BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentonit Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang mempunyai kandungan utama mineral smektit (montmorillonit) dengan kadar 85-95% bersifat plastis dan koloidal tinggi. Berdasarkan sifat fisiknya bentonit dibedakan atas Na-Bentonit dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na+ yang besar ada antar lapisnya, memiliki sifat mengembang akan tersuspensi bila didispersikan ke dalam air. Pada Ca-Bentonit, kandungan Ca2+ dan Mg2+ relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan kandungan Na+. Ca- bentonit bersifat sedikit menyerap air dan jika didispersikan ke dalam air akan cepat mengendap atau tidak terbentuk suspensi. Bentonit dapat digunakan sebagai penyangga katalis, sedangkan bentonit yang telah dimodifikasi dapat digunakan sebagai katalis (Riyanto, 1992). Adsorpsi merupakan penyerapan zat baik ion atau molekul pada permukaan adsorben. Bentonit dapat digunakan sebagai bahan adsorpsi karena memiliki kation-kation yang dapat ditukarkan. Namun kemampuan adsorpsinya terbatas sehingga perlu diaktifkan dengan asam kuat untuk menghasilkan bentonit dengan kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi. Hasil penelitian menunjukan peningkatan
konsentrasi HCl dan waktu pengaktifan dapat meningkatkan
kemampuan adsorpsi bentonit. Berat adsorben teradsorpsi berbanding lurus dengan konsentrasi Cu (Bath dkk.,2012).
5
6
Bentonit dapat ditingkatkan daya jerapnya dengan proses aktivasi secara kimia dengan menggunakan asam dan fisika dengan pemanasan di furnace. (Adel dkk., 2003). Pemanasan pada suhu 100-200 0C menyebabkan bentonit kehilangan molekul air yang mengisi ruang antar lapis. Pemanasan diatas suhu 500-700 0C menyebabkan proses pengeluaran molekul air dari rangkaian kristal sehingga dua gugus –OH yang berdekatan saling melepaskan satu molekul air (Prasetya, 2004). Selain itu menurut Bath, dkk. (2012) bahwa bentonit adalah salah satu adsorbat yang baik namun perlu diaktifkan terlebih dahulu untuk meningkatkan daya serapnya yakni dengan pemanasan dan kontak asam. Peningkatan kualitas minyak cengkeh yang berwarna gelap akibat kontaminasi ion logam, dapat dilakukan dengan cara pengkelatan, namun pada metode adsorpsi menggunakan bentonit menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan adsorben zeolit dan arang aktif. Hasil pemurnian minyak cengkeh menggunakan zeolit dan bentonit mencapai 5%, sedangkan dengan menggunakan arang aktif mencapai 2,7%. Kejernihan minyak dapat mencapai 75,58% dengan bentonit. Secara fisik minyak yang dimurnikan dengan bentonit menjadi cokelat muda, sedangkan dengan arang aktif akan tetap hitam (Sariadi., 2012). Menurut penelitian Tanjaya, dkk.(2006) bentonit merupakan salah satu jenis adsorben yang sering digunakan ada proses bleaching minyak kelapa sawit, untuk menyerap zat warna dan pengotor-pengotor dalam minyak. Kemampuan bleaching dari bentonit dapat ditingkatkan dengan aktivasi asam untuk meningkatkan luas pemukaan dan memodifikasi struktur bentonit. Hasil
7
menunjukkan bahwa bentonit yang diaktivasi dengan menggunakan HCl 5 N, memberikan hasil bleaching yang optimum. Menurut penelitian Sariadi (2012) bahwa pemurnian minyak nilam dengan menggunakan adsorben bentonit menghasilkan penghilangan logam ion Fe sebesar 100 % yang menunjukkan bahwa bentonit bisa menjadi solusi yang tepat untuk produk minyak. Karakterisasi material bentonit dapat dianalisis dengan menggunakan Surface Area Analizer (SAA) sehingga dapat diketahui luas permukaan, distribusi pori dan isoterm adsorpsi dari bentonit tersebut.
2.2 Minyak Bunga Cengkeh Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman cengkeh yang banyak ditanam di Indonesia, India dan Madagaskar. Menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991) bahwa sistematika tanaman cengkeh.
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneane
Sub kelas
: Monochlamydae
Bangsa
: Caryophylalles
Suku
: Caryophillaceae
Famili
: Myrtaceae
Spesies
: Syzygium aromaticum (L) Meer. & Perry
Minyak cengkeh telah banyak dimanfaatkan sebagai agen perasa dan pemberi aroma pada berbagai makanan dan campuran dalam rokok kretek karena
8
aroma dan rasanya yang kuat dan pedas, selain itu minyak cengkeh memiliki aktivitas biologis karena mengandung bahan aktif berupa eugenol. Isolasi minyak bunga cengkeh umum dilakukan menggunakan metode distilasi uap dan distilasi air (Guenther, 2011). Minyak atsiri umumnya tidak berwarna, namun pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Minyak atsiri harus terlindungi dari pengaruh cahaya (disimpan dalam bejana yang gelap), bejana diisi sepenuh mungkin, bejana ditutup rapat, bejana disimpan di tempat yang kering dan sejuk untuk mencegah minyak atsiri berubah warna (Mulyani, 2004). Kandungan minyak cengkeh pada bagian-bagian tanaman tersebut berbeda variasi jumlahnya. Kandungan minyak paling tinggi terdapat pada bagian bunga (Ketaren, 1985). Menurut Sastrohamidjojo (2004) bahwa hasil utama pohon cengkeh adalah bunga cengkeh yang mengandung minyak atsiri dengan kualitas yang lebih bagus bila dibandingkan dari daunnya tetapi harganya sangat mahal. Karena bunga cengkeh mengandung 10-20% minyak atsiri (Nurdjannah, 2004). Senyawa fenolat dan eugenol merupakan komponen terbesar dari konstituen minyak cengkeh. Eugenol berwujud cair tidak berwarna yang akan berubah secara lambat menjadi kekuningan bila terkena udara (Sastrohamidjojo, 2004). Sifat kimia-fisika minyak atsiri dapat memberikan gambaran secara umum komponen kimia yang terdapat didalam minyak atsiri tersebut. Menurut SNI No 06-4267-1996 syarat mutu minyak bunga cengkeh dan SNI No. 06-2387-2006 tentang syarat mutu minyak daun cengkeh dirangkum pada Tabel 1.
9
Tabel 1. Syarat baku mutu minyak cengkeh. No
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
1
Berat Jenis (BJ)
-
1,04-1,07
2
Putaran Optik (α D)
-
Sampai-1035’
3
Indeks bias (nD) 200
-
1,529-1,537
4
Eugenol
%
80-95
5
Caryophillene
%
Maksimum 17
5
Minyak pelikan
-
negatif
6
Minyak lemak
-
negatif
7
Kelarutan dalam etanol 70%
-
1:2, seterusnya jernih.
8
Warna dan bau
-
Kuning-coklat tua dan bau khas eugenol