BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Audit Internal
2.1.1 Pengertian Audit Internal Institute of Internal Auditor (IIA) dalam Sawyer et al. (2003:8) mendefinisikan audit internal adalah sebagai berikut : “Audit internal sebagai suatu fungsi penilaian independen yang ada dalam organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai pemberian jasa kepada organisasi. Audit internal melakukan aktivitas pemberian keyakinan serta konsultasi yang independen dan obyektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi. Pengertian Audit internal menurut Kell and Boynton (2001:983) adalah sebagai berikut : “Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designend to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes.” Menurut Sukrisno Agoes (2004:221) audit internal adalah: “Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku.” Peraturan pemerintah yang dimaksud sebelumnya misalnya peraturan dalam bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, dan lain-lain. 8
9
Sesuai dengan sumber audit Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara no.PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 pada standar umum telah ditetapkan tentang standar keahlian bahwa auditor harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya (Kementerian Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, 2008). 2.1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal Idependensi merupakan kata kunci paling penting untuk menilai peran internal audit. Idepedensi dapat diartikan sebagai mengambil sikap netral, tidak memihak, bebas dari pengaruh, dan keberpihakan pada kepentingan yang lebih besar/bernilai. Bersikap netral pada hakikatnya merupakan hal yang mustahil. Ketika dihadapkan pada pilihan mana yang benar dan salah, antara kepentingan manfaat bisnis atau kepentingan orang banyak, atau antara kebijakan internal dan regulasi pemerintah, mau tidak mau harus terjadi keberpihakan (Valery G. Kumaat, 2011:9). Menurut Wuryan Andayani (2011:3) tujuan audit internal meliputi penganalisaan, konsultasi, menilai anggota-anggota organisasi atas efektivitas dalam melaksanakan tanggung jawab mereka, menginformasikan tindakan-tindakan yang telah di review dan memberikan rekomendasi.
10
Tujuan Audit internal menurut Ratliff (2002:193) adalah sebagai berikut : 1) “Existencies or Occurrence (Eksistensi) Aset dan kewajiban perusahaan berada dalam waktu dan tanggal yang benar, dan transaksi yang dicatat adalah yang terjadi dalam periode akuntansi. 2) Completeness (Kelengkapan) Semua transaksi, akuntansi dan informasi yang berhubungan harus diungkapkan dalam laopran keuangan. 3) Right and Obligations (Penilaian dan Obligasi) Hak dan kewajiban dibedakan dan dicerminkan dalam pelaporan asset, kewajiban, dan ekuitas yang nyata. 4) Valuation and Allocation (Penilaian dan alokasi) Jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan telah ditentukan dengan baik. 5) Presentation and Disclosure.” (Presentasi dan Pengungkapan) Informasi dari laporan keuangan telah dikalsifikasikan, diuraikan, dan diungkapkan dengan baik menurut Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU).” Hal ini sesuai dengan ruang lingkup kegiatan audit internal dalam perusahaan menurut The Institute of Internal Auditors yang dikutip oleh Moller dan Witt (1999:527) sebagai berikut : “The scope of the internal audit should encompasses the examination and evaluation of the adequacy and effectiveness of the organization’s system of internal control and the quality of performance in carrying out assigned responsibilities.”
11
Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa rusng lingkup audit internal meliputi pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan keefektivan system pengendalian internal yang dimiliki organiasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Tujuan peninjauan terhadap kecukupan suatu system pengendalian internal tersebut untuk menentukan apakah system yang yang ditetapkan telah memberikan kepastian yang layak dan masuk akal bahwa tujuan dan sasaran organisasi akan dapat dicapai secara ekonomis dan efisien. Guy et al. (2003:410) mengemukakan ruang lingkup audit sebagai berikut : “Ruang lingkup audit meliputi : 1) Menelaah reliabilitas dan integritas informasi keuangan dan operasi serta perangkat
yang
digunakan
untuk
mengidentifikasi,
mengukur,
mengklasifikasi, dan melaporkan informasi semacam itu. 2) Menelaah sistem yang ditetapkan untuk memastikan ketaatan terhadap kebijakan, perencanaan, prosedur, hukum, dan peraturan yang dapat memiliki pengaruh signifikan terhadap operasi dan laporan, serta menentukan apakah organisasi telah mematuhinya. 3) Menelaah perangkat perlindungan aktiva dan secara tepat memverifikasi keberadaan aktiva tersebut. 4) Menilai keekonomian dan efisiensi sumber daya yang dipergunakan.” Jadi ruang lingkup audit internal harus meliputi pemeriksaan dan evaluasi atas kecukupan, serta efektivitas sistem pengendalian internal organisasi dan kualitas kinerja ketika melaksanakan tanggung jawab penugasan. Moller dan Witt (1999:5-29) juga nenjelaskan bahwa General Standard mengenai Scope of work (ruang lingkup pekerjaan) menekankan pada 2 aspek, yang
12
pertama yaitu pemeriksaan dan evaluasi atas pengendalian internal suatu organisasi, ini berhubungan jelas dengan jenis pekerjaan yang akan segara diselenggrakan, dan yang kedua adalah kualitas kinerja dalam melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan, hal ini menyangkut penegasan atas tujuan peninjauan (review) yang dilakukan oleh auditor internal. Sementara itu Hiro Tugiman (1997:100) menyatakan hal-hal yang harus dilakukan oleh auditor internal menyangkut ruang lingkup pekerjaannya, yaitu : 1) Mereview keandalan (realibilitas dan integritas) informasi yang finansial dan operasional serta cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi tersebut. 2) Mereview
berbagai
system
yang
telah
ditetapkan
untuk
memastikan
kesesuaiannya denganberbagai kebijaksanaan, rencana prosedur, hukum, dan peraturan yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan organisasi, serta harus menentukan apakah organisasi telah mencapai kesesuaian dengan hal-hal tersebut. 3) Mereview berbagai cara yang dipergunakan untuk melindungi harta dan bila dipandang perlu, menverifikasi keberadaan harta-harta tersebut. 4) Menilai keekonomisan dan keefesienan penggunaan berbagai sumber daya. 5) Mereview berbagai operasi atau program untuk menilai apakah hasilnya akan konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dan apakah kegiatan atau program tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.
