BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut
bahan-bahan kimia hasil
metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri (Wikipedia, 2013a). Menurut Pearce (2006) darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri atas tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah. Beberapa fungsi darah adalah membawa nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan menuju ke jaringan tubuh, membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan, membawa karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru, membawa produk buangan dari berbagai jaringan menuju ke ginjal untuk diekskresikan, membawa hormon dari kelenjar endokrin ke organ-organ lain didalam tubuh, berperan penting dalam pengendalian suhu tubuh dengan cara mengangkut panas dari struktur yang lebih dalam menuju ke permukaan tubuh, ikut berperan dalam mempertahankan keseimbangan air, sistem buffer seperti bicarbonat di dalam darah membantu mempertahankan pH yang konstan pada jaringan dan cairan tubuh, pembekuan darah pada luka mencegah terjadinya kehilangan darah yang berlebihan pada waktu luka, serta mengandung faktorfaktor penting untuk pertahanan tubuh terhadap penyakit (Frandson, 1996).
7
8
Menurut ITBI (2011) kandungan yang terdapat dalam darah yaitu air 91%, protein 3% (albumin, globulin, protombin dan fibrinigen), mineral 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium, kalsium, zat besi) dan bahan organik 0,1% (glukosa, lemak asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino). 2.2 Packed Cell Volume (PCV)/ Mikrohematokrit Nilai mikrohematokrit adalah suatu istilah yang menggambarkan persentase volume total eritrosit dengan volume darah. Penentuannya dilakukan dengan mengisi tabung mikrohematokrit dengan darah yang diberi zat antikoagulan agar tidak menggumpal, kemudian dilakukan sentrifuse sampai selsel mengumpul di dasar (Frandson, 1996). Dengan
kata lain, nilai
mikrohematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan dinyatakan dalam % dari volume darah itu. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai PCV antara lain umur, ras dan jenis kelamin. Nilai PCV merupakan petunjuk yang sangat baik untuk menentukan volume total eritrosit dalam sirkulasi darah (Indrawati, 2011). Eritrosit yang mempunyai berat jenis tinggi dapat dipisahkan dari unsur lainnya dengan cara pemusingan yang cepat. Urutan lapisan yang terjadi pada mikrohematokrit adalah (dari atas ke bawah): 1. Plasma: berwarna kuning; 2. Buffi coat: berwarna abu-abu sampai abu-abu kemerahan yang susunannya terdiri atas trombosit, leukosit dan eritrosit; 3. Eritrosit: merupakan lapisan yang berwarna merah gelap (Dharmawan, 2002). Pada sebagian besar hewan piaraan mempunyai nilai hematokrit dari 38 40% dengan rata-rata 40% (Cholacha, 2010)
9
2.3 Eritrosit Sel darah merah (eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf dan tidak mempunyai inti. Sel darah merah atau eritrosit mempunyai garis tengah 5,0-7,34 mikron yang berfungsi secara khusus dalam transportasi oksigen. Warnanya kuning kemerahan, karena didalamnya mengandung suatu
zat yang disebut
hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung oksigen (ITBI, 2011). Fungsi sel darah merah adalah mengikat oksigen (oksihemoglobin) dari paru–paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru–paru. Sebagian besar eritrosit bersirkulasi dalam waktu yang terbatas dengan kisaran bervariasi dari 2-5 bulan pada hewan domestikasi dan tergantung spesies. Masa hidup eritosit unggas lebih pendek dari mamalia yaitu berumur 28–45 hari dan pada hewan umumnya kira-kira 25 hingga 140 hari (Guyton, 1986). Eritrosit dari hewan dewasa dibentuk didalam sumsum tulang belakang, sedangkan pada waktu masih janin dihasilkan oleh hati, limpa, dan nodus limfatikus (Frandson, 1992). Menurut Guyton (1997) Sel darah merah yang sudah tua dihancurkan di dalam hati. Proses pembentukannya dalam sumsum tulang melalui beberapa tahap. Mula-mula besar bernukleus dan tidak berisi hemoglobin kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya dan siap diedarkan dalam sirkulasi darah yang kemudian akan beredar di dalam tubuh selama lebih kurang 25- 140 hari (Guyton, 1986).
