BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sarapan Pagi Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan (Almatsier,2004). Tubuh membutuhkan asupan makanan agar dapat melakukan aktivitas dengan baik. Pada pagi hari, tubuh membutuhkan asupan energi yang banyak karena pada pagi hari seseorang melakukan banyak aktivitas. Oleh karena itu, setiap orang sangat disarankan untuk sarapan pagi agar dapat melakukan aktivitas tanpa merasa kelelahan. Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya mengandung unsur empat sehat lima sempurna. Ini berarti kita benar-benar telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan amunisi yang lengkap (Khomsan, 2002). Manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan pagi diharapkan terjadinya ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan aktivitas. Akibat tidak sarapan pagi akan menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi yang cukup untuk melakukan aktivitas terutama pada proses belajar karena pada malam hari di tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan tenaga untuk menggerakkan jantung, paru-paru dan otot-otot tubuh lainnya (Moehji, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang disantap pada pagi hari, waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 10.00 pagi. Sarapan dianjurkan menyantap makanan yang ringan bagi kerja perncernaan, sehingga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar serat tinggi dengan protein yang cukup namun dengan kadar lemak rendah. Selain itu, mengonsumsi protein dan kadar serat yang tinggi juga dapat membuat seseorang tetap merasa kenyang hingga waktu makan siang (Jetvig, 2010). Sarapan pagi yang baik harus banyak mengandung karbohidrat karena akan merangsang glukosa dan mikro nutrient dalam otak yang dapat menghasilkan energi, selain itu dapat berlangsung memacu otak agar membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran (Moehji, 2009). 2.1.1. Manfaat Sarapan Pagi Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar lebih baik (Khomsan, 2010). Menurut Khomsan (2010) ada 2 manfaat yang diperoleh kalau seseorang melakukan sarapan pagi, antara lain : 1. Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas.
Universitas Sumatera Utara
2. Pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh. Seseorang yang tidak sarapan pagi, pastilah tubuh tidak berada dalam keadaan yang cocok untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Hal ini dikarenakan tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah dengan mengambil cadangan glikogen, dan jika ini habis, maka cadangan lemaklah yang diambil (Moehji, 2009) Sarapan pagi termasuk dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang dalam pesan kedelapan. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan produktifitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan pagi akan memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan (Soekirman, 2000). 2.1.2. Kerugian Tidak Sarapan Pagi Seseorang tidak sarapan pagi berarti perutnya dalam keadaan kosong sejak makan malam sebelumnya sampai makan siang nantinya. Bila anak sekolah yang tidak sarapan pagi maka kadar gulanya akan menurun. Jika kondisi ini terjadi, maka tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah dengan mengambil cadangan glikogen. Dalam keadaan seperti ini, tubuh pasti tidak berada dalam kondisi yang baik untuk melakukan pekerjaan yang baik. Selain itu, bila tidak sarapan pagi dapat menyebabkan konsentrasi belajar berkurang, kecepatan bereaksi menurun tajam, sehingga kemampuan memecahkan
Universitas Sumatera Utara
suatu masalah juga menjadi sangat menurun. Dengan demikian prestasi belajar juga ikut menurun. Kebiasaan tidak sarapan pagi yang berlama-lama juga akan mengakibatkan pemasukan gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang sehingga pertumbuhan anak menjadi terganggu. Dengan demikian seorang anak yang biasa tidak sarapan pagi dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk pada penampilan intelektualnya, prestasi di sekolah menurun dan penampilan sosial menjadi terganggu (Khomsan, 2010).
