BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiologi Kehamilan Kehamilan adalah suatu peristiwa alami dan merupakan mata rantai yang berkesinambung dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010). Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat pada peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi protein pengikat gizi dalam sirkulasi darah begitu juga dengan penurunan gizi mikro (Andonotopo & Arifin, 2005). Ibu hamil juga mengalami suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stress, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar (Ruben, 1967a: Lederman, 1984: Stainton,1985) dalam (Yeyeh A, 2009). 2.1.1 Adaptasi Fisiologi Selama Kehamilan Pada trimester I sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta. Suplai darah ke dalam rahim meningkat seiring dengan perkembangan rahim dan memenuhi kebutuhan plasenta yang mulai berfungsi. Pada trimester II, ukuran jantung membesar karena ada peningkatan beban kerja yang disebabkan meningkatnya cardiac output. Jantung juga dapat bergeser ke kanan dan ke kiri serta berputar karena tekanan uterus meningkat yang disebabkan oleh perkembangan uterus.
Universitas Sumatera Utara
Volume darah meningkat, tetapi tekanan darah cenderung menurun. Sedangkan pada trimester III volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah sehinggat terjadi pengenceran darah. Hemodilusi mencapai puncaknya pada umur kehamilan 32 minggu, serum darah bertambah sebesar 25-30%. Selama kehamilan, dengan adanya peningkatan volume darah pada hampir semua organ dalam tubuh, terlihat adanya perubahan yang signifikan pada sistem kardiovaskuler (Jannah N, 2012). Pada ibu hamil juga terjadi peningkatan aliran darah ke otak, uterus, ginjal, payudara dan kulit. Peningkatan ini artinya sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fetus. Volume darah merah dan plasma juga meningkat selama kehamilan seiring dengan peningkatan curah jantung. Pembentukan darah merah juga meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan dasar sebesar 30%-33%. Keadaan ini membutuhkan banyak bahan-bahan pembentukan sel darah merah seperti zat besi, asam folat, dan lainnya pada ibu hamil. Peningkatan kebutuhan ini cenderung mengakibatkan anemia pada ibu hamil, dimana Hb menurun dan juga Hematokrit (Tarwoto & Wasnidar, 2007). Peningkatan volume darah terjadi selama kehamilan mulai pada 10-12 minggu usia kehamilan dan secara progresif sampai dengan usia kehamilan 30-34 minggu. Volume darah meningkat kira-kira 1500ml (primigravida 1250ml, mulitigravida 1500ml, dan kehamilan kembar 2000ml). normalnya terjadi peningkatan 8,5%-9% dari berat badan atau terjadi peningkatan 25%-45% diatas manita tidak hamil (Irene M. Bobak, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Walsh L.V (2007) mengatakan, sistem hematologic pada ibu hamil juga mengalami perubahan yang signifikan sebagai upaya untuk memenuhi kecukupan perfusi dengan adanya peningkatan ruang pembuluh darah, untuk melindungi organ-organ ibu dan janin dari efek fostural terhadap tekanan dan aliran darah, serta melindungi ibu terhadap kehilangan darah pada saat persalinan. Jumlah darah yang bersirkulasi meningkat antara 30% - 50% selama kehamilan, dengan rata-rata peningkatan 1,5 liter. Jumlah darah mengalami perubahan pada kira-kira 6 minggu umur kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke-30 sampai 34. Volume plasma meningkat rata-rata 50%, yang dimulai pada minggu ke-6 kehamilan. Peningkatan selanjutnya terjadi pada trimester kedua. Volume plasma menetap pada minggu ke-32 sampai 34 kehamilan. Hipervolemia pada kehamilan menyebabkan pengenceran protein plasma dan komponen sel-sel darah. Keadaan ini menyebabkan penurunan kekentalan (viskositas) darah sampai 20%, dan mengakibatkn penurunan tahanan aliran darah. 2.1.2 Kebutuhan Nutrisi Selama Kehamilan Nutrisi pada ibu hamil sangat menentukan status kesehatan ibu dan janinnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil adalah keadaan social ekonomi keluarga ibu hamil, keadaan kesehatan dan gizi ibu, jarak kelahiran, usia kehamilan pertama, dan kebiasaan ibu mengkonsumsi obat-obatan, perokok, pengguna kopi (Arisman, 2004). Huliana (2001) mengatakan, hal penting yang harus diperhatikan ibu hamil adalah makanan yang dikonsumsi terdiri dari susunan menu yang seimbang, mengandung unsur-unsur sumber tenaga, pembangun, pengatur dan pelindung.