13
2.1.3 Fungsi dan Tanggung jawab Audit Internal Fungsi audit internal adalah sebagai penilai independen yang dibentuk dalam suatu organisasi dan mempunyai aktivitas untuk memberikan jaminan keyakinan dan konsultasi. Auditor internal berperan untuk membantu para anggota organisasi agar dapat menjalankan tanggung jawabnya secara efektif dan untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuannya (Wuryan Andayani, 2011:4). Berikut ini adalah fungsi audit internal yang dikemukakan oleh Bambang Hartadi (1997:37) : “Fungsi pemeriksaan internal adalah melaksanakan kegiatan bebas dan memberi saran-saran suatu fungsi pengendalian guna mengukur dan menilai efektivitas system pengendalian internal.” Fungsi audit internal bagi manajemen menurut Sawyer’s (2005:32) adalah sebagai berikut : “mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh manajemen puncak, mengidentifikasi dan meminimalkan resiko, memvalidasi laporan ke manajer senior, membantu manajemen pada bidang-bidang teknis, membantu manajemen pada bidang-bidang teknis, membantu proses pengambilan keputusan, menganalisis masa depan bukan hanya untuk masa lalu, dan membantu manajer untuk mengelola perusahaan.” Sementara itu Chasin (1998:9) menyatakan bahwa fungsi dan tanggung jawab audit internal adalah sebagai berikut : “internal auditing is a staff function rather than a line function. Therefore, the internal auditor does not exercise directly authority over other person in the organization, whose work the review. The internal auditor should be free to review and appraise policies, plans, procedures, and record, but the review and appraisal does not any way relieve other person in the organization of the responsibility assigned to them.”
14
Fungsi audit internal dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Memberikan kepastian kepada manajemen dalam mencapai operasi perusahaan yng paling efektif dengan menaati kebijaksanaan yang telah ditetapkan 2) Menentukan tingkat keandalan data keuangan dan fektivitas prosedur-prosedur 3) Menemukan dan memperbaiki operasi-operasi yang kurang efisien 4) Menyarankan perubahan seperlunya dalam berbagai tahap operasi perusahaan 5) Menentukan tingkat perlindungan, pertanggungjawaban, pengamanan harta perusahaan terhadap segala kerugian yang mungkin timbul 6) Menentukan tingkat koordinasi diantara kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen Menurut Amin Widjaja Tunggal (2000:21) tanggung jawab departemen bagian audit adalah sebagai berikut : 1) Tanggung jawab direktur audit internal adalah menerapkan program audit internal perusahaan, direktur audit internal mengarahkan personil dan aktivitas-aktivitas departemen audit internal, juga menyiapkan rencana tahunan untuk pemeriksaan semua unit perusahaan dan menyajikan program yang telah dibuat untuk persetujuan. 2) Tanggung jawab auditing supervisor adalah membantu direktur audit internal dalam membantu direktur audit internal dalam mengembangkan program audit tahunan dan membantu dalam mengkoordinasi usaha auditing dengan auditor independen agar memberikan cakupan audit yang sesuai tanpa duplikasi usaha.
15
3) Tanggung jawab senior auditor adalah menerima program audit dan instruksi untuk area audit yang ditugaskan dari auditing supervisor, senior auditing memimpin staf auditor dalam pekerjaan lapangan audit. 4) Tanggung jawab staf auditor adalah dalam melaksanakan tugas audit pada suatu lokasi audit. Hal ini sesuai dengan SPAI yang dikutip oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:15) tentang tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab audit internal : “Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal dalam charter audit internal, konsisten dengan SPAI, dan mendapat persetujuan dari pimpinan dan dewan pengawas organisasi.”
2.1.4 Kualifikasi Audit Internal yang Memadai Kualifikasi audit internal yang memadai, yaitu : 1) Independensi Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, indepedensi, dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. menurut Arens et al. (2008:43) yaitu : “independence in fact exsist when the auditors is actually able to maintain an unbiased attitude throughout the audit, where as independence in appearance is the result of others interpretations of this independence.”
