BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODOLOGI A. TINJAUAN UMUM LANDASAN TEORI
Bahwa dalam melayani dan memenuhi kebutuhankonsumen/masyarakat modern, maka PT. Astrindo Aditya Teknika perlu suatu organisasi yang dinamis untuk memenuhi tuntutan perkembangan teknologi dan zaman yang selalu berubah, sehingga perlu ada penyesuaian dan perubahan/pembaruan secara berkesinambungan. Adanya resistensi atau penolakan terhadap suatu reformasi, pembaruan atau perubahan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar keluarga pemilik perusahaan adalah merupakan hal yang biasa. Untuk mengatasi hal tersebut dalam tesis ini akan digunakan landasan teori perubahan manajemen (managing organizational change, organization development and transformation, managing effective change, managing innovation, leadership , dll) dari berbagai pakar manajemen perubahan. Selain itu untuk melakukan kajian dan analisis perhitungan pembiayaan suatu kegiatan product management yang diikuti oleh strategi pricing diperlukan landasan teori business strategy and execution, entrepreneurial management dan strategies for growth and valuecreationdan manajemen akuntansi (financial and managerial accounting), manajemen produksi dan operasi serta teori tentang kepemimpinan dan perilaku organisasi. Dari berbagai referensi landasan teori tersebut diharapkan dapat mempermudah Consulting Project (CP) dalam melakukan pembahasan, telaahan dan merumuskan solusi pemecahannya.
9
10
Landasan teori lainnya yang terkait dengan topik atau judul yang akan diriset dan dibahas adalah buku-buku pedoman yang diterbitkan oleh Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yaitu Manajemen Produksi dan Operasi, yang ditulis oleh Prof. Dr. Sofjan Assauri, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tinjauan antara lain akan difokuskan pada pembahasan tentang pengertian dan ruang lingkup manajemen produksi dan operasi, fungsi dan sistem produksi dan operasi, proses produksi, mesin dan peralatan, material handling, pemeliharaan, kebijakan pembelian dan penggantian mesin, penggunaan tenaga kerja dan mesin, perencanaan dan pengawasan produksi, pembelian bahan, pengawasan
persediaan,
pengawasan
mutu,
manajemen
produksi
dan
distribusi
produksi.Selanjutnya penulis juga mengutip teori tentang kepemimpinan dan perilaku organisasi yang diterbitkan oleh PT. Raja Grafindo Persada, yang ditulis oleh Prof. Dr. Veithzal Rivai, MBA, Konsultan bisnis dan manajemen. Tinjauan antara lain akan difokuskan pada pembahasan tentang peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan, mengendalian konflik dan membangun tim, perilaku organisasi, perilaku individu dalam organisasi, perilaku kelompok, mengelola konflik, persepsi dan komunikasi, kekuasaan dan politik, sistem organisasi, serta organisasi yang dinamis. Beberapa penjelasan mengenai landasan teori tersebut diatas antara lain yaitu:
1. Organisasi Yang Dinamis Organisasi dinamis yang diperlukan oleh PT. Astrindo Aditya Teknika adalah suatu organisasi yang dapat mengakomodir dan mengintegrasikan tiga tingkatan perilaku kepentingan yang berbeda yaitu perilaku kepentingan tingkat individu, kelompok dan organisasi. Oleh karena itu, Consulting Project perlu melakukan analisis terhadap tiga tingkatan perilaku tersebut, yaitu : ”
11
a. Analisis pada tingkat individu, kejadian-kejadian yang ada di dalam organisasi dianalisis untuk mengetahui hubungannya dengan perilaku seseorang dan interaksi kepribadian dalam suatu situasi di mana setiap individu dalam organisasi membawa sikap, nilai, dan pengalaman masa lalu yang berbeda. b. Analisis pada tingkat kelompok, perilaku kelompok dipengaruhi oleh dinamika kelompok. Aturan dan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok tersebut. c. Analisis pada tingkat organisasi, struktur dan posisi seseorang dalam organisasi membawa pengaruh pada setiap interaksi sosial dalam organisasi”. (Dikutip dari: Veithzal Rivai, tahun 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, halaman 439). Demikian pula kita dalam mempelajari, menelaah dan melakukan perubahan organisasi dapat dilakukan dengan menganalisis tiga tingkatan tersebut yaitu perubahan dalam diri individu, perubahan dalam lingkungan kerja dan perubahan organisasi secara keseluruhan. Perubahan organisasi pada dasarnya menjadikan sesuatu yang ada saat ini menjadi sesuatu yang baru yang diinginkan oleh PT. Astrindo Aditya Teknika, Oleh karena itu, perlu dilakukan diagnosis atas perubahan yang diinginkan tersebut. “ Diagnosis setidaknya dapat menjawab empat pertanyaan yang sekaligus merupakan indikator perubahan yaitu: 1) Apa sebenarnya yang terjadi di dalam perusahaan pada saat ini 2) Apa yang akan terjadi di masa mendatang seandainya perubahan tersebut tidak terjadi/tidak dilakukan 3) Apa yang diinginkan oleh orang-orang tentang kondisi yang akan datang, dan
12
4) Bagaimana caranya perubahan itu dilakukan dari kondisi saat ini ke kondisi ideal di masa mendatang ”. (Dikutip dari: Veithzal Rivai, tahun 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, halaman 440). Perubahan bisa disebabkan oleh faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal perubahan individu adalah motivasi dan keinginan individu untuk berubah, sedangkan faktor eksternal perubahan individu adalah karena tuntutan keluarga atau lingkungannya. Perubahan kerja dan organisasi terjadi karena faktor internal seperti tuntutan untuk berubah karena tujuannya berubah, sementara itu faktor eksternal seperti pengaruh ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, dan persaingan antar perusahaan baik pada lingkup lokal, nasional, maupun internasional. Perubahan kerja adalah segala bentuk perubahan yang terjadi di dalam lingkungan kerja. Efek perubahan kerja ini dapat diilustrasikan dengan membandingkan antara organisasi dengan balon udara. Ketika jari ditekankan pada balon udara, bentuk bola akan berubah pada titik tekan tersebut. Yang tampak adanya perubahan jelas adalah pada bagian yang tertekan tersebut, namun secara keseluruhan perubahan itu tidak tampak dengan jelas. Generalisasinya adalah bahwa seluruh organisasi cenderung dipengaruhi oleh adanya perubahan pada beberapa elemen terpenting dalam organisasi tersebut.Perubahan kerja yang secara teknis maupun manusiawi bisa mengakibatkan ketidakseimbangan organisasi karena karyawannya tidak dapat menyesuaikan diri. Oleh karena itu, seorang manajer harus mampu mengatasi ketidakseimbangan ini. Terdapat dua cara dalam mengatasi ketidakseimbangan organisasi dalam suatu perusahaan yaitu: ”
13
Pertama, peran manajer harus proaktif yaitu dengan mengantisipasi kejadian-kejadian, menggagas perubahan dan mengontrol nasib organisasi. Singkatnya seorang manajer berperan untuk mengenalkan perubahan organisasi secara terus-menerus untuk menemukan kecocokan antara organisasi dan lingkungannya. Kedua, peran manajer reaktif yaitu merespon kejadian-kejadian, menyesuaikan dengan perubahan, dan menerima konsekuensi dari perubahan. Pendek kata peran manajer adalah mempertahankan keseimbangan organisasi dan menyesuaikan perilaku karyawan dengan perubahan-perubahan yang terjadi ”. (Dikutip dari: Veithzal Rivai, tahun 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, halaman 441). Semua perubahan yang akan kita lakukan pastilah memerlukan biaya, baik berupa biaya ekonomis, sosial dan psikologis. Semua itu harus dibayar agar mendapatkan keuntungan dari perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, setiap perubahan yang terjadi harus dianalisis secara hati-hati dan ditetapkan kegunaannya/manfaatnya. Apabila ternyata perubahan itu tidak dapat memberikan keuntungan/manfaat (benefit) lebih dari pada biaya yang dikeluarkan, maka tidak ada alasan yang kuat untuk melakukan perubahan. Misalnya sebuah prosedur kerja atau SOP baru memerlukan biaya yang berupa biaya ekonomis yaitu untuk pelatihan, biaya psikologis dan sosial yang berupa keharusan untuk belajar dan penguasaan keterampilan baru. Selain itu biasanya suatu perubahan organisasi sangat rentan/resistensi adanya perlawanan yaitu berupa tingkah laku dari karyawan yang didesain untuk tidak mempercayai, menunda, dan mencegah implementasi dari perubahan kerja. Karyawan melawan adanya perubahan kerja dengan alasan karena keamanan, interaksi sosial, status, kompetensi, dan kepercayaan dirinya
14
terancam. “Terdapat beberapa tipe perlawanan yang akan timbul terhadap perubahan kerja, hal ini dapat dilihat/diilustrasikan pada Tabel.1, di bawah ini”. Tabel.1 Tipe-Tipe Perlawanan Terhadap Perubahan di Antara Karyawan. No 1
Tipe Perlawanan
Indikator
Logis
a. Waktu yang diperlukan untuk perubahan
(keberatan rasional)
b. Usaha ekstra untuk kembali belajar c. Kemungkinan kondisi yang diinginkan lebih rendah d. Biaya ekonomi atas perubahan e. Masalah-masalah teknis atas perubahan
2
Psikologis
a. Ketakutan yang tidak jelas
(sikap emosional)
b. Toleransi yang rendah terhadap perubahan c. Ketidaksenangan manajemen atau agen perubahan yang lain d. Kurangnya kepercayaan kepada pihak lain e. Kebutuhan keamanan dan keinginan untuk mempertahankan status quo
3
Sosiologi
a. Koalisi politik
(kepentingan
b. Menentang nilai-nilai kelompok
kelompok)
c. Pandangan yang sempit(Parokial) d. Kepentingan e. Keinginan mempertahankan pertemuan yang ada/berlaku
(Dikutip dari: Veithzal Rivai, tahun 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, halaman 442). Pemilik perusahaan, CEO, atau para manajer yang akan melakukan perubahan biasanya selalu ada pro dan kontra dan bahkan penolakan dari para karyawannya. “ Munculnya penolakan tersebut biasanya disebabkan oleh: a. Kebiasaan, jika kebiasaan sudah terbentuk maka tidak mudah untuk merubahnya dan harus sabar serta perlu waktu untuk penyesuaian. Dengan kebiasaan hal itu telah memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi para karyawan.
