BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Kopi (Copea spp.) dikenal sebagai bahan minuman yang memiliki aroma harum, rasa nikmat yang khas, serta dipercaya memiliki khasiat menyegarkan badan. Karena beberapa kelebihan yang dimilikinya, kopi sangat akrab dilidah dan banyak digemari tidak saja di Indonesia, tapi di mancanegara. Hingga saat ini belum diketahui sejak kapan kopi dikenal masuk ke peradaban manusia. Menurut catatan sejarah, kopi pertama kalinya dikenal di Benua Afrika, tepatnya Etiopia. Karena kopi sangat digemari oleh Bangsa Etiopia, tanaman ini selalu dibawa ketika mereka mengembara ke wilayah-wilayah lain seperti Arab, Persia (Irak), hingga Yaman (Najiyati dan Danarti, 2007). Kopi arabika memiliki banyak varietas, bergantung dari negara, iklim, dan tanah tempat kopi itu ditanam. Kopi yang berasal dari Brasil dan Etiopia ini menguasai 70 persen pasar kopi dunia. Kopi lokal semacam Toraja, Mandailing, maupun kopi luar negeri, seperti Columbia dan Brasilia, merupakan beberapa varian kopi arabika. Kopi ini memiliki aroma yang wangi, mirip percampuran bunga dan buah. Hidupnya di daerah yang sejuk dan dingin, Arabika juga mempunyai rasa asam yang tidak dimiliki kopi jenis robusta dan rasa kental saat disesap di mulut a
(Anonimus , 2012).
Kopi arabika akan tumbuh maksimal bila ditanam diketinggian 1000-2000 meter dpl. Dengan curah hujan berkisar 1200-2000 mm per tahun. Suhu lingkungan
Universitas Sumatera Utara
paling cocok untuk tanaman ini berkisar 15-24oC. Tanaman ini tidak tahan pada temperatur yang mendekati beku dibawah 4oC. Untuk berbunga dan menghasilkan buah, tanaman kopi arabika membutuhkan periode kering selama 4-5 bulan dalam setahun. Biasanya pohon arabika akan berbunga diakhir musim hujan. Bila bunga yang baru mekar tertimpa hujan yang deras akan menyebabkan kegagalan berbuah. Kopi arabika menyukai tanah yang kaya dengan kandungan bahan organik. Material organik tersebut digunakan tanaman untuk sumber nutrisi dan menjaga kelembaban. Tingkat keasaman atau pH tanah yang diinginkan kopi arabika berkisar 5,5-6. Kopi Arabika adalah jenis biji tertua dan merupakan yang paling banyak dibudidayakan. Biji kopi Arabika berharga lebih tinggi di pasar kopi karena kopi tumbuh pada ketinggian yang lebih tinggi. Biji Kopi Arabika jatuh ke tanah segera setelah matang, sehingga harus dipanen segera untuk mencegah dari rasa dan bau tanah. Kopi Arabika juga biasanya diproses secara khusus yang memakan biaya lebih tinggi (Anonimusb, 2013). Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Hosanna (2009) yang melakukan analisis usahatani, dapat diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo yaitu pupuk organik, pupuk anorganik dan tenaga kerja. Jika dilihat dari segi analisis finansial usahatani kopi di daerah penelitian layak diusahakan dan dikembangkan hal ini dapat dilihat pada nilai NPV > 0 yaitu sebesar 16,95% sedangkan nilai Net B/C > 1 yaitu sebesar 30,80. Dengan Total biaya produksi per petani adalah sebesar Rp3.194.223,89 per hektar dan pendapatan usahatani kopi adalah sebesar Rp11.536.269,54 per petani dan Rp15.642.088,95 per hektar.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Landasan Teori Menurut Rahim dan Diah (2008) usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat. Soekartawi (2002), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau faktor relationship. Menurut Mubyarto (1986) dan Soekartawi (1987), biaya usaha tani dibedakan menjadi: Biaya tetap (fixed cost): biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Yang termasuk biaya tetap adalah sewa tanah, pajak, dan penyusutan alat pertanian. Biaya tidak tetap (variable cost): biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, seperti biaya saprodi (tenaga kerja, pupuk, pestisida, dan bibit). Menurut Suratiyah (2006) pendapatan dan biaya usahatani ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari umur petani, pendidikan,
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan, pengalaman, keterampilan, jumlah tenaga kerja, luas lahan dan modal. Faktor eksternal berupa harga dan ketersedian sarana produksi. Soekartawi (2003), mengemukakan bahwa pendapatan dibagi menjadi dua bagian yaitu: Pendapatan Kotor (Penerimaan) usahatani adalah nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual, dikonsumsi oleh rumah tangga petani, dan disimpan digudang pada akhir tahun. Sedangkan Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan biaya produksi seperti upah buruh, pembelian bibit, pestiisida dan pupuk yang digunakan oleh usahatani. Pendapatan keluarga yang diperoleh petani berasal dari pendapatan bersih dijumlahkan dengan biaya tenaga kerja dalam keluarga. Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lainlain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001). Untuk menganalisa layak atau tidaknya usahatani yang dijalankan oleh petani kopi dapat dilihat melalui kriteria investasi. Berikut adalah beberapa kriteria yang sering digunakan dalam analisis kelayakan finansial adalah NPV (Net Present Value), Net Benefit/ Cost (B/C) dan IRR (Internal Rate of Return): Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) sering diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang. NPV dari suatu proyek atau gagasan usaha merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate
Universitas Sumatera Utara
tertentu. NPV merupakan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost/biaya. NPV adalah kriteria investasi yang banyak digunakan untuk mengukur apakah proyek feasible atau tidak. Rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:
NPV
Bila nilai NPV ≥ 0 maka usahatani dikatakan layak. Bila nilai NPV = 0 maka usahatani tersebut dapat mengembalikan sebesar cost of capital (discount rate). Net Benefit Cost Rasio (Benefit B/C) Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit) yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan layak untuk dilaksanakan. Demikian pula sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus Net Benefit Cost Rasio (Benefit B/C) dapat dilihat sebagai berikut:
Indikator NET B/C adalah : -
Jika Net B/C > 1, maka usahatani layak (go) untuk dilaksanakan
-
Jika Net B/C <1 maka usahatani tdk layak (not go) untuk dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
Internal Rate of Return (IRR) Internal rate of return adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan menerima/menolak rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan. Rumusnya sebagai berikut:
Bila IRR ≥ i maka usahatani dikatakan layak Bila IRR ≤ i maka usahatani dikatakan tidak layak
2.3. Kerangka Pemikiran Pengelolaan usahatani merupakan suatu tindakan petani dalam menentukan, mengorganisir dan
mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dimiliki
dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelolaan adalah usahatani yang dilakukan mendapatkan keuntungan yang seimbang. Petani dalam melakukan proses produksi (Y) untuk menghasilkan output, diperlukan
biaya
pengeluaran-pengeluaran
(TC)
yang
digunakan
dalam
mempertahankan kelangsungan proses produksi tersebut. Besarnya produksi kopi (Y) ditentukan dari penggunaan faktor-faktor produksi seperti bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan lahan. Biaya Produksi (C) adalah banyaknya penggunaan faktor-faktor produksi dikali dengan harga masing-masing harga faktor produksi, ditambah dengan biaya tetap seperti penyusutan alat-alat yang digunakan seperti: cangkul, parang, sabit, mesin semprot dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Total penerimaan (TR) petani adalah banyaknya produksi (Y) dikali dengan harga jual (Py). Selisih antara total penerimaan (TR) dengan biaya total (TC) adalah income bersih usahatani kopi yang diperoleh petani. Pendapatan bersih petani dijumlahkan dengan biaya tenaga kerja dalam keluarga adalah pendapatan keluarga. Dari hasil perhitungan pendapatan bersih usahatani kopi dapat dianalisis kelayakan usahatani. Usahatani tersebut dikatakan layak apabila menguntungkan dan dikatakan tidak layak apabila usahatani yang dijalankan mengalami kerugian atau penerimaan yang diperoleh lebih kecil dari biaya produksi yang dikeluarkan dalam menjalankan usahatani tersebut. Secara singkat kerangka pemikiran tersebut diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
PETANI
USAHATANI KOPI
Bibit Pupuk PRODUKSI
BIAYA PRODUKSI
Pestisda Tenaga Kerja
PENERIMAAN
Lahan PENDAPATAN USAHATANI
KELAYAKAN USAHATANI
Alat Analisis Kelayakan: Net B / C IRR (Internal Rate of Return) NPV (Net Present Value)
Keterangan: = Hubungan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Pendapatan Usahatani Kopi
Universitas Sumatera Utara
2.4. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Diduga penggunaan faktor-faktor produksi bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja dan lahan berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani kopi. 2. Diduga Usahatani kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan menguntungkan. 3. Diduga usahatani kopi Arabika di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintong nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan layak diusahakan dari segi analisis finansial.
Universitas Sumatera Utara