16
Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa agar seorang audit internal efektif dalan melaksanakan tugas, auditor internal harus independen dan objektif dalam melaksanakan kegiatannya, hal ini berarti auditor internal harus memberikan penilaian tidak memihak kepada siapapun. Audit internal harus independen terhadap segala aktivitas yang diauditnya. Sedangkan menurut Konsorsium Profesi Audit Internal (2004:8) menyatakan : “fungsi audit internal harus ditempatkan pada posisi yang memungkinkan fungsi tersebut memenuhi tanggung jawabnya. Independensi akan meningkat jika fungsi audit internal memiliki akses komunikasi yang memadai terhadap pimpinan dan dewan pengawas organisasi dan auditor internal harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan (conflict of interest).”
2) Kompetensi / Kecakapan Profesional Agar tujuan perusahaan dapat tercapai seperti yang telah direncanakan, auditor internal harus mempunyai kompetensi yang baik. Konsorsium Profesi Audit Internal (2004:57) menyatakan bahwa “Penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan professional.” a) Keahlian Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan. Fungsi audit internal secara kolektif harus memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.
17
b) Kecermatan Profesional Auditor internal harus menerapkan kecermatan dan keterampilan yang layaknya dilakukan oleh seorang auditor internal yang professional dan berkompeten. c) Pengembangan Profesional yang Berkelanjutan Auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensinya melalui pengembangan professional yang berkelanjutan. Kemampuan professional menurut Hiro Tugiman (1997:27) adalah sebagai berikut : “Kemampuan professional merupakan tangung jawab bagian audit internal dan setiap auditor internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan haruslah menugaskan orang-orang yang secara bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas.” Jadi bagian audit internal harus memiliki pengetahuan dan kecakapan yang penting bagi pelaksanaan praktek profesi di dalam organisasi. Sifat-sifat ini mencakup kemampuan dalam menerapkan standar pemeriksaan, prosedur, dan teknik-teknik pemeriksaan 2.1.5 Program Audit Internal Program audit menurut Standar for Professional Practice Internal Auditing tahun 2000 yang dikutip oleh Boynton et al (2001:983) adalah sebagai berikut : “1) Planning the audit, auditor internal harus merencanakan setiap pelaksanaan audit.
18
2) Examining and evaluation information, auditor harus mengumpulkan, menganalisa,
menafsirkan,
dan
mendokumentasikan
informasi
untuk
mendukung hasil audit. 3) Communicating result, auditor internal harus melakukan tindak lanjut untuk meyakinkan bahwa tindakan tepat telah diambil dalam melaporkan temuan audit. 4) Following up, auditor internal harus melakukan tindak lanjut untuk meyakinkan bahwa tindakan tepat telah diambil dalam melaporkan temuan audit. Konsorium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:15) menyatakan bahwa : “Dalam merencanakan penugasan, audit internal mempertimbangkan sasaran penugasan, alokasi sumber daya penugasan, serta kerja penugasan.” Audit program berisi seperangkat prosedur analitis atau langkah-langkah pengumpulan bukti-bukti audit. Tujuan dari langkah-langkah ini adalah untuk : 1) Pengumpulan bukti 2) Penilaian kecukupan dan efektivitas pengendalian 3) Penilaian efisiensi, ekonomis dan efektivitas dari kegiatan yang direview. Menurut Mulyadi (2002:104), program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsure tertentu, sedangkan prosedur audit adalah intsruksi rinci untuk menentukan tipe bukti audit tertentu dalam audit.
19
2.1.6
Pelaksanaan Audit Internal Menurut Ratliff (2002:113-470) pelaksanaan audit internal dapat dilakukan
dalam beberapa tahap, yaitu : 1) Pemilihan Auditee (selection of auditee) Pemilihan auditee secara khusus mungkin tidak hanya dari auditor saja, tetapi bisa juga dari orang-orang yang terlibat dalam suatu perusahaan. Pada dasarnya ada tiga metode penyeleksian auditee : a) Pemilihan sistematis (systematic selection) b) Pemeriksaan Ad Hoc (Ad Hoc Audits) c) Permintaan dari pihak yang diaudit (auditee request) 2) Persiapan Audit (audit preparation) Persiapan audit meliputi tujuh bagian, yaitu : a) Penentua tujuan dan bidang audit b) Tinjauan atas data audit c) Pemilihan tim audit d) Komunikasi pendahuluan e) Persiapan program pendahuluan f) Perencanaan laporan audit g) Persetujuan dari program audit
20
3) Survey pendahuluan Tujuan dari survey pendahuluan adalah untuk memperoleh kesan awal auditee, untuk mengumpulkan bukti pendahuluan, untuk perencanaan audit lebih jauh, dan untuk memperoleh kerjasama dari auditee. a) Konferensi terbuka (opening conference) b) On site Tour c) Penyelidikan dokumen (document study) d) Penulisan deskripsi (written description) e) Pemeriksaan analitis (analytical reviews) 4) Deskripsi dan Analisis Pengendalian Intern (Description and Analysis Internal Control) Tahap empat ini merupakan aktivitas berikutnya yang mempersiapkan deskripsi terinci yang masuk akal tentang pengendalian intern auditee yang berhubungan dengan wilayah pembelajaran, memimpin walk throught dari transaksi terpilih dan operasi pada pengendalian kunci, menampilkan pengujian pengendalian yang terbatas, mengevaluasi pengendalian intern dan menafsirkan risiko yang dihubungkan dengan pengendalian. 5) Pengembangan Pengujian (Expanded Testing) Pengembangan pengujian ini termasuk pemeriksaan catatan-catatan dan dokumen-dokumen dan wawancara dengan manajemen dan pihak lain, pengamatan dan dokumentasi operasi, pemeriksaan kekayaan, dan pemeriksaan ulang akunting untuk kekayaan tersebut. Tujuan lain dari prosedur dalam
21
penyediaan oleh auditor dengan pemahaman tentang bagaimana fungsi pengendalian perusahaan yang baik. 6) Temuan Rekomendasi (Finding and Recommendations) Pada saat studi dan evaluasi tentang auditee selesai, maka auditor siap untuk mengembangkan temuanya dan menentukan apakah perubahan diperlukan untuk memperbaiki
pengendalian
intern.