Universitas Sumatera Utara
Sumber tenaga (energi) diperoleh dari karbohidrat dan asam lemak, sumber pembangun diperoleh dari protein hewani dan nabati yang dibutuhkan untuk membentuk placenta dan untuk menambah unsur-unsur cairan darah terutama Hb dan plasma. Sedangkan sumber pengatur dan pelindung diperoleh dari air, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelamcaran proses metabolisme. Gizi seimbang selama kehamilan adalah tercukupinya kebutuhan akan zatzat gizi selama kehamilan dan sesuai dengan kebutuhan pada tiap semesternya (Mitayani dan Sartika W, 2010) Tabel 1. Contoh Menu Ibu Hamil Sesuai Ukuran Rumah Tangga (URT) Waktu Jenis Hidangan URT SM I URT SM II URT SM III Pagi Nasi/bubur 1sd nasi/1 1 ½ sd nasi 1 ½ sd nasi Tempe/tahu mgkk 1pt sedang 2pt sedang Susu 1pt sedang 1gls 1gls 1gls Selingan 1 Krekes 1bh 2bh 2bh Jus 1gls 1gls 1gls Siang Nasi putih 1 ½ sd nasi 2 sd nasi 2sd nasi Ikan/daging 1ptg sedang 1ptg sedang 1ptg sedang Sayur 1 piring kecil 1 mangkok 1 mangkok Buah 1pt sedang 1pt sedang Selingan 2 Es pudding 1gls 1gls 1gls Snack segar 1bh 1 piring kecil 1 piring kecil Malam Nasi putih 1sd nasi 1 ½ sendok 1 ½ sd nasi Ikan/daging 1ptg sedang nasi 1ptg sedang Sayur/tumisan 1prg kecil 2ptg sedang 1 mangkok Buah 1bh 1pt sedang 1prg kecil 1pt sedang Selingan 3 Biskuit 2pt 4pt 4ptg Susu 1gls 1gls 1gls
Universitas Sumatera Utara
2.2 Haemoglobin 2.2.1 Defenisi Pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi. Atom besi ini merupakan situs ikatan oksigen. Porifin yang mengandung besi disebut haem dan globin, globin sebagai istilah generic untuk protein globular. Hb (haemoglobin) adalah suatu bahan dalam sitoplasma sel darah merah yang merupakan senyawa protein yang terdiri dari hema dan globin. Hema terdiri dari empat struktur pyrole dengan atom fFe ditengahnya. Sedangkan globin terdiri dari dua pasang polypeptida (Muraya, dkk,. 2003). Menurut Manuaba (2001), Hb adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam Hb membuat darah berwarna merah. Fungsi dari Hb adalah pengangkutan oksigen dari organ respirasi ke jaringan perifer dan pengangkutan karbondioksida, berbagai proton dari jaringan perifer ke organ respirasi untuk selanjutnya diekresikan keluar. Hb dibentuk dalam SDM ketika SDM berada pada sus-sum tulang belakang.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Hb selama Kehamilan Normalnya terjadi penurunan kadar Hb dalam kehamilan jika dikaitkan dengan meningkatnya berat badan dan kesejahteraan janin karena volume plasma bertambah lebih cepat daripada volume sel darah merah (SDM) sehingga terjadi pengenceran terutama pada kehamilan multipel. Defisiensi zat besi lebih lazim terjadi pada kehamilan akibat peningkatan kebutuhan zat besi karena meningkatnya massa SDM, pembentukan jaringan baru, kebutuhan janin (Datta, dkk. 2010). Jumlah total SDM meningkat kira-kira 33% (450ml) pada wanita hamil yang mengkonsumsi zat besi dan 18% (250%) pada ibu yang tidak mengkonsumsi suplemen zat besi. Peningkatan eritroprotein sirkulasi dan peningkatan produksi SDM menjadi penyebab keadaan ini. Rata-rata volume sel, diameter, dan ketebalan SDM berubah, menyebabkan penampilannya lebih bulat. Hb dan Ht menurun sepanjang trimester II, sebagai akibat dari peningkatan volume plasma. Hb total meningkat dari 85-150gr selama kehamilan, tetapi kadar Hb menurun akibat hemodilusi. Perubahan faktor pembekuan meningkatkan resiko koagulatif konsumtif. Data yang ada menunjukkan bahwa ada proses aktifasi yang terus menerus dari sistem pembekuan darah di dalam