2.2. Kebiasaan Makan Anak Sekolah Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Membiasakan anak-anak yang belum biasa sarapan pagi untuk sarapan pagi perlu memakai cara bertahap. Mula-mula diberikan sarapan pagi diberikan dalam takaran (porsi) sedikit hingga secara bertahap ditambah sesuai dengan anjuran. 2.2.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan Ada dua faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia yaitu, faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar diri manusia) dan faktor intrinsik (yang berasal dari dalam diri manusia). 2.2.1.1. Faktor Ekstrinsik yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan Adapun faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kebiasaan makan, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
a. Lingkungan alam Pola makan masyarakat pedesaan di Indonesia pada umumnya diwarnai oleh jenis-jenis bahan yang umum dan dapat diproduksi setempat. Misalnya pada masyarakat nelayan di daerah pantai, ikan merupakan makanan sehari-hari yang dipilih karena dapat dihasilkan sendiri. Pola pangan pokok menggambarkan salah satu ciri dari kebiasaan makan. Selain itu, jenis/macam alat dapur, bahan bakar untuk memasak, waktu yang tersedia bagi ibu untuk bekerja di dalam dan di luar rumah, jarak antara rumah dan tempat bahan makanan dapat juga mempengaruhi kebiasaan makan. b. Lingkungan sosial Lingkungan sosial memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaanperbedaan kebiasaan makan. Tiap-tiap bangsa dan suku mempunyai kebiasaan makan yang berbeda-beda sesuai dengan kebudayaan yang telah dianut turun-temurun. Di dalam suatu rumah tangga, kebiasaan makan juga sering ditemukan adanya perbedaan antara suami dan isteri, orang tua dan anak, tua dan muda. Suami/ayah sebagai kepala rumah tangga harus diistimewakan dalam hal makanannya terhadap anggota keluarga yang lain, kemudian baru anak-anak dan prioritas terakhir adalah ibu. c. Lingkungan budaya dan agama Lingkungan budaya yang terkait dengan kebiasaan makan biasanya meliputi nilai-nilai kehidupan rohani dan kewajiban-kewajiban sosial. Pada masyarakat Jawa ada kepercayaan bahwa nilai-nilai spiritual yang tinggi akan dapat dicapai oleh seorang ibu atau anaknya apabila ibu tersebut sanggup memenuhi pantangan dalam
Universitas Sumatera Utara
makanan. Misalnya, “mutih” (hanya makan nasi dan garam), “ngerowot” (hanya makan dengan bangsa umbi-umbian) secara periodik dalam jangka waktu tertentu agar tercapai cita-citanya hidup bahagia dan sejahtera. Agama juga memberikan batasan-batasan dan pedoman-pedoman dan batasan-batasan dalam kebiasaan makan. Neraca bahan makanan dapat memberikan gambaran adanya potensi sumber daya pangan, tetapi apabila terhitung pula persediaan daging babi maka potensi itu menjadi hukum potensial bagi negara/daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Demikian pula daging sapi untuk daerah yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. d. Lingkungan ekonomi Distribusi pangan banyak ditemukan oleh kelompok-kelompok masyarakat menurut taraf ekonominya. Golongan masyarakat ekonomi kuat mempunyai kebiasaan makan yang cenderung beras, dengan konsumsi rata-rata melebihi angka kecukupannya. Sebaliknya golongan masyarakat ekonomi rendah, yang justru pada umumnya produsen pangan, mereka mempunyai kebiasaan makan yang memberikan nilai gizi di bawah kecukupan jumlah maupun mutunya. 2.2.1.2. Faktor Intrinsik yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan Adapun faktor intrinsik yang mempengaruhi kebiasaan makan antara lain: a. Asosiasi Emosional Seorang ibu akan memberikan ASI dan makan kepada anak-anaknya dengan penuh cinta kasih agar anak-anaknya memiliki tumbuh kembang jasmani dan rohani yang baik. Kenangan manis dalam bentuk cara pemberian makanan oleh si ibu akan mendasari kebiasaan makan anak dalam kehidupan selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
b. Keadaan Jasmani dan Kejiwaan yang Sedang Sakit Keadaan (status) kesehatan sangat mempengaruhi kebiasaan makan. Bosan, lelah, putus asa adalah ketidakseimbangan kejiwaan yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan. Pengaruhnya dapat berkurangnya nafsu makan sebagai tempat pelarian. c. Penilaian yang Lebih Terhadap Mutu Pangan Pola pangan yang sudah turun-temurun mempunyai ikatan kuat dengan tradisi kehidupan masyarakat. Dari segi gizi kebiasaan makan yang baik yaitu yang menunjang terpenuhinya kecukupan gizi, sedangkan kebiasaan makan yang jelek antara lain seperti anak-anak dilarang makan daging/ikan dengan alasan takut kecacingan.
