BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. M enurut P. Siagian, manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas yang telah ditentuka n pada tingkat administrasi. Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pelak sanaan pelayanankeperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuh an keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat . ( Gillies, 1989). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yag harus dilaksanakan oleh peng elola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta menga wasi sumber sumber yang ada baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberik an pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyaraka t. Manajemen dalam keperawatan mencakup manajemen dalam berbagai tahap dalam kepera watan, yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Keli ma langkah dalam proses keperawatan ini dilakukan terus menerus oleh perawat, me lalui metode penugasan yang ditetapkan oleh para menejer keperawatan sebelumnya. Di dalam keperawatan kepemimpinan merupakan penggunaan ketrampilan seorang pemim pin ( perawat ) dalam mempengaruhi perawat - perawat lain yang berada di bawah p engawasannya untuk pembagian tugas dan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai. Setiap perawat mempuny ai potensi yang berbeda dalam kepemimpinan, namun ketrampilan ini dapat dipelaja ri sehingga selalu dapat diterapkan dan ditingkatkan. 1.2 Definisi Masalah Dalam makalah ini perlu untuk diketahui secara lebih mendalam mengenai konsep pe rbedaan manajer dan leader, tipe kepemimpinan, konsep manajemen asuhan keperawat an, metode penugasan dalam manajemen asuhan keperawatan, peran dan tugas perawat dalam manajemen asuhan keperawatan, proses timbang terima per shift dan ronde k eperawatan, dokumentasi dalam asuhan keperawatan dalam ruang inap dan puskesmas, dan upaya meningkatkan kualitas kepemimpinan dan manajemen keperawatan agar ses uai dengan kualitas akreditasi secarainternasional. 1.3 Tujuan penulisan 1.3.1 Tujuan Umun Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengerti tentang konsep manajemen asuhan keperaw atan dan perawat sebagai leader. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mengerti tentang penerapan kepemimpinan dan manajemen pada set ting pelayanan keperawatan di ruang rawat RS dan puskemas serta keluarga di masy arakat. 2. Mahasiswa mengerti tentang metode penugasan dalam manajemen asuhan keper awatan di ruang rawat dan di puskesmas. 3. Mahasiswa mengerti tentang peran dan tugas perawat dalam manajemen asuha n keperawatan. 4. Mahasiswa mengerti tentang proses timbang terima per-shift dan rond kepe rawatan di ruang rawat dan puskesmas. 5. Mahasiswa mengerti tentang dokumentasi dalam asuhan keperawatan di ruang rawat dan puskesmas. 6. Mahasiswa mengerti tentang upaya peningkatan kualitas kepemimpinan dan m anajemen asuhan keperawatan agar sesuai dengan kualitas akreditasi secara intern asional/JCI 1.4 Metode penulisan Metode penulisan yang kami gunakan dalam makalah ini adalah metode kajian pustak a yaitu menggunakan literature seperti buku-buku. Selain itu penulis juga mencar i sumber yang berasal dri internet berupa ebook. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 4 bab, yaitu bab 1 pendahuluan, b
ab 2 tinjauan pustaka, dan bab 3 penutup. Bab 1 terdiri dari latar belakang, def inisi masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Ba b 2 tinjauan pustakamengenai manajemen asuhan keperawatan. Bab 3 penutup yang be risi kesimpulan dan saran.
BAB II Manajemen Asuhan Keperawatan 2.1. Konsep dan Manajemen Asuhan Keperawatan sebagai Leader 2.1.1 Perbedaan manajer dan leader Dalam kamus Webster, dapat dilihat perbedan yang jelas antara manajer dan leader . Manajer adalah orang yang melaksanakan masalah bisnis secara ekonomi dan efisi en. Sedangkan pemimpin (leader) adalah orang yang berjalan terlebih dahulu untuk memandu atau menunjukkan jalan; orang kunci dalam organisasi yang sedang berkem bang; orang yang memiliki pengikut. Sesuai pengertian di atas, jelas bahwa pemimpin adalah orang yang selalu berada di muka, punya pengikut, dan menjadi motor perubahan dalam suatu organisasi. Ber beda dengan manajer yang melaksanakan soal-soal bisnis atau bos yang berpangku t angan dan duduk manis dikursi empuk dibalik meja, seorang leader berada di sampi ng atau di depan, dan berani mngambil resiko. 2.1.2. Tipe kepemimpinan Ada lima tipe kepemimpian yang dikenal dan diakui sampai saat ini. Kelima tipe t ersebut masing-masing memiliki karakteristik tertentu yang membedakan tipe yang satu ke tipe yang lain. Adapun tolok ukur yang digunakan untuk membedakan karakt er pemimpin satu dengan yang lainnya adalah : 1.persepsi seorang pemimpin tentan g peranannya selaku pemimpin, 2. Nilai-nilai yang dianut,3. Sikap dalam mengemud ikan jalannya organisasi, 4. Perilaku dalam memimpin, 5. Gaya kepemimpinan yang dominan. Dari kelima faktor diatas dapat disimpulkan ada lima tipe kepemimpinan, yaitu : 1. Tipe otokratik atau otoriter Pemimpin tipe ini adalah tipe seorang pemimpin yang sombong. Seorang pemimpin ti
pe ini akan mencampuradukkan antara kepentingan pribadi dan organisasi. Ia juga akan menggunakan segala cara, yang penting tujuannya tercapai. Dalam menjalankan tugasnya, seorang otokratik akan, Menuntuk ketaatan penuh dari bawahan Bersikap kaku dalam menegakkan disiplin, tidak ada kesempatan bagi bawah an untuk mengemukakan alasan atau argument Bernada keras alam memberikan perintah dan intruksi. Jika bawahan melakukan kesalahan, pemimpin tipe ini cenderung menggunaka n pendekatan punitive tatu member hukuman Selalu berprinsip menang kalah; pemimpin harus menang dan bawahan harus kalah. 2. Tipe paternalistic Tipe ini biasa terdapat di lingkungan masyarakat desa ang masih bersifat tradisi onal dan agraris. Seorang pemimpin paternalistic memiliki gaya memimpin yang keb apakan, melindungi tapi juga menggurui. Dalam menjalankan tugasnya, seorang paternalistic selalu mengutamakan kepentinga n bersama/kebersamaan. Ia selalu memperlakukan setiap orang dalam organisasinya sama, tidak ada yang lebih menonjol. Artinya seorang paternalistic berusaha memp erlakukan semua orang dan semua satuan kerja yang terdapat dalam organisasi sead il dan serata mungkin.[ 3. Tipe karismatik Dalam KBBI (bdk.1999:447) yang dimaksud dengan karisma adalah keadaan atau bakat yang luar biasa di dalam kepemimpinan seseorang yang menyebabkan kekaguman dn b ahkan pemujaan dari masyarakat terhadap dirinya. Dengan kata lain, seorang pemi mpin yang karismatik adalah pemimpin yang dikagumi oleh banyak pengikut neskipun mereka tidak dapat menjelaskan secara konkret mengapa ia mengaguminya. 