sistem uteroplasenta pada minggu ke-11 kehamilan. Fibrin intravascular ekstravaskular ditemukan dalam sirkulasi uteroplasenta, rongga antar vili, dan dinding plasenta (Black burn dan Loper, 1992) dalam (Walsh 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Metode Pemeriksaan Kadar Hb Pengukuran yang disarankan WHO ialah dengan cara Cyanment, namun cara oxyhaemoglobin dapat juga dipakai jika distandarisasi terhadap cara Cyanment (Soenarto, 1991). Pemeriksaan Hb juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat canggih dan praktis yaitu Haemochoma Plus, yaitu dengan cara membersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan larutan desinfektan (alkohol 70%, betadhine, dan sebagainya), kemudian tusuk dengan lancet ata alat lain, dengan tidak menekan area penusukan strip Hb disentuhkan ujungnya dengan tepat. Kemudian strip Hb dimasukkan pada Haemochoma Plus, hanya menunggu 6 detik meteran akan mengidentifikasi strip secara otomatis yang dilakukan 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan trimester III (Ganong, 2012). 2.3 Anemia Pada Kehamilan Menurut WHO anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dalam darahnya kurang dari 11,0 gr%, kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Depkes, 2003). Wiknjosastro (2002), anemia adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dalam darahnya kurang dari 12gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11gr% pada trimester I dan III atau kadar Hb kurang dari 10,5gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Nilai Batas Anemia pada Perempuan menurut Sarwono (2012) Status kehamilan Hemoglobin (g/dl) Hematokrit (%) Tidak hamil 12,0 36 Hamil a) Trimester I 11,0 33 b) Trimester II 10,5 32 c) Trimester III 11,0 33
Derajat anemia berdasarkan kadar Hb menurut WHO dikatakan ringan (Hb 8gr/dl-10gr/dl), sedang (Hb 6gr/dl-7gr/dl), dan berat (Hb <6gr/dl). Sedangkan Depkes menetapkan derajat anemia dikatakan ringan jika (Hb 8gr/dl-<11gr/dl), sedang (Hb 5gr/dl-<8gr/dl), dan anemia berat (Hb <5gr/dl) (Tarwoto & Wasnidar, 2007). 2.3.1
Penyebab Anemia Kehamilan Sekitar 95% anemia terkait kehamilan tergolong anemia defisiensi zat
besi. Banyak faktor yang mempengaruhi asupan zat besi menjadi tidak adekuat, yang dapat menyebabkan anemia. Misalnya asupan gizi karena kemiskinan, pola asuh dari kultur keluarga yang mengutamakan pemenuhan gizi pada kepala keluarga, kurangnya pengetahuan tentang makanan yang mengandung zat besi, adanya penyakit tertentu seperti gastritis, tidak pernah mengkonsumsi tablet Fe penambah darah (Morgan, 2009). Penyebab utama tampaknya adalah karena konsumsi zat besi yang rendah, pola makanan yang sebagian besar terdiri dari nasi dan menu yang kurang beranekaragam. Konsumsi zat besi dari makanan tersebut sering lebih rendah dari dua pertiga kecukupan konsumsi yang dianjurkan, dan susunan menu makanan yang dikonsumsi tergolong pada tipe makanan yang rendah absorpsi zat besi (Rasmaliah, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Leveno (2009), anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nasional 65% yang setiap daerah mempunyai variasi yang berbeda. penyebab utama, yang berarti dapat terjadi: a. Anemia defisiensi besi, disebabkan oleh fertin serum darah turun, hemosiderin sumsum tulang turun, parameter sttus besi normal, dan reabsorbsi meningkat. b. Anemia karena infeksi, disebabkan oleh infeksi cacing tambang, infeksi malaria, infeksi HIV. c. Anemia karena kekurangan asam folat, disebabkan adanya gangguan pembentuksn eritrosit, megaloblastik