2.3. Kesegaran Jasmani 2.3.1. Pengertian Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti; untuk dapat mencapai kondisi kesegaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan komponen kesegaran jasmani dengan metoda latihan yang benar (Harsuki, 2003). Menurut President’s Council on Physical Fitness and Sports dalam Z., Iskandar (1999), kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan penuh vitalitas dan kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang
Universitas Sumatera Utara
berarti, dan masih cukup energi untuk bersantai pada waktu luang dan menghadapi hal-hal yang sifatnya darurat / emergensi. Menurut Safrit (1981:212) yang dikutip Abdullah (1994) ada dua definisi yang biasa digunakan. Dari sudut pandang fisiologis, kesegaran jasmani adalah kapasitas untuk dapat menyesuaikan diri terhadap latihan yang melelahkan dan pulih dari akibat latihan tersebut. Defenisi kesegaran jasmani yang lebih umum adalah kemampuan untuk dapat melaksanakan tugas sehari-hari dengan semangat, tanpa rasa lelah yang berlebihan, dan dengan penuh energi melakukan dan menikmati kegiatan pada waktu luang, dan dapat menghadapi keadaan darurat bila datang. Maka, dapat disimpulkan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti sehingga masih dapat melakukan kegiatan pada waktu luang (Wahjoedi, 2001). 2.3.2. Komponen Kesegaran Jasmani Dalam kesegaran jasmani terdapat komponen yang dibagi dalam 2 kelompok, yaitu: (Z., Iskandar, 1999) 2.2.2.1. Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan (health related fitness) Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan diperlukan anak sekolah untuk mempertahankan kesehatan, mengatasi stress lingkungan dan melakukan aktivitas sehari-hari terutama kegiatan belajar dan bermain.
Universitas Sumatera Utara
Komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari lima komponen dasar yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain, antara lain: a. Daya tahan jantung – paru/kardiovaskuler Daya tahan jantung-paru adalah kesanggupan sistem jantung, paru-paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas sehari-hari, dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Daya tahan jantung-paru sangat penting menunjang kerja otot untuk mengambil oksigen dan menyalurkan ke otot yang aktif. Daya tahan jantung-paru bagi anak usia sekolah, terutama ditujukan untuk mempertahankan kemampuan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti untuk bermain dan juga belajar (Z., Iskandar, 1999). b. Kekuatan otot Secara fisiologis, kekuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan/beban. Secara mekanis, kekuatan otot adalah gaya yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot dalam satu kali kontraksi maksimal. Kekuatan otot merupakan hal penting untuk setiap orang, termasuk anak usia sekolah. Kekuatan otot banyak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama untuk tungkai yang harus menahan berat badan. Makin tua seseorang makin berkurang pula kekuatan otot (Harsuki, 2003).
Universitas Sumatera Utara
c. Daya tahan otot Daya tahan otot adalah kemampuan dan kesanggupan otot untuk kerja berulang-ulang tanpa mengalami kelelahan (Harsuki, 2003). Daya tahan otot adalah kapasitas otot untuk melakukan kontraksi secara terus-menerus pada tingkat intensitas sub maksimal. Daya tahan otot diperlukan untuk mempertahankan kegiatan yang sifatnya didominasi oleh penggunaan otot atau kelompok otot ((Z., Iskandar, 1999). d. Fleksibilitas Fleksibilitas adalah kemampuan sendi untuk melakukan gerak dalam ruang gerak sendi secara maksimal. Fleksibilitas bagi anak sangat penting dimiliki terutama untuk kegiatan dalam bermain, karena bermain bagi mereka tidak semata-mata dapat bergerak cepat dan kuat, tetapi juga harus lincah dan dapat mengubah arah dengan cepat (kelincahan) (Sutarman, 1994). e. Komposisi tubuh Komposisi tubuh adalah susunan tubuh yang digambarkan sebagai dua komponen yaitu lemak tubuh dan massa/berat badan tanpa lemak. Berat badan tanpa lemak terdiri atas massa otot (40-50%), tulang (16-18%) dan organ-organ tubuh (2939%). Komposisi menjadi begitu penting bagi anak sekolah apabila dihubungkan dengan status gizi sebagai prediksi kecenderungan kegemukan di masa yang akan datang (Sutarman, 1994). Komposisi tubuh meliputi dua hal, yaitu indeks massa tubuh (IMT) dan persentase lemak tubuh. Secara umum dikatakan bahwa makin kecil persentase lemak, makin baik kinerja seseorang.
