat untuk mengajukan perbandingan dari apa yang kita lihat dan dengar dari belahan dunia lain, di luar lingkungan masyarakat kita. Media massa sejak awal sebenarnya melakukan tugas kemudian membagi informasi yang diinginkan oleh masyarakat umum. Manfaat media massa adalah : 1. Menjangkau suatu khalayak yang luas dan cepat 2. Menciptakan pengetahuan dan menyebarkan informasi 3. Mengarahkan perubahan pada sikap yang dianut. Onong uchjana effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik : “Media massa memiliki kemampuan yang efektif untuk menyebarkan informasi karena dapat diterima oleh komunikan dalam jumlah relatif banyak.
14
Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Raja Grafindo Persada,Jakarta,2007,hal126
20
2.2.2 Karakteristik Media Massa Media massa sebagai alat penyampaian pesan yang digunakan oleh komunikator dalam proses komunikasi massa juga memiliki karakteristik. Berikut karakteristik media massa : 1. Bersifat Melembaga, yaitu pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi 2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima pesan. Walaupun ada umpan baliknya atau interaksinya, biasanya tertunda atau memerlukan waktu yang lama. 3. Meluas dan serentak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena memiliki kecepatan bergerak secara simultan, dimana informasi yang dismpaikan diterima oleh khalayak banyak secara bersamaan. 4. Memakai peralatan teknis atau mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan semacamnya. 5. Bersifat terbuka, yaitu pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa. 15
15
Ibid, Hal 126
21
2.3 Film Sebagai Media Massa Film pertama yang ditayangkan di Amerika Serikat pada tanggal 23 april 1896 di kota New York. Thomas Alfa Edison berhasil menyempurnakan teknik pertunjukan gambar gerak atau kinetoscope, meninggalkan rencana awalnya mengeksploitasi peluang komersial film karena ia merasa penayangan layar lebar kepada banyak penonton sekaligus akan segera menghabiskan pasar16. Film dianggap lebih sebagai media hiburan ketimbang media pembujuk. Namun yang jelas, film sebenarnya mempunyai kekuatan bujukan atau persuasi yang besar. Kritik publik dan adanya lembaga sensor juga menunjukan bahwa sebenarnya film sangat berpengaruh. Film secara etimologi adalah benda tipis seperti kertas terbuat dari seluloid untuk gambar negative melalui kamera, bioskop, ikon yang dipancarkan melalui layar. Dalam bukunya mari membuat film, panduan menjadi produser, Heru Effendy meyebutkan setidaknya ada beberapa jenis film yang lazim diketahui oleh masyarakat, yaitu :17 2.4 Sejarah Fotografi dan Video Kamera seuatu yang sangat penting untuk mengabadikan moment-moment anda, tahukan anda kapan kamera ditemukan. Sebelumnya mari kita lihat dulu penampakan kamera pertama.
16
17
William L.Rivers, Media Massa dan Masyarakat Modern, Kencana,Jakarta,2008
Heru Effendy, Mari Membuat Film Pnduan Menjadi Produser, Panduan dan Pustaka Konfiden,Jakarta,2002,hal 11-14
22
Sebenarnya usaha manusia untuk mengabadikan apa yang dilihat oleh mata telah dimulai sejak 336 Sebelum Masehi (SM). Pada waktu itu Aristoteles memperkenalkan teknologi ‘lubang jarum’. Aristoteles mengatakan bahwa cahaya yang melewati lubang kecil akan membentuk kesan atau gambar atau image. Metode yang diperkenalkan Aristoteles inilah yang dijadikan prinsip dasar teori yang terus digunakan dalam pengembangan teknologi fotografi. Sesuai dengan prinsip kerja tersebut pada abad ke-11 ditemukan kamera yang diberi nama Camera Obscura. Obscura berasa dari bahasa Latin yang berarti ruang gelap. Kamera ini berbentuk ruangan khusus yang di dalamnya dipantulkan cahaya yang terdiri dari dua lensa konveks. Camera obscura pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan muslim yang bernama Alhazen antara tahun 965-1039 Setelah Masehi. Sejak saat itu para ilmuwan arab telah disibukkan dengan penggunaanpenggunaan kamera tersebut. Pada tahun 1267, camera obscura disempurnakan oleh Roger Bacon. Dia menambahkan beberapa cermin untuk memantulkan cahaya yang masuk lewat lubang. Hasil pantulan tersebut menciptakan proyeksi gambar kondisi di luar. Peristiwa proyeksi kondisi yang "dibawa" cahaya tersebut, disebut sebagai ilusi optikal. Seorang matematikawan asal Italia, Gerolomo Cardano, antara tahun 1501-1576 memperkenalkan teknologi orbem e vitro, yang kemudian disebut sebagai nenek moyang lensa kamera. Teknologi ini menggunakan dua cermin cembung yang berfungsi sebagai lensa, sehingga cahaya yang masuk mengalami dua kali pemantulan.