anemia, asam folat makanan kurang karena terlalu lama direbus, dan memanaskan makanan berulang. d. Anemia karena kelainan Hb (hemoglobinopathies), dapat terjadi karena talasemia anemia, dan siklus sel anemia. Menurut Tarwoto dan Wasnidar (2007), adapun penyebab lain anemia pada ibu hamil adalah kebutuhan zat besi dan asam folat yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan darah ibu dan janinnya, penyakit tertentu: penyakit ginjal, jantung, pencernaan, diabetes mellitus, asupan gizi yang kurang, cara mengolah makanan yang tidak tepat, kebiasaan makan atau pantangan terhadap makanan tertentu seperti ikan, sayur-sayuran dan buah-buahan, kebiasaan minum kopi, teh yang bersamaan pada saat makan, kebiasaan minum obat penenang dan alcohol.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2
Gejala Klinis Anemia Kehamilan Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu sering mengeluh cepat lelah,
sering pusing, mata berkunang-kunang, lidah luka, nafsu makan berkurang, konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia berat), dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil mudah (Sohimah, 2006). Rasa cepat lelah disebabkan karena pada penderita anemia zat besi, pengelolaan (metabolisme) energi oleh otot tidak berjalan secara sempurna karena kurang oksigen. Anemia besi dengan keluhan yang paling jelas yaitu cepat lelah, rasa mengantuk, malaise dan mempunyai wajah yang pucat (Sukirman, 1999). Adapun tanda dan gejala menurut Tarwoto dan Wasnidar (2007), yaitu pucat pada mata, kekuningan pada mata, cepat lelah, sering pusing dan sakit kepala, sering terjadi keram dan kaki, terjadi sariawan, peradangan gusi, peradangan pada lidah dan peradangan pada sudut mulut, pemeriksaan Hb kurang dari 9,5 gr/dl, tekanan darah cenderung turun. Rochjati (2003), gejala anemia yang dapat dilihat pada ibu hamil adalah lemas, badan lesu, cepat lelah, mata berkunang_kunang, jantung berdebar, dengan pemeriksaan pandang, ditemukan pucat pada muka, kelopak mata, lidah dan telapak tangan, jika diperiksa melalui tes laboratorium didapatkan kadar Hb dalam darah kurang dari 11gr%.
Universitas Sumatera Utara
Tanda dan gejala yang berkaitan dengan anemia meliputi adanya keletihan, mengantuk,pusing, sakit kepala, malaise, pica, nafsu makan berkurang, perubahan dalam kesukaan, perubahan mood, perubahan kebiasaan tidur, pucat, icterus, edema perifer, membrane mukosa dan bantalan kuku pucat, takipnea, dispnea saat beraktivitas (Varney, 2007). 2.3.3 Komplikasi Anemia Kehamilan Menurut WHO, adapun akibat anemia pada ibu hamil dapat terjadi abortus, kelainan congenital, persalinan premature, perdarahan anterpartum, gangguan pertumbuhan janin dan rahim, BBLR, IQ rendah, kematian ibu, retensio plasenta, infeksi dan lain-lain (Sarwono, 2010). Informasi yang dikumpulkan oleh Sub Committee on Nutrition WHO menunjukkan bahwa paling sedikit satu diantara dua kematian ibu di Negara sedang berkembang adalah anemia akibat kurang zat besi. Apabila kadar Hb <8 gr/dl, resiko kematian maternal meningkat sekitar 8 kali lebih tinggi dibandingkan wanita dengan wanita tidak anemia. Penelitian Saraswati dan Sumarno (2008) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan kadar Hb <10 g/dl mempunyai resiko 2 kali lebih tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu hamil dengan kadar Hb di atas 10gr/dl, dimana ibu hamil yang menderita anemia berat mempunyai resiko untuk melahirkan bayi 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia berat (Mitayani dan Sartika W 2010).