4. Tipe Laissez Faire Seorang pemimpin yang bertipe Laissez Faire memiliki pandangan bahwa pada umumny a organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggotnya terdir i dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan org anisasi, sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh ma sing-masing anggota dan seorang pemimpin tidak perlu terlalu sering melakukan in tervene dalam organisasi yang dipimpinnya. Tipe laissez faire akan lebih memilih peranan yang pasif dan membiarkan organisa si berjalan apa adanya sesuai tempo dan iramanya tanpa banyak mencampuri. Seoran g pemimpin tipe ini mempunyai rasa percaya yang besar terhadap orang-orang yang dipimpinnya . ia beranggapan bahwa setiap orang baik adanya, memiliki tanggung j awab atas tugas dan kewajibannya, memiliki kesetiaan terhadap organisasi dan mem iliki kedewasaan. Pemimpin tipe ii tidak menganggap orang-orang yang dipimpinnya sebagai bawahan (majikan dan buruh) akan tetapi lebih sebagai rekan kerja. Namu n ia menyadari bahwa kehadiran seorang pemimpin mutlak diperlukan sebagai satu t untutan organisasi. 5. Tipe Demokratik Berdasarkan penelitian dan pengalaman, tipe pemimpin yang demokratiklah tipe pem impin yang ideal dan didambakan. Meskipun tipe ini tetap memiliki berbagai kelem ahan, namun tipe demokratik tetaplah paling efektif. Tipe kepemimpinan yang demokratis merupakan tipe kepemimpinan yang mengacu pada hubungan. Disini seorang pemimpin selalu mengadakan hubungan dengan yang dipimpi nnya. Segala kebijaksanaan pemimpin akan merupakan hasil musyawarah atau akan me rupakan kumpulan ide yang konstruktif. Pemimpin sering turun ke bawah guna mengg unakan informasi yang juga akan berguna untuk membuat kebijaksanaan-kebijaksanaa n selanjutnya 2.1.3. Konsep manajemen keperawatan & perawat sebagai leader Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui up aya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,pengobatan dan rasa ama n kepada pasien, keluarga dan masyarakat.( Gillies, 1989) Manajemen dalam proses keperawatan mencakup manajemen pada berbagai tahap dalam keperawatan, yaitu 1. Pengkajian yaitu langkah awal dalam prosese keperawatan yang mengharuska
n perawat setepat mungkin mendata pengalaman masa lalu pasien, pengetahuan yang dimiliki, perasaan, dan harapan kesehatan dimasa datang. 2. Diagnosis merupakan bahan pengambilan keputusan secara professional deng an menganalisis data yang telah dikumpulkan. Keputusan yang diambil dapat berupa rumusan diagnosis keperawatan yaitu respon biopsikososio spiritual terhadap mas alah kesehatan actual Maupin potensial. 3. Perencanaan, perencanaan keperawatan m khusus dan memilih sekumpulan tin dakan alternative untuk menolong pasien mempertahankan kesejahteraan yang optima l. 4. Implementasi merupakan langkah berikutnya dalam proses keperawatan semua kegiatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien harus direncanakan untuk menunjang Tujuan pengobatan medis, dan memenuhi Tujuan renca na keperawatan. Implementasi rencana asuhan keperawatan berarti perawat mengarah kan, menolong, mengobservasi, dan mendidik semua personil keperawatan yang terli bat dalam asuhan pasien tersebut. 5. Evaluasi adalah pertimbangan sistematis dan standar dari Tujuan yang di pilih sebelumnya, dibandingkan dengan penerapan praktik yang actual dan tingkat asuhan yang diberikan. Evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan hanya dapat di buat jika Tujuan diidentifikasikan sebelumnya cukup realistis, dan dapat dicapai oleh perawat, pasien, dan keluarga. Kelima langkah dalam proses keperawatan ini dilakukan terus menerus oleh perawat , melalui metode penugasan yang ditetapkan oleh para menejer keperawatan sebelum nya. Para menejer keperawatan (terutama menejer tingkat bawah) terlibat dalam pr oses menejerial yang melibatkan berbagai fungsi manajemen, dalam rangka mempenga ruhi dan menggerakkan bawahan. Hal ini dilakukan agar mampu memberikan asuhan ke perawatan yang memadai, dengan kode etik dan standar praktik keperawatan. (Suarli, hal: 116) Di dalam keperawatan kepemimpinan merupakan penggunaan ketrampilan seorang pemim pin ( perawat ) dalam mempengaruhi perawat - perawat lain yang berada di bawah p engawasannya untuk pembagian tugas dan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai. Setiap perawat mempuny ai potensi yang berbeda dalam kepemimpinan, namun ketrampilan ini dapat dipelaja ri sehingga selalu dapat diterapkan dan ditingkatkan 2.2. Penerapan Kepemimpinan dan Manajemen pada Setting Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Rumah Sakit dan Puskesmas serta Keluarga di Masyarakat Kepemimpinan dan manajemen merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lai n. Seorang manajer harus mempunyai sifat kepemimpinan yang baik dalam rangka men capai tujuan yang telah ditetapkan. Begitu pula dengan kepemimpinan dan manajeme n yang berlaku bagi perawat atau biasa disebut dengan kepemimpinan dan manajemen dalam pelayanan keperawatan. Hal ini membuktikan bahwa perawat tidak hanya haru s terpaku pada status kesehatan klien, tapi juga bagaimana cara memanajemen atau menjadi pemimpin yang baik. Keperawatan tidak hanya ada pada organisasi rumah sakit saja. Tapi masih banyak organisasi atau pun lapangan pekerjaan lain yang berhubungan dengan keperawatan dan kesehatan, diantaranya puskesmas yang tentu saja berhubungan langsung dengan masyarakat atau komunitas. Pasien sama halnya dengan klien dari bidang apapun membutuhkan kepuasan dalam pe layanan yang diberikan. Untuk mencapai kepuasan bagi klien tersebut tentu saja o rganisasi keperawatan membutuhkan manajer perawat yang terdidik dalam pengetahua n dan keterampilan tentang perilaku untuk mengelola perawat professional serta p ekerja keperawatan non professional. Untuk itu, seorang perawat harus memahami m engenai kepemimpinan dan manajemen dalam keperawatan. Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapa t menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya (Ordway Tead, 1951). Jadi inti dari kepemimpinan tersebut adalah tentang bagaimana seorang man ajer dan dalam hal ini manajer perawat mampu mempengaruhi perawat-perawat yang b erada di bawah pengawasannya untuk pembagian tugas dan tanggung jawab dalam memb erikan pelayanan keperawatan sehingga tujuan tercapai.