Universitas Sumatera Utara
Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Indeks masa tubuh dapat digunakan untuk memprediksi status gizi anak usia sekolah yaitu keadaan obesitas. Berat badan merupakan ukuran yang paling banyak digunakan untuk menentukan komposisi tubuh seseorang. Tinggi badan adalah satuan jarak yang diukur dari lantai ke kepala, tanpa memakai alas kaki pada posisi berdiri tegak dengan membelakangi skala ukur (Z., Iskandar, 1999).
2.2.2.2. Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan (skill related firness) Komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan, antara lain: a. Kecepatan Kecepatan adalah kemampuan berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu paling singkat. Kecepatan bersifat lokomotor dan gerakannya bersifat siklik atau jenis gerak yang dilakukan berulang-ulang (Z., Iskandar, 1999). b. Daya ledak (power) Daya ledak adalah gabungan antara kekuatan dan kecepatan atau pengerahan gaya otot maksimum dengan kecepatan maksimum. Anak membutuhkan komponen tersebut untuk menunjukkan kemampuannya kepada orang lain (Z., Iskandar, 1999). c. Kelincahan Kelincahan adalah kemampuan mengubah arah atau posisi tubuh dengan cepat yang dilakukan bersama kegiatan lainnya. Bagi anak-anak, kelincahan merupaka komponen kesegaran jasmani yang harus dimiliki. Tanpa kelincahan seorang anak dapat dikatakan dalam kondisi sakit.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, kelincahan harus menempati prioritas utama dalam melatih kesegaran jasmani setiap anak (Z., Iskandar, 1999). d. Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap dan posisi tubuh secara tepat saat berdiri (static balance) atau saat bergerak (dynamic balance) (Z., Iskandar, 1999). e. Koordinasi Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerakan atau kerja dengan tepat dan efisien. Kemampuan koordinatif merupakan dasar yang baik bagi kemampuan belajar yang bersifat sensomotorik (Sutarman, 1994). f. Kecepatan reaksi Kecepatan reaksi adalah waktu yang dipergunakan antara munculnya stimulus atau rangsangan dengan awal reaksi. Kecepatan reaksi tergantung dari organ perasa dalam mengatur stimulus yang datang dan diterima melalui organ penglihatan, pendengaran, gabungan keduanya dan sentuhan (Z., Iskandar, 1999). g. Ketepatan Ketepatan sebagai keterampilan motorik, berupa gerakan atau sebagai ketepatan hasil. Ketepatan berkaitan erat dengan kematangan sistem saraf dalam memproses input atau stimulus yang datang dari luar, seperti tepat dalam menilai ruang dan waktu, tepat dalam mengkoordinasikan otot dan sebagainya (Z., Iskandar, 1999).