Universitas Sumatera Utara
Tarwoto dan Wasnidar (2007) mengatakan, akibat anemia pada ibu hamil menyebabkan padi ibu menjadi penyulit persalinan, resiko syok saat persalinan, mudah terjadi penyakit saat persalinan, keguguran, lahir prematur, BBLR, kelainan/cacat pada janin, dan lematangan fungsi organ tubuh janin tidak sempurna. Sedangkan menurut Rochjati (2003), komplikasi yang dapat terjadi pada kehamilan dengan anemia berat, yaitu Hb kurang dari 6% adalah kematian janin dalam kandungan, persalinan premature, pada kehamilan kurang dari 37 minggu, persalinan lama, perdarahan pasca persalinan. 2.3.4 Pengobatan Anemia pada Kehamilan Leveno dkk. (2009), tujuan pengobatan perbaikan deficit massa Hb dan ahirnya pemulihan zat besi. Kadua tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian senyawa zat besi sederhana per oral, fero sulfat, fumarat, atau glukonat yang memberikan dosis harian sekitar 200mg zat besi elemental. Transfusi sel darah merah atau darah lengkap jarang diindikasikan sebagai terapi anemia defisiensi zat besi juga terdapat hipovolemia akibat kehilangan darah atau harus dilakukan pembedahan darurat pada wanita dengan anemia berat (hematokrit <20% volume).
Universitas Sumatera Utara
Manuaba (2002), di puskesmas pernah dirancangkan pemberian preparat Fe, dengan bantuan WHO, tetapi preparat tersebut berbau besi dan tampak karatan, sehingga ditolak masyarakat. Angka anemia pada kehamilan cukup tinggi sekitar 67% dari semua ibu hamil dengan variasi tergantung pada daerah masinmasing. Sekitar 10-15% tergolong anemia berat yang sudah tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang janin. Sebagian besar anemia ibu hamil tergolong kekurangan gizi. Pada kasus anemia berat dapat diberikan Fe secara langsung melalui intravena atau intramuscular. Sebagian gambaran upaya penanggulangan anemia adalah peningkatan sel darah merah ibu dengan total jumlah keburutuhan 900 mgr Fe yaitu 500 mgr Fe untuk peningkatan sel darah merah pada ibu, 300 mgr Fe untuk kebutuhan plasenta, dan untuk penambangan darah janin sebanyak 100 mgr Fe. 2.3.5
Pencegahan Anemia pada Kehamilan Melalui program perbaikan gizi rutinnya, telah melakukan pencegahan dan
penaggulangan anemia zat besi melalui pemberian suplementasi langsung zat besi berupa tablet besi pada ibu hamil(60 mg elementasi besi, 0,25 mg asam folat). Diberikan setiap hari sejak kehamilan trimester I dan diharapkan ibu hamil mengkonsumsi minimal 90 tablet selama kehamilannya. Pemberian sirup Fe juga diberikan kepada balita yang mengalami kurang gizi. Dilakukan bersama kegiatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPKG) di posyandu, puskesmas, klinik bersalin dan rumah sakit (Depkes, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Manuaba (2002), melalui pendidikan, anemia dapat diturunkan dengan jalan menjarangkan kehamilan, meningkatkan kesejahteraan diri dan lingkungan, melakukan
antenatal
intensif
dan
memberikan
tambahan
vitamin
dan
meningkatkan gizi ibu saat hamil. Pencegahan dan penanggulangan anemia pada ibu hamil antara lain (Wirahadikusuma, 1999): 1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, seperti mengkonsumsi pangan hewani (daging, ikan, hati dan telur), makanan nabati (sayuran hijau, buah-buahan, kacang-kacangan, dan padi-padian). Buah dan sayur yang segar merupakan sumber vitamin C yang diperlukan untuk penyerapan zat besi di dalam tubuh. Hindari mengkonsumsi makanan bersamaan dengan nasi, seperti teh karena dapat mengurangi penyerapan zat besi. 2. Suplemen zat besi yang berfungsi dapat memperbaiki Hb dalam waktu singkat. 3. Fortifikasi zat besi yaitu penambahan suatu jenis zat gizi ke dalam bahan pangan untuk meningkatkan kualitan pangan. Menurut Tarwoto dan Wasnidar (2007), cara mencegah anemia pada ibu hamildengan makan makanan yang banyak mengandung zat besi, asam folat, konsumsi vitamin C yang lebih banyak, hindari atau kurangi minum teh dan kopi, minum suplemen zat besi 90 tablet selama kehamilan, hindari aktifitas yang berat, istirahat yang cukup, ukur tekanan darah, periksa Hb pada tempat pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Pengetahuan 2.4.1
Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melaui panca indera manusia, yakni indera pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh malalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2010). Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri dan dari pengalaman orang lain. Pengetahuan dan kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoadmodjo, 2010). 2.4.2
Domain Pengetahuan Pengetahuan yang cukup didalm kognitif mempunyai 6 tingkatan, yang
terdiri dari tingkatan tahu (Know), memahami (Comprehention), aplikasi (Aplication), analisa (Analysis), sintesis (Shintesis), dan evaluasi (Evaluation). Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat satu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Memahami (Comprehention) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Aplikasi (Aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi dapat digunakan sebagai penggunaan atau hukum-hukum rumus metode transit dalam konteks atau situasi lain.