Peranan pemimpin terhadap kelompok: a. Sebagai penghubung interpersonal, yaitu merupakan simbol suatu kelompok dalam melakukan tugas secara hukum dan sosial, mempunyai tanggung jawab dan memo tivasi, mengatur tenaga dan mengadakan pengembangan serta merupakan penghubung j aringan kerja di luar kelompok. b. Sebagai inovator atau pembaharu c. Sebagai pemberi informasi, yaitu memonitor informasi yang ada di lingkun gan organisasi, menyebarluaskan informasi dari luar kepada bawahan dan mewakili kelompok sebagai pembicara. d. Menghimpun kekuatan e. Membuat kedudukan perawat di media massa f. Memilih suatu strategi utama yang paling efektif, bertindak di saat yang tepat g. Mendapatkan dan mengembangkan data penelitian yang terbaik Sifat kepemimpinan harus dipunyai oleh seorang manajer yang tentu saja berkaitan dengan manajemen. Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui orang lain (Sondang P. Siagi an, 2004). Dalam keperawatan, manajemen berhubungan dengan perencanaan (planning ), pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (lead ing) dan pengendalian (controlling) aktivitas-aktivitas upaya keperawatan. Focus manajemen keperawatan adalah pengelolaan pelayanan keperawatan dan pengelolaan asuhan keperawatan secara profesional pada tingkat unit/ruang rawat baik di RS m aupun di Puskesmas. Manajemen keperawatan memiliki beberapa prinsip umum diantaranya (Russel C. Swan burg, 1993): 1. Manajemen keperawatan adalah perencanaan. Perencanaan merupakan fungsi m anajemen yang penting yang terdiri dari unsur, standar, pengetahuan dan keteramp ilan dalam mencapai tujuan yang berupa strategi, tanggung jawab dan anggaran. Se lama perencanaan, perawat manajer menganalisa dan mengkaji suatu sistem, menyusu n yang berkaitan dengan organisasi dan tujuan jangka panjang dan jangka pendek, kaji sumber-sumber organisasi yang ada dan mampu serta yang memprioritaskan sert a mengkhususkan aktivitas termasuk alternativ. Perencanaan merupakan langkah per tama yang dapat berjalan dengan baik apabila direncanakan dengan baik. Seorang m anajer keperawatan yang mampu membuat perencanaan yang efektif terhadap apa yang akan mereka jalani ke depan akan mendapatkan hasil yang memuaskan pula. 2. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif. 3. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan Manajemen keperawatan membutuhkan keputusan yang dibuat oleh perawat manajer pad a setiap tingkatan bagian di bangsal atau unit. 4. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian. Pengaturan dan pembagian tugas pada kegiatan keperawatan harus jelas guna mendapatkan pengorganisasian ke perawatan yang baik juga. Tentu saja dengan begitu, setiap perawat sadar akan tu gas dan kewajiban yang seharusnya mereka selesaikan. 5. Manajemen keperawatan adalah bagian yang aktif dari divisi keperawatan, organisasi dan lembaga dimana hal itu berfungsi 6. Manajemen keperawatan adalah mengarahkan atau memimpin. Pengarahan serin g disebut sebagai fungsi memimpin dari manajemen keperawatan. Pengarahan adalah elemen tindakan dari manajemen keperawatan meiputi proses pendelegasian, pengawa san, koordinasi dan pengendalian implementasi rencana organisasi. 7. Manajemen keperawatan adalah komunikasi yang efisien Seorang manajer harus memiliki sifat kepemimpinan yang baik agar dapat membawahi staf-staf yang akan membantunya dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan dan manajem en keperawatan yang berlaku di rumah sakit atau pun puskesmas pada dasarnya tida k jauh beda. Rumah sakit misalnya, dalam pengelolaan kegiatan pelayanan keperawa tan di rumah sakit kepala ruang adalah manager tingkat lini yang mempunyai tangg ung jawab untuk meletakkan konsep praktik, prinsip dan teori manajemen keperawat an serta mengelola lingkungan organisasi untuk menciptakan iklim yang optimal da n menjamin kesiapan asuhan keperawatan oleh perawat klinik (Anonim, 2005). Sedan
gkan menurut Depkes RI tahun 2001 kepala ruang adalah seorang tenaga perawat pro fessional yang diberi tanggung jawab dan wewenang untuk mengelola kegiatan pelay anan keperawatan di suatu ruang rawat. Menurut Nurachmah (2000) seorang manajer keperawatan harus memiliki beberapa kom petensi agar pelaksanaan pekerjaannya dapat berhasil. Kompetensi itu diantaranya kemampuan menerapkan pengetahuan, keterampilan kepemimpinan, kemampuan menjalan kan peran sebagai pemimpin dan kemampuan melaksanakan fungsi manajemen guna mewu judkan kelancaran pelayanan keperawatan di suatu ruang rawat. Bagi perawat manaj er yang bekerja di Rumah Sakit Pemerintah dan mempunyai status sebagai Pegawai N egeri Sipil, kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki berupa pengetahuan, keahlian dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu: kompetensi umum yang merupak an kemampuan dan karakteristik yang harus dimiliki berupa pengetahuan dan perila ku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan yang dipangkunya dan kompete nsi khusus, yaitu: kemampuan dan karakteristik yang berupa keahlian untuk melaks anakan tugas jabatan yang dipangkunya. Salah satu kompetensi umum yang harus dim ilki oleh seorang pejabat atau manajer adalah mampu menumbuhkembangkan inovasi, kreasi dan motivasi pegawai dalam rangka pengoptimalan kinerja organisasi. Sedangkan di puskesmas Dinas Kesehatan Kota mempunyai tugas untuk menetapkan str uktur organisasi puskesmas dengan pertimbangan sebagai fasilitas pelayanan keseh atan masyarakat tingkat I, adapun pola organisasi meliputi kepala, wakil kepala, unit tata usaha, unit fungsional agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaks anaan kegiatan yang nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas program yang dit angani. Struktur organisasi puskesmas 1. Unsur pimpinan: Kepala Puskesmas Tugas pokok: Bertugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan puskesm as yang dapat dilakukan dalam jabatan structural, dan jabatan fungsional. 2. Unsur pembantu pimpinan: Tata usaha Tugas pokok: Bertugas dibidang kepegawaian, keuangan perlengkapan dan surat meny urat serta pencatatan dan pelaporan. 3. Unsur pelaksana: Unit I, II, III, IV, V, VI, VII Tugas pokok: a. Unit I Bertugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencana da n perbaikan gizi. b. Unit II Melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular khususnya im unisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium sederhana. c. Unit III Melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga kerja dan manul a. d. Unit IV Melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan sekolah dan olah raga, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan khusus lainnya. e. Unit V Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya masyarakat dan penyuluhan kesehatan masyarakat, kesehatan remaja dan dana sehat. f. Unit VI Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap g. Unit VII Melaksanakan kegiatan kefarmasian Sistem ketenagaan yang ada di puskesmas dilaksanakan sesuai program yang dikemba ngkan serta kemampuan dana dengan diketahui oleh DKK, kuantitas tenaga didasarka n pada kebutuhan priorotas layanan kesehatan dan pendayagunaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan layanan kesehatan dan profesionalisme pekerjaan. Sesuai PP RI No.32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan yang seharusnya ada adala h tenaga medis, kesehatan masyarakat (penyuluh kesehatan, sanitarian), tenaga gi zi, tenaga keperawatan, farmasi, dan teknisi medis (analis dan perawat gigi). Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa pada dasarnya manajemen dan kepemim
pinan di rumah sakit atau pun di puskesmas sama. Diantara keduanya mempunyai tuj uan utama layaknya tujuan keperawatan secara umum, yaitu untuk meningkatkan stat us kesehatan masayarakat atau pun perorangan yang menjadi target perawatan serta bagaimana manajer masing-masing organisasi memimpin organisasi mereka. 2.3. Metode penugasan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan pusk esmas 1. Ruang rawat Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang berkembang saat ini adalah sebagai berikut : a. Keperawatan Fungsional Keperawatan fungsional merupakan metode penugasan keperawatan paling tua. Metode ini berorientasi pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staf. Seorang perawat terdaftar (RN) bertanggung jawab untuk pemb erian obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan, seorang perawat praktk terd aftar ditugaskan pada penerimaa dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi, pembantu perawat merapikan tempat tidur dan sebagainya. Tidak ada seorang peraw atpun yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan pasien. Setiap perawat bertan ggung jawab pada manajer perawat. Ini efisien dan mungkin sistem terbaik bila d ihadapkan pada jumlah beban pasienyang besardan keterbatasan perawat profesional . Keuntungannya: perawat fungsional dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam wak tu singkat. Kerugiannya: keperawatan fungsional membagi-bagi askep, menurunkan t anggung gugat dan tanggung jawab perawat, membuat hubungan perawat-klien sulit t erbentuk, memberi status hukum keperawatan dalam bentuk tanggung jawab untuk per awatan pasien. Gambar 1 Sistem pemberian asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis dan Huston , 1998) b. Keperawatan Tim Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif (Douglas, 1992). Metode ini berkembang pada awal tahun 1950-an. Disini kelompok perawat akan bekerja bersama untuk memenuhi fungsi perawat fungsional. Tim yang dibuat terdiri dari RN sebagai ketua tim, dan staf RN lain, LPN dan pembantu pe rawat sebagai anggota tim. Tujuan Metode Tim antara lain 1) Memfasilitasi pelaya nan keperawatan yang komprehensif, 2) Menerapkan penggunaan proses keperawatan s esuai standar, 3) Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda. Konsep Metode Tim: • Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik ke pemimpinan. • Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin . • Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. • Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik jika di dukung oleh kepala ruang. Kelebihan : • Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. • Mendukung pelaksanaan proses keperawatan. • Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan memberikan k epuasan kepada anggota tim. Kelemahan : • Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yan g biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu si buk (memerlukan waktu ) • Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk bergantung/be rlindung kepada perawat yang mampu
•
Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur
Gambar 2: Sistem pemberian asuhan keperawatan “ Team Nursing “ (Marquis dan Huston, 1998) c. Metode Primer Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit ( Windy Rakhmawati, 2007). Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan an tara pembuat perencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan a danya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dengan perawat yang ditug askan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pa sien dirawat. Konsep dasar metode primer : • Ada tanggungjawab dan tanggunggugat • Ada otonomi • Ketertiban pasien dan keluarga Kelebihannya : • Model praktek profesional • Bersifat kontinuitas dan komprehensif • Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungki nkan pengembangan diri → kepuasan perawat • Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya Kelemahannya : • Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akontable serta mampu berkolaborasi de ngan berbagai disiplin. • Biaya lebih besar Gambar 3 : Diagram sistem asuhan keperawatan “ Primary Nursing “ (Marquis dan Huston, 1998) d. Metode Kasus Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawa t, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive care. Kelebihan : • Perawat lebih memahami kasus per kasus • Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah Kekurangan : • Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab • Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama. Gambar 4 : Sistem sistem asuhan keperawatan “ Case Method Nursing “ (Marquis dan Hus ton, 1998) 2. Puskesmas Susunan organisasi Puskesmas terdiri dari: a. Unsur pimpinan yaitu Kepala Puskesmas yang mempunyai tugas pokok dan fun gsi memimpin, mengawasi dan mengkoordinir kegiatan Puskesmas. b. Unsur pembantu pimpinan yaitu urusan tata usaha. c. Unsur pelaksana yang meliputi : • Unit I: melaksanakan kegiatan Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA), KB dan perbaikan gizi. • Unit II: melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit, khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium. • Unit III: melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga kerja dan lansia (lanjut usia).
• Unit IV: melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, jiwa, mata dan ke sehatan khusus lainnya. • Unit V: melaksanakan kegiatan di bidang pembinaan dan pengembangan upaya kesehat an masyarakat dan penyuluhan kesehatan masyarakat. • Unit VI: melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap (Puskesmas Perawatan). • Unit VII: melaksanakan pengelolaan farmasi. 2.4. Peran dan Tugas Perawat dalam Manajemen Asuhan Keperawatan Peran Manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkungan. Manajer mempuny ai lima dampak terhadap faktor lingkungan dalam tugas professional yaitu: (1) Ko munikasi, (2) Potensial perkembangan, (3) Kebijaksanaan, (4) Gaji dan Upah, dan (5) Kondisi kerja (Nursalam, 2002). Perawat manajer memilki pearan yang tertuang dalam 3 dimensi, yaitu (Potter Perr y, 2005): 1. Personel, bertanggung jawab untuk mempekerjakan, mengembangkan dan menge valuasi stafnya. Hal ini termasuk penambahan staf, mewawancarai dan mengangkat t enaga baru. Perawat manjer bergantung pada perawat yang lebih berpengalaman untu k menjadi model peran bagi tenaga baru. 2. Anggaran, Perawat manajer diberi tanggung jawab pengembangan anggaran ta hunan unit yang dipimpinnya dan memegang kewenangan untuk mengatur unit sesuai d ana tersebut. 3. Kualitas perawatan, Perawat manajer juga memilki tanggung jawab untuk m emantau kualitas perawatan, menghadapi masalah tenaga kerjanya dan melakukan hal tersebut dalam biaya yang efektif. Selain itu, manajer juga berpartisipasi dala m pembuatan keputusan mengenai pengadaan alat-alat baru dan pengembangan pelayan an yang baru untuk menambah pendapatan. 2.5. Proses Timbang Terima Per-Shift dan Ronde Keperawatan di Ruang Rawat dan Puskesmas Timbang Terima Per-shift Proses timbang terima per-shift (operan) adalah suatu proses dimana suatu tim pe rawat menyampaikan laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien, contohnya menge nai informasi tentang asuhan keperawatan kepada tim perawat yang lain, dan biasa nya dilaksanakan pada akhir shift (Smith, 2004). Timbang terima pasien harus dil akukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap t entang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat itu. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengakura si, mereliabilisasi komunikasi tentang perpindahan informasi yang relevan yang d igunakan untuk kesinambungaan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja (N ursalam, 2002). Gaya utama dalam proses timbang terima terdiri dari timbang terima verbal yang b ertempat di ruangan khusus, rekaman (tape recorder), timbang terima di samping t empat tidur dan timbang terima secara tertulis (Sexton, 2004). Timbang terima se cara verbal dilakukan saat kedua tim perawat yang akan bertukar shift berkumpul dalam ruangan khusus dan melakukan konferensi dan bertukar informasi, model ini memakan waktu lama sehingga banyak keluhan pasien yang tidak dapat tersampaikan. Sedangkan timbang terima yang dilakukan di samping tempat tidur memungkinkan pe rawat menerima informasi terbaru dari pasien dan tidak memakan banyak waktu dala m prosesnya. Proses timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift. Dari nurse station, perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara kom prehensif hal-hal yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien. Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang matang dicatat secara khusus untuk d iserah terimakan pada petugas berikutnya. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima (Nursalam, 2002): 1. Identitas pasien dan diagnosa medis 2. Masalah keperawatan yang masih muncul 3. Tindakan mandiri keperawatan yang telah dilaksanakan 4. Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan
5. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan terhadap prosedur yang t idak rutin dijalankan. Perawat yang melaksanakan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawa b dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan atau be rhak bertanya terhadap keterangan-keterangan yang kurang jelas. Timbang terima h arus dilakukan seefektif mungkin dan proses ini dilakukan tidak lebih dari 5 men it untuk setiap pasien, kecuali dalam kondisi khusus dan memerlukan keterangan y ang rumit. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna (Nursalam, 2002). Prinsip dalam proses timbang terima terdiri dari (Brown, 2010): 1. Informasi harus disampaikan secara verbal dan tertulis 2. Diberikan atau disampaikan oleh perawat yang secara langsung menangani p asien atau mengetahui kondisi pasien 3. Menunda pekerjaan atau kegiatan klinis selama proses timbang terima 4. Merupakan proses komunikasi dua arah, terdapat kesempatan untuk melakuka n klarifikasi 5. Ruang khusus, terpisah dari pekerjaan klinis dan kemungkinan distraksi l ainnya 6. Menggunakan dokumentasi atau laporan yang telah tersedia untuk menghinda ri adanya dokumentasi ganda atau kesalahan transkripsi 7. Berisi laporan singkat dan dikhususkan pada masalah klinis 8. Menghindari penggunaan singkatan dan istilah non spesifik 9. Menghindari asumsi lokal dan pengetahuan budaya Ronde Keperawatan Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masala h keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan, akan tetapi pada kasus terte ntu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat a ssociate dengan melibatkan seluruh anggota tim. Jadi, ronde keperawatan ialah su atu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dasar dari masing-masi ng perawat agar skill atau kemampuan yang dimiliki semakin meningkat dan menjadi setara antara perawat yang satu dengan perawat yang lainnya. Karakteristik dari ronde keperawatan adalah klien dilibatkan secara langsung dan merupakan fokus k egiatan, perawat asosiet, perawat primer dan konselor melakukan diskusi bersama dan konselor memfasilitasi kreatifitas serta membantu mengembangkan kemampuan pe rawat asosiet dan perawat primer dalam mengatasi masalah (Sitorus, 2005). Tujuan dari ronde keperawatan adalah menumbuhkan cara berpikir secara kritis, me numbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien , meningkatkan validitas data klien, menilai kemampuan justifikasi, meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja, dan meningkatkan kemampuan untuk memodifik asi rencana keperawatan (Sitorus, 2005). Peran dari masing-masing anggota tim dalam ronde keperawatan sangat penting untu k memaksimalkan keberhasilan dalam pekerjaan, diantaranya yaitu (Sitorus, 2005): 1. Peran perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim) a) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien b) Menjelaskan masalah keperawatan utama c) Menjelaskan intervensi yang belumdan yang akan dilakukan d) Menjelaskan tindakan selanjutnya e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil 2. Peran ketua tim lain dan konselor a) Memberikan justifikasi b) Memberikan reinforcement c) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tinda kan yang rasional d) Mengarahkan dan koreksi e) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari Pelaksanaan ronde keperawatan dimulai dari penjelasan tentang klien oleh perawat primer, dalam hal ini penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencan a tindakan yang akan atau telah dilaksanakan. Proses selanjutnya adalah diskusi
