BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dikemukakan teori dan konsep yang berhubungan dengan masalah beban kerja dan proses asuhan keperawatan. 2.1.
Beban Kerja Perawat 2.1.1 Defenisi Beban Kerja Beban kerja merupakan volume kerja dari suatu unit (Gillies, 1989). Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan. (Marquis dan Huston, 2010). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa beban kerja adalah suatu kewajiban atau tanggung jawab yang harus dipikul untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan standar tertentu. 2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Beban Kerja Perawat Pengelolaan tenaga kerja yang tidak direncanakan dengan baik dapat menyebabkan keluhan yang subyektif, beban kerja semakin berat, tidak efektif dan tidak efisien yang memungkinkan ketidakpuasan bekerja yang pada akhirnya mengakibatkan turunnya kinerja dan produktivitas serta mutu pelayanan yang merosot (Sudarmanto, 2001).
8
Universitas Sumatera Utara
9
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis yang dikutip oleh Mangkunegara (2000). a. Faktor Kemampuan Secara psikologis, kemampuan (ability) seseorang terdiri dari
kemampuan
potensi
(IQ)
dan
kemampuan
reality
(Knowledge+Skill). Artinya seseorang yang memiliki IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari- hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja ya ng diharapkan. b. Faktor Motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri seseorang yang terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal.
Mc Cleland (1987 dalam Mangkunegara, 2001),
berpendapat bahwa ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kinerja. Motif berprestasi adalah suatu doronga n dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu
Universitas Sumatera Utara
10
mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji. Selanjutnya Mc. Clelland, mengemukakan 6 karakteristik dari seseorang yang memiliki motif berprestasi tinggi, yaitu: 1) Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi. 2) Berani mengambil resiko. 3) Memiliki tujuan yang realistis. 4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuannya. 5) Memanfaatkan umpan balik yang konkret dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya. 6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan. Berdasarkan pendapat tersebut seseorang akan mampu mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki motif berprestasi tinggi. Motif berprestasi yang perlu dimiliki oleh seseorang harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri selain dari lingkungan kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja (Sedarmayanti, 2001) adalah : 1) Sikap kerja, seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), bekerja dalam suatu tim. 2) Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervisi serta ketrampilan dalam tehnik profesi.
Universitas Sumatera Utara
11
3) Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan unit organisasi. 4) Manajemen kinerja/produktivitas yaitu manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan prestasi kerja. 5) Efisiensi tenaga kerja, seperti perencanaan tenaga kerja. 6) Kreativitas dalam bekerja dan berada pada jalur yang benar dalam bekerja. Disamping hal tersebut diatas terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi prestasi kerja/ produktivitas kerja antara lain (Sedarmayanti, 2001) : a. Sikap mental, berupa motivasi kerja, disiplin kerja dan etika kerja. b. Pendidikan Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas. c. Ketrampilan Pada aspek tertentu apabila tenaga kerja semakin terampil, maka akan lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Tenaga kerja akan menjadi lebih terampil apabila mempunyai kecakapan/ kemampuan/ ability dan pengalaman kerja yang cukup.
Universitas Sumatera Utara
12
d. Manajemen Sistem yang diterapkan oleh pimpinan kepada bawahannya, apabila tepat akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga kinerja bawahannya semakin meningkat. e. Hubungan interpersonal Dengan penerapan hubungan inter personal yang baik, maka akan menciptakan ketenangan kerja, memberikan motivasi kerja, sehingga prestasi kerja akan lebih baik dan menciptakan hubungan
kerja
yang
serasi
dan
dinamis,
sehingga
menumbuhkan partisipasi aktif dalam meningkatkan kinerja f. Tingkat penghasilan Apabila
tingkat
penghasilan
memadai,
maka
dapat
menimbulkan konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas kerja. g. Kebutuhan gizi dan kesehatan Apabila tenaga kerja dapat dipenuhi kebutuhan gizi dan berbadan sehat, maka akan lebih kuat bekerja dan semangat yang tinggi dalam meningkatkan kualitas kerja. b. Jaminan sosial Jaminan sosial yang diberikan oleh pemerintah atau organisasi kepada tenaga kerja dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerja. Apabila jaminan sosial tenaga kerja mencukupi, maka akan dapat menimbulkan kesenangan
Universitas Sumatera Utara
13
bekerja, sehingga mendorong pemanfaatan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan kinerja. c. Lingkungan dan iklim kerja Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong tenaga kerja senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik. d. Sarana untuk bekerja/sarana produksi Apabila sarana bekerja/ peralatan dan bahan yang digunakan kurang baik bisa mengakibatkan pemborosan bahan, sehingga akan bisa menurunkan kualitas. e. Teknologi Apabila tehnologi yang digunakan tepat dan lebih maju tingkatannya, maka akan memungkinkan tepat waktu dalam penyelesaian proses kegiatan, jumlah kegiatan yang dihasilkan lebih banyak
dan
berkualitas,
memperkecil
terjadinya
pemborosan bahan. f. Kesempatan berprestasi Pegawai/ tenaga kerja yang bekerja tentu mengharapkan peningkatan karier atau pengembangan potensi pribadi yang nantinya
akan
bermanfaat
baik
bagi
dirinya
maupun
organisasi/institusi tempat bekerja. Apabila terbuka untuk kesempatan berprestasi, maka akan menimbulkan dorongan psikologis untuk meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
14
dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, ha mpir selalu dijumpai perawat melakukan kegiatan non keperawatan yang tentunya dapat mengurangi waktu pelayanan keperawatan yang seharusnya diberikan untuk pasien. Kegiatan non keperawatan yaitu beberapa pekerjaan yang bukan menjadi tugas perawat tapi harus dikerjakan, misalnya melakukan pekerjaan administrasi, pekerjaan bidang tim kesehatan lain seperti melakukan tugas-tugas bidang farmasi, dan pekerjaan dokter. Nursalam
