BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal hal tertentu diantaranya perbandingan persentase daging dan wool, ada tidaknya tanduk, atau asal usul ternak. Klasifikasi domba sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Klas
: Mamalia
Ordo
: Artiodactyla
Family
: Bovidae
Genus
: Ovis
Spesies
: Ovis aries
( Purbowati, 2009) Jika kita hendak memelihara ternak, maka terlebih dahulu kita perlu mengetahui sifat sifat dan seluk-beluknya. Dengan memahami semua sifat itu, berarti peternak sudah belajar dari ternak-ternak tersebut. Jangan sekali-sekali peternak ingin memaksakan kehendaknya sendiri kepada ternaknya. Jika ia bertindak demikian, maka peternak tersebut akan mengalami kegagalan total terhadap peternaknya ( Sumoprastowo, 1993 ). Peternak harus tahu dan yakin betul bagaimana dan apa keinginan ternaknya. Misalnya, dengan jalan mempelajari tentang makanan kesukaan ternak yang akan kita pelihara tersebut, kemudian tempat dan iklim manakah yang cocok bagi ternaknya. Bagaimanakah ternak tersebut berkembang biak dan
8 Universitas Sumatera Utara
sebagainya. Semboyan peternak yang jitu sebenarnya adalah “Belajar dari ternak” bukan “Ternak belajar dari peternak”. Apabila semua sifat dan keinginan ternak yang akan dipelihara telah di tangan peternak, maka segalanya akan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh ternak itu. Oleh karena itu peternak yang demikian berarti telah seia sekata menyatu dan serasi dalam memacu meningkatkan produksi peternakannya ( Sumoprastowo, 1993 ). Domba seperti halnya kambing, kerbau dan sapi, tergolong dalam famili Bovidae. Domba dan kambing pada hakikatnya merupakan 2 genus berdekatan meskipun demikian ada perbedaan yang mencolok yakni domba dan kambing tidak dapat dikawin silangkan. Hal ini berkaitan dengan domba yang memiliki kelenjar yang terdapat dibawah mata yang terbuka serta menghasilkan sekresi yang ada kalanya berlebihan, sehingga domba sering mengeluarkan air mata. Disamping itu juga terdapat kelenjar dicelah celah kukunya yang menghasilkan bau yang khas. Kelenjar tersebut akan terus bereaksi apabila domba sedang berjalan. Kelenjar ini untuk memberi petunjuk bagi domba yang tersesat dari kawan kawannya. Ciri khas yang lain dari domba adalah tanduk berpenampang segitiga yang tumbuh melilit seperti spiral ( Murtidjo, 1993 ). Seekor induk mampu melahirkan satu, dua, tiga, bahkan lebih dari tiga ekor anak dalam sekali beranak. Dua ekor anak adalah hal yang paling sering terjadi. Pada pengelolaan yang sedang sedang saja hasil kelahiran suatu peternakan berkisar 150% dari jumlah induk. Induk yang melahirkan dua ekor anak memerlukan perawatan yang lebih intensif dan dituntut keterampilan yang lebih. Kelebihan lainnya anak dapat dititipkan kepada induk lain yang bersamaan
Universitas Sumatera Utara
melahirkan yang hanya memiliki
anak tunggal atau dirawat tersendiri oleh
peternak dengan memberikan tambahan air susu sapi. Cara yang pertama adalah cara yang peling banyak ditempuh orang ( Sumoprastowo,1993 ). Dalam pelaksanaan program ini domba yang diberikan kepada peternak ialah domba kampung
yang merupakan domba asli Indonesia, domba ini
memiliki tubuh kecil, lambat dewasa, warna bulu maupun karakteristiknya tidak seragam dan hasil dagingnya relatif kecil atau sedikit. Dalam usaha melaksanakan program ketahanan pangan Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara melaksanakan berbagai sasaran, sasaran itu diantaranya seperti dibawah ini : 1. Meningkatkan produksi bahan pangan serta berkelanjutan untuk memantapkan ketahanan pangan. 2. Meningkatkan produksi pangan sumber protein untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. 3. Meningkatkan keanekaragaman dan kuantitas konsumsi pangan ( www.disnak.sumutprov.co.id ) Untuk memenuhi sasaran yang sudah ditetapkan seperti di atas Dinas Peternakan Provinsi melakukan berbagai program diantaranya adalah program pengembangan agribisnis peternanakan. Pengembangan agribisnis peternakan memerlukan berbagai strategi pendekatan alternatif serta variasi teknologi, hal tersebut tergantung kepada situasi dan kematangan usaha, juga menyangkut masalah selera konsumen, pasar dan pemasaran, kualitas produk serta tujuan usaha peternakan. Selanjutnya pengembangan ternak ruminansia besar (sapi potong, sapi perah dan kerbau) memerlukan dukungan ketersediaan pakan hijauan yang berkualitas dan berkesinambungan ( www.disnakjambi.co.id ).
