BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kenyamanan 2.1. Pengertian Kenyamanan
Konsep tentang kenyamanan atau comfort sangat sulit untuk didefenisikan karena lebih merupakan penilaian responsif individu (Oborne,1995).menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia nyaman adalah segar;sehat sedangkan kenyamanan adalah keadaan nyaman;kesejukan. Kolcaba (2003) menjelaskan bahwa kenyamanan
sebagai suatu keadaaan telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yang bersifat individual dan holistic. Dengan terpenuhinya kenyamanan dapat menyebabkan perasaan sejahtera pada diri individu tersebut. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprenhensif seseorang
terhadap
lingkungannya. Manusia menilai
kondisi
lingkungan
berdasarkan rangsangan yang masuk ke dalam dirinya melalui keenam indra melalui syaraf dan dicerna oleh otak untuk dinilai. Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya masalah fisik biologis namun juga perasaan. Suara ,cahaya,bau,suhu, dan lain lain rangsangan ditangkap sekaligus,lalu diolah oleh otak. Kemudian otak akan memberikan penilaian relatif apakah kondisi itu nyaman atau tidak. Ketidaknyamanan si satu factor dapat ditutupi oleh faktor lain (Satwiko, 2009).
7
Sanders dan McCormick (1993) menggambarkan konsep kenyamanan bahwa
kenyamanan
merupakan
suatau
kondisi
perasaan
dan
sangat
tergantung pada orang yang mengalami situasi tersebut. Kita tidak dapat mengetahui tingkat kenyamanan yang dirasakan orang lain secara langsung atau dengan observasi melainkan harus menanyakan langsung pada orang tersebut
mengenai
seberapa
nyaman diri
mereka,biasanya
dengan
menggunakan istilah-istilah seperti agak tidak nyaman,mengganggu,sangat tidak nyaman atau mengkhawatirkan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kenyamanan adalah suatu kontinum perasaan dari paling nyaman sampai dengan paling tidak nyaman yang dinilai berdasarkan persepsi masing-masing individu pada suatu hal yang dimana nyaman pada individu tertentu mungkin berbeda dengan individu lainnya.
2.2. Aspek Dalam Kenyamanan Menurut kolcaba (2003) aspek kenyamanan terdiri dari: a) Kenyamanan fisik berkenaan dengan sensasi tubuh yang dirasakan oleh individu itu sendiri. b) Kenyamanan
psikospiritual
berkenaan
dengan
kesadaran
internal
diri,yang meliputi konsep diri,harga diri,makna kehidupan,seksualitas hingga hubungan yang sangat dekat dan lebih tinggi.
8
c) Kenyamanan lingkungan berkenaan dengan lingkungan,kondisi dan pengaruh dari luar kepada manusia seperti temperatur, warna, suhu, pencahayaan , suara, dan lain-lain. d) Kenyamanan sosial cultural berkenaan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial atau masyarakat (keuangan, perawatan kesehatan indivdu, kegiatan religious, serta tradisi keluarga). 2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenyamanan Menurut hakim (2006) ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
kenyamanan antara lain: a). Sirkulasi Kenyamanan dapat berkurang karena sirkulasi yang kurang baik, seperti tidak adanya pembagian ruang yang jelas untuk sirkulasi manusia dan kendaraan bermotor, atau tidak ada pembagian sirkulasi antara ruang satu dengan lainnya. Sirkulasi dibedakan menjadi dua yaitu sirkulasi di dalam ruang dan sirkulasi diluar ruang atau peralihan antara dalam dan luar seperti foyer atau lobby, koridor, atau hall. b). Daya alam atau iklim 1. Radiasi matahari Dapat mengurangi kenyamanan terutama pada siang hari, sehingga perlu adanya peneduh.