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Manfaat Kesegaran Jasmani Menurut Harsuki (2003) latihan kesegaran jasmani yang dilakukan secara tepat dan benar akan memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari,antara lain: 1. Meningkatkan kemampuan fisik ditandai dengan bertambah baiknya prestasi kerja. 2. Daya tahan tubuh meningkat. 3. Berkurangnya kemungkinan menderita beberapa macam penyakit degeneratif. 4. Terpeliharanya bentuk tubuh yang sesuai. 5. Mempertajam kekuatan mental dan menambah kapasitas individu dalam berpikir. 6. Mengurangi proses menua dan menyebabkan awet muda. 7. Menolong individu untuk tidur lebih nyenyak. 8. Memberikan keseimbangan berat badan. 9. Memelihara keharmonisan, kerukunan dan kebahagiaan rumah tangga. 2.3.4. Tes Kesegaran Jasmani Tes kesegaran jasmani sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan peserta tidak dalam kondisi lelah. Terdapat beberapa macam tes kesegaran jasmani, antara lain; 1. Harvard Step Test/Tes Naik Turun Bangku Harvard Harvard Step Test merupakan tes kesegaran jasmani yang sederhana. Tes ini bertujuan untuk mengukur kesegaran jasmani melalui komponen daya tahan kardiovaskular. Caranya adalah dengan naik turun bangku setinggi 50 cm (pria) dan 42 cm (wanita) secara terus menerus dan mengikuti irama yang teratur sebanyak 120 kali permenit selama 5 menit (Rahadian, 2008). Cara melakukan tes ini yaitu,:
Universitas Sumatera Utara
a. Peserta berdiri menghadap bangku Harvard dengan posisi tegak. b. Peserta diharuskan naik dan turun bangku dengan irama 120 kali / menit yang diatur dengan metronom, selama 5 menit. c. Peserta menaikkan kaki kanan pada bangku setelah diberi aba-aba “mulai” (stopwatch dihidupkan), kemudian naikkan kaki kiri disamping kaki kanan, lalu turunkan kaki kanan dan diikuti kaki kiri. Demikian seterusnya naik dan turun sesuai dengan metronom. Bila tidak ada metronom bisa dengan cara hitungan (aba-aba) tu,wa,ga,pat. d. Pada saat tes berlangsung badan harus tetap tegak dan seluruh telapak kaki menginjak di atas bangku. e. Bila sebelum mencapai waktu 5 menit peserta sudah lelah, pengukuran dihentikan (stopwatch dihentikan) dan catat waktu. f. Segera setelah berhenti, peserta duduk dan istirahat selama 1 menit.. g. Setelah istirahat selama 1 menit, hitung denyut nadi dengan 2 cara: 1. Cara Lambat Nadi dihitung sebanyak 3 kali, dengan lama perhitungan masing-masing 30 detik. Nadi dihitung pada 1 menit sampai 1 menit 30 detik, 2 menit sampai 2 menit 30 detik, dan 3 menit sampai 3 menit 30 detik. Kemudian hasil perhitungan denyut nadi dimasukkan ke dalam rumus kesegaran jasmani. Hasil perhitungan kemudian disesuaikan dengan standar kategori kesegaran jasmani dengan cara lambat.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Standar Kategori Kesegaran Jasmani Pada Perhitungan Denyut Nadi Dengan Cara Lambat Hasil Perhitungan
Kesegaran Jasmani
≥ 90
Amat Baik
80-89
Baik
65-79
Cukup
55-64
Sedang
≤ 54
Kurang
2. Cara Cepat Cara cepat dapat dilakukan dengan 2 cara: -
Dengan menggunakan rumus.
Tabel 2.2. Standar Kategori Kesegaran Jasmani Pada Perhitungan Denyut Nadi Dengan Cara Cepat
-
Hasil Perhitungan
Kesegaran Jasmani
≥ 80
Amat Baik
50-80
Sedang
≤ 50
Kurang
Dengan daftar penilaian Harvard.