antar anggota tim mengenai kasus tersebut, pemberian justifikasi oleh perawat pr imer, konselor atau kepala ruangan tentang masalah klien, serta tindakan yang ak an dilakukan dan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah atau yan g akan ditetapkan (Sitorus, 2005). 2.6. Dokumentasi dalam Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat dan Puskesmas Dokumentasi merupakan pernyataan tentang kejadian atau aktivitas yang otentik de ngan membuat catatan tertulis. Dokumentasi keperawatan berisi hasil aktivitas ke perawatan yang dilakukan perawat terhadap klien, mulai dari pengkajian hingga ev aluasi (Asmadi, 2008). Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tindakan keperawata n yang dilakukan perawat terhadap klien baik di rumah sakit maupun puskesmas. Ka renanya perlu dibuat sebuah format yang disepakati bersama terkait bentuk pendok umentasian proses keperawatan dimulai dari pengkajian hingga evaluasi. Kualitas pendokumentasian keperawatan dapat dilihat dari kelengkapan dan keakuratan menul iskan proses asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien, yang meliputi peng kajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan evaluasi (Nursalam,2008). Beb erapa hal yang patut diperhatikan bahwa dokumentasi keperawatan merupakan sarana komunikasi dari satu profesi ke profesi lainnya terkait status klien. Untuk itu bentuk penulisannya harus jelas dan tidak menggunakan istilah ataupun singkatan apapun. Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, Dengan demikian akan d apat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan yang d iberikan, guna pembinaan dan pengembangan lebih lanjut, Hal ini selain bermanfaa t bagi peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu perawat dalam mencapi tingka t kepangkatan yang lebih tinggi. Komponen model dokumentasi keperawatan meliputi tiga aspek, yaitu keterampilan. berkomunikasi, keterampilan mendokumentasikan, dan standar dokumentasi itu sendi ri. Keterampilan berkomunikasi digunakan perawat dalam hal pengumpulan data misal da lam hal pengkajian. Perawat dituntut mampu melakukan komunikasi terapeutik yang efektif dalam asuhan keperawatan yang dilakukannya. Perawat harus memberikan pen dapat dan pemikirannya serta menerima pendapat dan pemikiran perawat lainnya set iap kali melihat dokumentasi keperawatan. Agar pendapat dan pemikirannya dapat d isampaikan dengan baik, perawat memerlukan keterampilan dalam menulis (mendokume ntasikan), tentunya sesuai dengan standar dokumentasi yang berlaku. Adapun tujuan utama dari pendokumentasian keperawatan antara lain (Nursalam, 200 1): 1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mendokumentasikan k ebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan asuhan keperawatan, dan mengevaluasi intervensi. 2. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika. Hal ini juga un tuk menyediakan: a. bukti kualitas asuhan keperawatan b. bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada klien c. informasi terhadapa perlindungan individu d. bukti aplikasi standar ppraktik keperawatan e. sumber informasi statistik untuk standar dan riset keperawatan f. pengurangan biaya informasi g. sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan h. komunikasi konsep risiko asuhan keperawatan i. informasi untuk peserta didik keperawatan j. persepsi hak klien k. dokumentasi untuk tenaga profesional, tanggung jawab etik, dan menjaga k erahasiaan informasi klien l. suatu data keuangan yang sesuai m. data perencanaan pelayanan kesehatan di masa datang. Manfaat dari pendokumentasian proses keperawatan menurut Nursalam (2001) antara lain:
a. Hukum Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai h ukum, Bila terjadi suatu masalah (minconduct) yang berhubungan dengan profesi ke perawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu, Dokumentasi tersebut dapat dipergunak an sebagai barang bukti di pengadilan, Oleh karena itu data-data harus diidentif ikasi secara lengkap, jelas, obyektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan ( perawat), tanggal dan perlunya dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan interprestasi yang salah. b. Jaminan Mutu (Kualitas Pelayanan) Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberi kemudahan bagi peraw at dalam membantu menyelesaikan masalah klien dan untuk mengetahui sejauh mana m asalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat, Hal ini akan membantu meningkatkan mu tu pelayanan keparawatan. c. Komunikasi Dokumentasi keadaan klien merupakan alat “perekam” terhadap masalah yang berkaitan d engan klien, Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang a da sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan kepera watan. d. Keuangan Dokumentasi dapat bernilai keuangan, Semua tindakan keperawatan yang belum, seda ng dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat dipergunakan sebagai ac uan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi klien. e. Pendidikan Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai pendidikan ,karena isinya menyangkut kro nologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan a tau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan. f. Penelitian Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian, Data yang terdapat didalamny a mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bagian atau obyek riset dan pengembangan profesi keperawatan. g. Akreditasi Ada beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap meningkatnya penekanan pad a dokumentasi keperawatan (Marelli, 2007). 1. Ekonomi sistem perawatan kesehatan dan Managed Care saat ini Dalam responnya terhadap biaya perawatan kesehatan yang terus meningkat, pembaya r pihak ketiga (mis. Pemerintah, perdagangan, dan bisnis asuransi jiwa) terus me lakukan penyelidikan yang cermat serta pengawasan terhadap kebenaran dan tindaka n terkait perawatan klien mereka. Catatan klinis adalah sumber yang tepat bagi p embayar pihak ketiga untuk membuat keputusan akan membayar atao menolak pembayar an terkait biaya perawatan. Hal ini menjadikan dokumentasi keperawatan menjadi d asar untuk keputusan tersebut. 2. Penekanan pada perbaikan performa, pencapaian hasil, dan nilai dalam per awatan kesehatan Kebutuhan klien akan pelayanan kesehatan yang baik dapat dilihat dari data perfo rma lembaga tersebut. banyak data yang dibuat berdasarkan hasil klinis, dan sala h satu kontribusi terbesar dalam hasil klinis tersebut adalah proses asuhan kepe rawatan. Selain itu, banyak konsumen dalam hal ini klien yang mulai mencari pera watan kesehatan berdasarkan pada performa dari masing-masing lembaga penyedia la yanan kesehatan. dokumentasi klinis dapat menjadi acuan dalam tingkat pencapaian hasil dalam perawatan. Dokumentasi klinis juga merupakan bukti tertulis mengena i kolaborasi interdisiplin dalam bentuk komunikasi tim, pertemuan, konferensi, m aupun aktivitas lainnya. 3. Penekanan pada standarisasi perawatan dan proses perawatan Setiap klien memiliki hak untuk mendapatkan perawatan yang sama pada tingkat dan standar tertentu. Suatu standar digunakan sebagai landasan dalam praktikprofesi , termasuk pemberian perawatan oleh perawat kepada pasien. Beberapa bentuk stand ar dalam perawatan antara lain setiap pasien berhak mendapatkan pengkajian keper