Universitas Sumatera Utara
Sasaran yang diharapkan dari pengembangan agribisnis adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan produktifitas, kualitas dan produksi komoditas peternakan yang dapat dipasarkan sebagai bahan baku industri pengelolaan dan ekspor 2. Meningkatkan volume dan penerimaan ekspor serta berkurangnya pengeluaran volume dari impor ternak/hasil ternak 3. Meningkatkan kesempatan kerja produktif di pedesaan pada "on farm" dan "off farm" yang memberikan imbalan yang layak 4. Berkembangnya berbagai kegiatan usaha berbasiskan peternakan dengan wawasan agribisnis yang mampu memberikan keuntungan yang wajar 5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan investasi swasta dalam pengembangan agribisnis dan memajukan perekonomian pedesaan 6. Terpeliharanya produktifitas sumber daya alam, berkembangnya usaha peternakan, konservasi dan terjaganya kualitas lingkungan hidup ( www.disnak.sumutprov.co.id ). Pengembangan program serupa juga dilakukan Dinas Peternakan di daerah daerah yang dilakukan dengan perencanaan dan penentuan sasaran, dalam pemilihan sasaran juga Dinas Peternakan lebih selektif agar penerapan suatu inovasi yang diterapkan tidak salah sasaran sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam tujuan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Dalam rangka mendukung perkembangan usaha dan investasi di sektor peternakan, pemerintah telah menyusun berbagai langkah kebijakan. Antara lain memacu pembangunan peternakan dengan meningkatkan perannya sebagai penghasil protein hewani bernilai tinggi melalui peningkatan produksi ternak, pengamanan ternak,
Universitas Sumatera Utara
penyediaan kredit, dan penyuluhan. Meningkatkan kesehjahteraan peternak melalui peningkatan pendapatan yang diperoleh dari peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya masyarakat peternak ( Rahardi, 2006 ). Daerah yang cocok untuk mengembangbiakan domba sebagai sumber bibit adalah di daerah pegunungan, sedangkan bila ingin menggemukkan domba untuk segera dipasarkan adalah di daerah dataran rendah. Untuk kebutuhan pasar domba dapat dijual pada umur masih muda. Domba yang cocok untuk keperluan ini adalah hasil persilangan antara dua bangsa atau lebih keturunannya lebih cepat pertumbuhannya dan lebih subur ( Sodiq, 2009 ). Setelah lokasi peternakan ditentukan sesuai dengan persyaratan teknis, langkah berikutnya adalah membangun kandang. Kandang mempunyai fungsi yang sangat vital sebagai berikut : 1. Melindungi ternak dari hewan pemangsa 2. Melindungi ternak dari panasnya sinar matahari , hujan, udara yang dingin dan angin kencang 3. Mencegah ternak merusak tanaman lain yang ada disekitar peternakan 4. Membuat ternak dapat istirahat dan tidur dengan tenang 5. Menampung ternak piaraan kawin dan beranak dengan baik 6. Menampung kotoran ternak dengan
baik sehingga dapat dibersihkan dan
dikumpulkan untuk dijadikan pupuk kandang bagi tanaman 7. Memudahkan pemeliharaan sehari hari misalnya memberi pakan, minum, pengawasan terhadap penyakit dan seleksi (Cahyono, 1998 ) Hal hal yang harus diperhatikan didalam sistem perkandangan intensif adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Kandang harus dibuat yang kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama 2. Ukuran kandang harus disesuaikan dengan jumlah ternak yang dipelihara 3. Bila terdapat bagian kandang yang rusak harus segera diperbaiki 4. Kebersihan kandang harus selalu tetap terjaga, baik didalam maupun diluar kandang 5. Kandang harus cukup meperoleh sinar matahari pagi agar organisme pengganggu seperti kutu dan parasit parasit lainnya tidak dapat hidup 6. Ventilasi kandang harus cukup agar pertukaran udara berjalan dengan baik sehingga udara didalam kandang tetap sejuk dan tidak pengap 7. Kandang harus dibangun ditempat yang dekat dengan