Universitas Sumatera Utara
Analisa (Analysis) yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Sedangkan sintesis (Shintesis) menunjukkan suatu kepada suatu komponen untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bneuk keseluruhan yang baru. Tingkatan yang terahir yaitu evaluasi (Evaluation) berkaitan dengan kemampuan yang melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu objek (Notoadmodjo, 2010). 2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 2.5.1 Umur Umur adalah lamanya tahun yang dihitung sejak dilahirkan hingga penelitian ini dilakukan. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap polapola dan harapan baru. Semakin banyak umur seseorang maka makin banyak pula ilmu pengetahuan yang dimiliki (Notoadmodjo, 2010). 2.5.2
Paritas Paritas adalah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang wanita usia
subur yang pernah kawin pada tahun tertentu. Semakin tua umur seorang wanita maka tingkat kesuburan wanita pun berkurang sehingga hanya sedikit dari mereka yang melahirkan. Orang tua yang belum pernah memiliki anak dianggap belum berpengalaman dalam hal merawat anak (Notoadmodjo, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Paritas dibagi menjadi empat kategori yaitu: 1. Primipara yaitu seorang wanita yang melahirkan untuk pertama kalinya 2. Skundipara yaitu seorang wanita yang melahirkan untuk kedua kalinya 3. Multipara yaitu seorang manita yang melahirkan lebih dari dua kali 4. Grande multipara yaitu seorang wanita yang melahirkan lebih dari lima kali 2.5.3
Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu
terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat (Notoadmodjo, 2010). Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan dan perkembangan seluruh kemampuan dan perilaku melalui pekerjaan sehingga dalam pendidikan itu perlu dipertimbangkan umur dan hubungannya dengan proses belajar. Tingkat pengetahuan pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ideide dan teknologi baru (Arikunto, 2006). Pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukan kalitas hidup manusia, dengan pendidikan manusia dianggap akan mempengaruhi pengetahun. Semakin tinggi pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas (Hurlock, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.5.4
Sumber Informasi Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas, sumber informasi adalah sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang fikiran dan kemampuan. Semakin sering seseorang mendapatkan atau mendengarkan informasi suatu keadaan maka seseorang semakin mengerti sengan keadaan tersebut (Notoadmodjo, 2006). Sumber informasi adalah suatu informasi dengan mendengar dan melihat sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung (Notoadmodjo, 2010). 2.5.5
Pekerjaan Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan seseorang setiap hari dalam
kehidupannya. Dalam sebuah bidang pekerjaan pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial dan hubungan dengan orang lain. Setiap orang harus dapat bergaul dengan orang lain. Setiap orang harus dapat bergaul dengan teman sejawat ataupun dengan atasannya, sehingga orang yang hubungan sosialnya luas maka akan lebih tinggi pengetahuannya dibanding dengan orang yang kurang hubungan sosialnya dengan orang lain (Notoadmodjo, 2010).
Universitas Sumatera Utara
2.5.6
Pengukuran pengetahuan Menurut Arikunto (2002) bahwa pengukuran pengetahuan dapat
dikategorikan menjadi empat bagian, yaitu: 1. Tingkat pengetahuan baik
: 76%-100%
2. Tingkat pengetahuan cukup baik
: 56%-75%
3. Tingkat pengetahuan kurang baik
: 40%-55%
4. Tingkat pengetahuan tidak baik
: <40%
Universitas Sumatera Utara