Temuan
auditor
termasuk
kondisi
sesungguhnya dari penelitian, criteria untuk mengevaluasi kondisi, pengaruh, dan risiko yang dikumpulkan dengan beberapa masalah pemeriksaan dan akibat dari masalah-masalah tersebut. Rekomendasi terdiri dari empat bentuk, yaitu : a) Membuat tidak ada perubahan dari sistem pengendalian b) Peningkatan pengendalian memperbaiki efektivitas biaya dari pengendalian dengan mengubah pengendalian saat ini atau dengan membuat yang baru c) Auditor mungkin mengajukan menambah asuransi untuk mengurangi atau menghilangkan resiko supaya memungkinkan untuk menambah atau memperbesar operasional sistem pengendalian d) Auditor mungkin menganjurkan perubahan dalam tingkat pengembalian yang diperlukan untuk kepastian investasi
22
7) Laporan Audit Internal (Reporting Internal Audit) Pelaporan audit meliputi dikumentasi dan mengkomunikasikan hasil audit. Laporan berisi penjelasan dari sasaran audit, lingkungan, pertanyaan, prosedur umum, temuan, dan rekomendasi-rekomendasi. 8) Tindak Lanjut (Follow Up) Tindak lanjut dapat mengambil tiga bentuk umum, yaitu : a) Manajemen tingkat atas berkonsultasi dengan auditee untuk memutuskan jika, kapan, dan bagaimana sejumlah rekomendasi auditor akan dilakukan b) Auditee melakukan keputusan tersebut c) Auditor bersamaan dengan auditee memeriksa kembali apakah tindakan koreksi telah diambil dan hasil yang diharapkan sedang dicapai 9) Evaluasi Audit (Evaluation of The Audit) Aktivitas terakhir yang berhubungan dengana audit adalah evaluasi yang dibuat oleh auditor sendiri. Manajer dan direktur memeriksa seberapa besar efektivitas audit yang telah dilakukan, bagaimana untuk mengerjakan lebih baik lagi dan manfaat apa yang dapat diambil untuk audit dimasa yang akan datang. Adapula menurut The Institute of Internal Auditor (2004:13) pengelolaan program audit internal sebagai berikut : 1) Planning 2) Communicating and approval 3) Resource management 4) Policies and procedures
23
5) Coordination 6) Reporting to the Bord and Senior Management
2.1.7
Laporan Audit Internal Tahapan yang dilakukan oleh audit internal setelah melakukan pengujian dan
penilaian terhadap informasi yang telah ditetapkan dalam auditnya adalah melaporkan hasil audit tersebut dalam bentuk tertulis. Tetapi, seringkali kesulitan dalam menulis laporan audit dikarenakan penulisan sebuah laporan audit lebih sulit daripada penulisan sebuah laporan bisnis. Penulisan laporan audit harus dilakukan dengan baik karena untuk kepentingan profesi audit internal itu sendiri. Laporan audit merupakan suatu alat penting untuk menyampaikan sesuatu serta meyakinkan auditee dan manajemen. Laporan audit yang meyakinkan auditee dan manajemen merupakan petunjuk atas langkah-langkah apa yang harus diambil oleh auditee dan pihak manajemen. Tetapi harus diperhatikan bahwa pekerjaan audit internal yang baik pun akan kurang berarti apabila penyajian laporan hasil pemeriksaan kurang berperan sebagaimana yang dikemukakan oleh Hiro Tugiman (2006:191) sebagai berikut : “Antara perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, dan penulisan laporan hasil-hasil pemeriksaan terdapat hubungan sebab akibat yang bersifat langsung. Pengawas internal tidak akan dapat menulis laporan pemeriksaan yang baik tanpa adanya pemeriksaan pelaksanaan yang baik.”
24
Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:34-35) menyatakan bahwa auditor internal harus melaporkan hasil audit yang dilakukannya dengan memperhatikan hal-hal berikut : 1) Laporan tertulis yang telah ditandatangani 2) Mendiskusikan berbagai kesimpulan dan rekomendasi dengan tingkatan yang tepat 3) Laporan harus objektif, jelas, singkat, konstruktif, dan tepat waktu 4) Laporan harus mengemukakan tentang maksud, lingkup dan hasil pelaksanaan audit 5) Laporan mencatumkan rekomendasi bagi perkembagan yang mungkin dicapai 6) Mencantumkan pandangan dan pihak yang diaudit tentang berbagai kesimpulan atau rekomendasi 7) Pimpinan audit internal harus mereview dan menyetujui laporan audit akhir. Berdasarkan definisi di atas, jadi sebelum mengeluarkan laporan tertulis tersebut, audit internal harus melihat apakah laporan tersebut memenuhi kriteria mendasar. Apabila laporan tersebut telah memenuhi kriteria maka barulah laporan audit tersebut ditulis. Laporan yang disampaikan kepada manajemen akan mencerminkan kualitas pekerjaan audit internal. Bentuk laporan ini bersifat khusus karena ditujukan kepada manajemen dalam rangka menjaga keamanan harta perusahaan dan meningkatkan efisiensi.
25
2.1.8
Tindak Lanjut Audit Internal Menurut Hiro Tugiman (2006:53) tahap tindak lanjut (follow up) hasil audit
adalah dimana audit internal terus menerus meninjau/melakukan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa terhadap temuan-temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat. Audit internal harus memastikan apakah suatu tindakan korektif telah dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan, ataukah manajemen senior atau dewan telah menerima risiko akibat tidak dilakukannya tindakan korektif terhadap berbagai temuan yang dilaporkan. Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:25) menyatakan bahwa : “Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyusun dan menjaga sistem untuk memantau tindak lanjut hasil penugasan yang telah dikomunikasikan kepada manajemen.” Berdasarkan definisi di atas, auditor harus menetapkan suatu prosedur tindak lanjut untuk memonitor dan meyakinkan bahwa manajemen telah mengambil tindakan perbaikan atas rekomendasi audit internal, atau manajemen yang bersangkutan menerima risiko untuk tidak menindaklanjuti rekomendasi audit tersebut.
26
2.2 Efektivitas 2.2.1 Pengertian Efektivitas Pengertian efektivitas yang dikemukakan oleh Anthony dan Govindarajan (2005:174) menyatakan bahwa yaitu : “Efektivitas ditentukan oleh hubungan antara output yang dihasilkan oleh suatu pusat tanggung jawab dengan tujuannya. Semakin besar output yang dikontribusikan terhadap tujuan, maka semakin efektiflah unit tersebut karena baik tujuan maupun input sangatlah sukar dikuantifikasikan.” Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan hubungan antara output yang dihasilkan dan tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan. Pada dasarnya, efektivitas merupakan derajat keberhasilan bagi suatu perusahaan, sampai seberapa jauh perusahaan dinyatakan berhasil dalam usahanya mencapai tujuan tersebut. Semakin besar konstribusi output terhadap tujuan, maka unit tersebut semakin efektif. Arens et al. (2008:496) mendefinisikan efektivitas sebagai berikut : “Efektivitas merujuk ke pencapaian tujuan, sedangkan efisiensi mengacu ke sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.” Dari
definisi
di
atas,
dapat
disimpulkan
bahwa
efektivitas
lebih
menitikberatkan pada tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi, penilaian efektivitas didasarkan atas sejauh mana tujuan organisasi dapat dicapai dan pencapaian sasaran yang berkaitan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
27
2.3
Pengendalian Internal
2.3.1 Pengertian Pengendalian Internal Pengendalian internal merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan usaha. Demikian pula pada dunia usaha mempunyai perhatian yang makin meningkat terhadap pengendalian internal. Definisi mengenai pengendalian internal yang disusun oleh The Institute of Internal Auditors (IIA) yang dikutip oleh Sanyoto (2007:247) : “The attitude and actions of management and the board regarding the significance of control within the organization. The control environment provides the disclipined and structure for achievement of the primary objectives of the system of internal control. The control environment includes for the following elements : integrity and ethical values, management’s philosophy and operating style, organizational structure, assignment of authority and responsibility, human resources policies and practices, and competence of personnel.” Menurut Sunarto (2003:137) yang dikutip dari COSO, pengendalian intern yaitu: “Pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lainnya, yang dirancang untuk memberikan jaminan yang masuk akal, terkait dengan tercapainya tujuan berikut : keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan kepada peraturan dan kebijakan yang berlaku, dan efektivitas dan efisiensi operasi.” Menurut perluasan Standar Auditing Seksi 78 yang dikutip Sawyer’s (2005:58) adalah pengendalian intern sebagai berikut : “Pengendalian internal sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas dewan komisaris, manajemen atau pegawai lainnya yang didesain untuk memberikan keyakinan yang wajar tentang pencapaian tiga golongan tujuan, yaitu : keandalan pelaporan keuangan, efisiensi operasi, kepatuhan terhadap hokum dan peraturan yang berlaku.”
28
Dari definisi pengendalian internal tersebut terdapat empat konsep dasar pengendalian internal : 1) Pengendalian internal merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu. 2) Pengendalian internal dijalankan oleh oranhg dari setiap jenjang organisasi yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personel lain. 3) Pengendalian internal dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan komisaris entitas. 4) Pengendalian internal ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan, yaitu peloparan keuangan, kepatuhan dan operasi.
2.3.2 Tujuan Pengendalian Intern Tujuan pengendalian intern menurut COSO yang dikutip Sawyer’s (2005:61) adalah sebagai berikut : “Pengendalian (kontrol) internal dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian dalam hal efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan informasi keuangan, dan ketaatan terhadap hokum dan peraturan yang berlaku.” Sedangkan tujuan pengendalian intern menurut COSO yang dikutip oleh Bodnar dan Hopwood (2001:182) adalah sebagai berikut : 1) “ Effectiveness and efficiency of operations; 2) Realibility of financial reporting; 3) Compliance with applicable laws and regulations.”
29
Adapun tujuan khusus dari pengendalian intern yang dikemukakan oleh Arens et al. (2006:264) adalah sebagai berikut : 1) “Transaksi yang dianggap sah (validaty) 2) Transaksi diotorisasi dengan pantas (authorization) 3) Transaksi yang terjadi telah dicatat (completeness) 4) Transaksi dinilai dengan pantas (valuation) 5) Transaksi dikualifikasikan dengan pantas (classification) 6) Transaksi dicatat tepat waktu (timing) 7) Transaksi dimasukan didalam berkas induk dengan pantas dan di ikhtisarkan dengan benar (posting and summarization).”
2.3.3 Komponen-komponen Pengendalian Intern Menurut COSO yang dikutip oleh Whittington (2001:242) pengendalian internal suatu organisasi meliputi berbagai tindakan internal yang dilakukan manajemen yang pada dasarnya terdiri dari 5 komponen, yaitu : 1) Lingkungan pengendalian (control environment) Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian internal, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian terdiri dari tujuh faktor, yaitu integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, partisipasi dewan komisaris atau
30
komite audit, filosofi dan gaya manajemen, struktur organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, kebijakan dan praktik sumber daya manusia. 2) Penaksiran risiko (risk assessment) Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola. Faktor-faktor yang menimbulkan penaksiran risiko, yaitu perubahan dalam lingkungan operasi, personel baru, sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki, pertumbuhan yang pesat, teknologi baru, lini produk, atau aktivitas baru, restrukturisasi korporat, operasi luar negeri, dan penerbitan standar akuntansi baru. 3) Aktivitas pengendalian (control activities) Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas pengendalian menurut COSO dapat dikenal sebagai kebijakan dan prosedur yang menyangkut masalah : a) Review atau Kinerja Pengendalian akuntansi yang berupa penelaahan atas kinerja yang sesungguhnya terjadi dibandingkan dengan angaran yang telah ditetapkan sebelumnya. b) Proses informasi Suatu pengendalian akuntansi dilakukan untuk menguji dan memberikan keyakinan bahwa semua transaksi yang terjadi telah diproses secara akurat, lengkap, dan diotorisasikan dengan benar.
31
c) Pengendalian fisik Pengendalian aktivitas berupa pengamanan fisik atas aktivitas perusahaan termasuk penjagaan baik atas fasilitas-fasilitas perushaan yang dilindungi, adanya akses atau otorisasi tertentu untuk harta dan catatan-catatan perusahaan. d) Pemisahan fungsi yang memadai Kegiatan menempatkan orang yang berbeda untuk tanggung jawab pencacatan, otorisasi transaksi, dan aktivitas penyimpangan agar perusahaan terlindungi dari penipuan dan kecurangan. 4) Informasi dan Komunikasi (information and communication) Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penagkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka. 5) Pemantauan (monitoring) Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang waktu. Berdasarkan definisi di atas, kelima komponen diatas terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat memberikan kinerja sistem yang terintegrasi yang dapat merespon perubahan kondisi secara dinamis. Sistem pengendalian internal terjalin dengan aktivitas operasional perusahaan, dan akan lebih efektif apabila pengendalian dibangun ke dalam infrastruktur perusahaan, untuk kemudian menjadi bagian yang paling esensial dari perushaan (organisasi).
32
Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2001:319) menyatakan unsure-unsur pengendalian intern adalah sebagai berikut : 1) Lingkungan Pengendalian 2) Sistem Akuntansi 3) Prosedur Pengendalian
2.3.4 Keterbatasan Pengendalian Intern Menurut Arens and Loebbecke yang di alihbahasakan oleh Amir Abadi Jusuf (2002:281) menyimpulkan definisi bahwa yang memperlemah suatu pengendalian intern yaitu : “Kelemahan didefinisikan sebagai tidak adanya pengendalian yang cukup, yang meningkatkan risiko adanya salah saji dalam laporan keuangan. Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern tidak dapat dikatakan sangat baik dan efektif, meskipun disertai dengan kecermatan dan ketelitian dalam pelaksanaan dan perancangannya, hal itu dikarenakan adanya keterbatasan-keterbatasan dan kelemahan-kelemahan seperti adanya kolusi dan kelemahan-kelemahan seperti adanya kolusi dan kelemahan manusia yang melaksanakannya. Keterbatasan-keterbatasan pengendalian intern menurut Mulyadi (2002:181) terdiri dari : “Kesalahan dalam pertimbangan, gangguan, kolusi, pengabaian oleh manajemen, dan biaya lawan manfaat.”
33
Dari pernyataan di atas, dapat dijelaskan keterbatasan pengendalian intern sebagai berikut : 1) Keterbatasan dalam pertimbangan Seringkali manajemen dan personil lain dapat salah mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain. 2) Gangguan Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personil secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian atau kelelahan. 3) Kolusi Tindakan berasama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut kolusi. Kolusi dapat engakibatkan bobolnya pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi aktiva perusahaan dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terderteksinya kecurangan oleh pengendalian yang dirancang. 4) Pengabaian oleh manajemen Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu. 5) Biaya lawan manfaat Biaya yang diperlukan untuk mengopersikan pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut.
34
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengendaluan intern yang efektif tidak memberikan jaminan absolut akan tercapainya tujuan perusahaan. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa sistem pengendalian yang handal tidak bisa mengubah kinerja manajer yang kurang baik menjadi baik. Akan tetapi sistem pengendalian intern yang handal dan efektif dapat memberikan informasi yang tepat bagi manajer maupun dewan direksi untuk mengambil keputusan maupun kebijakan yang tepat untuk pencapaian tujuan perusahaan yang lebih efektif pula.
2.4 Pengendalian Intern Penjualan 2.4.1 Pengertian Penjualan Definisi penjualan menurut Mulyadi (2008:202) bahwa penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa dengan harapan akan memperleh laba dari adanya transaksi-transaksi tersebut dan penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli. Warren dan Reeve (2005:10) mendefinisikan penjualan sebagai berikut : “Penjualan adalah jumlah yang dibebankan kepada pelanggan untuk barang dagangan yang dijual, baik secara tunai maupun kredit.”
35
Sedangkan menurut Basu Swastha (2001:8) penjualan adalah : “Penjualan adalah ilmu seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak agar orang lain bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkannya.” Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penjualan adalah suatu proses pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual kepada pihak pembel yang disertai dengan penyerahan imbalan dari penerima barang atau jasa sebagai timbale balik atas penyerahan tersebut. Rencana volume penjualan, harus selalu memperhatikan keadaan ekonomi di masa datang.
2.4.2 Tujuan Penjualan Dalam lingkungan korporasi bisnis, apapun industrinya, bidang pemasaran, penjualan, dan pelayanan pelanggan merupakan tiga serangkai ujung tombak yang kerap dianggap “anak emas” perusahaan. Bidang-bidang itulah yang bertarung secara langsung di garis depan mengembangkan bisnis, mewujudkan target, dan mencetak omzet perusahaan (Valery G. Kumaat, 2011:119). Cushing yang dialihbahasakan oleh Ruchyat Kosasih (1989:514) memberikan pernyataan sebagai berikut : “suatu perusahaan harus menghasilkan suatu produk atau memberikan jasa dimana terdapat permintaan pemasaran. Dari pasaran ini permintaan harus dihasilkan suatu aliran pendapatan yang cukup untuk menutupi biaya (expense) dan ongkos (cost) perusahaan dan memberikan pemberi modalnya (pemilik) dengan suatu rentabilitas sebagai pengembalian investasinya (return on investment).”
36
Tetapi dalam upaya mencapai tujuan tersebut, sebelumnya sasaran dan misi harus dimiliki oleh perusahaan karena dengan adanya sasaran dan misi inilah tujuan perusahaan dapat dicapai. Menurut Winardi (1990:154) sasaran tersebut adalah : 1) Sasaran memenuhi tujuan dalam sebuah organisasi. 2) Sasaran memenuhi gambaran kepada orang lain dalam sebuah organisasi. 3) Sasaran menimbulkan konsistensi dalam hal pengambilan keputusan. 4) Sasaran memberikan dana untuk penyusunan spesifik. 5) Sasaran merangsang pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan. 6) Sasaran memberikan landasan untuk tindakan korektif serta pengawasan. Tujuan umum yang dimiliki perusahaan menurut Winardi (2001:67) yaitu sebagai berikut : “ 1) Mencapai Volume Penjualan Tertentu, 2) Mendapat laba tertentu, 3) menunjang pertumbuhan perusahaan.”
2.4.3 Tujuan Pengendalian Intern Penjualan Tujuan pengendalian intern penjualan menurut Bambang Hartadi (1997:78) adalah untuk memastikan : 1) Penjualan yang dicatat adalah untuk pengiriman aktiva. 2) Penjualan yang telah diposting dan diikhtisarkan dengan benar. 3) Semua transaksi penjualan yang ada telah dicatat dengan benar. 4) Penjualan yang dicatat telah dinilai dan diotorisasi dengan benar.
37
5) Penjualan telah diklarifikasi dengan jelas. 6) Penjualan dicatat dalam waktu yang tepat. Arens et al. (2008:374) mengemukakan tujuan pengendalian intern dalam penjualan sebagai berikut : 1) Penjualan yang dicatat adalah untuk pengiriman yang dilakukan kepada pelanggan yang ada (keterjadian) yang meliputi : a) Transaksi yang dicatat benar-benar terjadi dan tidak fiktif. b) Faktur penjualan dipranomori dan dipertanggungjawabkan. 2) Transaksi penjualan yang ada telah dicatat (kelengkapan) yang meliputi : a) Diselenggarakan suatu catatan pengiriman. b) Dokumen pengiriman dipranomori dan dipertanggungjawabkan. 3) Penjualan yang dicatat adalah senilai barang-barang yang dikirimkan serta ditagihkan dan dicatat dengan tepat (keakuratan) yaitu digunakan daftar harga yang resmi. 4) Transaksi penjualan dicantumkan dengan benar dalam file induk dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan pengikhtisaran) yang meliputi : a) Transaksi penjualan diikhtisarkan dengan benar. b) Transaksi penjualan dimasukkan dalam catatan akuntansi yang sesuai. 5) Transaksi penjualan diklasifikasikan dengan tepat (klasifikasi) yang meliputi : a) Terdapat pemisahan fungsi pencacatan antara penjualan tunai dan kredit.
38
b) Ada pemisahan fungsi pencacatan pesanan penjualan, pembuatan faktur, penagihan, dan penerimaan kas. c) Setiap transaksi penjualan langsung dijurnal oleh bagian akuntansi. d) Pendistribusian formulir kepada pihak-pihak yang terkait. 6) Penjualan dicatat pada tanggal yang benar (tepat waktu) yaitu dicatat sesuai transaksi dengan tanggal transaksi. Sedangkan menurut Arens dan Loebecke (2000:406), tujuan dari penerapan pengendalian intern penjualan adalah : 1) Recorded sales are for shipments actually made to existing customer (existence) 2) Recorded sales transactions are recorded (completeness) 3) Recorded sales are for amount of goods and are correctly billed and recorded (accuracy) 4) Sales transaction are properly classified (classification) 5) Sales are recorded on the correct data (timing) 6) Sales transactions are properly included in the account receivable master file and are correctly summarized (posting and summarization) Dari definisi di atas jelas bahwa aktivitas penjualan perlu dilindungi dari kemungkinan terjadinya penggelapan, pencurian, dan kesalahan dalam pencatatan agar perusahaan terhindar dari kerugian. Untuk mencapai tujuan yang telah dikemukakan di atas, pimpinan perusahaan perlu menetapkan suatu pengendalian intern atas penjualan yang memadai.
39
2.5
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
2.5.1 Kerangka Pemikiran Audit internal sebagai suatu fungsi penilai independen yang ada dalam organisasi untuk membantu mencapai tujuannya dengan memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektivan manajemen risiko, pengendalian, dan proses pengelolaan dan pengelolaan organisasi (Wuryan Andayani, 2011:2) Pengendalian intern merupakan salah satu cara pengendalian yang dikembangkan dalam perusahaan. Pengendalian intern dilaksanakan melalui penerapan metode, prosedur, dan tolak ukur lainnya dengan maksud agar seluruh kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sehingga diharapkan dapat mengurangi dan menekan sekecil mungkin kesalahan, penyelewengan, dan kecuranagan terhadap aktiva perusahaan (Valery G. Kumaat, 2011:5) Mendasari perlunya pengendalian intern atas penjualan adalah pendapatan perusahaan. Dampak yang timbul dari pengelolaan yang kurang efektif terhadap penjualan akan mengakibatkan sasaran penjualan tidak dapat tercapai, hal ini berdampak langsung terhadap berkurangnya pendapatan perusahaan. Selain itu penjualan harus mampu mengahsilkan suatu pengembalian investasi yang cukup bagi pemberi modal, inilah yang mendasari alasan mengapa kegiatan penjualan ini perlu di amankan. Hal yang perlu di ingat juga bahwa penjualan merupakan sumber pendapatan utama dari seluruh aktivitas perusahaan oleh karenanya transaksi-
40
transaksi yang mempengaruhi pikiran penjualan harus dapat dikendalikan dengan baik (Basu Swastha, 2009:67). Untuk memperkuat dan menjamin agar pengendalian internal penjualan benar-benar efektif, maka perusahaan yang memiliki aktivitas operasi yang kompleks sangat memerlukan audit internal yang senantiasa mengawasi dan mengevaluasi pengendalian intern, yang pemerikasaannya bersifat independen dan objektif, artinya tidak memihak bagian-bagian yang ada didalam perusahaan. Bila audit internal efektif, maka akan dapat menunjang efektivitas pengendalian intern penjualan (Sawyer, 2006:132). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta pengujian hipotesis yang dilakukan oleh R. Ait Novatianti (2003:46) menyatakan bahwa terdapat kolerasi yang positif antara sistem pengendalian intern penjualan yang terdiri dari struktur organisasi yang memisahkan fungsi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, praktek yang sehat, pegawai yang cakap, dengan efektifitas pencapaian target penjualan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Marzuki (2008:51) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sistem informasi akuntansi penjualan dengan efektifitas pengendalian intern penjualan dengan nilai 0,963, angka ini menunjukkan bahwa adanya tingkat hubungan yang kuat dan searah dengan dibuktikannya nilai signifikan 0,000 < 0,05. Ini berarti, jika sistem informasi akuntansi penjualan bekerja lebih baik di dalam perusahaan maka efektifitas pengendalian intern penjualan akan
41
semakin membaik juga, dengan demikian tujuan perusahaan dalam meningkatkan penjualannya akan tercapai dengan baik. Gambar 2.1 Gambar Kerangka Pemikiran Peranan Audit Internal sebagai Alat Bantu Manajemen
Efektivitas Pengendalian Intern Penjualan
2.5.2 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penulis merumuskan suatu hipotesis sebagai berikut : “Audit Internal berperan sebagai alat bantu manajemen dalam menunjang keefektivan pengendalian internal penjualan.”