10
Komponen utama sel darah merah adalah molekul haemoprotein (hemoglobin) yang terdiri dari 60-70% H2O, 28-35% hemoglobin mengisi kirakira sepertiga dari masa eritrosit. Pada mamalia eritrosit tidak berinti, sedangkan pada unggas dan unta eritrosit berinti (Guyton, 1997). 2.4 Hemoglobin Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Pada sebagian hewan tak bertulang belakang atau invertebrata yang berukuran kecil, oksigen langsung meresap ke dalam plasma darah karena protein pembawa oksigennya terlarut secara bebas. Zat besi dalam bentuk Fe2+ dalam hemoglobin memberikan warna merah pada darah. Dengan menggunakan metode elektrophoresis, hemoglobin dapat ditemukan. Molekul hemoglobin terdiri atas dua cincin, haem dan globin yang disintesis sendiri-sendiri. Rantai haem mengandung besi dan merupakan tempat pengikatan oksigen. Molekul ini memiliki kemampuan mengambil dan menggantikan oksigen dengan tekanan relatif tipis (Guyton, 1997). Dalam keadaan normal 100 ml darah mengandung 15 gram hemoglobin yang mampu mengangkut 0,03 gram oksigen. Umumnya pada sebagian besar darah hewan normal nilai hemoglobinnya antara 13-15 gram/100ml (Cholacha, 2010). 2.5 Mencit Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus) yang berukuran kecil.
Hewan
ini
diduga
sebagai mamalia terbanyak
kedua
di
dunia,
setelah manusia. Mencit sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat manusia, sehingga tidak sulit untuk mengembangbiakkannya (Wikipedia,
11
2013b). Itulah sebabnya hewan ini sering digunakan sebagai hewan laboratorium. Berikut Tabel 2.1 yang menggambarkan data biologis mencit. Tabel 2.1 Data Biologis Mencit Lama hidup
1-2 tahun, ada yang mencapai 3 tahun
Lama bunting
19-21 hari
Kawin sesudah beranak
1 sampai 24 jam
Umur disapih
21 hari
Umur dewasa
35 hari
Umur dikawinkan
8 minggu
Perkawinan
Pada waktu estrus
Ovulasi
Dekat akhir periode estrus, spontan
Fertilisasi
2 jam setelah kawin
Berat dewasa
20-40 gram jantan sedangkan yang betina 18-35 gram
Berat lahir
0.5-1 gram
Jumlah anak
Rata rata 6, bisa 15
Suhu atau rektal
35-39⁰C (rata rata 37,4⁰C)
Pernafasan
140-180/menit, turun menjadi 80 dengan anastesi, naik sampai 230 dalam stress.
Denyut jantung
600-650/menit, turun menjadi 350 dengan anastesi, naik sampai 750 dalam stress
Tekanan darah
130-160 sistol; 102-110 diastol, turun menjadi 110 sistol, 80 diastol pada waktu anastesi
Konsumsi oksigen
2,38-4,48 ml/gr/jam
Volume darah
75-80 ml/kg
Sel darah merah
7,7-12,5 X 10 6/mm³
Sel darah putih
6,0-12,6 x 106/mm³
Neutrofil
12-30%
Limfosit
55-85%
Monosit
1-12%
Eosinofil
0,2-4,0%
PCV
41-48%
Trombosit
150-400 x 10³/mm³
Hb
13-16 gram/100ml
Protein plasma
4,0-6,8gram/100ml
AST (SGOT)
23,2-48,4 IU/liter
Sumber: Mankoewidjojo (1988)
12
2.6 Temulawak 2.6.1 Klasifikasi temulawak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman asli Indonesia dan banyak tersebar di Pulau Jawa, Madura, Maluku, dan Kalimantan (Herman,1985).
Temulawak
yang
mempunyai
nama
ilmiah
Curcuma
xanthorrhiza Roxb. adalah tanaman obat-obatan yang tergolong dalam suku temutemuan (Zingiberacea). Temulawak merupakan sumber bahan pangan, pewarna, bahan baku industri (seperti kosmetika), maupun dibuat makanan atau minuman segar (Dalimartha, 2007). Temulawak banyak ditemukan di hutan-hutan daerah tropis namun sekarang tanaman ini telah dibudidayakan di sekitar pekarangan rumah. Temulawak juga berkembang baik di tanah tegalan sekitar pemukiman, terutama pada tanah yang gembur, sehingga buah rimpangnya mudah berkembang menjadi besar. Daerah tumbuhnya selain di dataran rendah juga dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian tanah 1.500 meter di atas permukaan laut (Susanti, 2009). Menurut Afifudin (2009) klasifikasi temulawak adalah sebagai berikut : Divisi Sub divisi Kelas Ordo Keluarga Genus Spesies
: Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Zingiberales : Zingiberaceae : Curcuma : Curcuma xanthorrhiza Roxb.
Gambar 2.1 Temulawak (Hanafi, 2012)
13
Bagian tanaman temulawak yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian rimpang atau umbi akar. Bagian pinggir penampangnya berwarna kuning muda, sedangkan bagian tengahnya berwarna kuning tua, memiliki aroma tajam dan rasa yang pahit. Bagian rimpang ini biasanya dipanen setelah berumur 8–12 bulan (Afifudin, 2009). 2.6.2 Kandungan temulawak Kandungan kimia rimpang temulawak sebagai sumber bahan pangan, bahan baku obat industri atau bahan baku obat dapat dibedakan atas beberapa fraksi, yaitu fraksi pati, fraksi kurkuminoid, fraksi minyak atsiri dan zat-zat penyebab rasa pahit dan sebagainya (Sidik dkk, 1995). Selain ketiga fraksi di atas, masih terdapat kandungan lain dalam rimpang temulawak, yaitu air sekitar 75% pada temulawak segar lemak, serat kasar, dan protein. Kandungan berbagai komponen tersebut sangat tergantung pada umur rimpang pada saat dipanen dan jika dibandingkan dengan jenis curcuma yang lain maka temulawak memiliki kandungan minyak atsiri yang tinggi (Afifudin, 2009). Sumiaty (1997) menyebutkan bahwa komposisi rimpang kering temulawak (dengan kadar air 10%) terdiri atas pati (58.24%), lemak (12.10%), kurkumin (1.55%), serat kasar (4.20%), abu (4.90%), protein (2.90%), mineral (4.29%), dan minyak atsiri (4.90%). Komposisi kandungan kimia pada rimpang temulawak dan khasiat untuk kesehatan disajikan pada Tabel 2.2.
14
Tabel 2.2 Kandungan Kimia dalam Temulawak dan Khasiatnya No.
Kandungan kimia
Khasiat untuk kesehatan
1.
Zat tepung
Meningkatkan kerja ginjal
2.
Kurkumin
Antiinflamasi
3.
Minyak atsiri
Antiinflamasi, antihepatotoksik
4.
Kurkuminoid
Antikeracunan empedu, antikolestrol.
5.
Fellandrean
Anemia, antioksidan, dan antikanker
6.
Turmerol
Antimikroba, sakit limpa, dan asma
7.
Kamfer
Meningkatkan nafsu makan
8.
Glukosida
Obat jerawat, sakit pinggang
9
Foluymetik
Sakit kepala, cacar
10
Karbinol
Sariawan, asma, dan nyeri haid.
Sumber: Istafid (2006)