9
2. Angin Perlu memperhatikan arah angin dalam menata ruang sehingga tercipta pergerakan angin mikro yang sejuk dan memberikan kenyamanan. Pada ruang yang luas perlu diadakan elemen-elemen penghalang angin supaya kecepatan angin yang kencang dapat dikurangi. 3. Curah hujan Faktu curah sering menimbulkan gangguan pada aktivitas manusia di ruang luar sehingga perlu disediakan tempat berteduh apabila terjadi hujan (shelter,gazebo). 4. Temperatur Jika temperatur ruang sangat rendah maka temperatur permukaan kulit akan menurun dan sebaliknya jika temperatur dalam ruang tinggi akan mengalami kenaikan pula. Pengaruh bagi aktivitas kerja adalah bahwa temperatur yang terlalu dingin akan menurunkan gairah kerja dan temperatur yang terlampau panas dapat membuat kelelahan dalam bekerja dan cenderung banyak membuat kesalahan. c). Kebisingan Pada daerah yang padat seperti perkantoran atau industri, kebisingan adalah salah satu masalah pokok yang bisa mengganggu kenyamanan para pekerja yang berada di sekitarnya. Salah satu cara untuk mengurangi
10
kebisingan adalah dengan menggunakan alat pelindung diri(ear muff,ear plug). d). Aroma atau bau-bauan Jika ruang kerja dekat dengan tempat pembuangan sampah maka bau yang tidak sedap akan tercium oleh orang yang melaluinya. Hal tersebut dapat diatasi dengan memindahkan sumber bau tersebut dan ditempatkan pada area yang tertutup dari pandangan visual serta dihalangi oleh tanaman pepohonan atau semak ataupun dengan peninggian muka tanah. e). Bentuk Bentuk dari rencana konstruksi harus disesuaikan dengan ukuran standart manusia agar dapat menimbulkan rasa nyaman. f). Keamanan Keamanan merupakan masalah terpenting karena ini dapat mengganggu dan menghambat aktivitas yang akan dilakukan. Keamanan bukan saja berarti
dari
segi
kejahatan (kriminal), tapi
juga
termasuk
kekuatan
konstruksi, bentuk ruang, dan kejelasan fungsi. g). Kebersihan Sesuatu yang bersih selain menambah daya tarik lokasi, juga menambah rasa nyaman karena bebas dari kotoran sampah ataupun bau-bauan yang tidak sedap. Pada daerah tertentu yang menuntut kebersihan tinggi,
11
pemilihan jenis pohon dan semak harus memperhatikan kekuatan daya rontok daun dan buah. h). Keindahan keindahan merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk memperoleh kenyamanan karena mencakup masalah kepuasan batin dan panca indera. Untuk menilai keindahan cukup sulit karena setiap orang memiliki persepsi yang berbeda untuk menyatakan sesuatu itu adalah indah.dalam hal kenyamanan, keindahan dapat diperoleh dari segi bentuk ataupun warna. i). Penerangan Untuk
mendapatkan
penerangan
yang
baik
dalam
ruang
perlu
memperhatikan beberapa hal yaitu cahaya alami, kuat penerangan, kualitas cahaya, daya penerangan, pemilihan dan perletakan lampu. Pencahayaan alami disini dapat membantu penerangan buatan dalam batas-batas tertentu, baik dan kualitasnya maupun jarak jangkauan dalam ruangan.
Seiring
perkembangan
jaman
kawasan
ini
semakin
padat
yang
berdampak kepada kepadatan lalu lintas jalan. Banyaknya pengunjung pada kawasan tersebut tidak sebanding dengan lahan parkir yang tersedia,yang menyebabakan parkir
liar di sepanjang trotoar jalan. Hal
ini
membuat
kurangnya rasa nyaman bagi pengguna jalan yang melintas pada kawasan
12
tersebut. Lebar jalan yang tersita oleh perparkiran (termasuk lebar manuver) tentu
mangurangi
kemampuan
jalan
tersebut
dalam
menampung
arus
kendaraan yang lewat, atau dengan perkataan lain, kapasitas jalan tersebut akan berkurang ( penurunan kapasitas jalan bukan saja disebabkan oleh pengurangan lebar jalan tetapi juga oeh proses kegiatan kendaraan masuk dan keluar petak parkir). Semakin
besar sudut
parkir kendaraan, semakin
besar pula pengurangan kapsitas jalannya.(Tamin; 1991). Pemandangan parkir dipinggir jalan pada kawasan ini menjadi pemandangan yang cukup sering terlihat setiap harinya. Parkir di pinggir jalan merupakan salah satu masalah pokok lalu lintas di kota-kota menengah keatas yang dapat menimbulkan kemacetan lalulintas, tetapi selain itu parkir juga merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah ( PAD) yang cukup besar.(Munawar; 1997).
