BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Audit Internal
2.1.1
Pengertian Audit Internal Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya
memfokuskan diri pada masalah-masalah teknis akuntansi menjadi profesi yang memiliki orientasi memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen. Audit internal modern menyediakan jasa-jasa yang mencangkup pemeriksaan dan penilaian atas kontrol, kinerja, risiko, dan tata kelola (governance) perusahaan publik maupun privat. Audit internal memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Audit internal bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efesiensi dan efektivitas kinerja perusahaan. Audit internal memiliki peranan penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan risiko-risiko terkait dalam menjalankan usaha. Pengertian audit internal menurut Sawyers (2005:10) adalah: “Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisir; (3) peraturan eksternal dan kebijakan serta prosedur internal yang bias diterima telah diikuti; (4) 7
8
kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah dilakukan secara efesien dan ekonomis dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif-temuan dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.”
Sedangkan pengertian audit internal menurut Sukrisno Agus (2012:204): “Internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaan terhadap peraturan pemerintahan dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah misalnya pepraturan di bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi, dan lainlain.” Berdasarkan pengertian audit internal tersebut, audit internal merupakan sebuah penilaian yang sistematis dan objektif serta suatu kegiatan pemeriksaan yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang dapat membantu anggota organisasi tersebut dalam menjalankan tanggungjawabnya secara efektif serta mengevaluasi dan melaporkan kecukupan manajemen dalam pencapaian efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, sehingga dapat membantu manajemen dalam memberikan rekomendasi perbaikan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 2.1.2
Tujuan Audit Internal Dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaannya seorang auditor internal
memiliki acuan dalam kinerjanya. Tujuan audit internal membantu organisasi
9
dalam mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan yang sistematis, disiplin, untuk mengevaluasi dan melakukan perbaikan atas keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses yang jujur, bersih dan baik. Tujuan audit internal menurut The Chief of Internal Auditors yaitu: “The objective of internal audit to provide guidance and related matters to the organization so as to assist management in the dischange of its responsibilities for installing and maintaining controls that to ensureorganizational objective are achieved. To this end it furnishes them with analysis, appraisals, recommendation, consultatiaon and information concerning the activities reviewed.” Menurut pernyataan The Chief of Internal Auditors, tujuan audit internal adalah untuk menyediakan suatu pedoman bagi organisasi yang dapat membantu manajemen dalam melaksanakan tanggungjawabnya untuk membentuk dan memelihara pengendalian yang dapat memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi dapat tercapai. Untuk itu fungsi audit internal akan memberikan analisis, penilaian, rekomendasi, konsultasi, dan membentuk informasi mengenai aktivitas yang diperiksa. The Institute of Internal Auditors (1995:32) menyatakan bahwa seluruh aktivitas manajemen dapat terlihat dalam audit internal dimana tujuan audit internal yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
The reability and the integrity of information. Compliance with policies, plans, procedures, laws and regulations. The safeguarding of assets. The economical and efficient use of resources. The accomplishment of estabilished objectives and goals for operations and program.
10
2.1.3
Ruang Lingkup Auditor Internal Ruang lingkup dari auditor internal menurut International Professional
Practices Framework yang dikeluarkan IIA (2011:34) adalah: “The internal audit activity must evaluate and contribute to the improvement of governance, risk management, and control processes using a systematic and disciplined approach.”
Menurut Arens (2008:123) audit internal meliputi lima kategori atau komponen pengendalian yang dirancang dan diimplementasikan oleh manajemen untuk memberikan jaminan bahwa sasaran hasil pengendalian manajemen akan terpenuhi, yakni: 1. 2. 3. 4. 5.
Lingkungan kendali, Penilaian risiko, Aktivitas pengendalian, Informasi dan komunikasi, dan Pengawasan.
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa aktivitas audit internal harus mengevaluasi dan memberikan kontribusi pada perbaikan tata kelola, pengelolaan risiko, dan proses pengendalian dengan mengunakan pendekatan sistematis dan disiplin sehingga sasaran hasil pengendalian manajemen seperti lingkungan
kendali,
penilaian
risiko,
aktivitas
komunikasi, dan pengawasan akan terpenuhi.
pengendalian,
informasi,
11
2.2
Profesionalisme Auditor Internal
2.2.1
Definisi Profesionalisme Definisi profesionalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:897) adalah: “Mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.” Kata profesi itu sendiri berasal dari bahasa latin professus yang makna
semula dihubungkan dengan sumpah atau janji yang bersifat keagamaan. Oleh karena itu ada pengertian khusus yang mendasari arti profesi. Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran, dan sebagainya). Sedangkan profesional bersangkutan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya. 2.2.2
Definisi Profesionalisme Auditor Internal Menurut teori-teori mengenai definisi audit internal yang telah dibahas
sebelumnya membawa kepada konsekuensi tuntutan profesionalisme sebagai bentuk peran profesi auditor internal dalam memberikan nilai tambah pada perusahaan. Profesionalisme pada auditor internal merupakan krediabilitas dan kunci sukses dalam menjalankan fungsi dalam suatu perusahaan. Hal ini dikemukakan oleh Ratliff (2002:41) sebagai berikut: “Professionalism is any endeavor connotes status and credibility. The economic community has come to except a high degree of professionalism from internal auditor. The exceptation arises from what is becoming tradition of excellence in the profesion. Many internal auditor and their mangagers have made significant efforts to set and maintain high standards for the profession and estabilished internal
12
auditing asa a key function in the successful operation of their organization.” Dilihat dari pengertian tersebut, profesionalisme merupakan setiap usaha yang
berhubungan
erat
dengan
status,
komitmen,
dan
kredibilitas.