23
Tahukah kamu bahwa lensa mempunyai peran yang penting pada sebuah kamera. Tanpa lensa, kamera tidak akan bisa mengambil gambar. Tugas lensa adalah mengambil cahaya dari subyek agar masuk ke dalam fokus sehingga bisa menghasilkan gambar yang bagus. Pada tahun 1660-an ilmuwan Inggris yang bernama Robert Boyle dan asistennya Robert Hooke menemukan kamera portable (bisa dipindah-pindah) obscura. Pada tahun 1685, Penemuan mereka ini disempurnakan lagi oleh Johann Zahn. Kamera ini cukup praktis dan cukup kecil untuk dapat digunakan dalam bidang fotografi. Kamera ini sering kita lihat pada film-film bertema jaman dahulu. Kamera ini memakai lampu kliat yang meledak dan mengeluarkan asap. Dengan penemuan baru tersebut mulailah kamera dikenal oleh masyarakat luas. Barulah pada akhir abad ke 16, seorang ilmuwan dan penulis bernama Giovanni Battista della Porta dari Itali mengembangkan camera obscura. Ia mencoba mengadakan eksperimen dengan menggunakan sebuah lensa sederhana untuk mempertajam proyeksi bayangan yang masuk melalui lubang. Walaupun hasilnya masih jauh dari sempurna, namun langkah ini telah menandai mulai digunakannya sebuah lensa dalam pengembangan camera obscura. Pada abad ke-17, orang-orang berpendapat bahwa tidak bisa sembarang lensa yang bisa digunakan pada camera obscura. Maka dibuatlah lensa konveks yang berfungsi untuk menghasilkan gambar yang lebih jelas dan lebih tajam. Pada waktu itu kamera obscura ini sudah berbentuk menjadi sebuah kotak yang mudah untuk dibawa dan dipindahkan. Orang yang berjasa menyempurnakan kamera adalah Jacques Daguerre pada tahun 1837. Pada waktu itu ia menemukan
24
lempengan yang diletakkan dalam alat camera obscura, hingga bisa langsung menyerap proyeksi gambar yang terpantul. Teknik mencetak karya Daguerre ini kemudian disebut daguerreotype. Namun teknik ini memuliki kelemahan yaitu hanya bisa bisa mencetak gambar sebanyak satu kali. Teknik ini kemudian dijual kepada pemerintah Perancis pada tahun 1839. Teknik mencetak gambar ini kemudian menjadi tersebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Lalu muncul teknologi baru yang bisa memperbanyak foto lewat kertas film negatif. Teknik baru yang disebut dengan calotype ini ditemukan oleh William Fox Talbot dari Inggris pada tahun 1844. Meski cetakannya tidak sebagus foto Daguerre, tapi dia bisa memperbanyak hasilnya berapapun jumlahnya. Proses ini kemudian dinamakan photography, dan kemudian diakui sebagai inspirator proses foto modern. Setelah Daguerre dan William Talbot, pada tahun 1852, Frederick Scott Archer membuat temuan mencetak foto yang lebih cepat. Hanya dalam waktu 3 detik saja!! Caranya adalah dengan mencetak gambar pada saat plat film masih dalam keadaan basah. Teknik ini kemudian dinamakan collodion. Pada tahun 1871, Richard Maddox menemukan gelatin, sebuah bahan yang digunakan untuk mencetak foto. Bahan ini menggantikan piringan kaca fotografik. Dengan penemuannya ini, gambar bisa dicetak lebih banyak dan kualitasnya lebih bagus. Ketika itu, kamera sudah ada yang lebih handy alias bisa ditenteng. Ini merupakan awal dari proses produksi massal film. Tahun 1888 kamera Kodak portable box diperkenalkan oleh Eastman ke publik. Alat ini lebih ringkas dan sederhana daripada alat-alat fotografi sebelumnya. Alat ini sudah bisa digunakan oleh setiap orang, karena mudah
25
digunakan. Memasuki abad ke-20, penemuan di bidang kamera terus berlanjut dan teknik-teknik dalam fotografi pun berkembang dengan pesat. Pada tahun 1924, Leitz memperkenalkan Kamera Leica yang kecil dan sederhana dalam penggunaannya. Kamera ini kemudian menjadi standar para jurnalis di masa itu. Kemudian pada tahun 1947, Edwin Land menemukan kamera Polaroid yang memungkinkan untuk mencetak gambar secara langsung tanpa memiliki negatif film, karena film instant digunakan langsung di dalam kamera tersebut. Kamera video yang bukan hanya bisa merekam gambar bergerak, tapi juga suaranya berhasil diciptakan oleh Philips dan Sony pada tahun 1979. Mereka juga memperkenalkan kaset video sebagai media perekamnya. Kemudian pada tahun 1986, Kodak berhasil menemukan teknologi fotografi tanpa film, yakni melalui sebuah sensor pada kamera yang bisa merekam 1,4 juta elemen gambar. Kemampuan merekam gambar inilah yang kemudian disebut sebagai megapixles. Selanjutanya pada tahun 1990, Kodak memperkenalkan kamera digital pertama di dunia. 2.4.1 Film Dokumenter (Documentary Film) Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat melalui macam tujuan. Namun harus diakui film dokumenter tidak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, propaganda bagi orang atau
26
kelompok tertentu. Intinya film dokumenter berpijak pada hal-hal senyata mungkin18. 2.4.2 Film Cerita Pendek Durasi film cerita pendek biasanya berdurasi di bawah 60 menit. Di banyak Negara seperti Jerman, Australia, Kanada dan Amerika serikat film cerita pendek dijadikan eksperimen dan batu loncatan bagi perorangan/kelompok untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh mahasiswa jurusan perfilman atau yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. 2.4.3 Film Cerita Panjang Adalah film yang berdurasi lebih dari 60 menit, biasanya berdurasi 90-100 menit. Fim yang diputar dibioskop umumnya termasuk dalm kelompok film ini. Beberapa film, misalnya Into The Wild bahkan berdurasi 150 menit. Dan adapun beberapa jenis film dilayar lebar/bioskop diantaranya : 1. Film Drama Tema ini mengangkat aspek-aspek human interest sehingga sasarannya adalah perasaan penonton untuk meresapi kejadian yang menimpa tokohnya. Tema ini dikaitkan dengan latar belakang kejadiannya, seperti jika kejadian disekitar keluarga, maka disebut drama keluarga.