15
b. Keselarasan,
orang-orang
menyukai
keselarasan
dengan
kebiasaan
dan
mengharapkan agar cara-cara berperilaku tetap berdasarkan kebiasaan lama tersebut. Segala sesuatu yang baru dianggapnya akan mengganggu keselarasan yang sudah tercipta selama ini. c. Ancaman, perubahan di dalam organisasi mungkin dianggap dapat menimbulkan ancaman.
Orang-orang
khawatir
karena
mereka
melihat
perubahan
akan
membahayakan status mereka, dan bukan untuk memperbaiki/meningkatkan status yang sudah dimillikinya. d. Kesalahpahaman, orang-orang sering salah memahami maksud dari suatu perubahan dan percaya bahwa hal tersebut akan lebih banyak merugikan mereka daripada menguntungkan. e. Pandangan yang berbeda, orang mungkin berbeda pendapat dan penilaian terhadap penilaian suatu keadaan/perubahan dari/dengan manajer mereka dan lebih memperhatikan biaya daripada manfaat “. (Dikutip dari: Veithzal Rivai, tahun 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, halaman 458). Jika para manajer perusahaan mengalami penolakan yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti tersebut di atas, bagaimana cara menanggulanginya. Penolakan terhadap suatu usulan perubahan merupakan suatu petunjuk bagi para manajer bahwa ada sesuatu yang salah dengan usulan atau kesalahan yang telah dibuat dalam penyajian atau sosialisasinya. Oleh karena itu, manajer harus menentukan faktor utama yang nyata sebagai penyebab penolakan dan kemudian mengatasinya dengan cara-cara yang tepat atau sesuai. “ Ada enam cara untuk menanggulangi penolakan terhadap suatu perubahan antara lain yaitu:
16
1) Pendidikan dan komunikasi, salah satu cara untuk mengatasi penolakan terhadap suatu perubahan adalah dengan menyosialisasikan atau menginformasikan programprogram perubahan yang direncanakan dan kebutuhan akan perubahan bagi perusahaan sedini mungkin. 2) Partisipasi dan keterlibatan, apabila para penolak yang potensial dilibatkan sejak dini dalam perancangan suatu perubahan, maka diharapkan penolakan terhadap program perubahan dapat dikurangi bahkan dihilangkan. 3) Kemudahan dan dukungan, pemudahan dalam proses perubahan dan pemberian dukungan kepada mereka yang terlibat merupakan cara lain bagi manajer agar dapat menangani penolakan. Program-program pendidikan dan pelatihan, pelonggaran waktu setelah dilaluinya periode sulit, dan penawaran dukungan secara emosional serta pengertian/tolerensi akan dapat membantu kelancaran proses perubahan yang sedang dilakukan. 4) Negosiasi dan persetujuan, cara lain yang dapat dilakukan oleh para manajer adalah melakukan teknik negosiasi dengan para penolak perubahan yang potensial secara berkelanjutan dan win-win solusion. 5) Manipulasi dan bekerjasama, kadang-kadang para manajer seringkali menjauhkan individu atau kelompok dari penolakan terhadap perubahan. Mereka sebenarnya dapat memanipulasi para karyawannya melalui pemberitaan informasi secara selektif atau melalui penyusunan urutan kejadian-kejadian dengan sengaja. Atau mereka dapat bekerja sama dengan individu melalui orang kunci dalam suatu kelompok, melalui pemberian peranan yang penting kepadanya dalam perancangan atau pelaksanaan proses perubahan.
17
6) Paksaan eksplisit dan implisit, para manajer dapat memaksa orang-orang untuk menerima perubahan dengan berbagai ancaman eksplisit ataupun implisit, dalam bentuk kehilangan pekerjaan, melakukan penundaan kenaikan pangkat atau promosi, penundaan pemberian bonus dan sebagainya. Manajer apabila diperlukan juga dapat melakukan pemecatan atau memindahkan terhadap individu atau kelompok karyawan yang menentang keras terhadap kebijakan perubahan suatu perusahaan “. (Dikutip dari: Veithzal Rivai, tahun 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, halaman 459). Pengembangan organisasi (Organization development) adalah aplikasi ilmu pengetahuan perilaku secara sistematis pada berbagai tingkatan seperti kelompok, intergroup dan organisasi secara total untuk membuat perubahan. Tujuannya adalah untuk mendapatkankualitas kerja yang lebih baik, produktivitas, kemampuan adaptasi dan efektivitas. Pengembangan organisasi ini mencari perubahan dalam keyakinan, sikap dan nilai-nilai, strategi, struktur dan praktik-praktik dalam organisasi sehingga dapat menyesuaikan lebih baik dalam kompetisi, keuntungan teknologi dan perubahan yang cepat terhadap lingkungannya. Pengembangan organisasi ini mulai dikenal pada tahun 1950-an dan 1960-an. Pengembangan organisasi di sini dimaksudkan untuk merubah seluruh bagian organisasi dalam rangka memberikan respon yang lebih manusiawi, lebih efektif dan lebih baik untuk menjadi organisasi pembelajar dan memperbaiki dirinya. Beberapa organisasi telah tumbuh menjadi besar sehingga sulit untuk dikoordinasikan di antara bagian-bagian organisasi. Pengembangan organisasi adalah program yang menyeluruh yang memperbaiki interaksi antarbagian dari organisasi karena mereka saling mempengaruhi. Pengembangan organisasi menitik beratkan pada struktur, teknologi dan orang-orang yang saling mempengaruhi. Pengembangan organisasi ingin
18
menjawab suatu pertanyaan yang penting yaitu: seberapa efektifkah semua bagian dalam organisasi bersinergi ketika mereka disatukan untuk bekerja bersama?. “ Asumsi dari pengembangan organisasi dapat digambarkan pada Tabel.2, di bawah ini ”. Tabel.2 Asumsi-Asumsi Pengembangan Organisasi No 1
Asumsi Individual
Indikator a. Orang ingin tumbuh dan matang b. Karyawan memiliki banyak hal untuk ditawarkan, yang pada saat ini belum terpakai dalam pekerjaan (seperti energi dan kreativitas) c. Sebagian besar karyawan menginginkan kesempatan untuk menyumbangkan kemampuannya semaksimal mungkin.
2
Kelompok
a. Peranan kelompok dan tim adalah sangat penting dalam mencapai keberhasilan suatu organisasi b. Kelompok mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku individu c. Peran yang kompleks yang dimainkan dalam suatu kelompok memerlukan pengembangan keterampilan.
3
Organisasi
a. Kontrol, kebijakan dan program serta aturan yang berlebihan bisa merusak kreativitas dan pengembangan organisasi b. Konflik dapat dikelola dan dimanfaatkan asalkan disalurkan secara tepat guna c. Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan atau disinkronkan
(Dikutip dari: Veithzal Rivai, tahun 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, halaman 461).
Pembahasan perubahan organisasi tidak lengkap tanpa dimasukkan pengembangan organisasi (organisasi development-OD). OD adalah sekumpulan intervensi perubahan terencana yang dibangun di atas nilai-nilai humanistik dan demokratik yang berupaya memperbaiki keefektifan organisasi dan kesejahteraan karyawan atau dapat pula dikatakan sebagai usaha jangka panjang yang didukung oleh manajemen puncak untuk meningkatkan proses pemecahan masalah dan pembaruan organisasi secara bertahap.
19
“Nilai-nilai yang mendasar dan strategis serta harus diperhatikan dalam upaya pengembangan organisasi antara lain adalah: a. Penghargaan
kepada
orang
lain/individu.
Individu
dipersepsikan
untuk
bertanggungjawab, teliti dan punya perhatian. Hendaknya mereka diperlakukan secara layak dan hormat. b. Percaya dan mendukung. Organisasi yang efektif dan sehat dicirikan oleh kepercayaan, otentitas, keterbukaan dan adanya iklim yang mendukung. c. Kenyamanan kekuasaan. Organisasi yang efektif mengurangi tekanan pada wewenang dan kontrol hierarkis. d. Konfrontasi. Seharusnya masalah-masalah tidak disembunyikan. Hendaknya setiap permasalahan dihadapi secara terbuka. e. Partisipasi. Semakin banyak dan sering orang yang akan terkena dampak suatu perubahan dilibatkan dalam pengambilan keputusan sekitar perubahan organisasi tersebut, maka mereka akan semakin setia kepada pelaksanaan keputusan tersebut “. (Dikutip dari: Veithzal Rivai, tahun 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, halaman 462).
Pengembangan organisasi adalah suatu proses yang kompleks dan bisa memakan waktu satu tahun atau lebih untuk merancang dan mengimplementasikannya. Kadang-kadang prosesnya tidak tampak dengan jelas. Pengembangan organisasi berusaha mencoba untuk berubah dari kondisi saat ini menuju yang seharusnya diinginkan. “ Sedangkan langkah-langkah pengembangan organissi adalah sebagai berikut: a. Diagnosis awal. Pada tahap ini biasanya konsultan menemui manajemen puncak untuk menentukan hakikat permasalahan perusahaan untuk melakukan pendekatan
20
pengembangan organisasi yang dianggap akan paling berhasil, dan untuk meyakinkan adanya dukungan penuh dari manjemen. Selama pada tahap ini konsultan mencari input dengan melakukan interview kepada orang-orang yang berlainan dalam organisasi. b. Pengumpulan data. Survei dilakukan untuk menentukan dan memetakan suasana organisasi dan masalah-masalah perilaku. Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam mengumpulkan informasi adalah: kondisi-kondisi apa saja yang paling memberi sumbangan terhadap efektivitas kerja, kondisi-kondisi apa yang mengganggu efektivitas kerja, dan hal apa yang paling ingin dirubah dalam operasional organisasi ?. c. Umpan balik data dan konfrontasi. Kelompok kerja ditunjuk untuk mereview data yang dikumpulkan, untuk melakukan mediasi ketidakcocokan dan menentukan prioritas perubahan. d. Tindak perencanaan dan pemecahan masalah, Kelompok menggunakan data untuk mengembangkan rekomendasi khusus demi perubahan. Diskusi difokuskan pada masalah aktual organisasi. Perencanaan harus spesifik, termasuk siapa yang bertanggung jawab dan kapan tindakan harus diselesaikan. e. Menggunakan intervensi. Pada saat suatu tindakan telah diselesaikan maka konsultan membantu partisipan untuk memilih dan menggunakan intervensi pengembangan organisasi yang sesuai. Tergantung pada hakikat permasalahan, intervensi bisa saja fokus pada individu, tim, hubungan antardepartemen atau organisasi secara keseluruhan.