Kesinambungan bisnis yang menjadi harapan dan timbul dari apa yang menjadi tradisi ketika timbul tantangan di dalam profesi, oleh karena itu auditor internal dan para manajer melakukan upaya-upaya yang cukup berarti dalam menetapkan dan memelihara standar yang tinggi untuk profesi dan membangun audit internal sebagai fungsi kunci sukses dari organisasi mereka. Auditor internal yang memadai memiliki kualifikasi sebagai berikut: 1. Independensi Independen menurut The Institute of Internal Auditors (1995:7) adalah: “Independence, Internal Auditors should be independent of the activities the audit. 1) Organizational Status The organizational status of internal auditing department should be sufficient to permit the accomplishment of its audit responsibilities. 2) Objectily Internal Auditors should be objective to performing audits.” Independen memungkinkan audit internal untuk melakukan pekerjaan audit secara bebas dan objektif, juga memungkinkan audit internal membuat pertimbangan penting secara netral dan tidak menyimpang. Independen dapat dicapai melalui status organisasi dan objektivitas. Independensi menyangkut dua aspek:
13
1. Status organisasi, haruslah berperan sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas dengan baik serta mendapat dukungan dari pimpinan tingkat atas, status yang dikehendaki adalah bahwa bagian auditor internal harus bertanggung jawab pada pimpinan yang memiliki wewenang yang cukup untuk menjamin jangkauan audit yang luas, pertimbangan dan tindakan yang efektif atas temuan dan saran perbaikan. 2. Objektivitas, yaitu bahwa auditor internal dalam melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya harus memperhatikan sikap mental dan kejujuran dalam melaksanakan tugasnya. Agar dapat mempertahankan sikap tersebut hendaknya audit internal dibebaskan dari tanggung jawab operasionalnya. 2. Keahlian dan Kecermatan Profesional Menurut International Professional Practices Framework (IPPF) yang dikeluarkan The Institute of Internal Auditors (2011) auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang dibutuhkan dalam melaksanakan penugasan. Secara kolektif, aktivitas audit internal harus memiliki atau mendapatkan pengetahuan, keahlian, dan
kompetensi
tanggungjawabnya.
lain
yang
dibutuhkan
dalam
melaksanakan
14
Dalam menerapkan keahlian profesionalnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh internal auditor, yaitu: 1. Ketaan dengan standar profesi, para auditor internal harus mematuhi standar pemeriksaan yang berlaku. 2. Pengetahuan dan kecakapan, para auditor internal harus memiliki atau mendapatkan pengetahuan, kecakapan, dan disiplin ilmu yang penting dalam melaksanakan pemeriksaan. 3. Hubungan antar manusia dan komunikasi, auditor internal harus
mampu
menghadapi
orang
lain
dan
mampu
berkomunikasi secara efektif. 4. Pendidikan berkelanjutan, para auditor internal harus selalu mengembangkan diri melalui pendidikan berkelanjutan. 5. Ketelitian profesional, ketelitian profesional harus dilaksanakan dalam setiap penugasan yang dilakukan. 3. Lingkup Pekerjaan Dalam melakukan pekerjaannya audit internal memiliki ruang lingkup pemeriksaan. Dimana dalam ruang lingkup tersebut diketahui hal apa saja yang sebaiknya dilaksanakan oleh seorang audit internal. Menurut Akmal (2006:14) lingkup pekerjaan intern harus meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian manajemen serta kualitas pelaksanaan tanggungjawab yang diberikan.
15
a. Keandalan informasi: pemeriksaan intern harus memeriksa keandalan informasi keuangan dan pelaksanaan pekerjaan dan cara-cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan suatu informasi tersebut. b. Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan undang-undang: pemeriksa intern haruslah memeriksa sistem yang telah ditetapkan untuk menyakinkan apakah sistem tersebut telah sesuai dengan kebijaksanaan, rencana prosedur, hukum, dan peraturan yang memiliki akibat penting terhadap pekerjaanpekerjaan atau operasi, laporan-laporan serta harus menentukan apakah organisasi telah memenuhi hal-hal tersebut. c. Perlindungan terhadap harta: pemeriksaan internal haruslah memeriksa atau cara yang dipergunakan untuk melindungi harta atau aktiva, dan bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan berbagai harta organisasi. d. Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisisen: pemeriksaan internal harus menilai keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada. e. Pencapaian tujuan: pemeriksaan internal haruslah menilai pekerjaan, operasi, atau program untuk menentukan apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan apakah suatu pekerjaan, operasi, atau program dijalankan secara tepat dan sesuai dengan rencana.
16
4. Pelaksanaan Audit Internal Empat langkah kerja dalam pelaksanaan pemeriksaan internal menurut The Institute of Internal Auditors (1995:39) adalah: 1. Planning the Audit a. Establishing audit objective and scope of work. b. Obtaining background information about the activities to be audited. c. Determining the resources necessary to perform the audit. d. Communicating with all who need to know about the audit. e. Performing, as appropriate, a survey to become familiar with the activities, risk, and controls to identify areas for audit emphasis, and to invite auditee comments and suggestions. f. Writing the audit program. g. Determining how, when, and to whom audit result will be communicated. h. Obtaining approval of the audit work plan. 2. Examining and Evaluation Information a. Information should be collected on all matters related to the audit objective and scope of work. b. Information should be sufficient, competent, relevant, and useful to provide a sound basis for audit findings and recommendation. c. Audit produceres, including the testing and sampling techniques employed, should be selected in advance, where practicable, and expanded or altered if circumstances warrant. d. The process of collecting, analyzing, interpreting, and documenting information should be supervised to provide reasonable assurance that the auditors objectivity is maintained and that audit goals are met. e. Working papers that document the audit should be prepared by the auditor and reviewed by management of the internal auditing departement. 3. Communicating Result a. A signed, wrutten report should be issued after the audit examination is complited. b. Internal auditors should discus conclusions and recommendation at appropriate levels of management before issuing final writting report. c. Reports should be objective, clear, concise, constructive, and timely. d. Report should present the purpose, scope, and result of the audit, and where appropriate, reports should contain an expression of the auditors opinion.