18
SK/41/10/110.Slamet Riyadi, Komunikasi, Peran Penata Kamera Dalam Produksi Film Doa Yang Mengancam
27
2. Film Action Tema ini dikatakan sebagai film yang berisi adegan laga, pertarungan secara fisik, peperangan, antara tokoh antagonis dan protagonis. 3. Film Komedi Film Komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan. Film komedi ini tidak harus dimainkan oleh pelawak , tetapi juga bisa oleh pemain film biasa dan selalu menawarkan sesuatu yang membuat orang tersenyum bahkan tertawa. Ada dua jenis film komedi yaitu komedi slapstick yang memeragakan adegan konyol sperti dilempar kue dan situation comedy (Sitcom) yang menghadirkan adegan lucu dari situasi yang dibentuk dalam alur drama dan irama film komedi. 4. Film Tragedi Tema ini biasanya menitik beratkan pada nasib manusia, sebuah film dengan akhir cerita tokoh utama yang akhirnya selamat dari tindak kejahatan seperti, perampokan, penculikan, pembunuhan, kecelakaan dan lain sebagainya. 5. Film Horor Adalah film yang menyajikan suasana menakutkan dan menyeramkan, yang membuat penonton bereaksi ketakutan saat menyaksikan film tersebut. Suasana horor juga didukung dengan tokoh yang menyeramkan, special effect dan pengambilan gambar yang mengagetkan penonton dengan kemunculan-kemunculan pemeran film tersebut.
28
6. Film Drama Action Drama action menyajikan tontonan yang menawarkan suasana drama dengan adegan pertengkaran fisik. Biasanya film dimulai dengan suasana drama setelah itu suasana berubah menjadi tegang disusul dengan berbagai pertengkaran bahkan adegan kekerasan. 7. Film Parodi Tema ini Merupakan duplikasi dari film-film tertentu yang diplesetkan (disindirkan). Jadi tema parodi berdimensi duplikasi film yang sudah ada sebelumnya, kemudian dibuat film barunya yang dikomedikan. 8. Film Musikal Merupakan jenis film yang diisi dengan lagu-lagu maupun irama melodis sehingga penyutradaraan, acting, penyuntingan, termasuk dialog harus dikonsepkan dengan kehadiran lagu-lagu dan irama melodis sesuai dengan kebutuhan film. 9. Film Kartun Dibuat untuk konsumsi anak-anak, sebagai film kartun sepanjang film diputar akan membuat kita tertawa karena kelucuan-kelucuan yang ditimbulkan tokoh-tokohnya. Sekalipun tujuannya menghibur, namun dapat juga film kartun mengandung unsur edukasi.
29
10. Film Berita Adalah film mengenai fakta, peristiwa, yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan harus mengandung nilai-nilai berita (news value). Dalam hal ini yang terpenting adalah peristiwanya terekam secara utuh.19 Jenis-jenis film inilah yang dikemas oleh seorang sutradara sesuai dengan tendensinya masing-masing. Ada yang tujuannya sekedar menghibur, memberi penerangan, atau mungkin kedua-duanya. Ada juga yang memasukan dogmadogma tertentu sekaligus mengjarkan pada khalayak penonton, sehingga film dianggap cukup penting dalm penyampaian pesan yang dapat membangun karakter orang. 2.5 Proses Produksi Seperti yang kita ketahui, proses pembuatan film melalui berbagai macam tahapan dan proses produksi, dimana proses tersebut dimulai dari suatu ide kreatif. 2.5.1 Tahapan Produksi Suatu produksi sebuah film yang melibatkan banyak perlengkapan, sumber daya manusia, dan dengan sendirinya membutuhkan biaya yang cukup
19
Elvinaro Ardianto,dkk,Komunikasi Massa Suatu Pengantar,Bandung,Simniosa Rekatama Media.2007
30
besar, selain itu membutuhkan suatu struktur atau organisasi yang rapih, juga perlu pelaksanaan produksi yang jelas dan effisien.20 Tahapan produksi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :21 1.
Pra Produksi (Perencanaan dan Persiapan) Tahap ini sangat penting, sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian dari pekerjaan produksi yang direncanakan sudah beres. Tahap-tahap pra produksi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : a. Penemuan Ide (Brain Storming) Pada tahapan ini dimana produser menemukan ide atau gagasan, dan meminta kepada penulis naskah untuk mengembangkan gagasan atau ide yang sudah ada, tapi didalam penemuan ide, penulis naskah tidak selalu menerima ide atau gagasan dalam mengambangkan ide yang sudah ada tapi bisa langsung memberikan ide atau gagasan yang ia miliki sendiri lalu dikembangkannya dengan berkonsultasi dahulu oleh produser maupun sutradara. b. Perencanaan Tahap ini meliputi penentapan jangka waktu kerja (Time Schedule). Penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi dan kru film. selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati.
20
Morissan, Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Ramdina Prakarsa. Jakarta, 2005, hal. 226-228 21 Darwanto , Produksi Acara Televisi, Yogyakarta : Multimedia Training Center. 1991. Hal. 27
31
c. Persiapan Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan dan surat menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan dan kebutuhan produksi yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja (Time Schedule) yang sudah ditetapkan sebelumnya. 2. Produksi Sesudah perencanaan dan persiapan selesai, pelaksanaan produksi dimulai. Sutradara bekerjasama dengan para artis dan kru, mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan (Shooting Script) menjadi susunan gambar yang bercerita. Penempatan kamera produksi berada dalam sudut-sudut jalan, sedikit sekali yang menggunakan dolly track ataupun pergerakan panning kamera.