Gambar 2.1 Parkir di pinggir jalan Sumber:Data pribadi, Tahun:2015
Gambar 2.1 Parkir di pedestrian jalan Sumber:Data pribadi, Tahun:2015
Pada kawasan ini dapat terlihat juga permasalahan dengan pedestrian atau jalur untuk pejalan kaki. Kondisi pedestrian atau trotoar jalan ini
13
kurang memberikan rasa kenyamanan bagi penggunanya. Dimana kurangnya rasa nyaman jika berjalan kaki yang disebabkan oleh banyaknya PKL yang berjualan di trotoar jalan dan kondisi trotoar jalan yang rusak. Jalur pejalan kaki merupakan salah satu elemen penting dalam perancangan kota karena dapat mengurangi keteikatan terhadap kendaraan di kawasan pusat kota (Gideon; 1997). Beberapa manfaat dari penyediaan jalur pejalan kaki diantaranya menjamin kenyamanan pejalan kaki, alat pergerakan internal kota, mendukung aktivitas komersial dan budaya di lingkungan kota serta menjadi penghubung moda angkutan lain (Fruin; 1979).
Gambar 2.3 PKL berjualan di trotoar jalan Sumber:Data Pribadi, Tahun:2015
Gambar 2. 4 Trotoar jalan yang rusak Sumber:Data Pribadi, Tahun:2015
Pentingnya penyediaan jalur pejalan kaki di Indonesia telah tertera dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang dan UU No.22 Tahun 2009 tentang jalan. Pada UU No. 26 Tahun 2007, ketentuan rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki harus disediakan dalam perencanaan kota. Dalam UU No.22 Tahun 2009 menyatakan bahwa
14
dimana setiap jalan
yang digunakan untuk lalu lintas umum
wajib
dilengkapi dengan perlengkapan jalan, termasuk fasilitas bagi pejalan kaki.
2.4.LANDASAN TEORI Ada beberapa hal yang dapat dijadikan indikator tercapainya suatu konsep pengembangan fasilitas pejalan kaki, sebagai berikut ( Utermann, 1984; Marcus dan Francis1989; Carr, 1992; Rubenstein, 1992; Harris dan Dines, 1995; Broml. 1. Keselamatan (safety), diwujudkan dengan penempatan pedestrian, struktur, tekstur, pola perkerasan dan dimensi trotoar ( ruang bebas, lebar efektif, kemiringan) 2. Keamanan (security), terlindung dari kemungkinan berlangsung tindakan kejahatan dengan merancang penerangan yang cukup atau struktur maupun lansekap yang tidak menghalangi. 3. Kenyamanan(comfort), mudah
dilalui
dari
berbagai
tempat
dengan
adanya pelindung dari cuaca yang buruk , tempat istirahat sementara, terhindar dari hambatan oleh karena ruang yang sempit serta permukaan yang harus nyaman dipergunakan oleh siapa saja termasuk juga penyandang cacat.
15
4. Kenikmatan (convenience), didindikasikan melalui lansekap
yang
menarik
serta
kedekatan
jarak, lebar trotoar,
dengan
fasilitas
yang
dibutuhkan. 5. Keindahan(aesthentics),berkaitan
dengan
trotoar
dan
lingkungan
disekitarnya.