(2009)
menyebutkan,
faktor
internal
yang
menghambat perkembangan peran perawat secara profesional adalah sebagai berikut: a. Anthetical terhadap perkembangan keperawatan. Karena rendahnya dasar pendidikan
profesi dan belum
dilaksanakan
secara
pendidikan
keperawatan
profesional,
perawat lebih cenderung untuk melaksanakan perannya secara rutin dan menunggu perintah dokter. Mereka cenderung menolak perubahan atau suatu yang baru dalam melaksanakan perannya secara profesional. b. Rendahnya rasa percaya diri. Perawat belum mampu menjadikan dirinya sebagai sumber informasi bagi klien. Rendahnya rasa percaya diri tersebut
Universitas Sumatera Utara
15
disebabkan oleh rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai, sehingga hal ini menempatkan perawat sebagai second class citizen. c. Kurangnya pemahaman dan sikap untuk melaksanakan riset keperawatan. Pengetahuan dan ketrampilan perawat terhadap riset sangat rendah. Hal ini ditunjukkan dari rendahnya hasil riset di bidang keperawatan hanya
10 % dari jumlah perawat yang mampu
melaksanakan riset. Rendahnya penguasaan riset sengat berpengaruh terhadap perkembangan ilmu keperawatan. d. Rendahnya gaji. Gaji perawat yang kususnya bekerja di institusi pemerintah dirasakan sangat rendah bila dibandingkan dengan negara lain. Rendahnya gaji perawat berdampak terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang profesional. e. Perawat yang menduduki pimpinan di instansi kesehatan sangat minim. Masalah ini sangat berpengaruh terhadap terselenggaranya pelayanan yang baik. 2.1.3 Analisis Beban Kerja Perawat Sebuah pendekatan sistem bermanfaat di dalam menentukan jumlah dan kategori pegawai keperawatan yang optimal bagi masing- masing unit perawatan pasien dalam sebuah unit kerja
Universitas Sumatera Utara
16
kesehatan. Komponen dasar dalam setiap sistem adalah input, proses, output, kontrol, dan umpan balik (Honson 1982 dalam Gillies, 1996). Di dalam sebuah sistem untuk menetapkan komposisi staf yang optimal, input bisa menyertakan informasi mengenai rata-rata sensus harian, kebutuhan perawatan pasien, dan kemampuan staf. Keluaran output bisa terdiri dari jumlah yang dianjurkan dari masing- masing kategori pegawai yang dibutuhkan untuk setiap unit (dengan sensus tertentu dan beban kerja yang ditetapkan) dengan tanggal dan pergantian, jadwal libur atau bekerja. (Gillies, 1996). Untuk meningkatkan keefektifan susunan kepagawaian, manajer perawat harus memperbaiki keseimbangan antara jumlah pegawai yang ditugaskan dan beban kerja. Untuk mencapai keseimbangan ini, manajer tersebut harus menduga secara akurat volume kerja bagi unit cukup jauh kedepan dari masing- masing perjalanan tugas supaya jumlah staf yang cukup dapat dikerjakan ke pekerjaan
(Gillies,
1996).
Perkiraan
kedepan
beban
kerja
keperawatan adalah suatu pekerjaan yang sulit karena banyak unit kerja kesehatan mengalami adanya variasi jumlah dan jenis pasien perbulan, minggu, dan harian untuk dirawat di dalam unit tertentu. Misalnya, peningkatan jumlah perempuan di dalam pekerjaan direkrut ke rumah sakit setelah sebuah penurunan mendadak di dalam tekanan barometrik.
Universitas Sumatera Utara
17
Salah satu cara untuk mengurangi beban kerja perawat yang terlalu tinggi adalah dengan menyediakan tenaga kerja yang cukup baik kuantitas maupun kualitasnya sesuai dengan tuntutan kerja. Semakin banyak pasien yang ditangani seorang perawat selama periode waktu tertentu, maka semakin berat/besar beban kerja perawat tersebut. Pelayanan keperawatan yang bermutu dapat dicapai salah satunya tergantung pada seimbangnya antara jumlah tenaga perawat dengan beban kerjanya di suatu rumah sakit. Selanjutnya, lebih banyak pasien yang ditangani seorang perawat selama satu periode waktu, maka lebih besar beban kerja psikologi perawat tersebut (Gilles, 1996). 2.1.4 Cara Mengukur Beban Kerja Perawat Menghitung
beban
kerja
dapat
dilakukan
dengan
mengobservasi apakah beban kerja dapat dilakukan dengan baik dan tepat waktu oleh personel yang ada. Secara sederhana dapat dengan menanyakan langsung kepada yang bertugas tentang beban kerja yang dipangku saat ini (Ilyas, 2004). Untuk menghitung beban kerja personel ada 3 cara yang dapat digunakan (Ilyas, 2004), yaitu: a. Work Sampling Tehnik ini dikembangkan pada dunia industri utuk melihat beban kerja yang dipangku oleh personel pada suatu unit, bidang, ataupun jenis tenaga tertentu. Pada work sampling,
Universitas Sumatera Utara
18
dapat diamati hal- hal yang spesifik tentang pekerjaan sebagai berikut: 1) Aktivitas apa yang sedang dilakukan personel pada waktu jam kerja 2) Apakah aktivitas personel berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada waktu jam kerja 3) Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak produktif 4) Pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu, dan schedule jam kerja Untuk mendapatkan informasi tersebut, dapat dilakukan survei tentang kerja personel tertentu, misalnya tenaga perawat di rumah sakit. Yang menjadi pengamatan adalah aktivitas atau kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan perawat dalam menjalankan tugasnya sehari- hari di ruang kerjanya (Ilyas, 2004). Tahap yang dilaksanakan adalah: pertama, menentukan jenis personel (misal: perawat rumah sakit). Kedua, bila jumlah personelnya banyak, dilakukan pemilihan sampel. Ketiga, membuat
formulir
daftar
kegiatan
perawat
yang
dapat
diklasifikasikan sebagai produktif dan tidak produktif. Keempat, melatih cara pengamatan kerja dengan menggunakan work sampling. Kelima, pengamatan kegiatan perawat dengan interval
Universitas Sumatera Utara
19
2-15 menit. Makin tinggi tingkat mobilisasi pekerjaan yang diamati, makin pendek waktu pengamatan (Ilyas, 2004). b. Time and Motion Study Tehnik ini mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh personel. Tehnik ini bukan saja mendapatkan beban kerja personel, tetapi juga mengetahui kualitas kerja persone l. Pada tehnik ini, kita harus menentukan sampel dari perawat yang diklasifikasikan sebagai tenaga mahir dengan cara purposive sampling.