Gambar 2.1 jenis kamera yang dipakai dalam shooting
32
Berikut beberapa perlengkapan penata fotografi: 1. Kamera fotografi Untuk menentukan posisi dan pergerakan kamera 2. Berbagai jenis dan lensa (Wide, tele, fix dll) Menentukan jenis lensa yang akan digunakan dan sesuai dengan keperluan produksi yang diinginkan. 3. Buku sketch / gambar Membuat story board untuk keperluan produksi dan pengambilan angle yang sesuai dengan lokasi produksi. 4. Laptop / komputer Mengedit dan menentukan coloring yang akan memasuki tahapan editing untuk menciptakan sinematografi / imaji dari film itu sendiri. 2.5.2 Penata Cahaya Produksi film Prosedur atau langkah kerja lighting dalam pra produksi pada dasarnya dibuat untuk mempermudah kerja seseorang. Dapat diketahui bahwa kerja penata cahaya tidak hanya sekedar menata lampu, menghidupkan, dan mematikannya akan tetapi ada prosedur yang harus dilewati sebelumnya yaitu : 1. Mempersiapkan semua kebutuhan dalam segi pencahayaan, baik dari sepesifikasi lighting hingga filter yang akan digunakan . 2. Memeriksa semua alat yang akan di pakai serta berkordinasi dengan kru. 3. Mempelajari Naskah, adalah bahan dasar ekspresi artistic suatu pementasan. Semua kreativitas yang dihasilkan mengacu pada adegan yang dipilih. Tidak hanya sutradara dan aktor yang perlu mempelajari
33
naskah. Penata cahaya pun perlu mempelajari naskah. Berbeda dengan aktor yang berkutat pada karakter tokoh peran, penata cahaya mempelajari adegan / lakon untuk menangkap maksud lakon serta mempelajari detil latar waktu, dan tempat kejadian peristiwa. 4. Diskusi Dengan Sutradara, Setelah mempelajari naskah dan mendapatkan gambaran keseluruhan kejadian peristiwa lakon, penata cahaya perlu mengetahui interpretasi dan keinginan sutradara mengenai lakon yang hendak dimainkan tersebut. Mungkin sutradara menghendaki penonjolan pada adegan tertentu atau bahkan menghendaki efek khusus dalam persitiwa tertentu. Catatan penata cahaya yang didapatkan setelah mempelajari naskah digabungkan dengan catatan dari sutradara sehingga gambaran keseluruhan pencahayaan yang diperlukan didapatkan. 5. Mempelajari desain Tata Busana, lebih khusus adalah untuk menyesuaikan warna dan bahan yang digunakan dalam tata busana. Seperti yang telah disebut di atas, bahan-bahan tertentu dapat menghasilkan refleksi tertentu serta warna tertentu dapat memantulkan warna cahaya atau menyerapnya. Untuk menghindari hal – hal yang tidak dinginkan maka kerjasama antara penata cahaya dan penata busana perlu dijalin. Hal ini berkaitan juga dengan catatan sutradara. Misalnya, dalam satu peristiwa
sutradara
menghendaki
cahaya
berwarna
kehijauan
untuk
menyimbolkan sebuah mimpi, penata busana juga membuat baju berwarna hijau untuk menegaskan suasana tersebut. Penata cahaya bisa memberikan saran penggunaan warna hijau pada busana karena warna hijau cahaya jika
34
mengenai warna hijau tertentu pada busana bisa saling meniadakan. Artinya, warna hijau yang ingin ditampilkan justru hilang. Untuk itu, diskusi dan saling mempelajari desain perlu dilakukan. 6. Membuat Konsep, Setelah mendapatkan keseluruhan gambaran dan pemahaman penata cahaya mulai membuat konsep pencahayaan. Konsep ini hanya berupa gambaran dasar penata cahaya terhadap lakon dan pencahayaan yang akan diterapkan untuk mendukung lakon tersebut. Warna, intensitas, dan makna cahaya dituangkan oleh penata cahaya pada konsepnya. Tidak hanya penggambaran suasana yang dituangkan tetapi bisa saja simbol – simbol tertentu yang hendak disampaikan untuk mendukung makna adegan. Misalnya, dalam satu adegan di ruang tamu ada gambar besar seorang pejuang yang dipasang di dinding. Untuk memberi kesan bahwa pemiliki rumah sangat mengagumi tokoh tersebut maka gambar diberi pencahayaan khusus. Juga dalam setiap perubahan dan perjalanan adegan konsep pencahayaan digambarkan. Konsep bisa ditulis atau ditambahi dengan gambar rencana dasar. Intinya, komsep ini membicarakan gagasan pencahayaan lakon yang akan dimainkan menurut penata cahaya. Selanjutnya konsep didiskusikan dengan sutradara untuk mendapatkan kesesuaian dengan rencana artistik secara keseluruhan. 7. Plot Tata Cahaya, Konsep yang sudah jadi dan disepakati selanjutnya dijabarkan secara teknis pertama kali dalam bentuk plot tata cahaya. Plot ini akan memberikan gambaran laku tata cahaya mulai dari awal sampai akhir pertunjukan. Seperti halnya sebuah sinopsis cerita, perjalanan tata
35
cahaya ditgambarkan dengan jelas termasuk efek cahaya yang akan ditampilkan dalam adegan demi adegan. Plot ini juga merupakan cue atau penanda hidup matinya cahaya pada area tertentu dalam adegan tertentu. Dengan membuat plot maka penata cahaya bisa memperhitungkan jenis lampu serta warna cahaya yang dibutuhkan, memperkirakan lamanya waktu penyinaran area atau aksi
tertentu, merencanakan pemindahan
aliran cahaya, dan suasana yang dikehendaki. 8. Menggambar Desain Tata Cahaya, Untuk memberikan gambaran teknis yang lebih jelas, perlu digambarkan tata letak lampu. Berdasar pada plot tata cahaya yang dibuat maka rencana penataan lampu bisa digambarkan. Semua jenis dan ukuran lampu yang akan digunakan digambarkan tata letaknya. Sebelum menggambarkan tata letak lampu perlu diketahui dulu simbol – simbol lampu. Simbol gambar lampu mengelami perkembangan. Hal ini berkaitan dengan jenis lampu yang tersedia dan umum digunakan. Gambar di bawah memperlihatkan simbol – simbol lampu yang biasa digunakan. 2.5.3 Penata Cahaya Produksi Film Proses pengambilan gambar di lapangan atau shooting, Pada tahap ini penata cahaya diberikan pengarahan dari seorang sutradara tentang rencana visual atau tata letak lighting serta mood yang diinginkan sutradara. Secara sistematis rencana ini dibuat kedalam breakdown script. Dengan breakdown script memudahkan
semua
element
kru
dalam
bekerja
nantinya.
