BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.Tinjauan Aspek Agronomi Cabai Cabai adalah tanaman tahunan dengan tinggi mencapai 1 meter, merupakan tumbuhan perdu yang berkayu, buahnya berasa pedas, dan tumbuh di daerah dengan iklim tropis. Secara umum cabai bisa ditanam di sembarang tempat, daerah, dan waktu. Di sembarang tempat maksudnya cabai bisa ditanam di persawahan maupun tegalan. Di sembarang daerah maksudnya cabai bisa ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi. Di sembarang waktu berarti cabai bisa ditanam saat musim kemarau atau musim penghujan. Akan tetapi, tanaman ini akan tumbuh baik di lahan dataran rendah yang tanahnya gembur dan kaya bahan organik, tekstur ringan sampai sedang, pH tanah 5,5-6,8, drainase baik, dan cukup tersedia unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Buah cabai bervariasi antara lain dalam bentuk, ukuran, warna buah, tebal kulit buah, jumlah rongga buah, permukan buah, dan tingkat kepedasan. Preferensi konsumen terhadap buah cabai bervariasi. Untuk konsumen buah segar bervariasi dari kesukaan terhadap jenisnya : cabai besar atau cabai keriting; terhadap kepedasan : pedas atau tidak pedas; dan lain-lain. Untuk konsumen industri sudah ada kriteria tersendiri sesuai dengan tujuan penggunaannya : untuk saus, tepung, atau yang lainnya (Santika, 1999).
Universitas Sumatera Utara
Jenis cabai (Capsicum sp) banyak sekali. Yang umum dikonsumsi digolongkan dalam 2 jenis, yaitu cabai besar (Capsicum annuum) dan cabai rawit (Capsicum frutescens) alias cabai kecil. Petani lebih suka menanam cabai besar dari pada cabai kecil karena hasil per hektarnya lebih banyak. Pemasarannya pun lebih mudah karena konsumennya sangat besar dan rupiah yang diraup lebih menguntungkan. Berikut ini deskripsi cabai besar yang banyak ditanam petani : 1. Cabai merah lokal. Buah yang masih muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna merah segar. Diameter pangkal buah sekitar 1,7 cm dan panjangnya 9-14 cm. Tipe percabangannya tegak. Satu hektar tanaman ini rata-rata menghasilkan 5 ton cabai segar. Bila dirawat dengan baik cabai merah sudah bisa dipanen hasilnya saat berumur 2,5 bulan. 2. Cabai keriting. Cabai ini sebenarnya tergolong cabai merah biasa. Akan tetapi penampilannya khas. Permukaan buah bergelombang. Kulit buah tipis. Pangkal buah rata dan meruncing ke ujungnya. Ketika masih muda cabai keriting ada yang berwarna hijau biasa dan ada pula yang ungu. Setelah tua warnanya merah, namun ada juga yang tetap ungu. Ukuran buah lebih kecil dari cabai merah biasa tetapi rasanya sangat pedas. Produksi rata-ratanya mencapai 7,5 ton/ha. 3. Cabai hot beauty. Merupakan cabai hibrida yang berasal dari Taiwan. Tanamannya tegak, batang cukup tinggi. Daunnya hijau kecil-kecil. Cabai hot beauty cepat berbuah.
Universitas Sumatera Utara
Buah pun terus menerus muncul. Buahnya besar, panjang, dan lurus. Warnanya merah segar dan sangat menarik. Rasanya kurang pedas dibanding cabai keriting. Potensi produksinya mencapai 30 ton/ha. Kelebihan lainnya mempunyai daya tahan simpan yang cukup lama. 4. Cabai merah besar tit dan tit super. Cabai ini banyak diusahakan di daerah Brebes, Jawa Tengah. Buahnya besar, mulus, dan lebih merah dari jenis cabai lokal lainnya. Penampilannya khas karena ujung buahnya mengecil dan bengkok. Buah cabai ini tahan pecah. Uniknya cabai ini berbunga secara serentak. Jadi, setelah 5-6 kali panen buah sudah habis semua. Potensi produksinya bisa mencapai 16 ton/ha. (Nazaruddin, 2000). Umumnya buah cabai merah di petik apabila telah masak penuh, ciricirinya seluruh bagian buah berwarna merah. Di dataran rendah masa panen pertama adalah pada umur 75 - 80 hari setelah tanam, dengan interval waktu panen 2 - 3 hari. Sedangkan di dataran tinggi agak lambat yaitu pada tanaman berumur 90 - 100 hari setelah tanam dengan interval panen 3 - 5 hari. Secara umum interval panen buah cabai merah berlangsung selama 1,5 - 2 bulan. Produksi puncak panen adalah pada pemanenan hari ke - 30 yang dapat menghasilkan 1 - 1,5 ton untuk sekali panen. Buah cabai merah yang di panen tepat masak dan tidak segera di pasarkan akan terus melakukan proses pemasakan, sehingga perlu adanya penempatan khusus. Oleh karena itu hasil produksi cabai merah sebaiknya di tempatkan pada ruang yang sejuk, terhindar dari sinar matahari, cukup oksigen dan tidak lembab (Anonimousd, 2011).
Universitas Sumatera Utara
2.2.Tinjauan Aspek Ekonomi Cabai Harga produk dibidang pertanian berbeda dengan harga produk dibidang industri dimana harga produk dibidang industri relatif konstan atau lebih banyak ditentukan oleh perusahaan. Sedangkan harga produk pertanian relatif berfluktuatif karena produk pertanian mempunyai beberapa sifat, yaitu : 1. Keadaan biologi di lingkungan pertanian, seperti hama dan penyakit dan iklim menyebabkan output pertanian bersifat musiman dan tidak kontinu. 2. Adanya time lags (waktu yang terlambat ketika keputusan dalam menggunakan input dan menjual output). Di bidang industri, waktu ini sangat dekat. 3. Keadaan pasar, khususnya struktur pasar dan berbagai anggapan tentang pasar pertanian yang menyebabkan semakin tidak menentunya harga dibidang pertanian. 4. Dampak dari institusi, seperti Bulog dan komitmen perdagangan (antara lain pengurangan tariff dan lain-lain). (Anindita, 2008). Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu dari enam jenis komoditas sayuran segar yang diekspor Indonesia ke beberapa negara seperti Malaysia dan Singapura. Besarnya minat masyarakat dunia terhadap komoditi cabai merah ini karena penggunaannya yang relatif sering dalam kehidupan sehari-hari sebagai bumbu dapur atau rempah-rempah penambah cita rasa makanan. Menurut Rukmana (1996) bahwa cabai menempati urutan paling atas di antara delapan jenis sayuran komersial yang dibudidayakan di Indonesia. Cabai
Universitas Sumatera Utara
merah (Capsicum annuum L.) biasanya diekspor dalam bentuk segar dan bentuk kering (serbuk dan utuh). Ada satu fenomena yang biasanya terjadi pada saat panen raya cabai merah, yaitu harga cabai merah yang turun drastis sedangkan jumlah panennya sangat tinggi, sehingga petani terpaksa menjual hasil panennya dengan harga rendah tersebut dan biasanya modal tanamnya tidak kembali. Petani cabai tetap menanggung resiko usaha yang sangat tinggi, yang tercermin dari lebarnya kesenjangan harga terendah dan tertinggi, yaitu antara Rp 2000/kg pada saat panen raya dan Rp 20000/kg (sampai 10 kali lipatnya) pada masa panceklik (Hutabarat dan Rahmanto, 1998). Meskipun harga pasar cabai sering naik dan turun cukup tajam, minat petani yang membudidayakannya tidak pernah surut.
2.3.Landasan Teori Menurut Basu Swastha pengertian harga adalah sebagai berikut : (Swastha, 1998) ” Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.” Harga menurut Kotler dan Amstrong (2001) adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang dan jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang dan jasa.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan : makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat kepada sesuatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Di antara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah seperti yang dinyatakan di bawah ini : 1. Harga barang itu sendiri. 2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut. 3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat. 4. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat. 5. Cita rasa masyarakat. 6. Jumlah penduduk. 7. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang. Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para
Universitas Sumatera Utara
penjual. Sebaliknya, makin rendah harga sesuatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan. Keinginan para penjual dalam menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh beberapa faktor. Yang terpenting adalah : 1. Harga barang itu sendiri. 2. Harga barang-barang lain. 3. Biaya produksi. 4. Tujuan-tujuan operasi perusahaan tersebut. 5. Tingkat teknologi yang digunakan. (Sukirno, 2005). Menurut Buana (www.fajar.co.id/news.php). assessment adalah alihbahasa dari istilah penilaian. Penilaian digunakan dalam konteks yang lebih sempit daripada evaluasi dan biasanya dilaksanakan secara internal. Penilaian atau assessment adalah kegiatan menentukan nilai suatu objek, seperti baik-buruk, efektif-tidak efektif, berhasil-tidak berhasil, dan semacamnya sesuai dengan kriteria atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya (Anonimousb, 2010). Penilaian adalah keputusan tentang nilai. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut (Anonimousc, 2010).
2.4.Kerangka Pemikiran Fluktuasi harga dari suatu barang sangat ditentukan oleh fluktuasi jumlah produksi dan juga fluktuasi tingkat konsumsi masyakat terhadap barang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Demikian juga halnya dengan produk-produk pertanian, seperti cabai merah. Fluktuasi harga cabai merah di pasaran sangat dipengaruhi oleh banyaknya jumlah cabai yang beredar di pasaran (produksi), tingkat konsumsi masyarakat terhadap cabai merah, serta banyaknya cabai impor yang masuk ke daerah tersebut. Dilihat dari sisi penawaran, produksi cabai dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor cuaca/iklim, dan biaya-biaya yang dibutuhkan selama masa produksi cabai. Faktor cuaca/iklim berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan produksi dari cabai merah. Cuaca/iklim yang tidak menentu dapat menyebabkan tanaman cabai mudah terserang penyakit serta mempertinggi resiko gagal panen. Hal ini akan menyebabkan supply cabai di pasaran berkurang sehingga menimbulkan kelangkaan. Dan pada akhirnya akan menaikkan harga jual cabai karena jumlah persediaannya yang terbatas. Dari segi biaya produksinya, tingkat produksi cabai dipengaruhi oleh harga-harga input yang digunakan selama masa produksi dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan cabai tersebut dari produsen (petani cabai) sampai ke tangan konsumen akhir. Sedangkan dari sisi permintaan, konsumsi cabai dipengaruhi oleh adanya perayaan hari raya atau hari-hari besar keagamaan lainnya, juga adanya hajatan yang diadakan di masyarakat sehingga menyebabkan tingkat konsumsi cabai naik dibandingkan hari-hari biasanya. Selain itu, masuknya cabai impor ke suatu daerah juga akan mempengaruhi harga cabai di daerah tersebut. Akan terjadi persaingan antara cabai yang diproduksi oleh petani lokal dan cabai impor yang didatangkan dari
Universitas Sumatera Utara
luar. Cabai impor yang masuk dalam jumlah besar akan menambah supply dan pada akhirnya akan menurunkan harga karena jumlah supply yang berlebihan. Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Pemasaran
Biaya Input
Hari Raya/Besar
Hajatan/Pesta
Volume Produksi
Cuaca/Iklim
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
: Menyatakan Hubungan
Keterangan :
Bibit Pupuk Pestisida Mulsa Polybag
Fluktuasi Konsumsi
Impor Cabai
Fluktuasi Produksi
Analisis Faktor
Fluktuasi Harga
Analisis Trend Linear
Universitas Sumatera Utara
2.5. Hipotesis Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah, maka diambil hipotesis penelitian yaitu : Perkembangan harga cabai di Kabupaten Deli Serdang fluktuatif dan cenderung meningkat.
Universitas Sumatera Utara