Kedua membuat formulir
daftar kegiatan perawat yang dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan profesional dan non-profesional ((Ilyas, 2004). Pelaksana pengamatan haruslah mengetahui secara benar tentang kompetensi dan fungsi perawat mahir. Tehnik ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas suatu pelatihan atau pendidikan bersertifikasi (Ilyas, 2004). c. Mengkategorikan Jenis Kegiatan Tehnik ini merupakan gabungan work sampling dan motion study. Tehnik ini mengelompokkan kegiatan personel sesuai dengan tujuan penelitian itu sendiri (Ilyas, 2004). Jenis kegiatan yang biasanya dikelompokkan adalah: 1) Kegiatan produktif dan non produktif 2) Kegiatan langsung, tidak langsung, pribadi, dan lain- lain
Universitas Sumatera Utara
20
3) Kegiatan medis, medis administratif, non- medis, dan nonmedis administratif. Atau kegiatan keperawatan dan nonkeperawatan. Analisis yang dihasilkan (Ilyas, 2004), sebagai berikut: 1) Deskripsi kegiatan-kegiatan menurut jenis dan alokasi waktunya. Untuk pekerjaan yang bersifat medis, perawatan, ataupun administratif, berapa waktu yang diperlukan untuk setiap jenis kegiatan? Kemudian dihitung proporsi waktu untuk masing- masing kegiatan selama jam kerja, 2) Pola kegiatan berkaitan dengan waktu kerja, kategori tenaga, atau menurut karakteristik lain, seperti demografi dan sosial. 3) Kesesuaian beban kerja dengan jenis tenaga. Kesesuaian beban kerja dianalisis dengan dengan jenis tenaga atau beban kerja dihubungkan dengan umur, pendidikan, jenis kelamin dan variabel lainnya. 4) Kualitas kerja pada time and motion study.kualitas kerja merupakan tujuan yang paling penting. Selanjutnya dapat dibuat daftar kegiatan dan rincian kualitas kegiatan perawat yang mahir menjadi kompetensi untuk jenis tenaga tersebut. d. Pencatatan Kegiatan Sendiri (Daily Log) Daily Log merupakan bentuk sederhana dari work sampling, dimana orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang digunakan untuk kegiatan tersebut,
Universitas Sumatera Utara
21
mulai masuk kerja hingga pulang. Penggunaan tehnik ini sangat bergantung terhadap kerja sama dan kejujuran dari personel yang sedang diteliti. Pendekatan ini sangat sederhana dan murah. Yang menjadi masalah adalah kejujuran dalam menulis kegiatan tersebut (Ilyas, 2004). 2.1.5 Kategorisasi Kegiatan Perawat Pada kenyataannya aktifitas perawat selama bertugas sangat dinamis, mulai dari melaksanakan asuhan keperawatan maupun melaksanakan intervensi dari dokter atau tim kesehatan lain serta aktifitas non keperawatan, bahkan aktifitas pribadi perawat juga ikut diperhitungkan dalam alokasi waktu bekerja oleh seorang perawat. Ada beberapa klasifikasi tindakan atau aktifitas perawat selama jam bertugas, hal ini dapat digambarkan seperti berikut: 2.1.5.1 Kegiatan Perawatan Langsung (Kegiatan Langsung) Secara perawatan
garis
langsung
besar,
pekerjaan
diantaranya
dalam
adalah
bidang
pengkajian,
pemeriksaan fisik, member makan pasien, memberikan bantuan kesehatan pribadi; membantu si pasien ke atas bejana sorong atau ke kamar kecil, mencatat tanda-tanda vital pasien, mengukur tekanan nadi pusat dan tekanan capillary wedge, membalikkan badan pasien, memindahkan si pasien dari kasur ke kursi roda dan dan kembali ke kasur, dan masker, mengurus pengobatan oral dan dan parenteral,
Universitas Sumatera Utara
22
mengurus
oksigen
dengan
canulla,
menyediakan
tracheobronchial toilet, memasukkan dan mengairi pipa nasigastrik,
memasang
kateter
saluran
kencing,
menganalisa contoh air kencing, merubah balutan luka, menerapkan
pembalut
basah,
memberikan
drainase
postural, dan sebagainya (Gillies, 1996). Dibawah ini adalah beberapa tindakan keperawatan langsung yang diambil dari daftar kegiatan harian perawat (BCP Instalasi Kardiovaskuler) di Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan antara lain: 1. Kegiatan melakukan pengkajian individu. 2. Melakukan tindakan keperawatan dasar: 1)
Menerima pasien baru
2)
Memindahkan pasien
3)
Memandikan pasien
4)
Memasukkan obat suppositoria
5)
Memantau dan mengukur tanda-tanda vital
6)
Memasang infus
7)
Memasang oksigen
8)
Memasang oksigen masker
9)
Memasang gudel
10) Melakukan suction (washing) 11) Mencukur pasien
Universitas Sumatera Utara
23
12) Membantu memberi makan 13) Memasang kateter urin/kondom 14) Memasang IV Line 15) Mengganti cairan infus 16) Memasang dan mengganti cairan infus pump 17) Memasang dan mengganti cairan syringe pump 18) Mengganti verband 19) Melakukan RJPO 20) Memasang NGT 21) Melakukan penyuluhan kesehatan 22) Merekam EKG 12 lead 23) Aff Sheat pasien post PCI 24) Memberikan obat nebulizer 25) Mencuci rambut pasien 26) Menggunting kuku 27) Membantu oral hygene 28) Memberi injeksi 3. Tindakan keperawatan kompleks 1)
Mengobservasi perdarahan
2)
Mengobservasi dehidrasi
3)
Mengobservasi edema
4)
Mengobservasi drainage
5)
Mengobservasi tanda-tanda infeksi
Universitas Sumatera Utara
24
6)
Mengobservasi abdomen nilai ascites
7)
Mengobservasi vena leher nilai distensi
8)
Mengobservasi gangguan sirkulasi
9)
Mengobservasi abdomen nilai distensi
10) Mengobservasi dada nilai pernafasan 11) Mengobservasi deteksi skin test positif 12) Mengobservasi keluhan nyeri 13) Mengobservasi batuk dan karakternya 14) Mengobservasi terhadap pemberian obat 15) Mengobservasi kemampuan mobilitas 16) Mengobservasi terhadap muntah 17) Mengobservasi temporary pacemaker 18) Memasang cardiac monitor pada pasien 19) Memeriksa kecepatan pacing pacemaker 20) Memeriksa kecepatan aliran oksigen 2.1.5.2 Kegiatan Perawatan Tidak Langsung (Kegiatan Tidak Langsung) Kategori ini melingkupi pekerjaan untuk membuat dan menulis rencana perawatan, penghimpunan peralatan dan perbekalan, melakukan pertemuan multidisipliner atau koordinasi untuk kepentingan perawatan pasien dan menindaklanjutinya, menulis catatan kemajuan pasien pada grafik pasien, pelaporan kondisi pasien kepada rekan kerja,