Sutradara
mendiskusikan blocking lighting dan mood seperti apakah yang harus dibuat.
36
Memperhatikan perbandingan Hi Light (bagian ruang yang paling terang) dan shade (bagian yang tergelap) agar tidak terlalu tinggi atau biasa disebut Hight Contrast. Perlu memperhatikan karakteristik tata cahaya dalam kaitannya dengan kamera yang digunakan. Menjaga semua peralatan tata cahaya yang di gunakan. Bekerja sama dengan sang kameramen juga sutradara dalam penempatan lighting dan segi penataan cahaya agar sesuai dengan scene dan shoot yang di ambil. 2.5.4 Pasca Produksi Tidak banyak hal yang dilakukan oleh penata cahaya dalam tahap ini yang dilakukan penata cahaya hanya sebatas : Merawat semua equipment yang telah di pakai, agar dapat beroperasi dan digunakan untuk pembuatan / tahap selanjutnya. Me – review hasil tata cahaya yang telah di record saat produksi oleh editor. 3
Pasca Produksi (Penyelasian dan Penayangan) Pasca produksi memiliki tiga langkah utama, yaitu offline editing, online editing dan mixing. a. Offline Editing Sesudah proses produksi selesai kemudian logging, yaitu mencatat kembali semua hasil shooting dan gambar. Didalam logging time code (nomer kode yang berupa digit frame, detik, menit, dan jam dimunculkan dalam gambar) dan hasil pengambilan setiap shoot
37
dicatat. Sesudah editing kasar itu jadi, hasilnya dilihat seksama dalam screening. Sesudah hasil editing offline itu dirasa pas dan memuaskan barulah dibuat editing script. Naskah editing itu telah dilengkapi dengan uraian untuk narasi dan bagian-bagian perlu yang diisi dengan ilustrasi musik. Di dalam naskah editing, gambar dan nomer kode waktu, tertulis jelas untuk mempermudahkan pekerjaan editor. b. Online Editing Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene) diuat tepat berdasarkan catatan time code dan naskah editing. Demikian pula sound asli dimasukkan dengan level yang seimbang dan sempurna. Setelah editing online ini siap proses berlanjut dengan mixing. c. Mixing (Percampuran gambar dan suara) Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik juga sudah direkan, dimasukkan ke dalam pita hasil online editing sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi dan musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan terdengar jelas. Sesudah proses mixing ini bisa dikatakan bagian yang sangat penting dalam post production. Secara menyeluruh proses produksi juga sudah selesai. Setelah itu produksi biasanya diadakan preview. Dalam preview tidak ada lagi yang harus diperbaiki. Jika semua sudah siap, maka program/film ini siap juga untuk ditayangkan.
38
2.5.5 Peran Penata Fotografi Dalam Produksi Film Seperti dalam Kebingungan, tentang judul "sutradara/penata fotografi," mungkin ringkasan singkat pada saat menjelaskannya. Sejak awal film, ada juru kamera. Kemudian, sebagai teknik sinema dikembangkan, juru kamera menjadi cinematographer. Sebagai industri berkembang, sinematografi mengambil bidang khusus. Sinematografer seperti sekarang mengabdikan lebih dari bakatnya untuk komposisi dan pencahayaan dan meninggalkan mekanik kamera untuk anggota stafnya. Ia mengarahkan dan mengawasi upaya kru besar pekerja, dan dikenal sebagai direktur fotografi. Dia memilih komposisi, menetapkan eksposur, conceives pencahayaan, dan menunjuk filter atau fotografi controls lainnya untuk dipekerjakan. Beberapa mungkin bertanya, "Bagaimana film fotografi berbeda dari fotografi biasa?" Sementara fotografi adalah dasar untuk bidang ini, persyaratan untuk menceritakan kisah di film film telah menciptakan teknik cukup unik dari yang ada sebelumnya. Penggunaan bergerak angka, teknik pencahayaan digunakan untuk mendapatkan plastisitas, penggunaan efektif relatif singkat lensa fokus, serta kamera ponsel, adalah contoh khas sinematografi. fotografi tidak pernah mengurangi atau mengalahkan cerita yang membuka pada layar. Teknik pencahayaan kami telah memberikan pengaruhnya terhadap cabang-cabang lain dari seni. Studio komersial dan potret sering mengadopsi gaya kami dan menggunakan banyak peralatan yang dikembangkan oleh sineas. "The Director of Photography is the custodian of the heart of film making.. as the writers are of its soul.. his tool is a box with a glass window, lifeless until
39
he breathes into it his creative spirit and injects into its steel veins, the plasma of his imagination....the product of his camera, and therefore of his magic,means many things to many persons - fulfillment of an ambition...realization of dreams." Source: Rajeev Jain "Direktur Fotografi adalah penjaga jantung pembuatan film .. sebagai penulis adalah jiwa yang .. alat nya adalah kotak dengan jendela kaca, tak bernyawa sampai ia bernafas ke dalamnya semangat kreatif dan menyuntikkan ke dalam pembuluh darah baja , plasma imajinasinya .... produk kameranya, dan karena sihir itu, berarti banyak hal untuk banyak orang -. pemenuhan ambisi ... realisasi mimpi "Sumber: Rajeev Jain22
Pengertian: Yang menciptakan imaji visual film adalah sinematografer atau Pengarah Fotografi/PF. Ia adalah orang yang bertanggungjawab terhadap kualitas fotografi dan pandangan sinematik (cinematik look) dari sebuah film. Ia juga melakukan supervisi personil kamera dan pendukungnya serta bekerja sangat dekat dengan sutradara. Dengan pengetahuannya tentang pencahayaan, lensa, kamera, emulsi film dan imaji digital, seorang sinematografer menciptakan kesan/rasa yang tepat, suasana dan gaya visual pada setiap shot yang membangkitkan emosi sesuai keinginan sutradara. Tugas dan Kewajiban Sinematografer/Pengarah Fotografi/PF/DOP: 1. Tahap Praproduksi Menganalisa skenario dan membahasnya bersama sutradara dan penata artistik agar mencapai kesesuaian penafsiran untuk mewujudkan gagasan penulis skenario dan sutradara dalam bentuk nyata, dengan menciptakan
22
https://www.theasc.com/magazine/mar99/director/pg1.htm
40
konsep look dan mood yang disepakati bersama untuk menunjang penceritaan. Bersama sutradara dan penata artistik menetapkan lokasi shooting hasil dari tim hunting lokasi. Bersama sutradara, penata artistik dan departemen produksi, mengecek dan melihat ulang hasil hunting (interior/eksterior). Merencanakan letak kamera dan pencahayaan di lokasi. Kemudian membuat floorplan. Membentuk, memilih/menentukan teamwork yang dianggap memenuhi persyaratan. Menjabarkan konsep visual dalam pencapaian look dan mood (mencakup warna, pencahayaan, karakter visual, komposisi yang juga menghasilkan gerak) lebih baik dengan referensi foto/gambar yang selanjutnya didiskusikan dengan personil kamera dan pendukungnya. Menentukan kebutuhan dan menjamin semua peralatan dengan spesifikasi sesuai dengan desain visual. Kemudian mengkoordinasikan tugas personil kamera dan pendukungnya untuk menyiapkan dan memilih serta menentukan sarana peralatan dan bahan baku yang diperlukan dalam menjalankan tugasnya (membuat breakdown kebutuhan alat sesuai dengan desain floorplan). Melakukan uji coba peralatan dan bahan baku dengan uji coba filter, make up, kostum, properti dan warna set. Ikut menentukan laboratorium/studio pascaproduksi (film). 2. Tahap Produksi
41
Mempelajari breakdown script dan shooting script dimana seorang sinematografer dapat mengembangkan checklist di setiap harinya dan merencanakan berapa set up per harinya. Dalam setiap set up sinematografer harus memperhatikan lingkungan dan masalah pencahayaan. Contohnya, jika shooting eksterior, penjadwalan menjadi penting berkaitan dengan pergerakan matahari. Catatan penting: jika masuk set jangan lupa dengan block, light, rehearsal, shot. Memberikan pengarahan tegas kepada personil kamera sesuai dengan design yang sudah dibuat. Mengawasi set lampu dan waspada terhadap kontiniti. Mengarahkan dan menjaga kesinambungan suasana (atmosfer) dan format visual serta tata cahaya dari setiap shot. Menuntun dan mengembangkan teknis kreatif pencahayaan sebagai gaya dan perubahan peralatan untuk menerangi area aksi/subyek visual untuk menentukan eksposur yang tepat. Pada saat sutradara mengarahkan aktornya, sinematografer menyiapkan sudut pengambilan gambar, komposisi sesuai dengan blocking sutradara. Siap menghadapi perubahan karena situasi tertentu di luar rencana (perubahan cuaca, lingkungan set yang berubah). Memeriksa laporan kamera (camera report) dan continuity lighting log. Memberikan petunjuk kepada pihak laboratorium/studio pascaproduksi (film) mengenai processing negative (pencucian dengan bahan kimia) dan pencetakan rush copy/release copy (color grading).
42
Selalu mengingatkan tanggungjawab keselamatan personil dan seluruh sarana peralatan dan bahan baku yang dipergunakan dalam produksi. Ikut serta memeriksa hasil release copy untuk koreksi kualitas. Kebutuhan seorang sinematografer terhadap kontrol akhir melalui color timing. A. Hak-hak Sinematografer/Pengarah Fotografi/PF/DOP: Mendapatkan jumlah dan kualitas awak/kru produksi, sarana peralatan kerja dan bahan baku sesuai dengan desain produksi, serta memenuhi standar mutu. Memberikan persetujuan; sarana teknis yang akan digunakan, penetapan hasil hasil shooting yang baik (OK), memberikan persetujuan atas kualitas hasil cetakan release copy. Memberikan usul kreatif baik teknis, artistik, dan dramatik kepada sutradara dalam hal perekaman visual untuk mendapatkan hasil yang baik. Membuat catatan SUP (shot under protest) bila terpaksa merekam visual yang tidak disetujui. Jika ada perubahan yang mendasar dari konsep awal look film, sinematografer berhak diberitahu sebelumnya. 2.6 Unsur-Unsur Film Produksi film melibatkan sejumlah keahlian tenaga kreatif yang menghasilkan bahasa film yang harus dikenai karena film bercerita tentang kehidupan dan segala hal di dunia, sehingga penting untuk mengenali dan memahami teknik-teknik visual dan unsur-unsur film sebagai berikut :23
23
Sani Asrul, Cara Menilai Sebuah Film. 1986. Jakarta : Yayasan Citra
43
1. Eksekutif Produser Eksekutif Produser biasanya menjadi inisiator, pembuat proposal, dan motivator penggalangan dana untuk pembuatan film. ada beberapa produksi film yang didanai oleh departemen atau lembaga. Biasanya, wakil mereka inilah yang akan diberi jabatan sebagai eksekutif produser. Seorang eksekutif produser haruslah memiliki kemampuan sebagai berikut : a. Memiliki Kemampuan menuangkan ide dalam pembuatan film b. Mengelola dan melakukan koordinasi c. Kontribusi dan distribusi pekerjaan secara sistematis 2. Produser Produser adalah orang yang bertanggung jawab secara umum terhadap seluruh produksi. Produksi yang dimaksud bisa berupa produksi film, sinetron dan program acara televisi lainnya. Tino Saroengalo dalam diktatnya, “ Sebuah Dongeng Produksi Film”, menjelaskan bahwa produser bertanggung jawab dalam mengelola jalannya produksi film, mulai dari persiapan hingga selesai penyuntingan. Peran produser tak hanya berhenti sampai disitu, namun bisa berlanjut hingga ke masalah pemasaran film tersebut. Produser film membantu sutradara dalam mengelola proses pembuatan sebuah film. produser bekerja sebagai kepala produksi dan penggerak awal sebuah produksi film.24 Tugas dan tanggung jawab Produser : a. Mencari dan mendapatkan ide cerita untuk produksi.
24
Dennis G. Fitryan, Bekerja Sebagai Produser, Erlangga, 2010, hal. 2-8
44
b. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau skenario film. c. Menyusun rancangan produksi. d. Menyusun rencana pemasaran. e. Mengupayakan anggaran dana untuk produksi. f. Mengawasi pelaksanaan produksi melalui laporan yang diterima dari semua departemen g. Bertanggung jawab atas seluruh produksi. h. Bertanggung jawab atas seluruh produksi. 3. Sutradara Sutradara sebuah film sesuai dengan manuskrip. (pembuat film juga digunakan untuk merujuk kepada produser film). manuskrip skenario digunakan untuk mengontrol aspek-aspek seni dan drama. Pada masa yang sama, direktur mengawal petugas atau pekerja teknik dan pemeran untuk memenuhi wawasan pengarahannya. Seorang sutradara juga berperan membimbing kru teknisi dan para pemeran film dalam merealisasikan kreativitas yang dimilikinya. Sutradara bertanggung jawab atas aspek-aspek kreatif pembuatan film, baik interpretatif maupun teknis. Ia menduduki posisi tertinggi dari segi artistik dan memimpin pembuatan film. selain mengatur laku di depan kamera dan mengarahkan akting serta dialog, sutradara juga mengontrol posisi beserta gerak kamera, suara, pencahayaan dan hal-hal lain yang menyumbang kepada hasil akhir sebuh film. Diantaranya penata fotografi, penata kostum, penata kamera dan lain sebagainya. Selain itu
45
sutradara juga terlibt dalam proses pembuatan film mulai dari pra produksi, produksi, hingga pasca produksi. Tugas sutradara adalah pada tahap produksi. Namun bukan berarti sutradara tidak perlu mengetahui proses pra produksi dan pasca produksi. Pemahaman pra produksi akan mencegah sikap arogan dan tuntutan yang berlebih atas peralatan dan aspek-aspek penunjang produksi yang notabennya merupakan tugas pra produksi. Misalnya, sutradara tidak terlalu menuntut disediakan pemeran yang honornya mahal apabila ia menyadari bahwa tim budgeting tidak menganggarkan dana berlebih untuk honor pemeran. Pemahaman pasca produksi akan mencegah sutradara menginstruksikan pengambilan gambar dengan komposisi atau angle yang penyambungannya sulit dilakukan oleh editor film. 4. Penulis Skenario Skenario film atau script diibaratkan kerangka bagi tubuh manusia. Skenario yang baik dinilai dari efektifitasnya sebagai cetak biru untuk sebuah film. Skenario film harus disampaikan dalam deskripsi visual dan harus megandung ritme adegan beserta dialog yang selaras dengan tuntutan sebuah film. a. Menciptakan dan menulis dasar acuan dalam bentuk naskah/skenario atas dasar ide cerita sendiri atau dari pihak lain. b. Bagi penulis dasar acuan itu bisa dilakukan secara bertahap mulai dari ide cerita, sinopsis, (basic story), treatment dan skenario, atau bisa langsung menjadi skenario.
46
c. Bekerja dari tahap pengembangan ide (development) sampai jangka waktu terakhir (pra produksi). d. Membuat skenario dengan format yang ditentukan. e. Menjadi narasumber bagi pelaksana produksi bila diperlukan. f. Penulis skenario adalah orang yang mempunyai keahlian membuat transkripsi film. membuat film dalam bentuk tertulis. 5. Penata Artistik Berarti penyusunan segala sesuatu yang melatarbelakangi cerita film atau yang disebut dengan setting. Setting adalah tempat dan waktu berlangsungnya cerita film yang memberikan informasi lengkap. Seseorang yang ahli dalam menata ruang/lokasi pengambilan gambar sesuai dengan yang dikehendaki dalam skenario. 6. Penata Fotografi Penata fotografi bekerjasama dengan sutradara dalam menentukan shot, jenis lensa, membuat komposisi dari subjek yang hendak direkan. Ia juga bertanggung jawab memeriksa hasil shooting dan menjadi pengawas pada proses film di laboratorium agar mendapatkan hasil karya yang bagus dan sesuai dengan keinginan sutradara. 7. Cast/Pemain Akting film diartikan sebagai kemampuan berakting menjadi orang lain. Seorang pemeran harus memilikin kecerdasan untuk menguasai diri dan melakukan pengamatan serta latihan sebelum pelaksanaan shooting. Berikut syarat kita dapat menikmati akting dalam film :
47
a. Kecakapan pemain dalam menampilkan emosi tertentu b. Make up yang memuaskan Secara garis besar terdapat pembagian jenis-jenis karakter yang mewarnai cerita dalam sebuah film.25 a) Karakter Protagonis Peran protagonis adalah peran yang mewakili hal-hal positif dalam kebutuhan cerita. Peran ini biasanya cenderung menjadi tokoh
yang
tersakiti,
baik,
menderita
sehingga
akan
menimbulkan simpati terhadap penontonnya. Dalam sebuah cerita biasanya ada satu atau dua peran protagonis, dengan didamppingi tokoh yang lain, peran protagonis ini biasanya menjadi tokoh sentral/utama, yaitu tokoh yang menentukan gerak adegan. b) Karakter Sidekick Karakter ini berpasangan dengan karakter protagonis. Tugasnya membantu setiap tugas yang diemban sang karakter protagonis. Karakter ini biasanya bertindak sebagai teman, guardian, penolong, atau guru yang membantu protagonis. c) Karakter Antagonis Karakter
antagonis
selalu
berlawanan
dengan
karakter
protagonis. Peran ini mewakili hal-hal negatif dalam kebutuhan cerita. Peran ini biasanya menjadi tokoh yang menyakiti tokoh
25
Misbach Yusa Biran, Teknik Menulis Skenario Film Cerita, Pustaka Jaya, Jakarta: 75
48
protagonis. Dia adalah tokoh yang jahat sehingga menimbulkan rasa benci atau antipati penontonnya. Dalam sebuah cerita biasanya ada satu, dua atau lebih peran antagonis dibantu dengan tokoh-tokoh lain. Peran antagonis juga sering menjadi tokoh sentral/utama
dalam cerita, yang perannya
mengganggu,
melawan peran protagonis. Peran ini biasanya merupakan biang permasalahan terjadinya sebuah konflik.
d) Karakter Kontagonis Kontagonis adalah karakter yang membantu setiap aktifitas yang dilakukan karakter antagonis dengan menggagalkan langkah sang protagonis. e) Karakter Skeptis Karakter ini adalah karakter yang tidak perduli terhadap aktifitas yang
dilakukan
tokoh
protagonis.
Karakter
ini
selalu
menganggap tokoh protagonis sebagai pecundang. Walaupun bukan lawan, tokoh ini selalu muncul mengacaukan segala rencana
yang dijalankan protagonis. Karakter ini
biasa
dilambangkan sebagai tokoh yang keras kepala, mau menang sendiri pimpinan dari tokoh protagonis atau tokoh yang selalu mencurigai gerak-gerik protagonis. f) Karakter Tritagonis
49
Peran tritagonis adalah peran pendamping, baik untuk peran protagonis maupun antagonis. Peran ini biasanya menjadi pendukung atau penentang tokoh sentral/utama. Posisinya menjadi pembela tokoh yang didampinginya. Peran ini termasuk peran pembantu utama. 2.7 Prinsip-Prinsip Penata Fotografi (Direct of Photography) Kerja D.O.P sangat dekat dengan sutradara untuk mengarahkan teknik pencahayaan dan jangkauan kamera untuk setiap pengambilan gambar. “Itu adalah salah satu alasan utama kita untuk berusaha mendapatkan uang untuk mejadi entertain. Karena jika bukan karena bakat dan pengetahuan sinematografer tidak ada jalan untuk membuat dunia katakata penulis dalam gambar yang bisa dilihat semua orang,” Michael Benson26. Sutradara dan sinematografer berdiskusi untuk menentukan angle kamera, warna, penchayaan, blocking dan pergerakan kamera. Sutradara adalah kapten dari kapal. Seberapa banyak atau sebatas mana kolaborasi yang dia inginkan adalah keputusannya. “Saya melihat pekerjaan saya adalah untuk membantu sutradara dalam memvisualisasikan film. ini akan menjadi proses yang terus menerus ada banyak hubungan dengan sutradara tidak hanya sebatas profesional, sering kali menjadi teman dekat dalam kolaborasi kami.”27Darius Khondji.
26 27
Wahyu Wary Pintoko, How To Become Cameraman, Interpre, Jakarta. Hal 220 Ibid hal 221