6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kelompok Tani Kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri atas petani dewasa (pria atau wanita) maupun petani taruna (pemuda atau pemudi), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani (Deptan, dalam Mardikanto, 1996). Mardikanto (1993) menyatakan bahwa dalam perkembangannya menunjukkan bahwa kelompok tani tidak lagi merupakan kelompok tani yang terikat secara informal, karena pembentukannya diatur oleh surat edaran Menteri Pertanian no. 130/Mentan/II/1979, sehingga lebih tepat jika kelompok tani dinyatakan sebagai kelompok formal. Beberapa keuntungan dari pembentukkan kelompok tani itu, antara lain diungkapkan oleh Torres (Mardikanto, 1996) sebagai berikut : a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok. b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani. c. Semakin cepatnya proses perembesan (difusi) penerapan inovasi (teknologi) baru. 6
Universitas Sumatera Utara
7
d. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang (pinjaman) petani. e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) maupun produk yang dihasilkan. f. Semakin dapat membantu efisiensi pembagian air irigasi serta pengawasan oleh petani. Samsudin (1993) mengemukakan kelompok tani merupakan kumpulan petani yang bersifat non formal dan berada dalam lingkungan pengaruh kontak tani, memiliki pandangan dan kepentingan yang sama untuk mencapai tujuan bersama, dimana hubungan antara satu sama lain sesama anggota kelompok tani bersifat luwes, wajar dan kekeluargaan. Kelompok tani pada dasarnya merupakan sistem sosial yaitu suatu kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat oleh kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam kelompok ini akan terjadi suatu situasi kelompok dimana setiap petani anggota telah melakukan interaksi untuk mencapai tujuan bersama dan mengenal satu sama lain. Suhardiyono (1992) menyatakan bahwa untuk meningkatkan dinamika kelompok tani harus dikembangkan sepuluh jenis kemampuan kelompok tani yang disebut dengan sepuluh jurus kemampuan kelompok tani yang terdiri atas : 1. Menyusun rencana kerja kelompok tani. 2. Kerjasama intern kelompok tani. 3. Menerapkan teknologi baru. 4. Memecahkan masalah kelompok dan mengatasi keadaan darurat.
Universitas Sumatera Utara
8
5. Pemupukan modal usaha. 6. Kemampuan mengembangkan peralatan dan fasilitas kelompok. 7. Membina hubungan melembaga dengan kelompok tani dan instansi terkait. 8. Peningkatan produktivitas usaha tani. 9. Ketaatan terhadap perjanjian 2.2 Landasan Teori Strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan. Alat analisis yang cocok untuk merumuskan strategi tersebut adalah analisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan
(Weakness)
dan
ancaman
(Threats).
Proses
pengembalian keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (Strategic Planner) harus menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 2009). Menurut
Kartasapoetra (1985), secara kenyataan bahwa rakyat Indonesia di
pelosok-pelosok tanah air dan yang tinggal di kota-kota, dari dahulu hingga sekarang merupakan rakyat yang mampu berproduksi, tetapi secara kenyataan pula hanya sebagian kecil sekali yang mampu mengembangkan produksinya, sedangkan sebagian yang lainnya merupakan usahawan-usahawan perorangan
Universitas Sumatera Utara
9
yang sulit mengembangkan usaha produksinya (home industry) dan tetap hidup dibawah garis kemiskinan, hal ini dikarenakan : • Modal yang mereka miliki sangat terbatas, • Pengetahuan ekonomi mereka terbatas, • Usaha hanya ditujukan untuk menanggulangi kesulitan hidup keluarga, • Cara dan teknik pemasaran produksi yang menguntungkan belum dikuasai dengan wajar, • Kesadaran untuk menyatukan usaha sehingga merupakan suatu usaha yang besar masih kurang. Menurut Setiady (1985), keberhasilan kelompok tani mencapai tujuannya tergantung dari aktivitas para anggotanya, apakah mampu bekerja sama, memiliki kegairahan kerja dan mentaati segala ketentuan dan garis kebijaksanaan yang telah ditetapkan rapat anggota. Sesungguhnya dalam peran dan tugas kelompok tani untuk mempertinggi taraf hidup para anggotanya secara sekaligus terangkum peranan dan tugas kelompok tani untuk mempertinggi kecerdasan para anggota kelompok tani tersebut karena : a. Meningkatnya kesejahteraan hidup para anggota, sangat berkaitan dengan terwujudnya peningkatan pendapatan para anggotanya. b. Terwujudnya peningkatan pendapatan para anggota, dikarenakan para anggota dapat meningkatkan produksinya (baik kualitas maupun kuantitas) yang melalui usaha taninya dipasarkan dengan harga yang layak, yang memuaskan para anggotanya.
Universitas Sumatera Utara
10
c. Peningkatan produksi hanya akan tercapai, selain karena adanya kegairahan kerja para petani adalah juga karena pihak kelompok tani mampu memberikan pembinaan,
pengarahan,
dan
penyuluhan
tentang
pola
kerja
yang
menguntungkan (efektif), jenis dan kualitas komoditi yang harus diproduksi, cara dan teknik pengolahan, dan pengelolaan yang berkaitan dengan itu. d. Karena para anggota menginginkan terwujudnya peningkatan produksi, dimana mereka dapat memperoleh peningkatan pendapatan dan peningkatan taraf hidupnya maka segala pembinaan, pengarahan dan penyuluhan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dalam pembinaan, pengarahan, dan penyuluhan terkandung pengetahuan yang mudah diserap oleh mereka. Menurut Kotler (1997), memberikan penjelasan tentang mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan sebagai berikut: analisis internal merupakan proses dengan mana perencanaan strategi mengkaji pemasaran, penelitian, dan pengembangan, produksi dan operasi, sumber daya dan karyawan perusahaan, serta faktor keuangan dan
akuntansi untuk menentukan dimana perusahaan
mempunyai kemampuan yang penting, sehingga perusahaan memanfaatkan peluang dengan cara yang paling efektif dapat menangani ancaman dalam lingkungan. Sedangkan faktor tertentu dalam lingkungan eksternal dapat menyediakan dasardasar untuk mengantisipasi peluang dan merencanakan tanggapan yang tepat sesuai dengan peluang yang ada, dan juga membantu untuk melindungi kelompok tani terhadap ancaman atau mengembangkan strategi yang tepat yang dapat merubah ancaman menjadi bermanfaat bagi kelompok tani.
Universitas Sumatera Utara
11
Masih menurut Kotler (1997), untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman dapat diuraikan sebagai berikut: disini seorang kelompok tani akan berusaha mengidentifikasi peluang dan ancaman apa saja yang sedang dan akan dialami. Kedua hal ini merupakan faktor luar yang dapat mempengaruhi masa depan kelompok tani tersebut, sehingga memang perlu untuk dicatat. Dengan demikian setiap pihak yang berkepentingan akan terangsang untuk menyiapkan tindakan, baik peluang maupun ancaman perlu diberikan urutan sedemikian rupa sehingga perhatian khusus dapat diberikan kepada yang lebih penting dan mendesak. Proses penyusunan rencana strategis memulai tiga tahap yaitu: 1. Tahap pengumpulan data, 2. Tahap analisis, dan 3. Tahap pengambilan keputusan. Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu: 1. Matrik faktor strategi eksternal, 2. Matrik faktor strategi internal, dan 3. Matrik posisi Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data yang tediri atas tiga model yaitu: 1. Matrik Faktor Strategi Internal/ Internal Factors Analysis Summary (IFAS)
Universitas Sumatera Utara
12
Sebelum membuat matrik faktor strategi internal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel IFAS. a. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan). b. Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan dan nilai “rating” terhadap kelemahan bernilai negatifnya. c. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. d. Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh scoring dalam kolom 4. e. Jumlahkan scoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya. Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total skor kekuatan dan kelemahan. 2. Matrik Faktor Strategi Eksternal/External Factors Analysis Summary (EFAS) Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel EFAS. a. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman).
Universitas Sumatera Utara
13
b. Beri rating dalam masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap peluang dan nilai “rating” terhadap ancaman bernilai negatif. c. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subjektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. d. Kalikan rating pada kolom 2 dengan pada kolom 3, untuk memperoleh skoring dalam kolom 4. e. Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya. 3. Matrik Posisi Hasil analisis pada tabel matrik faktor strategi internal dan faktor eksternal dipetakan pada matrik posisi dengan cara sebagai berikut: a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman. b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut: 1. Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y < 0. 2. Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya x < 0.
Universitas Sumatera Utara
14
Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan 4 set kemungkinan alternatif strategis seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 berikut ini (Rangkuti, 2009) : Tabel 2. Matrik SWOT SW OT
Opportunities -Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal
Strength (S) Weaknesses (W) - Tentukan 5-10 faktor - Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal kekuatan internal
Strategi SO
Strategi WO
Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
meminimalkan
untuk memanfaatkan
kelemahan untuk
peluang.
Threats
Strategi ST
memanfaatkan peluang. Strategi WT
-Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal
menggunakan kekuatan
meminimalkan
untuk mengatasi ancaman
kelemahan dan menghindari ancaman
- Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan fikiran organisasi yaitu untuk memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya (Rangkuti, 2009).
Universitas Sumatera Utara
15
- Strategi ST Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman (Rangkuti, 2009). - Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada (Rangkuti, 2009). - Strategi WT Strategi ini berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman (Rangkuti, 2009). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 2009). Penelitian menunjukkan bahwa kinerja organisasi/kelompok tani dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan.
Universitas Sumatera Utara
16
Faktor Eksternal y (+) Kuadran III Strategi Turn-Around
Kuadran I Strategi Agresif
F a k t o r
I x (+) n t Kuadran IV Kuadran II e r Strategi Defensif Strategi Diversifikasi n a y (-) l Gambar 1. Matrik Posisi Dalam SWOT
x (-)
Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan organisasi tersebut sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy). Kuadran 2 : Dengan beberapa ancaman organisasi masih memiliki kekuatan dari sisi internal strategi yang harus diterapkan adalah penggunaan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi. Kuadran 3 : Organisasi memiliki kekuatan eksternal misalkan penguasaan pasar, namun masih ada beberapa kendala dari sisi internal. Fokus strategi organisasi pada kondisi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal organisasi sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Kuadran 4 : Adalah merupakan situasi yang paling sulit organisasi tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Universitas Sumatera Utara
17
2.3 Kerangka Pemikiran Dalam sehari-hari kelompok tani harus dikelola dengan berdasarkan atas kehendak dan keputusan para anggota. Para anggota yang memegang serta melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam kelompok tani. Kelompok tani yang dikelola dengan baik akan menunjukkan perkembangan yang baik pula. Perkembangan kelompok tani juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal itu antara lain : memiliki badan hukum, keanggotaan yang terbuka dan sukarela, struktur organisasi yang tertata dengan baik, lemahnya modal, partisipasi anggota rendah dan penguasaan teknologi kurang. Sedangkan untuk faktor-faktor eksternalnya adalah : potensi daerah, kebijakan pemerintah, tuntutan masyarakat untuk lebih mengembangkan kelompok tani, persaingan usaha, terbatasnya teknologi dan persepsi berbeda sesama kelompok tani. Tujuan dibentuknya kelompok tani adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota, maka dengan sendirinya kelompok tani itu akan melayani para anggotanya secara khusus. Akan tetapi, untuk mewujudkan hal tersebut terdapat berbagai masalah yang harus dihadapi kelompok tani. Maka dari itu diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan skema kerangka pemikiran dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
18
Kelompok Tani Faktor Internal 1. Memiliki badan hukum 2. Keanggotaan yang terbuka dan sukarela 3. Struktur organisasi yang tertata dengan baik 4. Lemahnya modal 5. Partisipasi anggota rendah 6. Penguasaan teknologi kurang
Kekuatan
Kelemahan
Faktor Eksternal 1. Potensi daerah 2. Kebijakan pemerintah 3.Tuntutan masyarakat untuk mengembangkan kelompok tani 4. Persaingan usaha 5. Terbatasnya teknologi 6.Persepsi berbeda sesama kelompok tani Peluang
Ancaman
Strategi Pengembangan Kelompok Tani Keterangan : : Menyatakan hubungan Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Universitas Sumatera Utara