sumber air yang cukup agar kebutuhan air minum ternak tercukupi dan keperluan membersihkan kandang dan peralatan dapat tercukupi juga (Cahyono, 1998 ). Model kandang yang dapat diterapkan dalam beternak domba dan kambing adalah model kandang panggung dan model kandang berlantai tanah. Kandang sistem panggung memiliki kolong yang berfungsi menampung kotoran dan air kencing ternak, maka konstruksi lantai dibuat berjarak dengan permukaan tanah. Sistem kandang berlantai tanah tidak terdapat kolong sehingga konstruksi lantai langsung pada permukaan tanah yang sekaligus berfungsi menampung kotoran dan air kencing ternak. (Cahyono, 1998 ). Landasan Teori Cepat tidaknya mengadopsi inovasi bagi petani sangat tergantung faktor faktor ekstern dan intern. Faktor intern itu sendiri yaitu faktor sosial dan ekonomi petani. Faktor sosial diantaranya : umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman
Universitas Sumatera Utara
bertani sedangkan faktor ekonomi diantaranya adalah tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki oleh peternak dan ada tidaknya usaha tani yang dimiliki oleh petani. Faktor sosial ekonomi ini mempunyai peranan yang cukup penting dalam pengelolaan usaha tani ( Soekartawi, 1998). Adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usahataninya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor faktor sebagai berikut : 1.
Tingkat Pendidikan Petani Pendidikan
merupakan
sarana
belajar,
dimana
selanjutnya
akan
menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Petani yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat dalam melaksanakan adopsi. 2.
Umur Petani Makin muda petani biasanya mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum diketahui, sehingga dengan demikian petani berusaha untuk lebih cepat
melakukan
adopsi
inovasi
walaupun
sebenarnya
belum
berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut. 3.
Luas Pemilikan Lahan Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani yang berlahan sempit, hal ini dikarenakan keefisienan penggunaan sarana produksi.
4.
Jumlah Tanggungan Petani dengan jumlah tanggungan semakin tinggi akan semakin lamban dalam mengadopsi inovasi karena jumlah tanggungan yang besar akan
Universitas Sumatera Utara
mengharuskan petani untuk memikirkan dalam ppemenuhan kebutuhan hidup keluarganya. Petani yang memiliki jumlah tanggungan yang besar harus mampu mengambil keputusan yang tepat agar tidak mengalami resiko yang fatal, bila kelak inovasi yang diadopsi mengalami kegagalan. 5.
Tingkat Kosmopolitan Petani dengan tingkat kosmopolitan yang semakin tinggi biasanya akan semakin cepat dalam mengadopsi inovasi, karena seorang petani dalam mengadopsi inovasi dipengaruhi oleh beberapa faktor luar ( lingkungan ) dan faktor dalam diri ( pribadi ) petani.
6.
Pengalaman Bertani Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan ( Soekartawi, 1998 ) Berdasarkan cepat lambatnya para petani menerapkan teknologi melalui
penyuluh dan informasi informasi lain, dapat dikemukakan beberapa golongan petani yang terlibat di dalamnya yaitu : 2.
Golongan Inovator Dengan adanya inovasi, golongan inovator yang selalu merintis, mencoba, dan menerapkan teknologi baru dalam pertanian menjadi terpenuhi kebutuhannya dan menjadi inovator dalam menerima para penyuluh pertanian, bahkan mengajak / menganjurkan petani lainnya untuk mengikuti penyuluhan.
Universitas Sumatera Utara
Petani yang termasuk golongan ini pada umumnya adalah termasuk petani yang berada, yang memiliki lahan pertanian yang lebih luas dari petani yang rata rata memiliki sebidang lahan yang sempit ( 0,5 sampai 2,5 ) Ha di desanya. Oleh karena itu menanggung resiko dalam menghadapi kegagalan dalam setiap percobaannya, dan mampu membiayai sendiri dalam mencari infomasi
informasi guna melakukan inovasi teknologi
tersebut. 3.
Penerapan Inovasi Teknologi Lebih Dini ( Early Adopter ) Golongan
inovator mengusahakan
sendiri pembaharuan teknologi
pertanian itu dan lebih yakin setelah adanya PPL, maka golongan Early adopter adalah orang orang yang lebih dini mau menyambut kedatangan para penyuluh ke desa yang akan menyebarkan dan menerapkan teknologi pertanian. Golongan ini kadang kadang mengundang kedatangan para penyuluh dan mendampingi para penyuluh dalam mengadakan pembaharuan atau mengusahakan perubahan. 4.
Penerapan Inovasi Teknologi Awal ( Early Mayority ) Sifat dari golongan Early msyority merupakan sifat yang dimiliki kebanyakan para petani. Penetapan teknologi baru dapat dikatakan lebih lambat dari kedua golongan di atas, akan tetapi lebih mudah terpengaruh dalam hal teknologi baru itu telah meyakinkan dapat lebih dapat meningkatkan pendapatan usahataninya. Yaitu lebih meningkatkan pendapatan dan lebih memperbaiki cara kerja dan cara hidupnya.
5.
Penerapan Inovasi Teknologi Lebih Akhir ( Late Mayority )
Universitas Sumatera Utara
Termasuk dalam golongan ini petani yang pada umumnya kurang mampu, lahan pertanian yang dimiliki sangat sempit, rata rata di bawah 0,5 Ha, oleh karena itu petani selalu berbuat dengan waspada lebih hati hati karena takut mengalami kegagalan. Petani ini baru akan mau mengikuti dan menerapkan teknologi apabila kebanyakan para petani di lingkungan telah menerapkan dan benar benar dapat meningkatkan per kehidupannya 6.
Penolak Inovasi ( Laggard ) Para petani yang termasuk golongan ini adalah petani yang berusia lanjut, berumur sekitar 50 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk memberi pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara bekerja, dan cara hidupnya, petani ini berfikir apatis terhadap adanya teknologi baru ( Kartasapoetra, 1988 ).
Universitas Sumatera Utara
Kerangka Pemikiran Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan merupakan suatu program yang dibuat oleh Dinas Peternakan Provinsi yang kemudian diserahkan kepada Dinas Peternakan Kabupaten. Dinas Peternakan Kabupaten menjadi pelaksana dan pemantau yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program di lapangan. Dinas Peternakan Kabupaten memilih Kelompok Tani yang berhak untuk mendapatkan bantuan dengan penilain berdasarkan proposal yang telah diajukan. Kelompok Tani memilih anggota yang berhak untuk mendapatkan bantuan apabila anggota tersebut sudah memenuhi persyaratan sesuai keputusan Dinas Peternakan. Dalam pelaksanaan program tentunya ada masalah yang dihadapi dan upaya upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Selain hal hal tersebut juga ada faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan program yaitu karakteristik sosial ekonomi peternak. Karakteristik sosial ekonomi peternak
seperti umur, tingkat
pendidikan, lama bertani, tingkat kosmopolitan dan jumlah tanggungan keluarga. Evaluasi program perlu dilakukan agar diketahui berhasil atau tidak program berdasarkan pencapaian sasaran yang dicapai dari pelaksanaan program, seperti pertambahan ternak, ternak bisa menjadi sumber pendapatan tambahan peternak, dan sisa ternak bisa dikelola oleh peternak sebagai usaha keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Dinas Peternakan Provinsi
Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan
Dinas Peternakan Kabupaten
Kelompok Tani Karakteristik Sosial Ekonomi - Umur - Tingkat Pendidikan - Lama Bertani - Tingkat Kosmopolitan - Jumlah Tanggungan Keluarga
Anggota
Masalah
Pelaksanaan Program
Upaya
Evaluasi Perkembangan Program Pengembangan Kaswasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan
Tidak berhasil
Berhasil
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : Menyatakan Pengaruh
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis Penelitian Untuk mengarahkan penelitian sesuai dengan identifikasi masalah dan tujuan maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Faktor sosial ekonomi peternak yaitu umur, tingkat pendidikan, lamanya bertani, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan keluarga mempunyai hubungan dengan pertambahan jumlah ternak. Program
pengembangan
kawasan
integrasi
domba
dengan
perkebunan di daerah penelitian berhasil.
Universitas Sumatera Utara