17
e. Reports many include recommendation for potential improvements and acknowledge satisfactory performance and corective action. f. The auditees views about audit inclusions or recommendations may be included in the audit report. g. The director of internal auditing or designee should review and approve the final audit report before issuance and should decide to whom the report will be distributed. 4. Following Up Internal auditor should determine that corrective action was taken and is achieving the desired result, or the senior management or the board has assumed the risk of not taking corrective action on reported findings. Dari kutipan di atas, secara ringkas dalam pelaksanaan audit terdapat empat langkah yang harus dilakukan oleh auditor mulai dari perencanaan, dimana auditor menetapkan tujuan dan lingkup pekerjaan sampai
memperoleh
persetujuan
dari
rencana
audit
tersebut.
selanjutnya auditor meneliti dan mengevaluasi informasi dimana informasi yang dikumpulkan harus berkaitan dengan tujuan dan lingkup audit sampai dikeluarkannya kertas kerja oleh auditor. Setelah itu, auditor harus mengkomunikasikan hasil audit tersebut sehingga laporan hasil audit bisa disetujui dan dikeluarkan sampai akhirnya auditor harus menindaklanjuti tindakan korektif yang diambil dan mencapai hasil yang diinginkan. 5. Manajemen Bagian Audit Internal Pimpinan internal audit harus mengelola bagian audiot internal secara tepat. Menurut SPAI (2004:19) maka manajemen bagian audit harus menetapkan:
18
1. Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab: Pimpinan audit internal harus memiliki pernyataan tujuan, kewenangan dan tanggung jawab bagi bagian audit internal. 2. Perencanaan: Pimpinan audit internal harus menetapkan rencana bagi pelaksanaan tanggung jawab bagian audit internal. 3. Kebijakan dan prosedur: Pimpinan audit internal harus membuat berbagai kebijaksanan dan prosedur-prosedur secara tertulis yang akan dipergunakan sebagai pedoman oleh staf pemeriksa. 4. Manajemen personil: Pimpinan harus menetapkan program untuk menyeleksi dan mengembangkan sumber daya manusia pada bagian audit internal. 5. Eksternal auditor: Pimpinan audit internal harus menetapkan dan
mengembangkan
mutu
(jaminan
kualitas)
untuk
mengevaluasi berbagai kegiatan bagian audit internal.
2.3
Komunikasi Auditor Internal
2.3.1
Definisi Komunikasi Auditor Komunikasi adalah bagian integral dalam audit. Mulai dari perencanaan
penugasan, pelaksanaan pengujian, sampai pemantauan tindak lanjut, semuanya memerlukan keterampilan berkomunikasi untuk menghasilkan yang terbaik (BPKP, 2007).
19
Dalam Standar Profesi Audit Internal yang diterbitkan oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:103), menyatakan bahwa:
“Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengkomunikasikan rencana dan kebutuhan sumber-sumber untuk aktivitas fungsi audit internal, termasuk perubahan-perubahan interim yang signifikan kepada Dewan Komisaris dan Manajemen Senior untuk direview dan dimintakan persetujuannya. Penanggungjawab fungsi internal audit juga harus mengkomunikasikan dampak dari keterbatasan sumber-sumber.”
Berdasarkan definisi komunikasi tersebut, komunikasi dapat di definisikan sebagai transmisi informasi dari mulai perencanaan penugasan sampai dengan tindak lanjut termasuk perubahan-perubahan interim yang signifikan untuk aktivitas fungsi audit internal. Menurut Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) edisi keempat (revisi ketiga) Tahun 2007 dalam modul Teknik Komunikasi Audit menjelaskan mengenai manfaat dari komunikasi dalam audit, proses komunikasi, komunikasi antar auditor dengan auditee, dan komunikasi antar auditor dengan pihak lain, antara lain: 2.3.2
Manfaat Komunikasi dalam Audit Dengan menerapkan keterampilan berkomunikasi, pelaksanaan audit akan
berjalan secara efektif dan efisien (efektif dalam arti, audit dapat mencapai hasilhasil yang diinginkan; efisien karena proses audit dapat dilaksanakan dengan lancar sehingga sumber daya audit benar-benar digunakan untuk mencapai tujuan audit), dalam hal:
20
1. Memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam pengujian audit. Audit dapat dipandang sebagai proses pengumpulan dan pengujian informasi untuk menghasilkan simpulan dan rekomendasi. 2. Mengendalikan dan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan tim audit. Audit dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari individu-individu. Audit juga menjalankan aktivitas-aktivitas yang saling terkait. Komunikasi yang baik dalam tim akan membuat interaksi individu dan rangkaian aktivitas dalam audit dapat berjalan dengan baik. 3. Meningkatkan mutu audit. Jika aktivitas-aktivitas dasar dalam audit, seperti pengumpulan informasi, pengujian, dan penyampaian hasil audit dapat berjalan dengan lancar, maka konsentrasi tim audit dapat diarahkan pada usaha peningkatan mutu audit. 4. Memperbaiki citra auditor internal. Selama ini, auditor telah dicitrakan secara keliru, sebagai sosok yang tidak ramah, sibuk sendiri, bahkan sering dianggap sewenang-wenang. Citra-citra tersebut menyulitkan auditor dalam menjalin kerjasama dengan auditee. Auditee yang mempunyai citra yang keliru tentang auditor akan cenderung untuk tertutup, tidak mau bekerjasama, menghindar, bahkan dapat mendorong mereka untuk menghambat pekerjaan auditor. Dengan keterampilan komunikasi antar pribadi, citra ini dapat dikurangi, kemudian dibangun citra auditor yang lebih
21
terbuka, siap bekerja sama, dan memposisikan auditee sebagai mitra dalam pelaksanaan auditnya. 2.3.3
Proses dan Elemen-elemen Komunikasi
2.3.3.1 Proses Komunikasi Proses komunikasi merupakan tahap-tahap antara komunikator dengan komunikan yang menghasilkan pentransferan dan pemahaman makna. Suatu proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Proses Komunikasi Komunikator
Encoding
Pesan
Umpan Komunikator Balik Komunikator
Decoding Pesan
Sumber: BPKP, Modul Teknik Komunikasi Auditor: 2007
Proses Komunikasi Sumber komunikasi atau komunikator mengawali proses komunikasi dengan pesan yang dikemas dengan pengkodean tertentu berupa simbol-simbol. Pesan adalah sesuatu yang dikomunikasikan yang disampaikan dengan kemasan kode tertentu. Pengemasan suatu pesan melalui proses encoding memberikan kontribusi yang berarti atas keberhasilan suatu komunikasi. Encoding adalah proses untuk memilih simbol-simbol yang digunakan untuk membentuk pesan. Simbol-simbol ini bisa berbentuk verbal dan non verbal.