awatan yang komprehensif, setiap pasien mendapatkan rencana keperawatan tertulis yang dibuat dan direvisi oleh perawat, dan lainnya. Masyarakat sebagai klien me njadi lebih menuntut terpenuhinya standar sehingga melalui pendokumentasian yang lengkap dan efektif, perawat menunjukkan bahwa standar perawatan telah terpenuh i. 4. Pengenalan lanjut dan wewenang profesi keperawatan Dokumentasi keperawatan secara jelas merupakan bagian dari standar praktik ANA ( American Nursing Association). Dokumentasi yang jelas menunjukkan nilai perawat profesional sebagai bukti dalam kaitan dengan intervensi keperawatan untuk menca pai hasil perawatan pasien yang efektif. 5. Persoalan hukum di antara profesional perawatan kesehatan Persoalan hukum dalam pemeberian tindakan keperawatan seringkali terjadi, salah satu bentuknya yaitu tuduhan mengenai malpraktik dalam perawatan klien. Jika kas us seperti hal diatas dibawa ke pengadilan, maka standar perawatan ditetapkan se bagai dasar dalam penetapan keputusan. Dokumentasi keperawatan sebagai bagian da ri standar dapat membuktikan apakah tuduhan yang diberikan benar terbukti serta menunjukkan apakah pemberian perawatan telah sesuai standar atau tidak. Dokumentasi keperawatan merupakan bentuk pelaksanaan standar profesi dan pertang gung jawaban atas tindakan yang telah dilakukan perawat baik di rumah sakit maup un lembaga pemberi asuhan keperawatan lainnnya seperti puskesmas. Dokumentasi pr oses asuhan keperawatan yang baik dan berkualitas haruslah akurat, lengkap dan s esuai standar. Apabila kegiatan keperawatan tidak didokumentasikan dengan akura t dan lengkap maka sulit untuk membuktikan bahwa tindakan keperawatan telah dila kukan dengan benar (Hidayat, 2004). Pendokumentasian proses asuhan keperawatan m erupakan suatu proses yang harus dilaksanakan oleh perawat pelaksana sebagai bag ian dari standar kerja yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Kemajuan teknologi serta tuntutan akan kinerja yang efektif membuat sistim pendo kumentasian keperawatan mengalami perubahan, salah satunya dari sistim dokumenta si manual menuju terkomputerisasi. Beberapa rumah sakit dan puskesmas telah mela ksanakan sistim pendokumentasian keperawatan terkomputerisasi (Electric health r ecord) tersebut. Dengan sistim pendokumentasian ini, perawat memiliki kemudahan dalam melakukan dokumentasi baik dari segi waktu, biaya, dan keefektifitasan ker ja. Beberapa manfaat dari electronik health Record antara lain: a. Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan b. Tidak perlu gudang yang besar dalam penyimpanan arsip c. Penyimpanan data (Record )pasien menjadi lebih lama d. EHR yang dirancang dengan baik akan mendukung ototnomi yang dapat dipert anggung jawabkan e. Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu dala m pengambilan keputusan yang cepat juga. f. Meningkatkan produktivitas bekerja g. Mengurangi kesalahan dalam menginterprestasikan pencatatan. Sedangkan menurut pendapat lain terdapat beberapa keuntungan utama dari dokument asi berbasis komputer yaitu: a. Standarisasi, terdapat pelaporan data klinik yang standar yang mudah dan cepat diketahui b. Kualitas, meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkat kan waktu perawat berfokus pada pemberian asuhan c. Accessibility & legibility, mudah membaca dan mendapat informasi klinik tentang semua pasien dan suatu lokasi Studi literatur tentang pendokumentasian proses asuhan keperawatan, saat ini sis tem pendokumentasian masih banyak dilakukan secara manual. Apabila terjadi kasus hukum, tulisan tangan sangat sulit dipertanggungjawabkan. Selain itu pendokumen tasian asuhan keperawatan secara manual membutuhkan waktu yang lama dan sangat t idak efektif. Sebuah survei 2008 oleh perguruan tinggi di Amerika menemukan bahw a satu juta jam per minggu dihabiskan oleh perawat di formulir-mengisi, dan hamp ir 90 persen mengatakan dokumen telah meningkat selama lima tahun sebelumnya. De ngan sistem dokumentasi yang berbasis komputer pengumpulan data dapat dilaksanak
an dengan cepat dan lengkap, penyimpanan data yang aman, akses untuk mendapatkan data lebih mudah serta penghematan biaya dalam pendokumentasian. 2.7. Upaya Peningkatan Kualitas Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan agar S esuai dengan Kualitas Akreditasi Secara Internasional / JCI Kepemimpinan dan manajemen keperawatan sangat berpengaruh terhadap pelayanan kep erawatan yang secara langsung diterima oleh pasien. Oleh karena itu, peningkatan kualitas kepemimpinan dan manajemen keperawatan harus terus dilakukan agar pemb erian asuhan keperawatan dapat meningkat demi tercapainya kesejahteraan pasien. Sesuai dengan UU Rumah Sakit No. 44 Tahun 2009, peningkatan kualitas juga membut uhkan sebuah standar agar dapat diukur pencapaiannya. Di dunia internasional, te rdapat sebuah organisasi akreditasi yang berpusat di Amerika Serikat, yakni Join t Commision International (JCI). JCI adalah badan internasional dari The Joint C ommission adalah organisasi non pemerintah nonprofit yang merupakan badan akredi tasi pelayanan kesehatan terbesar di Amerika yang selama lebih dari 75 tahun tel ah mensurvei hampir 16.000 program pelayanan kesehatan melalui proses akreditasi . Misi JCI adalah meningkatkan mutu dan keselamatan pelayanan kesehatan di komun itas internasional. Akreditasi biasanya bersifat sukarela. Akreditasi menunjukkan komitmen nyata seb uah organisasi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas p erawatan pasien, memastikan bahwa suatu lingkungan perawatan itu aman, dan terus berupaya untuk mengurangi risiko bagi para pasien dan petugas kesehatan. Seluru h dunia telah memandang perlunya akreditasi sebagai cara efektif untuk mengevalu asi mutu suatu usaha pelayanan kesehatan, yang sekaligus juga berperan sebagai s arana manajemen. Upaya yang dapat dilakukan guna meningkatkan kualitas kepemimpinan dan manajemen keperawatan yang sesuai dengan kualitas akreditasi secara internasional antara lain: 1. Penggunaan e document (electronic document) dalam pengendalian dokumen d i rumah sakit. Penggunaan sistem ini dapat digunakan sebagai media informasi komputer yang tel ah berbasis jaringan yang bisa di akses berbagai tempat, guna melihat dokumen-do kumen mutu yang telah terbit oleh tim pengendali dokumen. Contoh riilnya adalah SIM (Sistem Informasi Manajemen) yang digunakan untuk pendokumentasian askep, SO P dalam askep, serta proses evaluasi askep. 