2. Tes ACSPFT (Asian Committe on the Standardization of Physical Fitness Test) Tes kesegaran jasmani ACSPFT (Asian Commitee on the Standardization of Physical Fitness Test) merupakan tes kesegaran jasmani di lapangan yang sudah diakui secara internasional dan dibakukan di Asia. Tes ini bertujuan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengetahui tingkat kesegaran jasmani seseorang. Tes ini relatif murah dan mudah dikerjakan. Tes ACSPFT merupakan rangkaian tes yang terdiri dari (1) Lari 50 meter untuk mengukur kecepatan, (2) Lompat jauh tanpa awalan untuk mengukur gerak eskplosif tubuh/ daya ledak otot, (3) Bergantung angkat badan (putra) atau bergantung siku tekuk (putri) untuk mengukur kekuatan statis dan daya tahan lengan serta bahu, (4) Lari hilir mudik 4 x 10 m untuk mengukur ketangkasan, (5) Baring duduk 30 detik untuk mengukur daya tahan otot-otot perut, (6) Lentuk togok ke muka (forward flexion of trunk) mengukur kelenturan, (7)Lari jauh 800 m (putri) dan 1000 m (putra) untuk mengukur daya tahan kardiorespirasi (Z., Iskandar, 1999). 3. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) Tes kesegaran jasmani Indonesia dibagi dalam 4 kelompok usia, yaitu: kelompok 6-9 tahun, kelompok 10-12 tahun, kelompok 13-15 tahun dan kelompok 16-19 tahun. Tes kesegaran jasmani ini terdiri dari 5 tes, antara lain: (Z., Iskandar, 1999) a. Lari Cepat 50 meter b. Gantung Angkat Tubuh (Pull Ups) selama 60 detik c. Baring Duduk (Sit Ups)60 detik d. Loncat Tegak (Vertical Jump) e. Lari Jauh 1000 meter untuk putra dan 800 meter untuk putri 4. Indiana Physical Fitness Test
Universitas Sumatera Utara
Tes kesegaran jasmani ini dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan pada tingkat SLTA. Tes yang dilakukan antara lain: stardle chins, squast thrust, push up dan vertical jump (Suntoda, 2000). 5. Tes Lari 2,4 Km Tes kesegaran jasmani ini dapat dapat dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan pada tingkat SMP. Tata cara melakukan tes lari 2,4 km yaitu : (Sutarman, 1994) 1. Tentukan jarak 2,4 km pada jalur yang akan digunakan dalam tes. 2. Peserta berdiri di belakang garis awal (start). 3. Gerakan: a. Pada aba-aba “siap” peserta mengambil posisi sikap start berdiri untuk siap lari. b. Pada aba-aba “ya” peserta lari secepat mungkin menuju garis finish sejauh 2,4 km. 4. Gunakan stopwatch untuk menghitung waktu yang dibutuhkan peserta untuk menempuh jarak 2,4 km. 2.3.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani Menurut Karim (2002) ada lima faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani, antara lain : 1. Umur Umur mempengaruhi hampir semua komponen kesegaran jasmani. Kesegaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-
Universitas Sumatera Utara
kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya (Karim, 2002). Umur berpengaruh pada daya tahan kardiovaskuler, hal ini dapat dilihat pada daya tahan kardiovaskuler akan meningkat dan mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun. Daya tahan tersebut akan menurun sejalan bertambahnya usia. Umur juga berpengaruh pada kelenturan dan komposisi tubuh karena menurunnya daya elastisitas otot, yang disebabkan oleh berkurangnya aktifitas dan pengapuran pada usia tua (Sutarman, 1994). 2. Jenis Kelamin Sampai pubertas biasanya kesegaran jasmani anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas anak-anak laki-laki biasanya mempunyai perbedaan yang jauh lebih besar. Perbedaan ini terlihat mutlak pada perbedaan kekuatan otot. Peningkatan kekuatan otot pria dan wanita sama sampai usia 12 tahun, selanjutnya setelah usia pubertas pria lebih banyak peningkatannya. Kekuatan otot yang maksimal dicapai pada usia 25 tahun yang secara perlahan-lahan akan menurun dan pada usia 65 tahun kekuatan otot hanya tinggal 65-70% dari yang dimiliki sewaktu berusia 20-25 tahun. Pada pria, kekuatan genggaman otot tangan menurun 20% dan pada wanita menurun 30%. Penurunan dipengaruhi kegiatan fisik individu (Sutarman, 1994). 3. Tipe Tubuh Tipe tubuh merupakan salah satu faktor genetik yang mempengaruhi kesegaran jasmani. Seseorang yang mempunyai tipe endomorp (bentuk tubuh bulat