22
Kemudian pesan tersebut disampaikan melalui berbagai saluran yang disebut media penyaluran pesan. Penyaluran pesan secara umum dapat dibagi menjadi saluran tatap muka dan melalui media. Saluran tatap muka terjadi saat komunikator dengan komunikan dapat bertemu langsung dan bertatap muka tanpa media perantara. Sedangkan contoh komunikasi melalui media adalah surat, dokumen, telepon, dan email. Pertemuan jarak jauh menggunakan real-time video atau dikenal dengan teleconference, dapat digolongkan sebagai saluran melalui media. Sebelum pesan diterima, komunikan harus menerjemahkan simbol-simbol yang diterima ke dalam suatu ragam yang dapat dipahami oleh komunikan. Inilah yang disebut sebagai decoding pesan. Sebagaimana saat encoding, tahap decoding juga dipengaruhi oleh keterampilan, sikap, pengetahuan dan sistem sosial budaya. Tahapan terakhir dari proses komunikasi adalah umpan balik. Tahap ini merupakan pengecekan atas keberhasilan pentransferan pesan dimaksud. Tahapan ini sangat penting dalam kegiatan organisasi termasuk kegiatan pelaksanaan audit. Peran monitoring dan reviu pelaksanaan audit oleh Ketua Tim atau Pengendali Teknis merupakan salah satu media umpan balik atas penugasan audit. 2.3.3.2 Elemen-elemen Komunikasi Komunikasi merupakan faktor utama dalam perekonomian berbasis pengetahuan yang kini sedang berkembang, termasuk bagi seorang auditor dalam menjalankan tugasnya. Dalam komunikasi, terdapat elemen-elemen penting guna tersampainya informasi yang relevan. Menurut Mary Ellen (2006) elemen-elemen dari komunikasi meliputi:
23
1. 2. 3. 4. 5. 6.
People (Manusia) Messages (Isi Pesan) Channels (Saluran/Media) Noise Context Effect/Feedback
People (Manusia) dibagi menjadi dua, yaitu pengirim pesan (sender), merupakan awal dari proses komunikasi yang berasal dari suatu ide atau gagasan, bentuk ide tersebut akan dipengaruhi oleh faktor-faktor kompleks dari si pengirim, seperti: suasana hati, bingkai referensi, keadaan fisik, da faktor-faktor lainnya. Penerima pesan (receiver), penerima pesan merupakan individu yang menerjemahkan pesan dari bentuk simbol menjadi bermakna. Komunikasi terjadi hanya jika penerima memahami makna yang dimaksudkan oleh pengirim, yaitu berhasil menguraikan pesan. Messages (Isi Pesan) dapat dipilih oleh pengirim dalam penyampaiannya, tergantung kebutuhan dan keperluan dari isi pesan tersebut. isi pesan tersebut dapat dibagi menjadi pesan verbal, dan nonverbal. Dimana pesan verbal disampaikan lansung ketika pengirim dan penerima pesan bertemu lansung tanpa media perantara. Sedangkan pesan nonverbal, tersampaikan melalui penampilan laporan, surat, dll. Channels merupakan media yang dipergunakan untuk mengirim pesan. Pesan dapat disampaikan melalui komputer, telepon, ponsel, surat, memo, laporan, faks, dll. Noise merupakan suatu hal yang dapat mengganggu pengiriman pesan dalam proses komunikasi. Sehingga kemampuan pengirim dan penerima pesan dalam menyapaikan dan menerima informasi sangat diperhatikan. Context
24
berhubungan erat dengan situasi atau lingkungan dimana pengirim dan penerima pesan berada. Effect/Feedback merupakan respon yang diciptakan dari komunikasi verbal dan nonverbal, dimana feedback suatu bagian vital dalam proses komunikasi yang membantu pengirim mengetahui apakah pesan telah diterima dan dipahami, dan dapat membantu dalam pemecahan suatu masalah. 2.3.4
Komunikasi antara Auditor dan Auditee Komunikasi antara auditor dengan auditee adalah hal yang tidak bisa
diabaikan, karena keberhasilan pelaksanaan audit memerlukan dukungan dan kerjasama dari auditee. Agar terwujud komunikasi yang baik dengan auditee, setiap auditor perlu memerhatikan aturan perilaku auditor dalam interaksi dengan pihak auditee yang meliputi, (BPKP, 2007): 1. Menjaga penampilan sesuai dengan tugasnya sebagai auditor. 2. Menjalin interaksi yang sehat dengan auditee. 3. Menciptakan iklim kerja yang sehat dengan auditee. 4. Menggalang kerja sama yang sehat dengan auditee. 2.3.5
Komunikasi Auditor dengan Pihak Lain yang Terkait Selain dengan auditee, auditor juga berkomunikasi dengan pihak-pihak
lain yang terkait dengan penugasan audit. Menurut BPKP (2007) komunikasi dengan pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut: 1. Komunikasi auditor dengan Instansi Teknis. Tujuan dilakukannya komunikasi auditor dengan instansi teknis yang terkait adalah:
25
a. Untuk memperoleh informasi yang kompeten tentang suatu permasalahan yang dijumpai oleh tim audit yang memerlukan penjelasan. b. Untuk meminta konfirmasi atau penegasan tentang suatu permasalahan yang diduga akan menimbulkan kontroversi dengan pihak auditee. 2. Komunikasi auditor dengan pihak ketiga yang ada hubungan kerja dengan auditee. Komunikasi auditor dengan pihak ketiga yang memiliki hubungan kerja dengan pihak auditee dimaksudkan untuk melakukan konfirmasi tentang suatu data hasil audit guna memperoleh keyakinan tentang suatu masalah. Komunikasi tersebut pada umumnya dilakukan secara tertulis. Karena secara formal auditor tidak memiliki hubungan kerja dengan pihak ketiga tersebut, maka komunikasi ini dilakukan dengan sepengetahuan auditee, bahkan secara formal yang meminta informasi itu adalah auditee. Tetapi jawaban pihak ketiga tersebut hendaknya dapat langsung diterima oleh auditor tanpa melalui auditee. 3. Komunikasi
auditor
dengan
narasumber
atau
pakar.