Universitas Sumatera Utara
25
menyusun rencana pelepasan pasien, dan melakukan aspek lain dari perencanaan (Gillies, 1996). 2.1.5.3 Kegiatan Non Keperawatan Selain melaksanakan tugas keperawatan, perawat juga dibebani tugas tambahan baru dan sering melakukan kegiatan yang bukan fungsinya misalnya menangani administrasi, keuangan dan lain- lain. Hal ini sejalan dengan penelitian Depkes RI dan Universitas Indonesia (2005) menyatakan bahwa sebagian besar perawat melaksanakan tugas kebersihan, melakukan tugas administrasi dan melakukan tugas non keperawatan hanya sebagian kecil yang melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan fungsinya. Banyaknya tugas-tugas non keperawatan yang dikerjakan seorang menyebabkan rendahnya pencapaian target kerja perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan akan mempengaruhi mutu asuhan keperawatan. Dari hasil wawancara dengan Kapokja di unit kerja Rawat Inap Kardiovakuler, RSUP H. Adam Malik Medan, ibu Ns. Sabarina Sitepu, S.Kep., diuraikan beberapa rutinitas non keperawatan yang sehari- hari dikerjakan oleh perawat adalah: 1. Administrasi asuransi pasien, dilakukan di awal masa pasien
mendapat
pelayanan
yang
dimulai
dari
Universitas Sumatera Utara
26
mengumpulkan
berkas
yang
dibutuhkan
dari
pasien/keluarganya dan mengantarkan berkas tesebut ke loket pengelola asuransi pasien atau pihak manajemen. 2. Memberikan bantuan informasi mengenai administrasi pelayanan sesuai ketentuan asuransi kesehatan yang dimiliki pasien, dan alternatif jaminan asuransi bagi pasien yang tidak mampu atau belum memiliki asuransi kesehatan. 3. Mengajukan lembar permintaan setiap tindakan atau pelayanan yang akan dilakukan terhadap pasien untuk mendapat persetujuan dari pihak pengelola asuransi, dimulai dari memeriksa kelengkapan yang menjadi syaratnya dan mengantarkan berkas tersebut ke loket pengelola asuransi atau pihak manajemen rumah sakit 4. Mengajukan lembar permintaan obat-obat tertentu untuk disetujui oleh pihak manajemen rumah sakit maupun pihak pengelola asuransi pasien. 5. Melaporkan kepada pihak pengelola asuransi, apabila pasien akan keluar dari rumah sakit, dengan membawa berkas yang dibutuhkan. 6. Mengadministrasikan permintaan obat-obatan. 7. Menjemput obat-obatan dari depo farmasi.
Universitas Sumatera Utara
27
8. Memeriksa kelengkapan dan kesesuaian obat yang dikemas oleh Depo Farmasi dan mendistribusikan obat tersebut untuk dikonsumsi oleh pasien. 9. Membersihkan, merapikan, tempat tidur pasien dan mengganti alat tenun tempat tidur pasien. 10. Menertibkan pengunjung pasien, dalam hal ini perawat biasanya menjelaskan tata tertib berkunjung, pintu masuk
bagi
pengunjung,
dan
memberitahukan/mengingatkan waktu berkunjung, dan tata tertib lainnya. 11. Membantu pengunjung yang mencari tau keberadaan pasien yang ingin dibesuk oleh pengunjung. 12. Melakukan perawatan terhadap fasilitas di ruang perawatan, seperti tempat tidur, peralatan oksigen, membersihkan lemari pasien. 13. Membuat kasa lipat (memotong kasa gulung besar, dan melipat) dan mengadministrasikan sterilisasinya. 14. Mengamprah kebutuhan logistik harian, bulanan, dan tahunan. 2.1.5.4 Kegiatan Pribadi Seluruh aktifitas perawat yang mendapat alokasi waktu
pada
jam
bertugas
yang
bersifat
kebutuhan/kepentingan individu, seperti mengganti baju,
Universitas Sumatera Utara
28
menerima/melakukan
panggilan
telepon
pribadi,
mengobrol, membeli makanan/minuman, makan/minum, membaca koran, ke toilet, dan beberapa kegiatan sejenis lainnya masuk dalam kategori kegiatan pribadi perawat. 2.1.6
Kompe tensi Perawat Klinik Sesuai Area Kekhususan Kompetensi perawat klinik sesuai area kekhususan (Depkes, 2006) didasarkan pada tiga ranah berikut: a. Praktik profesional, etis, legal, dan peka budaya. Adalah kemampuan perawat untuk melaksanakan tindakan keperawatan sesuai standar profesi keperawatan, berdasarkan kode
etik
keperawatan,
mentaati
peraturan
perundang-
undangan yang berlaku serta memperhatikan budaya dan adat istiadat klien/pasien. b. Manajemen dan pemberian asuhan keperawatan. Adalah
serangkaian
kemampuan
dalam
mengelola
dan
memberikan asuhan keperawatan kepada klien/pasien. c. Pengembangan professional. Adalah kemampuan perawat untuk menigkatkan pengetahuan dan keterampilan diri serta keilmuan keperawatan. Perawat klinik dibagi dalam lima kategori (Depkes, 2006): 1. Perawat Klinik I (PK I) 2. Perawat Klinik II (PK II) 3. Perawat Klinik III (PK III)
Universitas Sumatera Utara
29
4. Perawat Klinik IV (PK IV) 5. Perawat Klinik V (PK V) Kompetensi Perawat di ruang Rawat Inap Kardiovaskuler masih dalam masa transisi, saat data ini diambil, sistem kompetens i perawat belum baku dan masih mengacu kepada
Kompetensi
Perawat Klinik Medikal Bedah (Depkes, 2006). Kompetensi Perawat Klinik Medikal Bedah (Depkes, 2006) a. Perawat Klinik I Praktik Profesional, Etis, Legal, dan Peka Budaya. 1. Menunjukkan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik profesional a. Bertanggung gugat dan bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan professional (perawat dapat menjelaskan alasan secara ilmiah pada setiap tindakan yang dilakukan). b. Mengenal batas peran dan kompetensi diri (perawat mengetahui
batas
kemampuannya
sehingga
tidak
melakukan tindakan diluar batas kemampuannya) c. Merujuk atau mengkonsultasikan pada yang lebih ahli (merujuk kepada perawat dengan kompetensi lebih tinggi/tingkat kepakarannya) 2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya
Universitas Sumatera Utara
30
a. Menghormati
hak
privasi
klien/pasien.
Misalnya:
memisahkan antara pasien laki- laki dan perempuan b. Menghormati
hak
klien/pasien
untuk
memperoleh
informasi (perawat dapat memberi penjelasan tentang hak-hak klien/pasien) c. Menjamin kerahasiaan dan keamanan informasi tentang status
kesehatan
klien/pasien
(perawat
tidak
menyebarkan informasi tentang klien/pasien kepada yang tidak berhak) d. Mengembangkan praktik keperawatan untuk dapat memenuhi
rasa
aman
dan
menghargai
martabat
klien/pasien. e. Memberikan
asuhan
keperawatan
dengan
memperhatikan budaya pasien (perawat memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan adat istiadat dan budaya klien/pasien) 3. Melaksanakan praktik secara legal a. Melaksanakan praktik sesuai kebijakan local dan nasional. b. Menunjukkan tindakan yang sesuai dengan regulasi yang berlaku terkait praktik keperawatan/dan kode etik keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
31
Manajemen dan Pemberian Asuhan Keperawatan. 1. Melakukan pengkajian data keperawatan dasar 2. Melakukan tindakan keperawatan dasar meliputi: a. Pemenuhan kebutuhan bernafas b. Pemenuhan kebutuhan makan minum yang seimbang c. Pemenuhan kebutuhan eliminasi urin d. Pemenuhan kebutuhan eliminasi fecal e. Pemenuhan kebutuhan mobilisasi dan mempertahankan posisi tubuh f. Pemenuha n kebutuhan istirahat dan tidur g. Pemenuhan kebutuhan untuk mempertahankan suhu tubuh normal h. Pemenuhan kebutuhan kebersihan tubuh dan penampilan tubuh i. Membantu menghindari bahaya dan cedera j. Melakukan komunikasi terapeutik k. Pemenuhan kebutuhan spiritual l. Pemenuhan kebutuhan untuk beraktifitas m. Pemenuhan kebutuhan rekreasi n. Melakukan penkes/promosi kesehatan o. Memberikan obat sederhana p. Penanggulangan infeksi 3. Menggunakan komunikasi terapeutik
Universitas Sumatera Utara
32
4. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan 5. Melakukan dokumentasi keperawatan 6. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain Pengembangan Professional. 1. Melaksanakan
upaya
peningkatan
professional
dalam
praktik keperawatan Menggunakan hasil riset dalam praktik keperawatan 2. Mengikuti
pendidikan
berkelanjutan
sebagai
wujud
tanggung jawab profesi a. Menegevaluasi kinerja praktik diri sendiri b. Melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan ilmiah keperawatan b. Perawat Klinik II Praktik Profesional, Etis, Legal, dan Peka Budaya. 1. Menunjukkan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik professional Kompetensi PK I 2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya a. Kompetensi PK I b. Menjalankan peran advokasi untuk melindungi hak-hak manusia sebagai mana yang diuraikan dalam kode etik keperawatan Indonesia (perawat mampu melindungi
Universitas Sumatera Utara
33
klien/pasien dari tindakan yang dapat merugikan baik fisik maupun material) 3. Melaksanakan praktik secara legal a. Kompetensi PK I b. Menunjukkan kegiatan yang sesuai dengan regulasi yang berlaku
terkait
praktik
keperawatan/dan
kode
etikkeperawatan. Pemberian dan manajemen asuhan keperawatan. 1. Memahami konsep biomedik medical bedah dasar 2. Melakukan pengkajian data keperawatan medical bedah dasar meliputi tanpa komplikasi 3. Menganalisa data dan menetapkan diagnose keperawatan, menyusun
rencana
asuhan
keperawatan
yang
menggambarkan intervensi pada klien medical bedah dasar tanpa komplikasi. 4. Melakukan tindakan keperawatan dasar pada 12 sistem tubuh meliputi: a. Sistem immun b. Sistem respirasi c. Sistem kardiovaskuler d. Sistem hematologi e. Sistem sensori f. Sistem neurologi
Universitas Sumatera Utara
34
g. Sistem pencernaan h. Sistem muskulo skeletal i.
Sistem urinaria
j. Sistem endokrin k. Sistem integumen l.
Sistem reproduksi
5. Menggunakan komunikasi terapeutik 6. Membimbing PK I Pengembangan professional. 1. Melaksanakan
upaya
peningkatan
professional
dalam
praktik keperawatan a. Kompetensi PK II b. Meningkatkan
dan
menjaga
citra
keperawatan
profesional c. Memberikan kontribusi untuk pengembangan praktik keperawatan profesional 2. Mengikuti
pendidikan
berkelanjutan
sebagai
wujud
tanggung jawab profesi a. Kompetensi PK II b. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing/mentor bagi PK II
Universitas Sumatera Utara
35
c. Perawat Klinik III Praktik Profesional, Etis, Legal, dan Peka Budaya. 1. Menunjukkan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik professional Kompetensi PK II 2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya a. Kompetensi PK II b. Melibatkan diri secara aktif dalam pembuatan keputusan etik secara efektif (perawat bertanggung jawab secara moral untuk mengambil keputusan yang baik dan menolak keputusan yang buruk dari teman sejawat dan tenaga kesehatan lain) c. Mengambil keputusan etik dan menentukan prioritas dalam dalam kondisi perang, tindak kekerasan, konflik dan situasi bencana alam (perawat bertanggung jawab secara moral untuk mengambil keputusan yang baik dan menolak keputusan yang buruk dari teman sejawat dan tenaga kesehatan lain dalam situasi gawat darurat) 3. Melaksanakan praktik secara legal Kompetensi PK II Pemberian dan manajemen asuhan keperawatan. 1. Memahami konsep biomedik medikal bedah lanjutan
Universitas Sumatera Utara
36
2. Melakukan pengkajian keperawatan kepada klien medikal bedah dengan resiko/komplikasi pada 12 sistem tubuh secara mandiri. 3. Menganalisa data dan menetapkan diagnose keperawatan 4. Menyusun
rencana
asuhan
keperawatan
yang
menggambarkan intervensi pada klien medikal bedah dengan resiko/komplikasi pada 12 sistem tubuh. 5. Melakukan tindakan keperawatan dasar pada 12 sistem tubuh dengan kegiatan sebagai berikut: a. Melakukan observasi b. Melakukan pendidikan kesehatan c. Melakukan persiapan pemeriksaan diagnostik d. Mengelola askep perioperatif mencakup keperawatan keperawatan pra bedah, intra bedah, dan pasca bedah sedang. e. Melakukan tindakan kolaborasi f. Melakukan rujukan keperawatan 6. Menggunakan komunikasi terapeutik 7. Membimbing PK II dan peserta didik 8. Mengidentifikasi hal- hal yang perlu diteliti lebih lanjut. Pengembangan professional. 1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik keperawatan
Universitas Sumatera Utara
37
a. Kompetensi PK III b. Menggunakan bukti yang absah dalam mengevaluasi mutu praktik keperawatan c. Berpartisipasi
dalam
meningkatkan
mutu
berkelanjutan
sebagai
prosedur
penjamin mutu 2. Mengikuti
pendidikan
wujud
tanggung jawab profesi a. Kompetensi PK III b. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing/mentor bagi PK III c. Menunjukkan
tanggung
jawab
untuk
pembelajaran
seumur hidup dan mempertahankan kompetensi d. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing / mentor bagi PK e. Memberikan kontribusi pada pengembagan pendidikan dan profesional peserta didik f. Menunjukkan peran sebagai pembimbing/mentor yang efektif d. Perawat Klinik IV Praktik Profesional, Etis, Legal, dan Peka Budaya. 1. Menunjukkan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik professional
Universitas Sumatera Utara
38
Kompetensi PK III 2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya Kompetensi PK III 3. Melaksanakan praktik secara legal Kompetensi PK III Pemberian dan manajemen asuhan keperawatan. 1. Memahami konsep biomedik medikal bedah spesifik 2. Dapat melakukan asuhan keperawatan medikal bedah atau sub spesialisasi secara mandiri pada salah satu sistem a. Sistem imun b. Sistem respirasi c. Sistem kardiovaskuler d. Sistem hematologi e. Sistem sensori f. Sistem neurologi g. Sistem pencernaan h. Sistem muskulo skeletal i. Sistem urinaria j. Sistem endokrin k. Sistem integumen l. Sistem reproduksi
Universitas Sumatera Utara
39
3. Bertindak sebagai pembimbing pada jenjang PK III sesuai dengan kekhususannya 4. Bertindak sebagai pendidik bagi pasien, keluarga, sesama teman dan peserta didik. 5. Melakukan kolaborasi dengan profesi lain 6. Menggunakan komunikasi terapeutik 7. Mampu sebagai konselor dalam bidang medikal bedah khusus 8. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan 9. Mengidentifikasi hal- hal yang perlu diteliti lebih lanjut Pengembangan professional. 1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik keperawatan Kompetensi PK III 2. Mengikuti
pendidikan
berkelanjutan
sebagai
wujud
tanggung jawab profesi a. Kompetensi PK III b. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing/mentor bagi PK III
Universitas Sumatera Utara
40
e. Perawat Klinik V Praktik Profesional, Etis, Legal, dan Peka Budaya. 1. Menunjukkan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik professional Kompetensi PK IV 2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya Kompetensi PK IV 3. Melaksanakan praktik secara legal Pemberian dan manajemen asuhan keperawatan. 1. Memberikan
asuhan
keperawatan
khusus
atau
sub
atau
sub
spesialisasi dalam lingkup medikal bedah 2. Melakukan
tindakan
keperawatan
khusus
spesialisai dengan keputusan secara mandiri 3. Melakukan bimbingan bagi PK IV 4. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan 5. Melakukan kolaborasi dengan profesi lain 6. Melakukan konseling 7. Melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga. 8. Menggunakan komunikasi terapeutik 9. Membimbing peserta didik dan keperawatan. 10. Berperan sebagai konsultan dalam lingkup bidangnya 11. Berperan sebagai peneliti
Universitas Sumatera Utara
41
Pengembangan professional. 1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik keperawatan Kompetensi PK IV 2. Mengikuti
pendidikan
berkelanjutan
sebagai
wujud
tanggung jawab profesi Kompetensi PK IV 3. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing / mentor bagi PK IV 2.2 Standar Asuhan Keperawatan Standar Praktek keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (dikutip Nursalam, 2002), yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi. 2.2.1 Standar 1 : Pengkajian Keperawatan Pengumpulan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data dapat diperoleh, dikomunikasikan dan dicatat. Kriteri pengkajian meliputi: 1) Pengumpulan
data
dilakukan
secara
anamnesa,
observasi,
pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang. 2) Sumber data adalah klien, keluarga dan orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
42
Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi: 1) Satus kesehatan masa lalu 2) Satatus kesehatan saat ini 3) Status biologis-psikologis-sosial-spiritual. 4) Respon terhadap terapi 5) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal 6) Resiko tinggi masalah 2.2.2 Standard 2 : Diagnosa Keperawatan Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan, adapun kriteria proses pembuatan diagnosa adalah: 1) Proses diagno sa terdiri dari analisa, interprestasi data, identifikasi masalah, perumusan diagnosa 2) Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E) 3) Bekerjasama dengan klien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi diagnosa keperawatan 4) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data tersebut. 2.2.3 Standard 3 : Perencanaan Keperawatan Perawat
membuat
rencana
tindakan
keperawatan
untuk
mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien, kriteria perencanaan keperawatan meliputi:
Universitas Sumatera Utara
43
1) Perencanaan terdiri dari penetapan masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan 2) Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan 3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien 4) Mendokumentasikan rencana keperawatan 2.2.4 Standard 4 : Implementasi Keperawatan Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam proses asuhan keperawatan, keriteria implementasi meliputi: 1) Bekerjasama
dengan
klien
dalam
melaksanakan
tindakan
keperawatan 2) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain 3) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien 4) Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga mengenai konsep dan keterampilan asuhan diri, serta membantu klien memodofikasi lingkungan yang digunakan 5) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien. 2.2.5 Standard 5 : Evaluasi Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan, adapun kriteria prosesnya adalah:
Universitas Sumatera Utara
44
1) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus 2) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur kearah pencapaian tujuan 3) Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat 4) Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan 5) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan Melalui aplikasi standard asuhan keperawatan tersebut diatas diharapkan mutu pelayanan keperawatan akan menjadi lebih baik. 2.3 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan 2.3.1 Pengertian Dokumentasi Dokumentasi merupakan tulisan dan pencatatan suatu kegiatan/ aktivitas
tertentu
secara
sah/legal.
Pendokumentasian
asuhan
keperawatan merupakan penulisan dan pencatatan yang dilakukan oleh perawat tentang informasi kesehatan klien termasuk data pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan (Carpenito, 1998). Dokumentasi keperawatan merupakan bukti otentik tentang respon klien dan perubahan yang terjadi dari tindakan yang dilakukan oleh perawat baik secara mandiri maupun kolaborasi yang merupakan bagian permanen dari rekam medik klien.
Universitas Sumatera Utara
45
2.3.2 Tujuan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Sebagai dokumen rahasia yang mencatat semua pelayanan keperawatan klien, catatan tersebut dapat diartikan sebagai suatu catatan bisnis dan hukum yang mempunyai banyak manfaat dan penggunaan. Tujuan umum dari pendokumentasian adalah: a) Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan
klien,
merencanakan,
melaksanakan
tindakan
keperawatan dan mengevaluasi tindakan b) Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika, hal ini juga menyediakan: bukti kualitas asuhan keperawatan, bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada klien, informasi terhadap perlindungan klien, bukti aplikasi standar praktik keperawatan, sumber informasi stastik untuk standar dan riset keperawatan, pengurangan biaya informasi, sumber informasi untuk data yang harus dimasukan, komunikasi konsep resiko tindakan keperawatan, informasi untuk murid, persepsi hak klien, dokumentasi untuk tenaga profesional dan tanggung jawab etik dan mempertahankan kerahasiaan informasi klien, suatu data keuangan yang sesuai, data perencanaan pelayanan keseha tan dimasa akan datang. 2.3.3 Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek:
Universitas Sumatera Utara
46
a) Hukum Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum yang nantinya dapat menjadi barang bukti dipengadilan bila suatu saat dibutuhkan dan harus dibuka didepan publik. b) Jaminan mutu (kualitas pelayanan) Pencatatan data yang akurat dan lengkap akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam membuat suatu rencanan tindakan dan membantu menyelesaikan masalah klien c) Komunikasi Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan klien. d) Keuangan Dokumentasi dapat bernilai keuangan karena berhubungan dengan pembiayaan keperawatan yang telah diberikan. e) Pendidikan Dokumentasi mengandung informasi yang dapat digunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan. f) Penelitian Dokumentasi mengandung informasi yang dapat digunakan sebagai bahan riset dan penelitian dalam pengembangan profesi keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
47
g) Akreditasi Dengan dokumentasi dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan nantinya dapat disimpulkan tingkat keberhasilan tindakan. 2.3.4 Standard Dokumentasi Standar dokumentasi merupakan standar yang dapat digunakan untuk memberikan pengarahan dan panduan dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan. Dalam standar dokumentasi terdapat beberapa karakteristik, diantaranya: a) Perawat.
Karakteristik
ini
memberikan
panduan
dalam
pertanggungjawaban profesional. Selain itu karakteristik ini dapat meningkatkan kepuasan perawat dengan adanya protokol dalam praktek keperawatan. Karakteristik ini juga memberikan kriteria hasil yang dapat mengevaluasi asuhan keperawatan, serta memberikan kerangka kerja bagi pendekatan sistematis untuk pengambilan keputusan dan praktek keperawatan (Hidayat, 2008). b) Klien. Karakteristik ini dapat memberitahu klien tentang ide-ide mengenai;
tanggung
jawab
kualitas
asuhan
keperawatan,
meningkatkan kepuasan klien dan merefleksikan hak klien. Selain itu, karakteristik ini memberikan batasan pada klien tentang suatu model pelayanan keperawatan, penetapan kebutuhan pelayanan keperawatan dan keuntungan bagi klien (Hidayat, 2000).
Universitas Sumatera Utara
48
2.3.5 Metode Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Ada beberapa tipe pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan keperawatan, salah satu diantaranya adalah Problem Oriented Medical Record (POMR) yang dibuat oleh Lawrence Weed pada tahun 1960 (Marelli, 2000). Metode pendokomentasian ini meliputi: data dasar, masalah kesehatan, rencana pelayanan/asuhan termasuk catatan perkembangan kesehatan klien. Keuntungan dari metode pendokumentasian ini adalah lebih efektif, efisien dan terorganisasi dengan baik. a) Format pendokumentasian asuhan keperawatan Setelah melakukan asuhan keperwatan perawat harus melakukan tahapan berikutnya yaitu pendokumentasian asuhan keperawatan. Format
pendokumentasian
ini
terdiri
dari:
pengkajian,
perencanaan, implementasi, evaluasi, catatan perkembangan, informasi kesehatan klien (24 jam) dalam tabel dan grafik, ringkasan perpindahan klien, perencanaan pulang dan perawatan dirumah. b) Panduan pendokumentasian asuhan keperawatan Dalam pendokumentasian asuhan keperawatan harus mengikuti ketentuan yang berlaku dan memenuhi prinsi-prinsip berikut: (1) Content (isi) (a) Berisi informasi yang lengkap, sesuai fakta, aktual dan relevan
Universitas Sumatera Utara
49
(b) Pencatatan data objektif dan bukan berdasarkan hasil interprestasi (c) Catat masalah klien sesuai kondisi, tindakan yang dilakukan serta respon klien (d) Dokumentasi hasil visite dokter (e) Dokumentasi data klien sesuai standar yang berlaku secara legal (f) Dokumentasi hasil implementasi keperawatan berdasarkan instruksi dokter dan tim kesehatan lain yang terlibat (g) Catat tanggal, waktu dan nama dokter/tim kesehatan lain yang memberikan instruksi (2) Waktu Catat dan laporkan hasil tindakan keperawatan sesuai waktunya serta ikuti peraturan yang berlaku (3) Format Buat format sesuai standar dan menggunakan tata bahasa yang baik dan benar yang dapat diterima semua pihak serta mempunyai susunan yang sistematis (4) Akuntabilitas (a) Setiap intervensi yang dilakukan perawat harus dibubuhkan tanda tangan (b) Cek setiap lembar pendokumentasian
Universitas Sumatera Utara
50
(c) Lengkapi pendokumentasian klien sebelum dikirim sebagai medical record c) Potensial masalah dalam pendokumentasian (1) Content (isi) pendokumentasian (a) Tidak sesuai standard (b) Tidak terkoordinasi dengan baik (c) Tidak menunjukkan kebutuhan klien (d) Informasi pengkajian klien/intervensi perawat sangat umum (e) Data tidak lengkap atau tidak konsisten (f) Intervensi tidak sesuai dengan instruksi (2) Kesalahan dalam pendokumentasian (a) Tulisan tangan yang berbeda dan tidak terbaca dengan jelas (b) Tanggal, bulan dan jam tidak konsisten (c) Tidak ada tanda tangan perawat yang melakukan tindakan keperawatan (d) Merubah instruksi tanpa izin dan tidak melakukan prosedur yang benar. 2.3.6 Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan a) Pengkajian. Pencatatan data pengkajian mengikuti prinsip tahapan pengkajian. Format sistematis, akurat dan valid sangat penting untuk membandingkan perubahan kesehatan klien (Carpenito, 1998).
Universitas Sumatera Utara
51
b) Perencanaan. Sesuai dengan standar perencanaan; identifikasi masalah, merumuskan diagnosa, menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan (Carpenito, 1998). c) Implementasi. Adalah tindakan yang dilakukan terhadap klien, baik tindakan keperawatan secara mandiri maupun tindakan kolaborasi (Carpenito, 1998). d) Evaluasi.
Dapat
keperawatan;
dilakukan
pengkajian,
pada
setiap
perencanaan
tahapan
dan
proses
implementasi
(Carpenito, 1998). e) Catatan perkembangan. Format bervariasi dan dapat disesuaikan dengan sistem yang ada. Prinsipnya adalah untuk menilai perkembangan status kesehatan klein, apakah sesuai dengan tujuan dan hasil yang diharapkan (Carpenito, 1998). f)
Informasi kesehatan klien. Berbentuk dalam tabel dan grafik selama 24 jam antara lain kurva tanda-tanda vital, daftar pemberian obat, intake-output cairan (Carpenito, 1998).
g) Ringkasan perpindahan klien. Ringkasan tentang legalitas perpindahan klien antar institusi rumah sakit, ringkasan format pelaporan meliputi lembaran data dasar demografi, orientasi ruangan dan laporan klinis (Carpenito, 1998). h) Perencanaan pulang. Format mencakup personal data klien, data kesehatan secara umum dan khusus, surat diizinkan pulang dari
Universitas Sumatera Utara
52
dokter yang merawat berikut ringkasan laporan klinis sesuai kondisi klien, penyuluhan kesehatan (Carpenito, 1998). i)
Perawatan di rumah. Format pendokumentasian yang akan melanjutkan
perawatan
dirumah
klien
bertujuan
untuk
memberikan ringkasan/informasi perkembangan kesehatan klien selama di RS, agar dokter/perawat/tim profesional lainnya yang terlibat melanjutkan pengobatan/perawatan klien di rumah (Carpenito, 1998). 2.3.7 Implikasi Legal Dalam Dokumentasi a)
Implikasi hukum dalam dokumentasi. Dokumentasi keperawatan dikatakan mempunyai implikasi hukum apabila dokumentasi tersebut diakui secara hukum dan dapat dijadikan bukti dalam persidangan. Agar catatan tersebut benar-benar sesuai dengan standar hukum maka sangat diperlukan aturan pencatatan, antara lain: hendaknya mendasari hukum dan tuntutan malpraktek yang mungkin melibatkan peran perawat, dapat memberi informasi tentang komunikasi perawat dengan dokter dan intervensi keperawatan yang telah dilakukan, memperhatikan fakta- fakta secara tepat dan akurat (Hidayat, 2008).
b)
Isu legal dan standar praktek. Menurut JCAHO standar pendokumentasi yang dipakai meliputi: standar pengkajian awal, pengkajian ulang, diagnosa keperawatan klien dan kebutuhan,
Universitas Sumatera Utara
53
rencana intervensi, asuhan keperawatan yang dilakukan, respon klien terhadap kebutuhan perawatan (Carpenito, 1998) Sebagai wujud kelegalan catatan keperawatan maka dalam penulisan harus memenuhi syarat yaitu dlam penulisan tidak boleh dihapus dengan menggunakan cairan penghapus, betulkan segera bila ada kesalahan. Yang dicatat hanya fakta, jangan membuat ruangan kosong dalam catatan keperawatan, tulis dengan tinta yang jelas. Mulai mencatat dengan waktu (jam dan tanggal) dan akhiri dengan tanda tangan (Hidayat, 2008). 2.3.8 Penilaian Kelengkapan Pendokumentasian Berdasarkan Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit (DEPKES, 2005), penilaian terhadap kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu: a) Pengkajian (1) Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian (2) Data dikelompokkan (bio-psiko-sosial-spiritual) (3) Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang (4) Masalah disumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan b) Diagnosa (1) Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan
Universitas Sumatera Utara
54
(2) Diagnosa keperawatan mencerminkan PE/PES (3) Merumuskan diagnosa ke perawatan aktual/potensial. c) Perencanaan (1) Berdasarkan diagnosa keperawatan (2) Disusun menurut urutan prioritas (3) Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subyek, perubahan, perilaku, kondisi pasien dan atau kriteria waktu (4) Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci dan jelas (5) Rencana
tindakan
menggambarkan
keterlibatan
pasien/keluarga (6) Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lain d)
Implementasi (Tindakan) (1) Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana keperawatan (2) Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan (3) Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi (4) Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan jelas.
e) Evaluasi (1) Evaluasi mengacu pada tujuan (2) Hasil evaluasi dicatat
Universitas Sumatera Utara
55
f)
Catatan Asuhan Keperawatan (1) Menulis pada format yang baku (2) Pencatatan
dilakukan
sesuai
dengan
tindakan
yang
dilaksanakan (3) Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar (4) Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat mencntumkan paraf/nama jelas, tanggal dan jam dilakukannya tindakan (5) Berkas catatan keperawtan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara