BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan teoritis
2.1.1 Kepribadian Wirausaha Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Menurut Inkles dan Smith (1997) adalah salah satu diantara ahli yang mengemukakan tentang kualitas dan sikap orang modern tercermin pada orang yang berpartisipasi dalam produksi modern yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap, nilai dan tingkah laku dalam kehidupan sosial. Menurut Allport (Hall dan Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut Sukmadinata (2003:136) kepribadian merupakan keterpaduan antara aspek-aspek kepribadian, yaitu aspek psikis seperti aku, keceerdasan, bakat, sikap, motif, minat, kemampuan, moral, dan aspek jasmaniah seperti postur tubuh, tinggi dan berat badan, indra, dll. Diantara aspek-aspek tersebut aku atau diri (self) seringkali ditempatkan sebagai pusat atau inti kepribadian. Menurut Feist (2009:86) mengatakan bahwa ”Kepribadian mencakup sistem fisik dan psikologis meliputi perilaku yang terlihat dan pikiran yang tidak terlihat, serta tidak hanya merupakan sesuatu, tetapi melakukan sesuatu.Menurut
16 Universitas Sumatera Utara
Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup : 1.
Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
2.
Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
3.
Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
4.
Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
5.
Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
6.
Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Melihat berbagai karakteristik yang dimiliki oleh seorang wirausahawan, maka sepintas semuanya berkonotasi positif. Namun jika ditelaah lebih mendalam, justru berbagai karakter yang dimiliki oleh seorang wirausahawan tersebut boleh jadi dapat menyebabkan orang-orang yang berurusan atau bekerja dengan mereka merasa kurang nyaman. Seorang wirausahawan mampu menciptakan suasana yang penuh dengan antusianisme.
17 Universitas Sumatera Utara
Menurut Steinhoff dan Burgess (1993:35) mengemukakan bahwa wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Menurut Susanto (2009:28) wirausahawan menebarkan sense of purpose (rasa tujuan). Wirausahawan merupakan seseorang yang memiliki sifat achievement-oriented (berorientasi pada prestasi), tidak menyukai pekerjaan yang repetitif dan rutin, serta memiliki tingkat energi, ketekunan, dan imajinasi yang tinggi. Kombinasi ini disertai dengan kesediaan untuk mengambil resiko yang terukur, memungkinkan para wirausahawan mentransformasikan apa yang pada mulanya terlihat sangat sederhana, tidak terdefenisi dengan baik, menjadi sesuatu yang nyata. Kepribadian yang sering tidak lazim mengakibatkan orang lain sering mengalami kesulitan bekerjasama dengan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi oleh perkembangan pribadi mereka, seperti masa-masa sulit yang harus mereka lalui di masa silam. Pengalaman masa lalu yang keras agar dapat mewujudkan harapannya, memberi warna pada pandangan mereka dikemudian hari. Berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian wirausaha adalah jiwa yang dimiliki seorang wirausaha dalam bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Dalam mengukur kepribadian Model Lima Besar (Big Five Model) digunakan sebagai dimensi pengukuran. Robbins (2009;132)
‘The Big Five’ tersebut adalah Openness, Extroversion,
Agreeableness, Conscientiousness, dan Neuroticism. 1. Ekstravensi
(extravension)
Merupakan
kepribadian
yang
mudah
bersosialisasi, bersikap positif dan berkarakter tegas.
18 Universitas Sumatera Utara
2. Mudah
akur
atau
mudah
bersepakat
(agreeableness).
merupakan
kepribadian yang menekankan saling pengertian dan kepercayaan. Keramahan dalam hubungan interpersonal memiliki ciri-ciri memiliki kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik, sabar, berempati dan menyebarkan harmoni dalam kehidupan sosial. Kepribadian yang terlalu ramah dan cenderung memiliki ciri yang ‘pekiwuh’ (dalam bahasa jawa) memudahkan terjadinya kompromi dan dapat berakibat tidak baik dalam pembuatan keputusan juga memiliki ciri tidak terlalu bersahabat dengan risiko. 3. Sifat Berhati-hati (conscientiousness). Merupakan kepribadian yang teliti, sesuai dengan peraturan atau prosedur dan memiliki keinginan tinggi untuk mempertahankan standar kinerja. Hal tersebut didorang oleh rasa tanggung jawab yang kuat dan keinginan untuk berprestasi.. 4. Neurotik (Stabilitas Emosi). Individu yang sangat sering memperlihatkan keadaan rendah diri, depresi. Padahal dalam dunia usaha atau bisnis wirausaha ditantang berbagai macam keadaan yang mungkin jauh dari bayangannya, dari perubahan yang dapat diprediksi hingga perilaku tidak menyenangkan dari rekan bisnis atau orang lain. semua hal itu memerlukan sebuah kepribadian yang optimis dan kuat 5. Openness (O) atau dapat diartikan kepribadian yang terbuka merupakan kepribadian yang terbuka terhadap segala sesuatu, terbuka terhadap semua pengetahuan, dan terbuka dan menyukai sebuah pengalaman baru, individu yang memiliki kepribadian terbuka cenderung
tidak takut pada sebuah
19 Universitas Sumatera Utara
tantangan baru, lebih imajinatif karena memiliki keterbukaan terhadap semua hal dan sering menampilkan kreatifitas yang tinggi
2.1.2 Pengetahuan Kewirausahaan Pengetahuan kewirausahaan adalah kemampuan untuk mengenali atau menciptakan peluang dan mengambil tindakan untuk sesuatu yang perlu diketahui mengenai kewirausahaan yang diperoleh dari sumber-sumber informasi. Seorang pengusaha harus memiliki modal pengetahuan yang cukup pribadi untuk dapat menciptakan nilai atau kekayaan melalui penggunaan modal pengetahuan. Pemilik usaha perlu memahami pengetahuan dimulai dengan kemampuan untuk memperoleh, mengembangakan usaha, mengelola, memanfaatkan informasi pengetahuan dan pemahaman organisasi serta mengelola pengetahuan pekerja. Menggunakan pengetahuan kewirausahaan untuk menunjukkan bahwa pengusaha memulai sebuah usaha perusahaan yang didasarkan pada pengetahuan kerja. Pengetahuan berwirausaha adalah segala sesuatu yang diketahui seseorang tentangberwirausaha. Setiap orang pasti punya pikiran, tapi hanya sedikit yang punya ide, sehingga dalam berwirausaha diperlukan pengetahuan sehinggaideide/gagasan
yang
kreatif
dan
inovatif
dapat
memunculkan
bentuk-
bentukwirausaha yang terus aktual dan memiliki trend dalam kebutuhan konsumen. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara
20 Universitas Sumatera Utara
baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untukmemberikan kepuasan kepada konsumen (Suryana 2003 : 13). Pengalaman berusaha bisa diperoleh dari bimbingan sejak kecil yang diberikan oleh orang tua yang berprofesi wirausaha atau dari pengalaman kerja dari suatu organisasi entrepreneurial. Berdasarkan penemuan di atas dalam penelitian ini pengalaman akan dilihat pengaruhnya pada keberhasilan usaha. Adapun yang dimaksud pengalaman disini adalah pernah tidaknya seorang wirausaha terlibat dalam pengelolaan usaha sejenis sebelum dia memulai usaha sendiri. Proses pembelajaran mencerminkan adanya kemauan untuk menanggapi perubahan. Karena sistemnya yang informal, usaha kecil lebih mudah melakukanproses saling belajar. Sebab, sistemnya masih sederhana, biasanya terjadi interaksi langsung antara karyawan dan wirausaha. Bukan hanya wirausaha, karyawan pun dituntut keterampilan tertentu untuk bisa membuat suatu produk baru. Bahkan karena pengalamannya dalam membuat produk, suatu ide kreatif bisa muncul dari karyawan, bukan dari wirausaha. Dalam hal ini, justru wirausahalah yang harus belajar dari karyawan. Dengan demikian akan selalu terjadi proses pembelajaran. Asumsinya adalah bahwa usaha yang mau belajar terus menerus akan membari sumbangan positif pada terlaksananya manajemen yang inovatif. Beberapa pengetahuan yang harus dimiliki wirausaha adalah:
21 Universitas Sumatera Utara
a. Pengetahuan
mengenai
usaha
yang
akan
dimasuki/dirintis
dan
lingkunganusaha yang ada. b. Pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab. c. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. Sedangkan keterampilan yang harus dimiliki wirausaha diantaranya: a. Keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan resiko. b. Keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah. c. Keterampilan dalam memimpin dan mengelola. d. Keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi. e. Keterampilan teknik usaha yang akan dilakukan. Untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses tentu saja harus memiliki kompetensi dalam menghadapi resiko dan tantangan. Oleh sebab itu, ia harus memiliki kompetensi kewirausahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Michael Harris (dalam Suryana:2010:5), “…wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi, yaitu yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan kualitas individual yang meliputi sikap, motivasi, nilai-nilai pribadi, serta tingkahlaku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan kewirausahaan. Kewirausahaan atau dulu juga disebut kewiraswastaan merupakan suatu profesi yang timbul, karena interaksi antara ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dengan seni yang hanya dapat diperoleh dari suatu rangkaian kerjayang diberikan dalam praktek. Oleh karena itu, seorang wirausaha,
22 Universitas Sumatera Utara
melakukan kegiatan mengorganisasikan berbagai faktor produksi sehingga menjadi suatu kegiatan ekonomi yang menghasilkan profit yang merupakan balas jasa atas kesediaannya mengambil resiko. Menurut Anoraga (2009:27) kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan/masyarakat, dengan selalu berusaha mencari pelanggan lebih banyak dan melayani pelanggan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efesien, melalui keberanian menggambil resiko, kreatifitas dan inovasi serta kemampuan manajemen. Kewirausahaan merupakan suatu proses penciptaan nilai dengan menggunakan berbagai sumber daya tertentu untuk mengeksploitasi peluang. 1. Proses Berwirausaha Proses yang mendorong seseorang untuk berwirausaha adalah keinginan berprestasi, sifat penasaran, berani menanggung resiko, pendidikan, dan pengalaman. 2. Faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk berwirausaha a. Faktor lingkungan, seperti peluang, pengalaman, dan kreativitas. b. Proses pemicu: diantaranya, tidak puas dengan pekerjaan yang dijalani sekarang, pemutusan hubungan kerja atau belum mendapatkan pekerjaan baru dan minat terhadap bisnis karena orng tua/saudara juga memiliki bisnis.
23 Universitas Sumatera Utara
3. Proses Pelaksana a. Proses awal 1. Siap mental 2. Komitmen yang tinggi 3. Visi untuk mencapai tujuan b. Pada proses pertumbuhan 1. Pembentukan tim kerja yang kompak 2. Strategi usaha yang mantap 3. Adanya produk yang dapat dibanggakan 4. Adanya struktur dan budaya yang mantap 5. Kebijakan pemerintah yang mendukung. Wirausaha (entrepreneur) merupakan seseorang yang mengambil resiko yang diperlukan untuk mengorganisasikan dan mengelola suatu bisnis dan menerima imbalan/balas jasa berupa profit finansial maupun non finansial. Untuk melaksanakan cita-cita (ide) menjadi suatu kenyataan tentu memerlukan usaha dan manajemen terhadap sumber daya yang ada. Demikian pula dengan resiko yang sebelumnya sudah diperkirakan dan diperhitungkan, pada akhirnya tetap menjadi tanggung jawab si wirausaha itu sendiri. Disinilah letak keberanian seorang wirausaha untuk mengambil keputusan bisnis dan menanggung semua resiko dari bisnis yang dilakukannya. Ada 4 tipe wirausaha yaitu : 1. Kelompok wirausaha yang tidak memiliki bayangan dan cita-cita untukmenjadi besar. Bagi kelompok ini, sudah merasa cukup bila hasil bisnisnya dapat memenuhi kebutuhan keluarganya.
24 Universitas Sumatera Utara
2. Kelompok wirausaha yang gagal dalam bisnisnya. Kelompok ini bisnisnya berkembang sangat pesat, namun sampai tahap tertentu bisnisnya tidak terkendali. 3. Kelompok wirausaha yang sukses sesama pemilik modal/bisnis masih hidup. Kelompok ini melalaikan siapa yang menggantikannya atau meneruskan bisnisnya. 4. Kelompok wirausaha yang menyadari bahwa usahanya tidak dapat berkembang lebih jauh lagi, kalau tidak mengembangkan sumber daya manusianya. Proses untuk mengembangkan sebuah usaha baru terjadi pada proses kewirausahaan (entreupreneur process), yang melibatkan lebih dari sekedar penyelesaian masalah dalam suatu posisi manajemen. Seorang pengusaha harus menemukan, mengevaluasi, dan mengembangkan sebuah peluang dengan mengatasi kekuatan yang menghalangi terciptanya suatu yang baru. Proses ini memilki empat tahap yang berbeda: 1) Identifikasi dan evaluasi peluang 2) Pengembangan rencana bisnis 3) Penetapan sumber daya yang dibutuhkan 4) Manajemen perusahaan yang dihasilkan. Identitas peluang dan evaluasi merupakan tugas yang sangat sulit. Sebagian besar peluang bisnis yang baik tidak muncul secara tiba-tiba melainkan merupakan hasil ketajaman seseorang pengusaha melihat kemungkinan pada beberapa kasus, pembentukan mekanisme yang dapat mengidentifikasi peluang potensial. Prospektif kewirausahaan disajikan pada Tabel 2.1.
25 Universitas Sumatera Utara
Identifikasi dan evaluasi peluang 1. Penilaian peluang 2. Penciptaan dan jejak 3. Nilai peluang yang rill dan diketahui 4. Risiko dan pengembalian dari peluang-peluang bisnis
Tabel 2.1 Prospektif Kewirausahaan Pengembangan Kebutuhan rencana bisnis Sumber Daya 1. 2. 3.
Halaman judul 1. Daftar isi Ringkasan 2. Eksekutif 4. Bagian Utama 5. Deskripsi bisnis 6. Deskripsi Industri 3. 7. Perencanaan Teknologi 8. Rencana Pemasaran 9. Rencana Organisasi 10. Rencana keuangan 11. Rencana produksi 12. Rencana operasi
Menentukan sumber daya Mengidentifikas i kesenjangan sumber daya yang berbeda Mengembangka n akses tekonologi yang dibutuhkan
Pengelolaan Perusahaan 1. Mengembangkan gaya manajemen 2. Memahami variable kunci untuk sukses 3. Mengidentifika si masalah dan potensi masalah
Sumber: Hisrich (2001)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam diri seseorang: 1. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
26 Universitas Sumatera Utara
Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut . 2. Informasi / Media Massa Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. 3. Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
27 Universitas Sumatera Utara
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. 4. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 5. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran
pengetahuan
dengan
cara
mengulang
kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. 6. Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia
28 Universitas Sumatera Utara
madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup : 1. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan
semakin
banyak
hal
yang
dikerjakan
sehingga
menambah
pengetahuannya. 2. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.
2.1.3 Minat Berwirausaha Minat secara umum dapat diartikan sebagai rasa tertarik yang ditunjukkan oleh seseorang kepada suatu objek baik berupa benda hidup maupun benda yang tidak hidup. Minat berkaitan dengan perasaan individu tentang suka atau senang terhadap aktivitas atau objek tertentu. Menurut Prenzel (dalam Bergin, 1999:87) mengemukakan bahwa minat merupakan pilihan terhadap suatu objek, sedangkan menurut Winkel (2004:212),
29 Universitas Sumatera Utara
minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Minat momentan ialah perasaan tertarik pada suatu topik yang sedang dibahas atau dipelajari untuk itu kerap digunakan istilah “perhatian”. Perhatian dalam arti “minat momentan”, perlu dibedakan dari perhatian dalam arti “konsentrasi”, sebagaimana dijelaskan di atas. Antara minat dan berperasaan senang terhadap hubungan timbal balik, sehingga tidak mengherankan kalau siswa yang berperasaan tidak senang, akan kurang berminat, dan sebaliknya. MenurutDjaali (2007:121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Menurut Alma (2004:21) seorang wirausaha adalah orang yangmelihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untukmemanfaatkan peluang tersebut.Menurut Alma (2004:26) kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi. Menurut Subandono (2007:18) minat wirausaha adalah kecenderungan hati dalam diri subjek untuk tertarik menciptakan suatu usaha yang kemudian mengorganisir, mengatur, menanggung risiko dan mengembangkan usaha yang diciptakannya tersebut. Minat wirausaha berasal dari dalam diri seseorang untuk
30 Universitas Sumatera Utara
menciptakan sebuah bidang usaha.Menurut Hurlock (1980:116), aspek-aspek minat adalah sebagai berikut: a. Aspek kognitif Didasarkan pada konsep yang dikembangkan siswa mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. b. Aspek afektif Bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan oleh minat. Menurut Pintrich & Schunk (1996:304) aspek-aspek minat sebagai berikut: a. Sikap umum terhadap aktivitas (general attitude toward the activity), yaitu perasaan suka tidak suka, setuju tidak setuju dengan aktivitas, umumnya terhadap sikap positif atau menyukai aktivitas. b. Kesadaran spesifik untuk menyukai aktivitas (specivic conciused for or living the activity), yaitu memutuskan untuk menyukai suatu aktivitasatau objek. c. Merasa senang dengan aktivitas (enjoyment of the activity), yaitu individu merasa senang dengan segala hal yang berhubungan dengan aktivitas yang diminatinya. d. Aktivitas tersebut mempunyai arti atau penting bagi individu (personal importence or significance of the activity to the individual). e. Adanya minat intrinsik dalam isi aktivitas (intrinsic interes in the content of the activity), yaitu emosi yang menyenangkan yang berpusat padaaktivitas itu sendiri.
31 Universitas Sumatera Utara
f. Berpartisipasi dalam aktivitas (reported choise of or participant in the activity) yaitu individu memilih atau berpartisipasi dalam aktivitas. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Minat Berwirausaha Menurut Hantoro (2006) minat seseorang terhadap suatu objek diawali dari perhatian seseorang terhadap objek tersebut. Minat merupakan sesuatu hal yang sangat menentukan dalam setiap usaha, maka minat perlu ditumbuh kembangkan pada diri setiap mahasiswa. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti : 1. Faktor Intrinsik adalah faktor-faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari dalam diri individu itu sendiri. a. Pendapatan Penghasilan yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang. Berwiraswasta dapat memberikan pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keinginan untuk memperoleh pendapatan
itulah
yang
dapat
menimbulkan
minatnya
untuk
berwirausaha. b. Harga Diri Berwiraswasta digunakan untuk meningkatkan harga diri seseorang, karena dengan usaha tersebut seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi, dan menghindari ketergantungannya terhadap orang lain.
32 Universitas Sumatera Utara
c. Perasaan Senang Perasaan adalah suatu keadaan hati atau peristiwa kejiwaan seseorang, baik perasaan senang atau tidak senang. Perasaan erat hubungannya dengan
pribadi
seseorang,
maka
tanggapan
perasaan
senang
berwiraswasta akan memunculkan minat berwiraswasta. 2. Faktor Ekstrinsik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi individu karena pengaruh rangsangan dari luar. a. Lingkungan Keluarga Kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga yang lain. Keluarga merupakan peletak dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, disinilah yang memberikan pengaruh awal terhadap terbentuknya kepribadian. Minat berwirausaha akan terbentuk apabila keluarga memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut, karena sikap dan aktivitas sesama anggota keluarga saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. b. Lingkungan Masyarakat Merupakan lingkungan di luar lingkungan keluarga baik di kawasan tempat tinggalnya maupun dikawasan lain. Misalnya seseorang yang tinggal didaerah yang terdapat usaha jasa elektronika atau sering bergaul dengan pengusaha elektronika yang berhasil akan menimbulkan minat berwirausaha bidang elektronika.
33 Universitas Sumatera Utara
c. Peluang Merupakan kesempatan yang dimiliki seseorang untuk melakukan apa yang dinginkannya atau menjadi harapannya. d. Pendidikan dan pengetahuan Di dapat selama masa kuliah dan merupakan modal dasar yang digunakan untuk berwiraswasta, juga keterampilan yang didapat selama di perkuliahan terutama dalam mata kuliah praktek (Adi,2002). Minat pada hakekatnya merupakan sebab akibat dari pada pengalaman, minat berkembang sebagai hasil dari pada sesuatu kegiatan yang akan menjadi sebab yang akan dipakai lagi dalam kegiatan yang sama. Menurut Kristsada (2010: 19-20) faktor yang mempengaruhi minat: a. The factor inner urge adalah rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat. b. The factor of social motive adalah minat seseorang terhadap obyek atas sesuatu hal, disamping hal dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia juga dipengaruhi oleh motif sosial. c. Emotional factor adalah faktor perasaan dan emosi mempunyai pengaruh terhadap obyek misal perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan tersebut.
34 Universitas Sumatera Utara
Menurut Buchori (1991: 136) minat dapat dibedakan: a. Minat primitif yaitu minat yang bersifat biologis, seperti kebutuhan makan, minum, dan bebas bergaul. Jadi, pada minat ini meliputi kesadaran tentang kebutuhan
yang
langsung
dapat
memuaskan
dorongan
untuk
mempertahankan organisme. b. Minat kultural dapat disebut juga sebagai minat sosial yang berasal atau diperoleh dari proses belajar. Jadi, minat kultural ini lebih tinggi nilainya dari pada minat primitif. Menurut Singgih (2006: 88) ada 3 cara untuk meningkatkan minat, yaitu: a. Pemberian Ganjaran Pemberian ganjaran untuk memperkuat perilaku individu. Prinsip dasar dari cara ini adalah teori belajar yang berpandangan bahwakegiatan yang lebih disenangi dapat menjadi ganjaran positif, yang dapatdipakai sebagai ganjaran untuk kegiatan lain yang kurang disenangi. b. Penetapan Sasaran Penetapan sasaran sebagai sesuatu yang hendak dicapai, misalnya menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. Makin jelas spesifik sasaran yang hendak dicapai maka akan lebih besar kemungkinan untuk mencapainya. Selain itu, perlu adanya penetapan prioritas yang hendak dicapai. Berdasarkan paparan tersebut, dalam penetapan sasaran harus jelas agar sasaran yang akan dicapai akan mudah tercapai. Penetapan sasaran merupakan salah satu hal untuk mencapai sebuah hasil yang maksimal.