Tujuan
komunikasi auditor dengan narasumber atau pakar pada prinsipnya tidak berbeda dengan tujuan komunikasi dengan instansi teknis terkait, yaitu dalam rangka memeroleh informasi yang kompeten dan konfirmasi
tentang
suatu
permasalahan
yang
diduga
akan
menimbulkan kontroversi dengan pihak auditee. Komunikasi dengan
26
narasumber atau pakar perorangan pada umumnya dilakukan secara tertulis dan dilakukan secara formal, yaitu dengan melakukan komunikasi dalam bentuk surat menyurat secara resmi. Namun demikian, untuk hal-hal yang membutuhkan penjelasan secara panjang lebar dan luas, dapat pula dilakukan secara lisan, yaitu melalui suatu seminar dengan meminta narasumber sebagai pembicara tentang masalah yang diinginkan. Hasil seminar tersebut dituangkan dalam bentuk tertulis. 4. Komunikasi auditor dengan instansi penyidik (Kejaksaan atau Kepolisian). Komunikasi dengan pihak instansi penyidik dimaksudkan untuk meningkatkan keberhasilan penanganan penyelamatan keuangan atau kekayaan negara atau daerah serta guna meningkatkan daya cegah atas kemungkinan timbulnya perbuatan yang dapat merugikan keuangan atau kekayaan negara atau daerah di kemudian hari. Komunikasi dengan pihak instansi penyidik dapat dilakukan baik secara lisan maupun secara tertulis dan bersifat formal.
2.4
Pengertian Kualitas Laporan yang dihasilkan oleh auditor internal haruslah berkualitas, karena
untuk membuat rekomendasi perbaikan dan kebijakan dalam menyelesaikan permasalahan, auditor dan manajemen perusahaan mengacu pada pelaporan hasil pemeriksaan yang dikeluarkan.
27
Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005:603) kualitas adalah: “1. Tingkat baik buruknya sesuatu; 2. Derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dsb); mutu.” 2.5
Laporan Hasil Pemeriksaan Hasil akhir dari pekerjaan auditor internal yaitu harus membuat laporan
kepada manajemen sebagai bahan laporan dan rekomendasi untuk kemajuan perusahaan. Berikut beberapa pengertian laporan hasil pemeriksaan menurut para ahli: Menurut Sukrisno Agus (2012:41) menyatakan bahwa: “Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditordikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tigkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.”
Sedangkan menurut Mulyadi (2002:432), menyatakan bahwa: “Laporan auditor harus menunjukan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.” Dari kedua kutipan di atas, laporan audit internal merupakan suatu pernyataan mengenai prinsip-prinsip akuntansi dalam tahap akhir dari proses audit laporan keuangan yang berupa dokumen atau media komunikasi auditor untuk menyampaikan informasi tentang temuan, kesimpulan dan rekomendasi hasil.
28
2.5.1
Isi Laporan Hasil Pemeriksaan Standar profesi menyebutkan bahwa laporan hasil pemeriksaan harus
dibuat oleh pemeriksa internal atas pemeriksaan yang dilakukannya, (Akmal, 2009). Pokok-pokok yang harus diperhatikan dalam penyusunan laporan hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut: 1. Laporan tertulis yang ditandatangani harus diterbitkan setelah pengujian selesai dilaksanakan. Laporan sementara dapat dipergunakan untuk memberitahukan informasi yang memerlukan perhatian segera untuk pemberitahuan ruang lingkup, atau agar manajemen tahu mengenai perkembangan pemeriksaan. Penggunaan laporan sementara ini tidak menghapuskan keharusan membuat laporan tertulis setelah pelaksanaan pemeriksaan selesai. Untuk pihak atasan unit yang diperiksa agar dibuat ringkasan laporan terpisah atau tergabung pada laporan rincinya. Laporan yang dibuat harus ditandatangani oleh pimpinan unit auditor internal atau pejabat yang ditunjuknya, tandatangan dapat dilakukan pada badan laporan atau pada surat pengantar laporan. Jika laporan disampaikan secara elektronik, unit auditor internal harus menyimpan laporan tercetak yang ditandatangani didalam filenya. 2. Berbagai kesimpulan yang dituangkan dalam laporan harus sudah didiskusikan dengan manajemen yang diperiksa.
29
Diskusi atas temuan dan rekomendasi pada umumnya telah disesaikan pada saat pelaksanaan pemeriksaan berlangsung, atau pada saat rapat penutupan pemeriksaan dilapangan atau rapat-rapat sesudahnya. Juga dapat melalui review atas konsep laporan hasil pemeriksaan oleh pimpinan dari unit organisasi yang diperiksa. Kegunaan dari diskusi dan review adalah untuk meyakinkan bahwa tidak ada kesalahpahaman atau salah tafsir dari manajemen. Pada umumnya peserta diskusi atau rapat penyampaian temuan, kesimpulan dan rekomendasi adalah para pegawai yang tahu percis mengenai hal yang dipermasalahkan. Dengan demikian mereka akan dapat membantu mengenai hal yang seharusnya dilakukan atau diambil keputusan. 3. Laporan harus objektif, jelas, singkat, akurat, konstruktif, lengkap dan tepat waktu. Laporan yang objektif adalah laporan yang mengungkapkan fakta, tidak bias dan terbebas dari distorsi, dalam temuan, kesimpulan, rekomendasi haruslah dibuat tanpa prasangka buruk. Bila dalam laporan hasil pemeriksaan terdapat kekeliruan berupa penyimpangan atau kehilangan informasi penting yang tidak disengaja, pimpinan unit pemeriksa intern harus membuat laporan tambahan untuk memberikan kekeliruan yang terjadi dan koreksinya, dan didistribusikan kepada semua pihak yang sebelumnya menerima laporan yang mengandung kekeliruan tersebut.
30
4. Laporan harus mengemukakan tentang tujuan, lingkup, dan hasil pemeriksaan
dan
jika
perlu
pemeriksa
dapat
memberikan
pendapatnya. Dalam laporan pemeriksaan walaupun bentuk dan isi laporannya bisa bermacam-macam, namun paling tdak bisa mencangkup tujuan, lingkup dan hasil pemeriksaan. Dalam laporan dapat dimasukan informasi mengenai latar belakang unit, latar belakang dan ringkasan mengenai unit organisasi, penjelasan fungsi organisasi yang diperiksa dan informasi lain yang berkaitan. 5. Laporan
harus
mengemukakan
rekomendasi
untuk
perbaikan,
pengungkapan pelaksanaan yang memuaskan dan tindak koreksi. Rekomendasi harus didasarkan pada temuan atau kesimpulan yang diperoleh, diminta untuk ditiadakan tindakan yang akan memperbaiki kondisi yang ada, menghilangkan penyebab dan menyesuaikan dengan kriterianya. Untuk menggambarkan kondisi organisasi secara seimbang dan adil maka suatu pencapaian organisasi yang memuaskan perlu dimasukkan kedalam laporan, antara lain pencantuman prestasi ini akan digunakan sebagai contoh atau pembanding bagi unit organisasi lainnya. 6. Didalam laporan dapat dimasukkan tanggapan dari manajemen yang diperiksa terhadap kesimpulan dan rekomendasi.
31
Dalam hal terjadi ketidaksepakatan maka didalam laporan harus dicantumkan pendapat masing-masing. Pendapat dari unit yang diperiksa dengan berbagai alasannya, mengapa tidak sepakat, dapat dicantumkan dalam badan laporan, ringkasan laporan, surat pengantar, atau sebagai lampiran dari laporan. 7. Pimpinan unit auditor internal atau pejabat yang ditunjuknya harus mereview dan harus mengesahkan laporan akhir sebelum diterbitkan dan memutuskan kepada siapa saja laporan akan diterbitkan. Laporan yang disetujui harus ditandatangani oleh pimpinan unit auditor internal atau pejabat alinnya yang diberi kuasa. Sebelum laporan ditandatangani pimpinan unit auditor internal harus terlebih dahulu mereview laporan tersebut. dilakukan proof reading untuk memastikan tidak ada kesalahan cetak. Laporan harus didistribusikan kepada pihak yang akan melakukan atau mengawasi tindak koreksi, dilakukan oleh unit organisasi yang diperiksa dan atasan oleh unit organisasi yang diperiksa. Kepada unit atasan organisasi yang diperiksa biasanya cukup disampaikan ringkasannya saja. Ada materi laporan yang harus dirahasiakan kepada tingkatan tertentu, maka laporan harus dipilah, jangan sampai rahasia tersebut jatuh kepada pihak yang tidak boleh tahu. 2.5.2
Bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan Dalam pemeriksaan dikenal dua bentuk laporan, yaitu bentuk bab dan
bentuk surat, (Akmal 2009:121):
32
A. Bentuk Bab Bentuk bab adalah bentuk yang membagi penyajian laporan hasil pemeriksaan dalam beberapa bab. Contoh fisik suatu laporan bentuk bab adalah sebagai berikut: 1. Kulit depan, 2. Halaman pertama, 3. Daftar isi, 4. Bagian pertama: intisari hasil pemeriksaan, Intisari hasil pemeriksaan adalah ringkasan dari uraian hasil pemeriksaan yang dibuat agar pembaca dapat mengetahui lebih cepat hal-hal pokok yang dimuat dalam laporan. 5. Bagian kedua: uraian hasil pemeriksaan, Uraian hasil pemeriksaan biasanya mempunyai uraian sebagai berikut: a) Bagian pertama Bab I pendahuluan 1) Dasar pemeriksaan, ruang lingkup dan sifat pemeriksaan serta periode yang dicakup dalam pemeriksaan 2) Informasi singkat tentang kegiatan atau program yang diperiksa a. Organisasi dan manajemen b. Latar belakang diadakannya kegiatan atau program yang diperiksa
33
c. Tujuan kegiatan atau program yang diperiksa d. Sifat dan ukuran kegiatan atau program yang diperiksa a) Bagian kedua Bab II uraian hasil pemeriksaan Di dalam bab ini
diuraikan mengenai temuan hasil
pemeriksaan, yang disusun untuk tiap temuan. Dalam masingmasing uraian temuan, jika mungkin didalamnya telah masuk semua unsur atau atribut kondisi, kriteria, akibat, sebab, dan rekomendasinya sebaiknya supaya tidak kaku maka tidak dipilah per unsur atau atribut temuan, komentar pejabat yang diperiksa, dan evaluasi atas komentar tersebut. 6. Lampiran-lampiran. B. Bentuk surat Laporan bentuk surat adalah penyajian hasil pemeriksaan secara singkat. Bentuk ini dipakai apabila informasi yang akan dilaporkan lebih singkat atau harus disampaikan dengan segera atau apabila ada alasan lainnya yang menghendaki bentuk demikian. Informasi tersebut harus memenuhi informasi yang penting seperti: 1. Dasar pemeriksaan, ruang lingkup dan sifat serta periode yang diperiksa, 2. Informasi umum tentang kegiatan yang diperiksa, 3. Temuan pemeriksaan, dan 4. Rekomendasi.
34
2.5.3
Standar Kualitas Laporan Hasil Pemeriksaan Sebagai profesi yang sudah mapan, auditor internal memiliki Standar
Profesi Audit Internal sebagai suatu sistem assurance untuk menjamin diterbitkannya laporan hasil pemeriksaan yang berkualitas. Di dalam standar tersebut dikatakan bahwa laporan hasil pemeriksaan yang berkualitas harus memenuhi kriteria-kriterianya YPIA (2008), antara lain: 1. Objektif Laporan yang objektif adalah laporan yang faktual, dengan perspektif seimbang, dan mengandung ketepatan (presisi) yang baik. Faktual, laporan harus sepenuhnya berdasarkan fakta. Semua pernyataan, figur, dan referensi harus berdasarkan bukti yang kuat. Perspektif seimbang, laporan yang objektif juga harus memuat perspektif yang seimbang atau proporsional. Temuan audit hendaknya dilihat dalam konteks tujuan dan fungsi dari kegiatan yanng diaudit. Presisi, untuk mencapai kualitas objektif, laporan audit perlu menggunakan ungkapan yang spesifik (presisi). Ungkapan yang tidak spesifik cenderung lemah dan membingungkan pembacanya. 2. Jelas Karakteristik jelas terutama berkaitan dengan transfer apa yang ada di dalam pikiran auditor kepada pikiran pembaca laporan. Laporan yang jelas memungkinkan terjadinya transfer informasi yang baik dan lengkap.
35
3. Akurat Akurat berarti tepat, laporan yang akurat adalah laporan yang secara tepat menyampaikan kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan. Selain itu laporan juga menyajikan dengan benar hasil temuan dan rekomendasi dari pemeriksaan internal. 4. Singkat Laporan yang ringkas atau singkat berarti mengurangi informasi yang tidak relevan dan yang tidak material. Penyiapan laporan yang ringkas menurut auditor untuk membuang gagasan, temuan, kata-kata, kalimat dan paragraf yang tidak membantu penyampaian pesan utama dari laporan. 5. Konstruktif Laporan audit harus menggunakan nada yang tepat. Laporan harus mempertimbangkan dampaknya terhadap pihak-pihak terkait, dan sebaiknya tidak menunjukan nama atau menekankan kesalahan perorangan. Laporan juga perlu menghindari pengungkapan hal-hal kecil yang tidak material. Penekanan laporan yang konstruktif bukanlah pada kritik atas hal-hal yang telah berlalu, melainkan pada langkah-langkah perbaikan yang diperlukan. 6. Lengkap Laporan yang lengkap adalah laporan yang berisikan otorisasi atau persetujuan
dari
pihak
yang
berwenang,
sasaran
dilakukan
pemeriksaan, dan tindak lanjut yang disarankan auditor internal untuk
36
pihak yang diperiksa dengan tujuan memperbaiki aktivitas yang telah diperiksa. 7. Tepat Waktu Agar memiliki nilai manfaat laporan audit harus disampaikan secara tepat waktu. Laporan audit bukanlah suatu dokumen historis, melainkan suatu dokumen yang perlu ditindak lanjuti. Laporan yang tepat waktu adalah yanng memungkinkan pelaksanaan tindak lanjut secara efektif. Untuk dapat menyampaikan informasi secara tepat waktu, dalam kondisi tertentu auditor perlu melakukan pembahasan langsung dengan auditee. 2.6
Hubungan
Profesionalisme
Auditor
Internal
dengan
Kualitas
Laporan Hasil Pemeriksaan Audit Internal merupakan fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam suatu organisasi atau perusahaan. Tujuan audit internal membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan yang sistematis, disiplin, untuk mengevaluasi dan melakukan perbaikan atas keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses yang jujur, bersih dan baik. Maka dari itu, auditor internal dituntut harus profesional dalam menjalankan tugasnya guna memberikan nilai tambah bagi perusahan. Yang dimaksud Profesionalisme pada audit internal itu merupakan suatu kredibilitas dan kunci sukses dalam menjalankan fungsi dalam suatu perusahaan.
37
Seorang auditor internal dapat dikatakan profesional jika menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang berkualitas. Menurut Mulyadi (2002:129) menyatakan bahwa: “Dalam
pelaksanaan
dan
penyusunan
laporannya,
auditor
wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.” Dimata manajemen, laporan merupakan satu-satunya produk audit, laporan sering dikaitkan dengan kinerja, kompetensi, dan profesionalisme audit. Laporan yang baik merefleksikan pekerjaan auditor yang sistematis dan efektif. (YPIA, 2008) Maka dengan sikap profesionalnya, seorang auditor dapat dengan mudah menghasilkan laporan yang berkualitas sesuai dengan perencanaan. Sehingga dalam pelaksanaannya auditor internal akan mendapat dukungan yang penuh dalam pengumpulan bukti-bukti, penilaian dan evaluasainya sehingga auditor internal dalam membuat laporan yang berkualitas dapat dijadikan acuan untuk mengoreksi masalah perusahaan dan pembuatan kebijakan, sehingga dapat membuat perusahaan lebih maju. 2.7
Hubungan Komunikasi Auditor Internal dengan Kualitas Laporan Hasil Pemeriksaan Dalam rangka melaksanakan tugas profesionalnya, auditor dituntut untuk
dapat selalu menjaga dan mencapai tujuan audit. Dalam mencapai hal tersebut auditor harus memperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi dalam tugasnya. Salah satunya adalah komunikasi auditor, faktor ini merupakan faktor yang sangat mempengaruhi tugas auditor dilapangan manakala secara langsung
38
maupun tidak langsung seorang auditor harus berhadapan atau berhubungan dengan auditee atau pihak lain yang terkait. Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasannya secara tepat waktu. Auditor internal dianjurkan untuk memberi apresiasi, dalam komunikasi hasil penugasan, terhadap kinerja yang memuaskan dari kegiatan yang direview. Komunikasi harus mencangkup sasaran dan lingkup penugasan, simpulan, rekomendasi dan rencana tindakannya. Komunikasi akhir penugasan, memungkinkan memuat opini keseluruhan dan kesimpulan auditor internal. Komunikasi yang disampaikan baik tertulis maupun lisan harus akurat, objektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap, dan tepat waktu (Wuryan Andayani, 2008). Komunikasi mengenai temuan yang signifikan yang diperoleh selama audit umumnya dilakukan secara tertulis. Komunikasi harus dilakukan secara tepat waktu agar memungkinkan pihak yang berhak mengambil tindakan yang tepat. (Arens, 2008). 2.8
Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian 1. Factors Determining the Internal Audit Quality in Bank: Empircal Evidence from Jordan (Ghassan Al Matarneh, 2011)
Hasil Penelitian 1. Terdapat hubungan positif antara objektivitas, kompetensi, dan kinerja auditor internal dan kualitas audit. 2. Ditemukan bahwa “kinerja” memiliki nilai rata-rata
Perbedaan 1. Variabel independen berbeda (objektivitas, kompetensi, dan kinerja) sedangkan penelitian yang akan dilakukan profesionalisme auditoror internal
39
2.
Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap Kualitas Laporan Hasil Pemeriksaan Auditor Internal studi kasus PT. Antam Tbk. (Albadra Lahdi Nisfusa, 2010)
3.
Pengaruh Profesionalisme Audit Internal terhadap Kualitas Laporan Hasil Pemeriksaan Auditor Internal pada BUMN. (Giannia Cantika Zakathy, 2012)
tertinggi, diikuti “kompetensi” dan “objektivitas”.
dan komunikasi auditor. 2. Objek penelitian berbeda (Bank Yordania), sedangkan penelitian yang dilakukan di BUMN yang berpusat di kota Bandung.
1. Hasil penelitian membuktikan bahwa profesionalisme auditor internal berpengaruh positif terhadap kualitas laporan hasil pemeriksaan auditor internal. 2. Profesionalisme auditor internal dibagi kedalam lima dimensi yaitu, independensi dan objektivitas, keahlian dan kecermatan profesional, ruang lingkup pekerjaan, dan manajemen bagian audit internal. 1. Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang kuat antara profesionalisme audit internal terhadap kualitas laporan hasil pemeriksaan auditor internal pada BUMN yang
1. Objek penelitian berbeda (PT. Antam Tbk.) sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada BUMN yang berpusat di kota Bandung. 2. Penelitian yang dilakukan bukan hanya profesionalisme auditor internal tetapi ditambah dengan komunikasi auditor.
1. Variabel independen hanya profesionalisme auditor internal, sedangkan yang akan diteliti profesionalisme auditor internal dan komunikasi auditor.
40
berpusat di kota Bandung. 2. Profesionalisme audit internal dibagi kedalam empat dimensi, yaitu: tujuan wewenang dan tanggung jawab, independensi dan objektivitas, keahlian dan kecermatan profesionalisme, dan program quality assurance dan peningkatan)
2.9
2. Dimensi profesionalisme berbeda, penelitian yang dilakukan adalah independensi, kemampuan profesional, lingkup pekerjaan, pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, manajemen bagian audit internal.
Kerangka Pemikiran Suatu perusahaan untuk mencapai keberhasilannya diperlukan adanya
kerjasama yang baik dari semua tingkatan manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Maka dari itu, manajemen harus melakukan pengawasan terhadap
semua
bidang
yang
ada
dalam
perusahaan
tersebut.
Untuk
mempermudah jalannya pengawasan maka manajemen memerlukan audit internal yang dapat membantunya dalam mencapai tujuan perusahaan. Selain itu profesionalisme dari seorang auditor internal sangat penting dalam menjaga kredibilitas perusahaan, dalam hal ini BUMN. Profesionalisme seorang auditor internal hendaknya memiliki kecakapan dalam melaksanakan setiap penugasan audit, atau paling tidak memiliki akses atas kecakapan, memiliki kecakapan dalam keahlian utama yang diperlukan dalam melakukan audit internal yang mendalam, mampu memahami orang lain dan memiliki apresiasi. Auditor
41
internal yang memadai memiliki kualifikasi seperti independensi, keahlian dan kecermatan profesional, lingkup pekerjaan, pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, dan manajemen bagian audit internal. Hal ini akan memberikan kontribusi yang besar guna membantu manajemen dalam melakukan fungsi pengawasan, karena profesionalisme merupakan kriteria untuk mengukur keberhasilan auditor internal dalam melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan. Seorang
auditor
internal
juga
harus
menerapkan
keterampilan
berkomunikasi dalam pekerjaannya, dengan begitu pelaksanaan audit akan berjalan secara efektif dan efisien. Efektif dalam arti, audit dapat mencapai hasilhasil yang diinginkan, efisien karena proses audit dapat dilaksanakan dengan lancar sehingga sumber daya audit benar-benar digunakan untuk mencapai tujuan audit. Komunikasi tersebut terjadi mulai dari adanya interaksi dari people (Manusia), messages (Isi Pesan), channels (Saluran/Media), noise, context, dan sampai pada effect/feedback sehingga komunikasi dapat tersampaikan dengan baik. Dengan memiliki sikap profesionalisme dan komunikasi yang baik dari seorang auditor, maka dengan demikian dapat menghasilkan sebuah laporan hasil pemeriksaan yang baik. Dimana laporan yang berkualitas adalah laporan yang mencangkup: objektif , jelas, akurat, singkat, konstruktif, lengkap, dan tepat waktu. Ketika seorang auditor internal sudah memiliki keahlian tersebut, maka seorang auditor internal dapat menghasilkan temuan dan kemudian memberikan rekomendasi yang harus segera ditindaklanjuti oleh manajemen, rekomendasi yang tercantum dalam laporan hasil pemeriksaan itu sendiri merupakan alat bantu
42
bagi manajemen dalam membuat keputusan yang tepat untuk kelangsungan kinerja perusahaan. Berikut ini merupakan gambar atau skema dari penjelasan di atas: Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Profesionalisme Auditor Internal (X1) 1. Independensi 2. Keahlian dan Kecermatan Profesional 3. Lingkup Pekerjaan 4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan 5. Manajemen Bagian Audit Internal Sumber: Akmal, Pemeriksaan Intern: 2006 The Institute of Internal Auditors (IIA) YPIA, Standar Profesi Audit Internal: 2004
Kualitas Laporan Hasil Pemeriksaan (Y) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Objektif Jelas Singkat Akurat Konstruktif Lengkap Tepat Waktu
Sumber: Komunikasi Auditor Internal (X2)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
People (Manusia) Messages (Isi Pesan) Channels (Saluran/Media) Noise Context Effect/Feedback
Sumber: Mery Ellen Guffey, Communication. 2006 BPKP, Modul Auditor: 2007
Teknik
Business Komunikasi
Akmal, 2006
Pemeriksaan
Intern:
YPIA, Standar Profesi Audit Internal: 2004 Sawyer, Audit Internal: 2006
43
Keterangan: 1. Garis putus-putus 2. Garis bersambung 2.10
: Hubungan simultan : Hubungan secara parsial
Hipotesis Dalam setiap penelitian terdapat permasalahan yang berbeda-beda. Maka,
suatu pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui kebenarannya, apakah hipotesis yang diperoleh hanyalah suatu anggapan atau dugaan sementara yang keberadaannya belum pasti, sehingga diperlukan pengujian hipotesis. Hipotesis menurut Arikunto (2006) adalah: “Suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.” Sehingga dari rumusan masalah tersebut penulis mengemukakan hipotesis bahwa: “Terdapat pengaruh antara profesionalisme dan komunikasi auditor internal secara simultan maupun parsial terhadap kualitas laporan hasil pemeriksaan.”