2. Pelatihan Manajemen Keperawatan Tanggung jawab utama manajer keperawatan adalah untuk merencanakan, mengorganis ir, memotivasi, dan mengendalikan kerja staf perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Kepala ruang yang merupakan pimpinan terdekat dengan pasien harus m engetahui peran vitalnya sehingga mereka dapat bekerja secara profesional dan pe rannya tepat sasaran. 3. Dibuatnya lingkungan kerja yang kondusif Lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap efektifitas kinerja seseorang, tak terkecuali perawat. Dengan lingkungan yang kondusif, yakni lingkungan yang sesua i dengan hak dan kewajiban mereka, bisa dipastikan proses asuhan keperawatan yan g dilakukan dapat berjalan lebih optimal. Dengan itu pula, manajer dapat lebih m udah dalam melakukan manajemen di ruangan atau rumah sakit tersebut. 4. Pengembangan pendidikan keperawatan yang profesional Semua hal akan bermula dari sini. Untuk menetak perawat yang profesional, dibutu hkan pendidikan keperawatan yang profesinal, begitu halnya dengan manajemen kepe rawatan yang ada, karena seorang manajer adalah seorang perawat juga. 5. Melakukan riset keperawatan Riset keperawatan merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dilakukan pera wat di era global. Dari hasil kajian tersebut, dapat diambil kesimpulan apakah a suhan keperawatan yang diberikan sudah maksimal atau belum. Hal itu akan sejalan dengan kualitas kepemimpinan dan manajemen keperawatan yang mengatur di atasnya . Hasil riset dapat dijadikan acuan untuk membuat perencanaan yang lebih matang dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Perawat sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan adalah salah satu kunci pokok untuk meluluskan sebuah rumah sakit dalam proses akreditasi, apalagi yang sifat
nya internasional seperti JCI. Karena itulah, manajemen dalam keperawatan harus profesional. Pada akhirnya, untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan dan manajem en keperawatan dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak yang terkait. Tak hanya d ari internal perawat, tetapi juga rekan kerja lain, yang mempunyai visi misi yan g sama yakni untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
BAB III PENUTUP KESIMPULAN Dalam keperawatan, manajemen berhubungan dengan perencanaan (planning), perngorg anisasian (organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling) aktivitas-aktivitas upaya keperawatan . Manajemen kep erawatan adalah perencanaan, merupakan poin utama untuk seluruh aktivitas dalam proses asuhan keperawatan. Manajemen keperawatan mencakup semua aspek yang ada d alam suatu lembaga pemberi asuhan keperawatan dan dilaksanakan oleh seluruh piha k dan saling berhubungan. Dalam pelaksanaan manajemen keperawatan dibutuhkan pen erapan kepemimpinan sebagai ‘leader’ dalam sistim manajemen tersebut sehingga manaje men yang telah dirancang dapat terlaksana dengan semestinya. Manajemen keperawat an memastikan bahwa seluruh aspek melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga ter ciptanya kinerja yang optimal dan tercapainya tujuan bersama. SARAN Manajemen keperawatan erat kaitannya dengan pelaksanaan asuhan keperawatan sehin gga diharapkan dengan adanya manajemen yang baik, pemberian tindakan juga memili ki tingkat yang baik. Dalam manajemen keperawatan diperlukan adanya pemimpin yan g mampu mengarahkan seluruh aspek dalam sistim manajemen menuju hasil yang ingin dicapai bersama. Manajemen keperawatan mencakup hal inti lainnya seperti proses -proses asuhan keperawatan seperti pengkajian hingga prses dokumentasi. Untuk it u diharapkan setiap perawat memiliki pemahaman yang benar mengenai sistim manaje men keperawatan dan dapat melaksanakannya sebagaimana mestinya sehingga sistim m anajemen yang telah dirancang dapat terlaksana sehingga dapat tercapainya tujuan bersama. Daftar Pustaka Annonymous.(2005). Manejemen Pelayanan Keperawatan. Pusat Pengembangan Keperawat an Carolus (PPKC). Modul Pelatihan Manajemen Bidang Keperawatan. Tidak dipublika sikan. Jakarta. Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Brown, A. (2010). Review of Nursing Shift to Shift Handover at a Regional Hospit al. http://www.changechampions.com.au/resource/Andrew_Brown.pdf. Depkes RI. (1994). Pedoman Uraian Tugas Tenaga Perawat Di Rumah Sakit. Cetakan : II. Jakarta: Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes RI. (2001). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Standar Manajemen Pe layanan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana Kesehatan. Cetakan: I. Jakarta: Dire ktorat Jendral Pelayanan Medik. Dessler, Gary. 1998. Human Resource Management. Jakarta: Prenhallindo. Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th. Ed, . Mosby - year book, Inc. Hidayat (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba. Marelli, T.M. (2007). Buku Saku Dokumentasi Keperawatan (terj. Oleh Egi Komara Y udha). Jakarta: EGC. Marquis, B.L. dan Huston, C.J. 1998. Management Decision Making for Nurses (3rd ed). Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher. McLeold, Raymond, DKK. 2009. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan; Konsep dan Praktik Edisi 2 . Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Prof esional. Jakarta: Salemba Medika. Rakhmawati, Windy. 2007. ”Metode Penugasan Tim dalam Asuhan Keperawatan”. Sexton, A. C., et al. (2004). Journal of Nursing Management: Nursing handovers: do we reall y need them?. http://publicationslist.org/data/m.elliott/ref-10/Nursing%20handov ers%20-%20do%20we%20really%20need%20them.pdf. Siagian, Sondang P. (2004). Filsafat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara. Sitorus, R. (2005). Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakart a: EGC. Smith, G.D. (2004). Get Set for Nursing. Edinburgh: Edinburgh University Press. Suarli dkk.2002.Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta: Erlang ga. Swanburg, Russel C. (1993). Introductory Management and Leadership for Clinical Nurses. One Exeter Plaza: Jones & Barlett Publishers, Inc. Tead, Ordway. (1951). The Art of Administratiuon. New York: McGraw-Hill. Yukl, Gary A. 1998. Leadership in Organization. Jakarta: Prenhallindo http://ners.unair.ac.id/materikuliah/BUKU-MANAJEMEN-2011.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789166854/Chapter%20II.pdf