21
f. Evaluasi dan tindak lanjut. Konsultan membantu organisasi mengevaluasi hasil dari upaya pengembangan organisasi dan mengembangkan program tambahan di dalam area dimana hasil tambahan diperlukan” . (Dikutip dari: Veithzal Rivai, tahun 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, halaman 462 - 463).
“ Agen perubahan mempunyai banyak teknik dan pendekatan, teknik ini dikelompokkan menjadi lima yaitu: a. Pelatihan kepekaan. Kelompok pelatihan yang berupaya mengubah perilaku lewat interaksi kelompok yang tidak terstruktur. b. Umpan balik survei. Penggunaan kuesioner untuk mengenali penyimpanganpenyimpangan diantara persepsi anggota diikuti dengan pembahasan serta saran dan pendapat. c. Konsultasi proses. Maksud dari konsultasi proses adalah supaya seorang konsultan dari luar membantu seorang klien untuk mempersepsikan, memahami, dan bertindak terhadap peristiwa proses yang harus ditangani. Konsultan memberi kepada seorang klien wawasan ke dalam apa yang terjadi di sekitar klien, di dalam diri klien itu dandiantara klien itu dengan orang lain mengidentifikasikan proses-proses yang memerlukan perbaikan. d. Pembinaan tim. Diterapkan dalam kelompok, memanfaatkan interaksi yang tinggi di kalangan anggota tim untuk meningkatkan kepercayaan dan keterbukaan. e. Pengembangan antarkelompok. Berupaya mengubah sikap, stereotipe, dan persepsi yang dimiliki satu kelompok terhadap kelompok lain”. (Dikutip dari: Veithzal Rivai, tahun 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, halaman 464).
22
Selain
hal
tersebut
diatas,
maka
dalam
melakukan
perubahan
juga
harus
dipertimbangkan adanya stres atau tekanan yaitu terminologi umum yang menunjukkan adanya perasaan tertekan pada kehidupan karyawan. Kehadiran stres dalam pekerjaan tidak dapat dihindarkan dalam berbagai jenis pekerjaan. Individu memberikan reaksi yang berbeda-beda dalam menghadapi stres ini. Gejala-gejala stres yang tampak adalah kegugupan dan tertekan, kekhawatiran yang sering terulang-ulang, tidak sanggup rileks, merokok atau minum alkohol berlebihan, mengalami masalah dengan tidur, sikap tidak bersedia bekerjasama, perasaan tak sanggup menyelesaikan sesuatu pekerjaan, ketidakstabilan emosional, mengalami masalah pencernaan dan tekanan darah tinggi. Kondisi-kondisi yang menyebabkan stres disebut stressors. Kadang-kadang sebuah penyebab stres bisa menyebabkan stress yang dominan dan biasanya penyebabpenyebab stres berkombinasi untuk menekan karyawan dalam berbagai cara sehingga membuat stres semakin berkembang.” Stres karyawan ada dua penyebabnya yaitu: a. Stres yang berhubungan dengan pekerjaan. Hampir setiap kondisi kerja bisa menyebabkan stres tergantung reaksi karyawan terhadapnya. 1) Yang biasa menyebabkan stress dalam pekerjaan adalah beban kerja dan batas waktu. Namun kadang–kadang tekanan juga bisa datang dari manajemen, apalagibila kualitas manajemennya buruk maka bisa memicu stress. Contoh stres yang disebabkan supervisor atau manajer yang otokratik suasana kerja yang tak nyaman, dan otoritas yang tidak jelas berkaitan dengan tanggungjawabnya. 2) Konflik peran dan ambiguitas juga menyebabkan stres. Pada situasi seperti ini karyawan tidak mengetahui dengan jelas apa yang harus dilakukan dan mereka tidak dapat memenuhi semua harapannya. Karena suatu pekerjaan tidak
23
didefinisikan secara jelas maka seorang karyawan tidak memiliki model yang ditiru dalam menyelesaikan pekerjaan. 3) Stres juga bisa terjadi karena adanya perbedaan nilai-nilai perusahaan dengan nilai-nilai individual. Perbedaan yang penting bisa mengakibatkan tekanan mental yang serius karena adanya upaya untuk menyesuaikan perbedaanperbedaan nilai tersebut. b. Frustrasi. Frustrasi disebabkan karena adanya dorongan/keinginan yang dibatasi sehingga seseorang terhalangi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satu reaksi yang umum atas adanya frustasi adalah agresi. Ketika seseorang bersikap agresif/menyerang, hal itu menunjukkan adanya frustasi dan kekecewaan. (Dikutip dari: Veithzal Rivai, tahun 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, halaman 465 - 466). Stres berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Stres dapat membantu atau mengganggu kinerja karyawan tergantung pada tingkatan stresnya. Apabila dalam suaru pekerjaan tidak ada stres, kinerja karyawan akan rendah, dan apabila dalam pekerjaan terlalu besar tingkat stresnya, kinerja karyawan juga rendah. Untuk menghasilkan kinerja yang tinggi maka tingkatan stress harus dikontrol agar tetap sedang-sedang saja. Stres harus dikelola dengan baik. Dalam upaya mengelola stress terdapat tiga pilihan, yaitu mencegah atau mengontrolnya, lari dari stres, dan mengadaptasikan stres ataumengatasi gejala-gejala stres. Untuk mengurangi atau mengeliminasi sumbersumber stres dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya meningkatkan keterampilan berkomunikasi, memberdayakan karyawan dengan partisipasi, mendesain ulang pekerjaan dengan lebih baik, atau mengimplementasikan program pengembangan
24
organisasi. Beberapa karyawan bisa menghilangkan stres dengan cara meminta pindah pekerjaan, mencari pekerjaan baru, meminta pensiun dini, mencari keterampilan baru untuk melawan sumber- sumber stres. Beberapa pendekatan lain mengatasi stres yang dilakukan dengan cara melakukan kerjasama diantara para karyawan dan manajemen. Bisa juga dilakukan dengan melibatkan dukungan sosial, upaya-upaya relaksasi dan kembali ke alam. Salah satu tindakan terhadap karyawan yang menderita stress adalah melakukan konseling. Konseling adalah berdiskusi dengan karyawan terhadap suatu masalah yang biasanya bermuatan emosi dalam rangka membantu karyawan dalam menyelesaikannya dengan lebih baik. Konseling dimaksudkan untuk membantu karyawan meningkatkan kesehatan mentalnya. Mental yang sehat berarti karyawan merasa nyaman tentang diri mereka sendiri, menghargai orang lain dan sanggup memenuhi tuntutan hidup. “ Karakteristik mental yang sehat dapat dilihat pada Tabel.3, di bawah ini ”. Tabel.3 Karakteristik Mental Sehat No 1
Karakteristik Merasa nyaman terhadap dirinya
2
Merasa enak dengan orang lain
3
Mampu memenuhi tuntutan hidup
lndikator a. Tidak dilingkupi dengan berbagai emosi mereka pribadi seperti ketakutan, kemarahann, cinta , kecemburuan, rasa bersalah, dan kekhawatiran. b. Dapat mengatasi kekecewaan hidup di dalam langkahnya. c. Memiliki toleransi, sikap easygoing terhadap dirinya dan orang lain dan dapat tertawa terhadap dirinya. d. Tidak merasa memiliki kemampuan underestimate atau overestimate. e. Menghargai diri sendiri. f. Merasa mampu mengatasi hampir semua situasi yang dihadapinya. g. Mendapatkan ke puasan dari sesuatu yang sederhana dan kesenangan sehari-hari. a. Mampu memberikan cinta dan memperhatikan ketertarikan dari orang lain. b. Memiliki hubungan personal yang memuaskan dan berkelanjutan. c. Mengharapkan menyukai dan mempercayai orang lain dan menganggapnya sebagai sesuatu yang seharusnya terjadi. d. Menghargai berbagai macam perbedaan yang ditemui pada orang-orang. e. Tak suka dipaksa dan tak suka memaksa orang lain. f. Dapat merasakan bahwa ia adalah bagian dari group. g. Memiliki rasa tanggungjawab terhadap tetangga dan orang lain. a. Melakukan sesuatu atas suatu masalah yang timbul. b. Mau menerima tanggung jawab. c. Berbagi rasa dengan lingkungannya bila memungkinkan dan menyesuaikan diri bila diperlukan.
25 d. e. f. g. h. i.
Merencanakan ke depan dan tidak takut menghadapi masa depan. Terbuka terhadap pengalaman dan ide-ide baru. Mampu mempergunakan kapasitas alaminya. Menentukan tujuan yang realistik untuk dirinya. Mampu berfikir untuk dirinya dan mengambil keputusan sendiri. Berusaha sebaik mungkin atas usahanya dan mencapai kepuasan atas usahanya tersebut.
(Dikutip dari: Veithzal Rivai, tahun 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, halaman 468).
Konseling adalah tukar menukar gagasan dan perasaan di antara dua orang yaitu konselor dan konseling yang berarti konseling adalah tindakan berkomunikasi. Tindakan ini adalah membantu siswa untuk mengatasi permasalahan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini bisa terjadi karena karyawan menjadi lebih kooperatif dan berkurang tingkat kekhawatiran tentang masalah-masalah pribadinya. Konseling juga membantu organisasi agar menjadi lebih manusiawi dan mempertimbangkan masalahmasalah yang dialami karyawan. Konseling itu sendiri memiliki beberapa fungsi seperti memberikan saran-saran, meyakinkan kembali dan memberi dorongan terhadap karyawan yang mengalami masalah, meningkatkan komunikasi antara bawahan dan atasan atau sebaliknya, menghilangkan ketegangan emosi, menjernihkan kembali pikiran, dan mereorientasi terhadap orang yang diberi konseling. Peran manajer dalam konseling juga amat penting walaupun sudah ada konselor profesional dalam sebuah perusahaan. Hal ini karena manajer adalah orang yang selalu berhadapan dengan karyawan setiap hari.Oleh karena itu, pada saat melakukan konseling dengan karyawan yang mengalami masalah maka manajer tidak boleh berkesimpulan bahwa tanggung jawab konselingnya telah dilimpahkan kepada konselor
26
profesional.Apabila manajer menutup mata terhadap masalah yang dihadapi karyawan maka sebenarnya manajer itu mengatakan, "saya tidak peduli kepada anda, kecuali kerja anda."Atau mengatakan, "ini bukan tugas saya, datanglah ke konselor anda."
2. Manajemen Produksi Dan Operasi Pembahasan tentang Manajemen produksi dan operasi akan lebih terarah dan lebih baik apabila digunakan perumusan yang sama tentang definisi atau pengertiannya. Terdapat banyak rumusan pengertian atau definisi yang dipergunakan para penulis. Oleh karena itu perlu adanya penyamaan pengertian agar pembahasan yang dilakukan dalam tulisan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan secara efektif. Dalam landasan teori ini selain diuraikan tentang arti dan maksud dari Manajemen Produksi dan Operasi, akan diuraikan pula peranan Manajer Produksi dan Operasi dalam pengambilan keputusan serta cakupan dari pembahasan Manajemen Produksi dan Operasi dalam tulisan ini. Dengan uraian ini diharapkan kita dapat memahami lingkup bahasan yang akan tercakup dalam buku ini. Istilah produksi dan operasi sering dipergunakan dalam suatu organisasi yang menghasilkan keluaran atau output, baik yang berupa barang maupun jasa. Secara umum produksi diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output). Dalam pengertian yang bersifat umum ini penggunaannya cukup luas, sehingga mencakup keluaran (output) yang berupa barang atau jasa. Jadi dalam pengertian produksi dan operasi tercakup setiap proses yang mengubah masukan-masukan (inputs) dan menggunakan sumber-sumber daya untuk menghasilkan keluaran-keluaran (outputs), yang berupa barang-barang dan jasa-jasa. Dengan dasar pengertian itu, di dalam kegiatan menghasilkan barang atau jasa, dapat
27
diukur kemampuan menghasilkan atau transformasinya, yang sering dikenal dengan apa yang disebut dengan produktivitas untuk setiap masukan (input) yang dipergunakan, kecuali bahan. Seperti telah diutarakan di atas, dengan pengertian produksi dalam arti luas sebagai kegiatan yang mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktivitas atau kegiatan yang menghasiltan barang atau jasa, serta kegiatankegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan produk tersebut. Berdasarkan batasan ini, kegiatan produksi terdapat pada pabrik pengolahan atau manufaktur, pertambangan, perhotelan, rumah sakit, pelayanan dan lain sebagainya. Dari pengertian yang luas inilah sekarang berkembang istilah yang sering digunakan, yaitu industri, seperti halnya dengan istilah industri manufaktur, industri pengolah hasil pertanian atau agro-industry, industri pengolah hasil-hasil pertambangan, industri pariwisata, industri jasa keuangan, industri jasa perdagangan dan industri pengangkutan.
Dalam arti sempit, pengertian produksi hanya dimaksud sebagai kegiatan yang menghasilkan barang baik barang jadi maupun barang setengah jadi, bahan industri dan suku cadang atau spareparts dan komponen. Dengan pengertian itu, produksi dimaksudkan sebagai kegiatan pengolahan dalam pabrik. Hasil produksinya dapat berupa barang-barang konsumsi maupun barang-barang industri. Karena adanya keterbatasan pengertian produksi dalam arti sempit, maka dalam tulisan atau buku ini dipergunakan istilah produksi dan operasi, sehingga dapat mencakup pembahasan dalamarti luas untuk kegiatan masukan (inputs) menjadi keluaran (output) yang berupa barang atau jasa.
28
Pengertian produksi dan operasi dalam ekonomi adalah merupakan kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan menambah kegunaan atau utilitas suatu barang atau jasa. Seperti diketahui kegunaan atau utilitas dibedakan atas karena bentuk, tempat, waktu dan pemilikan. Yang terkait dalam pengertian produksi dan opeiasi adalah penambahan atau penciptaan kegunaan atau utilitas karena bentuk dan tempat, sehingga membutuhkan faktor-faktor produksi.
Dalam ilmu ekonomi, faktor-faktor produksi terdiri atas tanah atau alam, modal, tenaga kerja, dan keterampilan manajerial (managerial skills) serta keterampilan teknis dan teknologi. Dalam pembahasan pada buku manajemen produksi dan operasi ini, faktorfaktor produksi yang merupakan masukan (inputs) dalam proses produksi dan operasi terdiri atas bahan dan peralatan mesin, manusia (tenaga kerja dan akal atau skill), metode kerja, dan dana atau uang. Semua faktor inilah yang menentukan proses produksi dan operasi yang dilakukan. “Pengertian Manajemen produksi dan Operasi tidak terlepas dari pengertian Manajemen. Dengan istilah manajemen dimaksudkan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain. Dalam pengertian ini terdapat tiga unsur yang penting, yaitu adanya orang yang lebih daripada satu, adanya tujuan yang ingin dicapai dan orang yang bertanggung jawab akan tercapainya tujuan tersebut. Sering pengertian manajemen ini dikaitkan dengan pengertian organisasi”. (Sofjan Assauri, tahun 2008, Manajemen Produksi dan Operasi, halaman 18 - 20).
29
Yang dimaksud dengan organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan dalam manajemen, sehingga organisasi dianggap alat manajemen dalam pencapaian tujuannya. Apabila tujuan dari manajemen tersebut telah berubah, maka organisasinya perlu ditinjau kembali, apakah masih sesuai dan tepat untuk dipergunakan, atau apakah diperlukan adanya perubahan-perubahan sehingga dapat menampung perubahan-perubahan yang telah terjadi. Dengan istilah organisasi diartikan sebagai wadah kegiatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam pencapaian tujuan bersama, di mana terdapat orang yang mengatur kegiatan untuk pencapaian tujuan tersebut dan orang yang melaksanakan kegiatan itu. Dari uraian ini terlihat bahwa manajemen dan organisasi itu tidak dapat dipisahkan, karena manajemen merupakan cara-kerja yang dilakukan di dalam organisasi dalam rangka usaha untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu pulalah sering kita mendengar ungkapan bahwa di dalam organisasi yang sehatlah terdapat manajemen yang baik. Kegiatan untuk meningkatkan kegunaan atau daya guna suatu barang atau jasa, sering dikenal sebagai kegiatan pentransformasian masukan (inputs) menjadi keluaran (output), tidaklah dapat dilakukan sendiri, tetapi dibutuhkan bantuan dan dilakukan secara bersama-sama dengan orang lain, sehingga diperlukan kegiatan manajemen. Kegiatan manajemen ini dibutuhkan untuk
mengatur dan mengombinasikan faktor-faktor
produksi yang berupa sumber-sumber daya dan bahan guna dapat meningkatkan kegunaan dari barang atau jasa tersebut secara efektif dan efisien, dengan memanfaatkan keterampilan atau skills yang dimiliki para manajernya.
30
Manajemen produksi dam operasi merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alat dan sumber daya dana serta bahan, secara efektif dan efisien, untuk menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa. Dengan pengertian ini, maka dalam istilah manajemen tercakup semua kegiatan atau aktivitas yang menghasilkan barang atau jasa, serta kegiatan-kegiatan yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan barang atau jasa itu. Sehingga dengan demikian dapatlah disadari bahwa Manajemen Produksi dan Operasi selalu terdapat dan berguna bagi hampir semua organisasi, seperti pabrik pengolahan atau industri manufaktur, perhotelan, perdagangan, perbengkelan, rumah sakit, perkebunan, pelayanan dan lain sebagainya.
Dari uraian di atas, dapatlah dinyatakan bahwa Manajemen Produksi dan Operasi merupakan proses pencapaian dan pengutilisasian sumber-sumber daya untuk memproduksi atau menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Organisasi-organisasi tersebut dapat berupa perusahaan pabrik atau industry manufakfur, rumah sakit, universitas, toko serba ada (department store), pasar swalayan, perbengkelan dan lain sebagainya. Sasaran dari organisasi itu antara lain adalah untuk memperoleh tingkat laba tertentu atau memaksimalisasi laba, memberikan pelayanan dengan tingkat pelayanan yang baik, serta berupaya dan berusaha untuk menjamin eksistensi dari organisasi tersebut.
Sumber-sumber daya yang dipergunakan dalam organisasi berbeda-beda tergantung dari keluaran (output) atau produk yang dihasilkan, sumber-sumber daya mana dapat berupa
31
mesin pengolahan, mesin press, ruangan kelas, unit perawatan jantung untuk rumah sakit, profesor dan tenaga pengajar serta tenaga yang tidak ahli dan komputer. Sumbersumber daya ini dapat dikelompokkan ke dalam kelompok tenaga kerja dan modal. Banyak usaha atau upaya terdahulu dalam manajemen produksi dan operasi yang terkait dengan tujuan untuk peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas mempunyai banyak keuntungan untuk tenaga kerja dan manajemen. Walaupun demikian perlu diketahui bahwa ada dua permasalahan yang penting dalam peningkatan produktivitas, yaitu: pertama, produktivitas baru meningkat apabila terdapat peningkatan kondisi kerja dari kondisi yang kurang baik menjadi kondisi yang lebih baik. Kedua, beberapa hasil peningkatan produktivitas tidak dapat membantu organisasi secara keseluruhan, karena hasil tersebut hanya terkait dengan perbaikan pada bidang tertentu saja, sedangkan bidang yang lainnya mungkin tetap tidak terpengaruh.
Koordinasi yang lebih baik dari usaha-usaha kerja perorangan dapat memperbaiki atau meningkatkan produktivitas di dalam banyak organisasi manufaktur dan jasa. Koordinasi dapat dicapai melalui penggunaan metode manajemen produksi dan operasi, yang dapat membuat setiap pekerja menjadi lebih efektif kerjanya dengan mengurangi waktu-waktu menganggur (iddle time)-nya dan dengan memiliki orang-orang dan bahan-bahan yang tersedia, kapan dan di mana mereka dibutuhkan. Metode-metode ini tidak hanya meningkatkan kepuasan para pekerja menjadi lebih baik. Efisiensi penting bagi suatu organisasi dan juga untuk masyarakat luas, karena efisiensi di dalam suatu bidang atau area yang lebih luas, membutuhkan usaha-usaha yang lebih intensif. Setiap perusahaan berusaha untuk mengurangi jumlah persediaannya, sambil memelihara dan menjaga pelanggan-pelanggannya, dan lebih banyak dana yang diinvestasikan dalam
32
usaha pengembangan produk baru. Penggunaan sumber-sumber daya (resources) secara efisien merupakan cara yang menonjol dari manajer produksi dan operasi untuk dapat mengontribusikan bagi pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Manajer produksi dan operasi dalam mengatur dan mengoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya, perlu membuat keputusan-keputusan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan agar barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan sesuai dan tepat dengan apa yang diharapkan, yaitu tepat mutu (kualitas), tepat jumlah (kuantitas) dan tepat waktu yang direncanakan, serta dengan biaya yang rendah. Dalam hal ini manajer produksi dan operasi harus mengolah sumber-sumber daya yang dimiliki, termasuk tenaga kerja, bangunan, mesin dan persediaan. Untuk ini proses teknik peramalan, analisis investasi atau capital budgeting, serta rencana tenaga kerja dan sarana pendukung lainnya dipergunakan sebagai unsur dasar keputusan bisnis yang tepat dan jitu. Di samping itu, manajer produksi dan operasi harus juga menjadwalkan penugasan pekerjaan, merencanakan tingkat persediaan dan membuat banyak keputusankeputusan dan rencana-rencana mengenai pekerjaan-pekerjaan apa yang akan dikerjakan dan kapan pekerjaan tersebut akan dikerjakan.
Seperti telah diuraikan bahwa Manajemen Produksi dan Operasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam penetapan upaya pengaturan dan pengoordinasian penggunaan sumber-sumber daya dari kegiatan produksi untuk mencapai tujuan organisasi. Kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan barang atau jasa yang mempunyai kegunaan yang lebih besar dari bentuk atau keadaan semula. Hal ini sejalan dengan apa yang diketahui tentang fungsi utama
33
manajemen, yaitu menetapkan keputusan tentang kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan dan kapan dilakukannya serta di mana dilakukamya dan oleh siapa dilakukannya kegiatan tersebut, guna mencapai tujuan dan sasaran organisasi dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Keputusan yang diambil dapat menyangkut suatu bidang fisik atau bidang organisasi yang dapat diperkirakan atau diramalkan.Keputusan itu dapat berupa rencana pemasaran, rencana produksi dan operasi, rencana tenaga kerja atau sumber daya manusia dan rencana keuangan.
Teori pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memudahkan proses pemilihan alternatif atau penggunaan peralatan analisis, bagi penentuan keputusan, sehingga dapat diketahui bagaimana keputusan-keputusan yang rasional harus diambil, dan dengan demikian dapat ditentukan dan disusun rencana-rencana yang logis dari keputusankeputusan yang diambil atas dasar peralatan ilmu pengetahuan dan matematika atau analisis kuantitatif serta kenyataan yang terjadi. Proses pengambilan keputusan didahului dengan mengetahui permasalahannya, alternatif-altematif yang ada serta kriteria-kriteria bagi pengukuran atau pembandingan setiap altematif, yang dapat memberikan hasil atau manfaat yang paling besar dan risiko yang paling kecil, serta yang paling efektif. Jadi masalah yang mempersulit suatu pengambilan keputusan ialah adanya alternatif-alternatif yang harus dipilih sebagai landasan untuk tindakan yang akan dilaksanakan. “ Dilihat dari kondisi atau keadaan dari keputusan yang harus diambil, maka terdapat empat macam pengambilan keputusan, yaitu: a. pengambilan keputusan atas peristiwa yang pasti, b. pengambilan keputusan atas peristiwa yang mengandung risiko,
34
c. pengambilan keputusan atas peristiwa yang tidak pasti (uncertainty), dan pengambilan keputusan atas peristiwa yang timbul karena pertentangan dengan keadaan lain”. (Sofjan Assauri, tahun 2008, Manajemen Produksi dan Operasi, halaman 22). Untuk memudahkan dalam melihat gambaran terhadap suatu permasalahan secara menyeluruh, termasuk kaitan-kaitan yang ada, dibutuhkan suatu cara penggambaran yang dikenal sebagai model. Jadi penggunaan suatu model merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam pendekatan secara ilmiah terhadap suatu permasalahan. Model yang dipergunakan dapat ditemukan dalam bentuk analogi, contoh-contoh yang abstrak yang berupa alat peraga (physical models), ataupun berupa skema, grafik, gambar-gambar, dan contoh-contoh lain yang paling abstrak yang sering dipergunakan adalah model matematik atau riset operasi (operation research). Di antara model-model yang dipergunakan, terdapat suatu model yang dikenal dengan nama Simulation Model. Model ini dipergunakan, bila keadaan tertentu membutuhkan model matematika yang di luar kemampuan teknik sederhana, karena terlalu rumit atau kompleks dan memakan banyak waktu.Selain itu, model alat peraga (physical models) banyak pula dipergunakan dalam mempelajari dan mengkaji tata letak suatu pabrik atau unit operasi. Sedangkan model grafik dan skema, biasanya dipergunakan dalam mempelajari dan mengkaji penentuan jadwal kerja, serta dalam analisis tentang hubungan antara orang dan mesin, dan aspek-aspek lain tentang situasi kerja.
Pada akhir-akhir ini model matematika atau kuantitatif dan model simulasi telah banyak dikembangkan dalam upaya pengoptimalisasian alokasi sumber-sumber daya dan bahan yang produktif, pembuatan program produksi, penentuan jumlah unit yang optimum
35
dalam satu lot atau satu kali produksi (lot size), dan lain sebagainya. Untuk membuat suatu model, dibutuhkan suatu pertimbangan yang cermat, terutama mengenai apa saja yang perlu diandaikan atau dimisalkan untuk penggambaran keadaan yang sebenamya. Pengandaian atau pemisalan itu sangat dibutuhkan untuk memungkinkan dapat dilakukan pemahaman tentang keadaan yang sebenarnya, dan dapat memudahkan dalam penganalisisannya dan pengkajian yang tepat tentang pemilihan alternatif-alternatif dalam pengambilan keputusan yang tepat. Dalam kerangka ini maka sering timbul pertanyaan tentang: dapatkah keputusan diambil tanpa menggunakan model? Jawabnya tentu saja dapat dimungkinkan, hanya saja perlu diketahui bahwa dalam pengambilan keputusan tersebut bagaimana pun tingkat keyakinan kita akan berkurang terhadap keputusan yang diambil tanpa penggunaan model yang dapat memberikan ramalan. Dalam rangka memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang proses pengambilan keputusan, maka berikut ini akan disajikan skema tentang pola pengambilan keputusan yang akan menggambarkan hubungan sistem peramalan dan kriteria-kriteria penilaian dengan kejadian-kejadian yang nyata untuk bermacam-macam alternatif, mengenai jalannya tindakan dan risikonya. Pada pola pengambilan keputusan ini, pembuat keputusan harus dapat menentukan tindakan apa yang harus dilakukannya sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya tentang kemungkinan dari hasil yang akan dicapainya. Dalam proses pengambilan keputusan harus dipertimbangkan setiap faktor yang terdapat dalam organisasi, seperti halnya dalam pengambilan keputusan harian yang harus dilakukan untuk menjamin kelancaran jalannya operasi, pengawasan mutu dan lain sebagainya.
36
“Skema tentang pengambilan keputusan dapat dilihat pada gambar.1, di bawah ini”. (Sofjan Assauri, tahun 2008, Manajemen Produksi dan Operasi, halaman 23).
Alternatif-Alternatif
1
2
3
4
Sistem untuk peralatan pekerjaan dari alternatif
Data Kriteria dan nilai-nilai yang mengukur alternatifalternatif
Keputusan (Decision) mengenai rangkaian/ tindakan yang memaksimumkan keinginan
Kriteria Keputusan (Decision Criterion)
Gambar 1: Skema tentang Pola Pengambilan Keputusan
Seperti kita ketahui bahwa dibutuhkamya kerangka kerja yang mengategorikan dan merumuskan keputusan dalam produksi dan operasi adalah sejak Manajemen Produksi dan Operasi menekankan pada pengambilan keputusan dalam produksi dan operasi. Walaupun terdapat banyak perbedaan kerangka dasar yang mungkin, yang paling penting harus dikerjakan dalam hal ini adalah skema fungsional untuk pengelompokan keputusan. Dalam kerangka kerja ini, tanggung jawab keputusan yang saran mengenai peralatan atau fasilitas dan persediaan sebagai contoh, dikelompokkan secara bersama. Suatu kelompok fungsional dari keputusan mungkin disesuaikan atau diselaraskan dengan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab manajemen di dalam organisasi produksi dan operasi.
37
Bagaimanapun penugasan manajemen akan bervariasi dari suatu produksi atau operasi ke produksi atau operasi yang lain, atas dasar preferensi organisasi setempat. Akan tetapi pada dasarnya secara teoritis kerangka tanggung jawab pengambilan keputusan untuk produksi dan operasi mengklasifikasikan keputusan menurut fungsi atau tujuannya. Dalam kerangka kerja pengambilan keputusan, bidang produksi dan operasi mempunyai lima tanggungjawab keputusan utama, yaitu: proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan mutu atau kualitas. Tanggung jawab keputusan-keputusan ini dapat ditemukan pada kebanyakan unit produksi dan operasi. “Masing-masing kerangka tanggung jawab keputusan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Proses. Keputusan-keputusan dalam kategori ini menentukan proses fisik atau fasilitas yang digunakan untuk memproduksi produk berupa barang atau jasa. Keputusan mencakup jenis peralatan dan teknologi, arus dari proses, tata letak (lay out) dari peralatan dan seluruh aspek dari fisik pabrik atau fasilitas jasa pelayanan. Banyak keputusan tentang proses ini merupakan keputusan jangka panjang dan tidak dapat dengan mudah diubah atau direvisi. Oleh karena itu penting untuk diperhatikan bahwa proses fisik perlu dirancang dalam hubungannya dengan sikap strategi jangka panjang dari usaha atau bisnis perusahaan. Sebagai contoh, dalam usaha pertokoan, bila keseragaman dari toko-toko yang berbeda diinginkan dari toko-toko serba ada yang dimiliki, maka keputusan proses fisik harus dibuat oleh staf pimpinan perusahaan. Mereka harus mengembangkan standar fasilitas atau peralatan yang ukurannya disederhanakan untuk dapat sesuai dengan lokasi tertentu. Karena pertokoan merupakan fasilitas layanan, maka dalam usaha ini harus diperhatikan bahwa tata letak (lay out) dapat menarik dan disenangi oleh para pelanggan.
38
2) Letak peralatan yang diasarkan atas model matamatis, dipergunakan untuk penerimaan dan biaya proyek untuk site atautempat kedudukan tertentu. Setiap letak tempat kedudukan tertentu harus cukup menghasilkan tingkat keuntungan (return) proyek atas investasi (retutn on investment) sebelum pembangunan proyek dimulai. Dalam penetapan keputusan tentang proses ini, perlu dipilih apakah perusahaan memilih proses lini atau proses intermitten, ataupun proyek. Di samping itu juga harus diputuskan tentang pemilihan membuat sendiri atau membeli. Dalam pemilihan mesin harus diputuskan tentang menggunakan mesin-mesin khusus (special purpose machines) atau mesin-mesin yang bersifat umum (general purpose machines). Akhirnya seperti telah diuraikan diatas bahwa perlu menetapkan keputusan tentang tata letak yang dipilih. 3) Kapasitas. Keputusan kapasitas dimaksudkan untuk memberikan besarnya jumlah kapasitas yang tepat dan penyediaan pada waktu yang tepat. Kapasitas jangka panjang ditentukan oleh besarnya peralatan atau fasilitas fisik yang dibangun. Dalam jangka pendek kapasitas kadang-kadang ditambah atau diperbesar dengan mengadakan subkontrak kepada pihak luar, atau penambahan regu (shift) ekstra atau menyewa ruangan/peralatan. 4) Perencanaan kapasitas tidaklah hanya menentukan besarnya peralatan atau fasilitas, tetapi juga kebutuhan yang sebenarnya dari tenaga kerja dalam produksi atau operasi. Tingkat kebutuhan akan jumlah tenaga kerja atau sumber daya manusia ditentukan agar dapat dipenuhinya kebutuhan permintaan pasar akan produk yang dihasilkan, serta keinginan untuk dapat memelihara atau menjaga kestabilan jumlah tenaga kerja. Dalam jangka pendek, kapasitas yang tersedia harus dialokasikan untuk
39
melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan-pekerjaan tertentu dalam produksi dan operasi dengan mengadakan penjadwalan penggunaan tenaga (orang), peralatan dan fasilitas lainnya. Keputusan-keputusan kapasitas yang diambil sangat dipengaruhi oleh tingkat hasil keluaran (output) yang maksimum. Setelah keputusan tentang lokasi dan proses ditetapkan, maka staf pimpinan perusahaan menetapkan kapasitas fisik dari setiap peralatan atau fasilitas yang ada. Sebagai contoh, setiap manajer usaha pertokoan merencanakan fluktuasi pelayanan per hari, per bulan dan per tahun dari pelayanan peralatan atau fasilitas fisik yang tersedia. Selama periode puncak (peak), mereka harus mempekerjakan bantuan dari tenaga tidak tetap (part timer) dan menggunakan advertensi untuk mencoba meningkatkan permintaan selama periode sepi. Dalam jangka pendek, setiap pekerja atau karyawan harus dijadwalkan dalam pekerjaan regu (shift) sehingga dapat memenuhi permintaan akan pekerjaan setiap waktu. 5) Dalam keputusan tentang kapasitas harus ditetapkan tingkat kapasitas yang dipilih. Di samping itu juga harus ditentukan apakah menggunakan beberapa peralatan atau fasilitas yang kecil-kecil atau hanya menggunakan satu peralatan atau fasilitas yang besar. Akhirnya harus diambil keputusan menggunakan kapasitas besar dengan tingkat persediaan rendah atau sebaliknya menggunakan kapasitas kecil dengan tingkat persediaan besar. 6) Persediaan. Manajer persediaan membuat keputusan-keputusan dalam bidang produksi dan operasi, mengenai apa yang dipesan, berapa banyak dipesannya dan kapan pemesanan dilakukan. Para manajer itu mengelola sistem logistik dari pembelian akan bahan baku, barang dalam proses dan persediaan barang jadi.
40
Manajer persediaan harus pula memutuskan berapa banyak dana yang akan dikeluarkan untuk persediaan, di mana diletakkan barang atau bahan-bahan tersebut, dan banyak lagi keputusan-keputusan yang terkait yang harus dibuat. Disamping itu para manajer tersebut harus juga mengelola arus bahan dalam perusahaan. Sebagai contoh manajer unit pertokoan dari suatu perusahaan toko serba ada, membeli bahan-bahan atau barang-barang yang dibutuhkan, dan mempersiapkan bukti-bukti penerimaan yang harus dilengkapi dan diberikan kepada staf pimpinan perusahaan (corporate staff). Dalam hal ini mereka harus memilih rekanan atau pemasok (supplier) nya, dan memutuskan berapa banyak barang yang harus dipesan dan kapan pemesanan harus dilakukan. Para petugas di unit pertokoan tersebut harus memadukan pembelian yang akan dilakukan dengan keputusan tentang tingkat persediaan untuk mengendalikan arus barang-barang yang berkaitan dengan besarnya kapasitas yang ada. Dalam keputusan tentang persediaan ini, harus ditentukan besarnya persediaan penyelamat (safety stock) yang besar untuk menjamin pemberian pelayanan pelanggan yang baik, atau persediaan penyelamat yang rendah sehingga tingkat pelayanan pelanggan (customer services) yang rendah. Selain itu perlu pula diputuskan apakah tingkat persediaan (inventory) ditetapkan berbeda-beda atau hanya beberapa jenis persediaan saja yang berbeda. 7) Tenaga kerja. Dalam manejemen produksi dan operasi, pengelolaan tenaga kerja atau sumber daya manusia merupakan bidang keputusan yang sangat penting. Hal ini karena tidak akan terjadi proses produksi dan operasi tanpa adanya orang atau tenaga kerja yang mengerjakan kegiatan menghasilkan produk, berupa barang atau jasa tersebut. Keputusan yang menyangkut tenaga kerja mencakup seleksi, penggajian,
41
pelatihan, penempatan dan penyeliaan atau supervisi. Keputusan-keputusan ini dibuat oleh para manajer lini dalam bidang produksi dan operasi, dan biasanya dilakukan oleh Asisten bidang Sumber Daya Manusia (Personalia). Manajemen tenaga kerja atau sumber daya manusia dengan cara yang produktif dan humanitis (kemanusiaan), merupakan tugas kunci dalam bidang produksi dan operasi pada dewasa ini. Keputusan-keputusan yang harus diambil dalam hubungannya dengan tenaga kerja antara lain memilih apakah menekankan pada perancangan tugas-tugas yang membutuhkan tenaga-tenaga spesialis atau tugas-tugas dengan keterampilan yang bersifat umum (generalized skills). Selain itu juga perlu diambil keputusan tentang sistem balas jasa, apakah dengan sistem pembayaran upah harian atau dengan sistem insentif. 8) Mutu/Kualitas. Fungsi produksi dan operasi ditandai dengan penekanan tanggung jawab yang lebih besar terhadap mutu atau kualitas dari barang atau jasa yang dihasilkan. Mutu/kualitas merupakan tanggung jawab produksi dan operasi yang penting dan harus didukung oleh organisasi secara keseluruhan. Keputusan tentang mutu atau kualitas harus dapat menjamin bahwa mutu tetap dijaga dan dibangun pada seluruh tingkat
produksi dan operasi, dengan cara standar harus dibuat,
peralatan harus dirancang dan dibangun, orang-orangnya harus dilatih, dan produk berupa barang atau jasa yang dihasilkan harus diperiksa dan diinspeksi hasil mutu atau kualitasnya”. (Sofjan Assauri, tahun 2008, Manajemen Produksi dan Operasi, halaman 24-27).
42
Perhatian yang sungguh sangat dibutuhkan bagi lima bidang atau area keputusan, karena ini merupakan kunci keberhasilan bagi manajemen produksi dan operasi. Fungsi produksi dan operasi dapat, dimanajemeni dengan baik, bila terdapat kerangka keputusan yang baik dan tepat. Kelima bidang keputusan tersebut harus berfungsi secara baik dan terintegrasi dengan bidang-bidang lainnya, untuk memungkinkan fungsi produksi dan operasi dapat dimanajemeni dengan baik. Manajemen Pruduksi dan Operasi merupakan kegiatan yang mencakup bidang yang cukup luas, dimulai dari penganalisisan dan penetapan keputusan saat sebelum dimulainya kegiatan produksi dan operasi, yang umumnya bersifat keputusan-keputusan jangka panjang, serta keputusan-keputusan pada waktu menyiapkan dan melaksanakan kegiatan produksi dan pengoperasiannya, yang umumnya bersifat keputusan-keputusan jangka pendek. Dari uraian ini dapatlah kita lihat bahwa manajemen produksi dan operasi sebenarnya meliputi kegiatan penyiapan sistem produksi dan operasi, dan kegiatan pengoperasian sistem produksi dan operasi.
Dalam pembahasan tesis ini, seperti apa yang telah diutarakan di atas maka ruang lingkup Manajemen Produksi dan Operasi akan mencakup perancangan atau penyiapan sistem produksi dan operasi, serta pengoperasian dari sistem produksi dan operasi. “Pembahasan dalam perancangan atau desain dari sistem produksi dan operasi meliputi: 1). Seleksi dan rancangan atau desain hasil produksi (produk) Kegiatan produksi dan operasi harus dapat menghasilkan produk, berupa barang atau jasa, secara efektif dan efisien, serta dengan mutu atau kualitas yang baik. Oleh karena itu setiap kegiatan produksi dan operasi harus dimulai dari penyeleksian dan perancangan produk yang akan dihasilkan. Kegiatan ini harus diawali dengan
43
kegiatan-kegiatan penelitian atau riset, serta usaha-usaha pengembangan produk yang sudah ada. Dengan hasil riset dan pengembangan produk ini, maka diseleksi dan diputuskan produk apa yang akan dihasilkan dan bagaimana desain dari produk itu, yang menggambarkan pula spesifikasi dari produk tersebut. Untuk penyeleksian dan perancangan produk, perlu diterapkan konsep-konsep standardisasi, simplifikasi dan spesiaiisasi. Akhirnya dalam pembahasan ini perlu dikaji hubungan timbal balik yang erat antara seleksi produk dan rancangan produk dengan kapasitas produksi dan operasi. 2). Seleksi dan perancangan proses dan peralatan Setelah produk didesain, maka kegiatan yang harus dilakukan untuk merealisasikan usaha untuk menghasilkannya adalah menentukan jenis proses yang akan dipergunakan serta peralatannya. Dalam hal ini kegiatan harus dimulai dari penyeleksian dan pemilihan akan jenis proses yang akan dipergunakan, yang tidak terlepas dengan produk yang akan dihasilkan. Kegiatan selanjutnya adalah menentukan teknologi dan peralatan yang akan dipilih dalam pelaksanaan kegiatan produksi tersebut. Penyeleksian dan penentuan peralatan yang dipilih, tidak hanya mencakup mesin dan peralatan tetapi juga mencakup bangunan dan lingkungan kerja. 3).Pemilihan lokasi dan site perusahaan dan unit produksi. Kelancaran produksi dan operasi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kelancaran mendapatkan sumber-sumber bahan dan masukan (inputs), serta ditentukan pula oleh kelancaran dan biaya penyampaian atau supply produk yang dihasilkan berupa barang jadi atau jasa ke pasar. Oleh karena itu untuk menjamin kelancaran, maka
44
sangat penting peranan dari pemilihan lokasi dan site perusahaan dan unit produksinya. Dalam pemilihan lokasi dan site tersebut perlu memperhatikan faktor jarak, kelancaran dan biaya pengangkutan dari sumber-sumber bahan dan masukan (inputs), serta biaya pengangkutan dari barang jadi ke pasar. 4). Rancangan tata-letak (lay-out) dan arus kerja atau proses. Kelancaran dalam proses produksi dan operasi ditentukan pula oleh salah satu faktor yang terpenting di dalam perusahaan atau unit produksi, yaitu rancangan tata-letak (lay-out) dan arus kerja atau proses. Rancangan tata-letak harus mempertimbangkan berbagai faktor antara lain adalah kelancaran arus kerja, optimalisasi dari waktu pergerakan dalam proses, kemungkinan kerusakan yang terjadi karena pergerakan dalam proses akan minimalisasi-biaya yang timbul dari pergerakan dalam proses atau material handling. 5). Rancangan tugas pekerjaan. Rancangan tugas pekerjaan merupakan bagian yang integral dari rancangan sistem. Dalam melaksanakan fungsi produksi dan operasi, maka organisasi kerja harus disusun, karena organisasi kerja sebagai dasar pelaksanaan tugas pekerjaan, merupakan alat atau wadah kegiatan yang hendaknya dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan atau unit produksi dan operasi tersebut. Rancangan tugas pekerjaan harus merupakan suatu kesatuan dari human engineering, dalam rangka untuk menghasilkan rancangan kerja yang optimal. Di samping itu dalam penyusunan rancangan tugas pekerjaan harus pula memperhatikan kelengkapan tugas pekerjaan yang terikait dengan variabel tugas dalam struktur teknologi, dan mutu atau kualitas suasana kerja yang ditentukan oleh variabel manusianya.
45
6). Strategi produksi dan operasi serta pemilihan kapasitas. Sebenarnya rancangan sistem produksi dan operasi harus disusun dengan landasan strategi produksi dan operasi yang disiapkan terlebih dahulu. Dalam strategi produksi dan operasi harus terdapat pernyataan tentang maksud dan tujuan dari produksi dan operasi, serta misi dan kebijakan-kebijakan dasar atau kunci untuk lima bidang, yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan mutu atau kualitas. Semua hal tersebut merupakan landasan bagi penyusunan strategi produksi dan operasi. Berdasarkan strategi produksi dan operasi, maka ditentukanlah pemilihan kapasitas yang akan dijalankan dalam bidang produksi dan operasi”. (Sofjan Assauri, tahun 2008, Manajemen Produksi dan Operasi, halaman 27-29). “ Pembahasan dalam pengoperasian sistem produksi dan operasi akan mencakup: 1) Penyusunan rencana produksi dan operasi. Kegiatan pengoperasian sistem produksi dan operasi harus dimulai dengan penyusunan rencana produksi dan operasi. Dalam rencana produksi dan operasi harus tercakup penetapan target produksi, scheduling, routing, dispatching dan follow-up, Perencanaan kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan awal dalam pengoperasian sistem produksi dan operasi. 2) Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan. Kelancaran kegiatan produksi dan operasi sangat ditentukan oleh kelancaran tersedianya bahan atau masukan yang dibutuhkan bagi produksi dan operasi tersebut. Kelancaran tersedianya bahan atau masukan bagi produksi dan operasi ditentukan oleh baik tidaknya pengadaan bahan serta rencana dan pengendalian persediaan yang dilakukan. Dalam hal ini perlu diketahui maksud dan tujuan diadakannya persediaan,
46
model-model perencanaan dan pengendalian persediaan, pengadaan dan pembelian bahan, Perencanaan Kebutuhan Bahan (Material Requirement Planning) dan Perencanaan Kebutuhan Distribusi (Distribution Requirement Planning). 3) Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) mesin dan peralatan. Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi dan operasi harus selalu terjamin tetap tersedia untuk dapat digunakan, sehingga dibutuhkan adanya kegiatan pemeliharaan atau perawatan. Dalam pembahasan pemeliharaan atau perawatan mesin dan peralatan ini akan dicakup tentang penting dan peranan dari kegiatan pemeliharaan atau perawatan mesin dan peralatan, macam-macam kegiatan pemeliharaan
atau
perawatan,
syarat-syarat
bagi
terlaksananya
kegiatan
pemeliharaan atau perawatan yang efektif dan efisien, serta proses pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan perawatan mesin dan peralatan. 4) Pengendalian mutu. Terjaminnya hasil atau keluaran dari proses produksi dan operasi menentukan keberhasilan dari pengoperasian sistem produksi dan operasi. Dalam rangka ini maka perlu dipelajari kegiatan pengendalian mutu yang harus dilakukan agar keluaran dapat terjamin mutunya. Pembahasan yang tercakup dalam Pengendalian Mutu antara lain adalah maksud dan tujuan kegiatan pengendalian mutu, proses kegiatan perencanaan dan pengendalian mutu, peran pengendalian proses dan produk dalam pengendalian mutu, teknik dan peralatan pengendalian mutu, serta pengendalian mutu secara statistik (Statistical Quality Control).
47
5) Manajemen tenaga kerja (sumber daya manusia) Pelaksanaan pengoperasian sistem produksi dan operasi ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan para tenaga kerja atau sumber daya manusianya. Dalam pembahasan Manajemen Tenaga Kerja atau Sumber Daya Manusia akan mencakup pengelolaan tenaga kerja dalam produksi dan operasi, desain tugas dan pekerjaan, dan pengukuran kerja (work measurement)”. (Sofjan Assauri, tahun 2008, Manajemen Produksi dan Operasi, halaman 29-30).
3. Strategi Pricing Beberapa jenis strategi pricing yang akan diterapkan untuk mendukung perubahan yang akan dilakukan oleh PT. Astrindo Aditya Teknika adalah sebagai berikut: Competitive pricing: Menggunakan harga ritel (atau grosir) sebagai acuan dalam menentukan harga. Apakah perusahaan menerapkan harga sedikit di bawah, diatas atau sama dengan competitor, tergantung pada strategi positioning perusahaan. perusahaan harus mengumpulkan informasi mengenai harga pesaing dan melakukan observasi dulu sebelumnya. Cost plus mark up: Kebijakan ini adalah kebalikan dari competitive pricing. Disini perusahaan tidak melihat ke pasar, melainkan struktur biaya perusahaan sendiri. Menentukan berapa keuntungan yang perusahaan inginkan dan memasukkan ke dalam perhitungan biaya untuk menentukan harga jual. Melalui metode ini, maka akan ada unit margin yang jelas, namun harga bisa jadi tidak sesuai dengan ekspektasi pelanggan sehingga kurang menghasilkan laba. Loss leader: Loss leader adalah item yang perusahaan jual dengan harga sama ataupun di bawah biaya dalam rangka menjaring pelanggan, yang juga akan membeli item-item
48
dengan laba besar. Ini adalah teknik jangka pendek yang baik jika perusahaan memiliki pelanggan yang membeli banyak item secara bersamaan. Close out: teknik pricing ini akan dimanfaatkan jika perusahaan memiliki persediaan lebih (excess inventory).Menjual persediaan dengan diskon besar untuk menghabiskan persediaan.Kali ini tujuan perusahaan adalah meminimalisir kerugian, bukannya menghasilkan laba. Membership: Metode ini dilakukan dalam rangka segmentasi pelangan. Metode ini menarik pelanggan dari segmen yang menguntungkan dengan memberi mereka harga spesial.Bentuknya bisa berupa harga lebih rendah untuk item tertentu, diskon khusus, maupun hadiah produk gratis. Bundling & quantity discounts: Salah satu cara memberi reward pada orang yang membeli dalam jumlah besar adalah lewat quantity discount atau bundling. Menetapkan harga per unit lebih rendah ketika pelanggan membeli kuantitas dalam jumlah lebih banyak.Alternatif lainnya, menetapkan harga lebih rendah ketika pelanggan membeli sebundel produk atau beberapa item terkait. Gabungkan persediaan yang berlebih dengan item yang popular untuk menghindari kerugian, atau gabungkan item popular dengan produk baru untuk menciptakan awareness. Contohnya sering kita jumpai pada ritel, dimana beberapa produk digabungkan menjadi satu bundle dan dilabeli harga khusus. Versioning: Versioning popular pada produk jasa maupun teknikal, dimana perusahaan menjual produk yang sama dalam konfigurasi yang berbeda. Versi trial ataupun dasar mungkin diberikan dalam harga rendah atau gratis, dengan upgrade atau layanan tambahan dalam harga lebih tinggi.
49
B. METODOLOGI
1. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner mengenai pengembangan budaya kerja yang baik dan restrukturisasi organisasi perusahaan yang efisien dan kondusif untuk pengembangan kreativitas dan inovasi para karyawannya, serta kesiapan sumber daya dalam menghadapi perubahan budaya organisasi di lingkungan PT. Astrindo Aditya Teknika pada saat ini menuju budaya organisasi yang sesuai dengan Visi, Misi, dan Tujuan perusahaan pada masa mendatang (tahun 2020). Selain itu juga dilakukan wawancara dengan pemilik dan para karyawa untuk mencari informasi tentang tahapan proses produksi dan operasi di PT. Astrindo AdityaTeknika, khususnya yang berkaitan dengan fungsi dan system produksi dan operasi serta peran manajer dalam melakukan pembinaan dan pengendalian arus masukan (inputs) dan keluaran (outputs) serta mengelola penggunaan sumber-sumber daya yang dimiliki; prakiraan atau peramalan (forecasting) terhadap jumlah hasil yang akan diproduksi; penggunaan tenagakerja dan mesin, dengan maksud untuk mengukur hubungan antara tenaga kerja dan mesin; serta struktur organisasi dan kondisi pegawai. Alat pengumpulan data diadopsi dari para peneliti terdahulu. Metode penentuan jumlah sampel adalah dengan menggunakan purposive sampling yaitu, sampel yang ditentukan berdasarkan kriteria tertentu. Pengukuran partisipasi, efisiensi dan efektivitas menggunakan skala yang dikembangkan Milani (1975), Mahoney (1965) serta oleh Kren
50
(1992). Instrumen-instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan sedikit dimodifikasi untuk penyesuaian terhadap penelitian ini. Alat penelitian yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner ini berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Kuesioner ini bertujuan untuk menghimpun masukan dari para karyawan, agar pihak manajemen dapat menentukan kebijakan, program, dan kegiatan yang tepat dan akurat demi kemajuan dan pengembangan PT. Astrindo Aditya Teknika dan diharapkan akan berdampak pada peningkatan kompetensi dan kesejahteraan para karyawan dan pemangku kepentingan lainnya. Kuesioner ini terdiri atas dua jenis yaitu: a. Kuesioner tentang budaya organisasi PT. Astrindo Aditya Teknika pada saat ini dan budaya organisasi yang sesuai dengan Visi, Misi, dan Tujuan perusahaan pada masa mendatang (tahun 2020). Kuesioner ini terdiri dari enam kelompok. Setiap kelompok mempunyai empat pernyataan, yaitu A, B, C, D. masing-masing pernyataan diberi angka/skor yang dimulai dari angka lebih kecil dari 25%, 25%, 50%, 75% dan 100%, dan bobot nilai dari setiap pernyataan nilainya adalah 25, sehingga jumlah nilai setiap kelompok tersebut adalah 100, karena jika kurang dari 100 maka kuesioner ini tidak komprehensif dan kurang valid. b. Kuesioner tentang kesiapan sumber daya dalam menghadapi perubahan budaya organisasi di lingkungan PT. Astrindo Aditya Teknika pada saat ini menuju budaya organisasi yang sesuai dengan Visi, Misi, dan Tujuan perusahaan pada masa mendatang (tahun 2020). Kuesioner ini terdiri dari 12 pertanyaan, dengan pilihan angka jawaban yang dibatasi oleh dua kondisi ekstrim (angka 1 dan angka 5), angka
51
2, 3 , dan 4 adalah merupakan kondisi yang berada diantara dua kondisi ekstrim tersebut. dengan menggunakan skala Linkert dari 1= tidak puas/sangat tidak setuju dengan keadaan yang ada, dan memandang perlu perubahan, hingga 5= sudah puas/sangat setuju dengan keadaan yang ada, dan memandang tidak perlu ada perubahan. Pengisian kuesioner yang lengkap dan sesuai dengan petunjuk akan sangat membantu dan merupakan dukungan nyata bagi keberhasilan proses perubahan budaya organisasi untuk pengembangan PT. Astrindo Aditya Teknika Selain itu juga mengumpulkan informasi tentang pengukuran kualitas, partisipasi, efisiensi dan efektivitas dalam menerapkan tahapan-tahapan serta fungsi dan sistem produksi dan operasi serta peran manajer dalam melakukan pembinaan dan pengendalian arus masukan (inputs) dan keluaran (outputs).
2. Model Penelitian Implementasi dari model penelitian ini diawali dengan melakukan konsultasi dan penelaahan tentang pengembangan budaya kerja yang baik dan kesiapan sumber daya dalam menghadapi perubahan budaya organisasi serta mengamati tahapan proses produksi dan operasi di PT. Astrindo Aditya Teknika, khususnya yang berkaitan dengan fungsi dan sistem produksi dan operasi serta peran manajer dalam melakukan pembinaan dan pengendalian arus masukan (inputs) dan keluaran(outputs) serta mengelola penggunaan sumber-sumber daya yang dimiliki. Perincian tentang aspek-aspek lainnya yang ditelaah dalam memperkaya data dan informasi untuk mendukung penerapan model penelitian tersebut antara lain yaitu:
52
a. Melakukan penelitian dan pemetaan terhadap struktur organisasi dan kondisi pegawai yang meliputi jumlah karyawan, tingkat pendidikan, masa kerja, perkiraan jumlah pengeluaran dan penghasilan yang diterima setiap bulannya, harapan dan keinginan para pegawai dan pemilik perusahaan terhadap perubahan organisasi dan pengembangan perusahaan, dll. b. Melakukan penelaahan terhadap penggunaan tenaga kerja dan mesin, dengan maksud untuk mengukur hubungan antara tenaga kerja dan mesin, guna melihat kemungkinan-kemungkinan untuk memperbaiki dan meningkatkan pemanfaatan tenaga kerja dan mesin, serta bertujuan untuk membuat kedua unsur ini dapat dipergunakan seefektif dan seefisien mungkin. c. Fungsi produksi dan operasi merupakan salah salah satu fungsi bisnis untuk mengelola suatu organisasi perusahaan terutama dalam membagi tanggung jawab dan pengambilan keputusan. Oleh karena, itu agar hasil analisis kita lebih mendalam dan komprehensif perlu juga dilakukan penelahaan terhadap fungsi-fungsi bisnis lainnya, misalnya fungsi pemasaran, keuangan atau pembelajaan, personalia, akuntansi, logistik dan sistem informasi manajemen yang dilakukan oleh PT. Astrindo Aditya Teknika selama ini. d. Penelaahan tentang prakiraan atau peramalan (forecasting) terhadap jumlah hasil yang akan diproduksi yang sangat ditentukan oleh jumlah/besarnya dan karakteristik permintaan akan produk tersebut, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. e. Membuat hipotesis dan analisis keterkaitan antara perubahan dan penataan struktur organisasi dengan perbaikan dan penerapan manajemen produksi dan operasi serta fungsi-fungsi lainnya yang diikuti dengan penerapan strategi pricing dan bagaimana
53
dampaknya terhadap pengembangan PT. Astrindo Aditya Teknika. Selanjutnya menyusun kesimpulan dan saran-saran serta memberikan rekomendasi kepada pemilik perusahaan untuk melakukan langkah-langkah strategis yang nyata guna meningkatkan dan mengembangkan PT. Astrindo Aditya Teknika. Model penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini dapat dilihat pada Gambar.2, di bawah ini
Perubahan/penataan menjadi organisasi yang dinamis (X1) Pengembangan PT . Astrindo Aditya Teknika (Y)
Perbaikan dan penerapan manajemen strategis produksi dan operasi (X2) Sumber : Diadaptasi dari Marsudi dan Ghozali (2001)
Gambar.2: Model Penelitian Dalam model diatas menjelaskan bahwa umpan balik dari perubahan dan penataan organisasi yang konvensional menjadi organisasi yang dinamis secara konsisten dan berkelanjutan (X1) dan perbaikan dan penerapan manajemen strategis produksi dan operasi (X2) secara bersamaan, diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan pengembangan PT . Astrindo Aditya Teknika (Y).
54
C. PERMASALAHAN DALAM PENELITIAN
Beberapa permasalahan yang biasanya timbul dan ditemui dalam melakukan penelitian antara lain yaitu: 1. Tidak mudahnya menyusun suatu kuesioner yang komprehensif, tetapi mudah dipahami dan diisi oleh para responden yang akan menjadi objek/sasaran penelitian 2. Adanya keengganan responden untuk mengisi semua kuesioner secara lengkap dan jujur apabila tidak ada reward yang jelas. 3. Kurangnya Reliabilitas dan validitas/ketepatan hasil dan alat ukur penelitian, yaitu berkaitan dengan masalah adanya tingkat kepercayan yang kurang handal terhadap instrumen yang dipergunakan, karena suatu instrumen dapat memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi (konsisten) jika hasil pengukuran dari pengujian instrumen tersebut menunjukkan hasil yang akurat dan konsisten/tetap. 4. Pemilihan sampel dan jumlah responden yang akan dijadikan sasaran/obyek penelitian dengan latar belakang pendidikan dan kondisi latar belakang pengalaman kerja yang sangat bervariasi.