35 Universitas Sumatera Utara
c. Penataan Lingkungan Penataan disini termasuk lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik berkaitan dengan tempat atau ruangan termasuk sarana lainnya. Berdasarkan paparan tersebut, lingkungan yang ditata sebaik mungkin akan membantu mencapai tujuan dan penataan lingkungan merupakan sarana pendukung. Jika lingkungan tidak tertata dengan baik dapat menghambat peningkatan minat.
2.2
Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini terkait dengan
Pengaruh Kepribadian Wirausaha dan Pengetahuan Wirausaha Terhadap Minat Kewirausahaan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No. 1.
Nama Peneliti dan Tahun Penelitian
Judul
Eka Aprilyanty (2012)
Pengaruh Kepribadian Wirausaha, Pengetahuan Kewirausahaaan dan Lingkungan Terhadap Minat Berwirausaha Siswa SMK
2.
Retno Budi Lestari dan Trisnadi Wijaya (2012)
3.
Ermawati (2015)
Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa di STIE MDP, STMIK MDP dan STIE MUSI Pengaruh Pengetahuan Wirausaha dan
Variabel Penelitian VD : Minat Berwirausaha VI : Kepribadian wirausaha, Pengetahuan Kewirausahaan dan Lingkungan VD : Minat Berwirausaha VI : Pendidikan Kewirausahaan VD : Minat
Hasil Penelitian Terdapat pengaruh secara parsial dan simultan antara kepribadian wirausaha, pengetahuan kewirausahaan dan lingkungan terhadap minat berwirausaha siswa SMK Terdapat pengaruh antara pendidikan dan kewirausahaan terhadap minat berwirausaha mahasiswa di STIE MDP, STMIK MDP, dan STIE MUSI ada pengaruh positif antara pengetahuan
36 Universitas Sumatera Utara
4.
Muchammad Arif Mustofa (2014)
Kepercayaan Diri Terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran SMK Negeri 2 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015 Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan Self Efficacy, dan Karakter Wirausaha Terhadap Minat Berwirausaha Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Depok Kabupaten Sleman
Berwirausaha VI : Pengaruh Pengetahuan Wirausaha dan Kepercayaan Diri VD : Minat Berwirausaha VI : Pengetahuan Kewirausahaan Self Efficacy, dan Karakter Wirausaha
wirausaha dan kepercayaan diri terhadap minat berwirausaha siswa baik secara parsial maupun secara simultan.
Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Pengetahuan Kewirausahaan Self Efficacy, dan Karakter Wirausaha Terhadap Minat Berwirausaha secara parsial maupun simultan
2.3 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Dengan demikian dalam kerangka penelitian ini dikemukakan variabel yang akan di teliti yaitu pengaruh kepribadian wirausaha dan pengetahuan kewirausahaan. Menurut Feist (2009:86) bahwa kepribadian mencakup sistem fisik dan psikologis yang meliputi perilaku dan pikiran tidak hanya merupakan sesuatu tetapi melakukan sesuatu, dalam hal ini kepribadian wirausaha mencakup sikap dan perilaku wirausahawan, jadi apabila kepribadian wirausaha meningkat maka minat berwirausaha akan semakin meningkat. Menurut Soekanto (2003:8) pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil pencitraan dari panca indranya yang berbeda dengan kepercayaan takhayul dan penerangan-penerangan yang keliru, dalam hal ini pengetahuan kewirausahaan adalah hasil pemikiran manusia tentang hal-hal yang
37 Universitas Sumatera Utara
terdapat dalam berwirausaha, jadi apabila pengetahuan kewirausahaan meningkat maka minat berwirausaha akan semakin meningkat. Pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki kepribadian wirausaha dan pengetahuan kewirausahaan akan dapat menimbulkan minat berwirausaha. Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Kepribadian Wirausaha Minat Berwirausaha Pengetahuan Kewirausahaan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4
Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian (Sugiyono, 2009:96). Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: H1: Kepribadian wirausaha berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha. H2: Pengetahuan kewirausahaan berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha.
38 Universitas Sumatera Utara