Menurut Rubenstein (1987),objek utama sirkulasi pejalan kaki adalah keselamatan, keamanan, kenyamanan, koherasi dan estetika. Sirkulasi pejalan kaki membentuk hubungan penting dalam kegiatan yang berhubungan di tempat. Pejalan kaki pada umumnya akan mengikuti jalan yang paling langsung, namun jika system berjalan dikembangkan degan tempat menarik visual, pejalan kaki bias mengambil rute lama karena kenikmatan ditambah estetikanya. Dengan kata lain jika jalur pejalan kaki di desain dengan menarik maka banyak yanga akn memanfaatkan jalur pejlan kaki tersebut. Jalur pedestrian (pedestrian sidewalks/trotoar) adalah bagian dari kota, dimana orang bergerak dengan kaki, biasanya disepanjang sisi jalan yang direncanakan atau terbentuk dengan sendirinya yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya ( Carr; 1992). Dengan kata lain jalur pedestrian dari segi perencanaannya terbagi dua yaitu yang terencana dan tidak terencana. Jalur pedestrian yang terencana terbentuk dari jalur pedestrian yang memang telah direncanakan untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat lain yang dibutuhkan oleh pejalan kaki. Sedangkan jalur pedestrian
16
yang tidak terencana terbentuk dengan sendirinya dari jalur yang biasa digunakan oleh pejalan kaki dalam pergerakannya dari suatu tempat ke tempat lainnya. Elemen sirkulasi adalah salah satu aspek yang kuat dalam membentuk struktur lingkungan perkotaan (Shirvani; 1985), tiga prinsip utama pengaturan sirkulasi adalah jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak visual yang positif, jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat lingkungan menjadi jelas terbaca selain itu sector public harus terpadu
dan saling bekerjasama untuk
mencapai
tujuan
bersama. Shirvani juga menyatakan bahwa jalur pejlan kaiki yang baik adalah mengurangi ketergantungan dari kendaraan kota, meningkatkan
kualitas
lingkungan
dengan
bermotor dalam areal memprioritaskan
skala
manusia dan lebih mengekspresikan aktifitas pedagang kaki lima mampu menyajikan kualitas udara. Dengan kata lain jalur pejalan kaki yang di desain dengan baik dapat menciptakan kesan visual yang menarik pada suatu kota dan kualitas lingkungan yang baik. Dari teori-teori diatas diharapkan dapat dikaji bagaimana jalur pejalan kaki yang dapat menciptakan suatu ruang kota yang akrab terhadap penghuninya dan dapat dipergunakan dengan baik oleh penggunanya. Dalam meningkatkan kenyamanan publik pada kawasan ini penting juga untuk melihat suatu permasalahan PKL ( pedagang kaki lima). Banyaknya PKL
yang
berjualan
disepanjang
pinggir
jalan, dapat
menyebabakn
17
kemacetan yang disebabkan oleh kendaraan yang seenaknya berhenti untuk parkir sambil menikmati jajanan kaki lima pada kawasan tersebut. Tidak dapat dipungkiri hal ini jugalah yang menyebabkan ramainya jalan dr mansyur baik siang atau malam hari. Banyak nya PKL ini membuat sebuah Note atau identitas pada jalan ini.
Gambar 2.5 PKL di depan pintu 4 USU Sumber:Data Pribadi, Tahun:2015
Gambar 2. 6 PKL di depan BNI USU Sumber:Data Pribadi, Tahun:2015
2.5. Deskripsi Jalan Dr.Mansyur Jenis jalan Dr.Mansyur adalah jenis jalan kolektor sekunder, dimana pengertian jalan kolektor sekunder adalah sebagai berikut: Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan ratarata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi, dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota.
18
Ciri-ciri jalan kolektor sekunder: Jalan
kolektor
sekunder
menghubungkan, antar
kawasan
sekunder kedua dan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Jalan kolektor sekunder dirancang berdarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km per jam. Lebar badan jalan kolektor sekunder tidak kurang dari 7 meter. Kendaraan angkutan barang berat tidak diizinkan melalui fungsi jalan ini di daerah permukiman. Lokasi parkir pada badan jalan yang cukup. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pad umumnya lebih rendah dari sistem primer dan arteri sekunder.
Gambar 2.7 : Contoh gambar jalan kolektor sekunder (sumber : google map wkipedia)
19