Universitas Sumatera Utara
dan pendek) cenderung memiliki jaringan lemak yang lebih banyak bila dibandingkan dengan tipe ektomorp (bentuk tubuh kurus dan tinggi). Seseorang yang mempunyai tipe ektomorp akan mempunyai kesegaran jasmani lebih baik daripada yang mempunyai tipe tubuh endomorp (Sutarman, 1994). 4. Makanan Makanan dan gizi sangat berpengaruh pada tubuh manusia karena makanan yang telah dimakan akan diproses untuk dijadikan kalori sebagai sumber zat tenaga dan zat pembangun yang dibutuhkan tubuh. Daya tahan yang tinggi bila mengkonsumsi tinggi karbohidrat (60-70 %). Diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olah raga yang memerlukan kekuatan otot yang besar (Karim, 2002). Berdasarkan hasil penelitian Ambler C, dkk.(2010) bahwa ada hubungan kesegaran jasmani dengan asupan energi. 5. Aktifitas Fisik Aktifitas fisik juga berpengaruh dalam semua komponen kesegaran jasmani. Latihan yang secara teratur atau olah raga akan meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, yang merupakan salah satu komponen kesegaran jasmani, dan dapat mengurangi lemak dalam tubuh (Sutarman, 1994). 6. Perilaku Merokok Kebiasaan
merokok
terutama
berpengaruh
terhadap
daya
tahan
kardiovaskuler. Daya tahan kardiovaskuler merupakan salah satu kompenen kesegaran jasmani. Kadar CO yang terhisap akan mengurangi nilai VO2 maks, yang berpengaruh terhadap daya tahan kardiovaskuler semakin menurun. Selain itu
Universitas Sumatera Utara
menurut penelitian Perkins dan Sexton, nicotine yang ada, dapat memperbesar pengeluaran energi dan mengurangi nafsu makan (Sutarman, 1994).
2.4. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Kesegaran Jasmani Analisis mengenai aspek-aspek yang terkandung dalam sarapan pagi dengan kesegaran jasmani dapat memberikan kajian hubungan antara keduanya. Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Oleh karena itu, sarapan pagi sebaiknya mengandung unsur empat sehat lima sempurna, supaya tubuh siap untuk menghadapi segala aktivitas dengan energi yang tersedia (Khomsan, 2002). Sarapan pagi akan menyumbangkan gizi sekitar 25%, ini jumlah yang cukup signifikan. Apabila kecukupan energi adalah sekitar 2000 kalori dan protein 50 gram sehari untuk orang dewasa, maka sarapan pagi menyumbangkan 500 kalori dan 12,5 gram protein. Sisa kebutuhan energi dan protein lainnya dipenuhi oleh makan siang, makan makan malam dan makanan selingan di antara dua waktu makan (Khomsan, 2010). Menurut President’s Council on Physical Fitness and Sports dalam Z., Iskandar (1999), kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan penuh vitalitas dan kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti, dan masih cukup energi untuk bersantai pada waktu luang dan menghadapi hal-hal yang sifatnya darurat / emergensi. Berkaitan dengan sarapan pagi, yang menyumbangkan gizi yang cukup signifikan, sehingga seseorang mampu melakukan kegiatan sehari-harinya tanpa
Universitas Sumatera Utara
mengalami kelelahan. Maka dapat dikatakan bahwa sarapan pagi mempunyai hubungan dengan kesegaran jasmani. 2.5. Kerangka Konsep Kebiasaan sarapan pagi pada anak sekolah anak mempengaruhi kesegaran jasmani anak tersebut, dan dapat dilihat pada skema di bawah ini :
Sarapan pagi
Kesegaran jasmani
-
Umur Jenis kelamin Tipe Tubuh Olah Raga Perilaku Merokok
Gambar 2.1.Kerangka konsep kaitan antara kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani. Dari skema terlihat bahwa sarapan pagi merupakan variabel independen dan kesegaran jasmani merupakan variabel dependen. Sarapan pagi mempengaruhi timbulnya kesegaran jasmani. Umur, jenis kelamin, tipe tubuh, olah raga dan perilaku merokok merupakan variabel antara. Variabel antara juga dapat mempengaruhi timbulnya kesegaran jasmani. 2.6. Hipotesis Ho
: Tidak ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011.
Ha
: Ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara