BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman Uraian tanaman meliputi: sistematika tanaman, nama lain, morfologi tanaman, kandungan kimia dan khasiat tanaman. 2.1.1 Sambiloto 2.1.1.1 Sistematika tanaman Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Solanales
Famili
: Acanthaceae
Genus
: Andrographis
Spesies
: Andrographis paniculata Ness
(Depkes RIa, 2000).
2.1.1.2 Nama lain Sumatera: pepaitan (Melayu) Jawa: ki oray, ki peurat, takilo (Sunda), bidara sadilata, sambilata, takila (Jawa) (Depkes RIb , 1979). Inggris: King of bitter, creat, green chiretta, halviva (BPOM RI, 2010). 2.1.1.3 Morfologi tanaman Sambiloto berupa terna tumbuh tegak dan tinggi 40 cm sampai 90 cm, percabangan banyak dengan letak yang berlawanan, cabang berbentuk segi empat dan tidak berambut. Bentuk daun lanset, ujung daun dan pangkal daun tajam atau
6 Universitas Sumatera Utara
agak tajam, tepi daun rata, panjang 3 cm sampai 12 cm dan lebar 1 cm sampai 3 cm, panjang tangkai daun 5 mm sampai 25 mm, daun bagian atas bentuknya seperti daun pelindung. Perbungaan tegak bercabang-cabang, gagang bunga 3 mm sampai 7 mm, panjang kelopak bunga 3 mm sampai 4 mm. Bunga berbibir bentuk tabung, panjang 6 mm bagian atasnya, ukuran 7 mm sampai 8mm, bibir bunga bawah lebar berbentuk biji, berwarna ungu dan panjang 6 mm. Tangkai sari sempit dan melebar pada bagian pangkal, panjang 6 mm. Buah berbentuk jorong dengan ujung yang tajam, panjang lebih kurang 2 cm, bila tua akan pecah terbagi menjadi 4 keping (Depkes RI b, 1979). 2.1.1.4 Kandungan kimia Senyawa identitas dari sambiloto adalah andrographolide (Depkes RI, 2008). Andrographolide merupakan diterpen lakton yang berasa pahit dan terlihat sebagai kristal yang tidak berwarna. Analisis dari keseluruhan tumbuhan kering diantaranya andrographolides; 14-deoxy-11-oxoandrogra- pholide; 14-deoxy-11, 12-didehydroandrographolide–andrographolide
D;
14-deoxyandrographolide,
serta kandungan yang tidak pahit, neoandrographolide. Daunnya mengandung andrographolide dalam jumlah paling banyak (1,0 - 2,39%), sedangkan biji mengandung yang paling sedikit. (Benoy, 2012). Daun sambiloto juga mengandung saponin, flavonoid dan tanin. (Depkes RIa , 2000). 2.1.1.5 Khasiat tanaman Berdasarkan hasil penelitian secara praklinis menunjukkan bahwa herba sambiloto mempunyai aktivitas antibakteri, anti-HIV, imunostimulan, antipiretik, antidiare, antiinflamasi, antimalaria dan antihepatotoksik. Secara klinis sambiloto telah teruji mengobati infeksi saluran kemih, disentri dan hepatitis (WHO, 2002).
7 Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Daun salam 2.1.2.1 Sistematika tanaman Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Syzygium
Spesies
:Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. Sinonim: Eugenia polyantha Wight
(Depkes RIa, 2000).
2.1.2.2 Nama lain Sumatera: maselangan, ubar serai (Melayu), Jawa: kastolan (kangean) (Depkes RI, 1980). Inggris: bay leaf. 2.1.2.3 Morfologi tanaman Pohon salam bertajuk rimbun dan memiliki tinggi sampai 25 m. Daun bila diremas berbau harum, berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang, pangkal lancip sedangkan ujung lancip sampai tumpul, panjang 5 cm sampai 15 cm, lebar 35 mm sampai 65 mm; terdapat 6 sampai 10 urat daun lateral, panjang tangkai daun 5 mm sampai 12 mm. Perbungaan berupa malai, keluar dari ranting, berbau harum. Bila musim berbunga pohon akan dipenuhi oleh bungabunganya. Kelopak bunga berbentuk cangkir yang lebar, ukuran lebih kurang 1 mm. Mahkota bunga berwarna putih, panjang 2,5 mm sampai 3,5 mm. Benang sari terbagi dalam 4 kelompok, panjang lebih kurang 3 mm berwarna kuning
8 Universitas Sumatera Utara
lembayung. Buah buni, berwarna merah gelap, bentuk bulat dengan garis tengah 8 mm sampai 9 mm, pada bagian tepi berakar lembaga yang sangat pendek (Depkes RI, 1980). 2.1.2.4 Kandungan kimia Senyawa identitas dari salam adalah kuersitrin (Depkes RI, 2008). Kandungan kimia salam antara lain minyak atsiri yang terdiri atas sitral dan eugenol juga terdapat tanin dan flavonoid (Depkes RI, 1980). 2.1.2.5 Khasiat tanaman Khasiat daun salam adalah untuk mengatasi asam urat, kencing manis, menurunkan kadar kolesterol, melancarkan pembuluh darah, radang lambung, diare, mabuk alkohol dan gatal-gatal (Agoes, 2010). Hasil uji praklinis yang telah dilakukan Prahastuti, dkk., (2011) dengan menggunakan tikus jantan galur Wistar sebanyak 25 ekor yang dibagi dalam 5 kelompok. Tikus diinduksi diet tinggi lemak selama 2 minggu, dilanjutkan dengan pemberian infusa daun salam konsentrasi 5%, 10%, 20% dan simvastatin selama 2 minggu. Hasil penelitian menunjukkan pemberian daun salam konsentrasi 5%, 10% dan 20% menurunkan kadar kolesterol total secara bermakna (p<0,05) bila dibandingkan dengan kontrol negatif. Ketiga dosis daun salam mempunyai efek yang sama (p>0,05) dalam menurunkan kadar kolesterol total darah tikus yang diinduksi diet tinggi lemak dan potensinya setara dengan simvastatin (p>0,05).
2.2 Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Depkes
9 Universitas Sumatera Utara
RIb, 2000). Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung (Depkes RIa, 1979) Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu: 1. Cara dingin a. Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Maserasi yang dilakukan dengan pengadukan kontiniu (terusmenerus) disebut dengan maserasi kinetik. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya. b. Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1 - 5 kali bahan. 2. Cara panas a. Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. b. Soxhlet adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi
10 Universitas Sumatera Utara
ekstraksi kontiniu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. c. Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontiniu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar) , yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40 - 50oC. d. Infudansi adalah proses penyarian dengan pelarut air pada temperatur 90 oC selama waktu tertentu (15 - 20 menit). e. Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90oC selama 30 menit
2.3 Uji Klinis Uji klinis merupakan penelitian eksperimental terencana yang dilakukan pada manusia. Peneliti memberikan perlakuan atau intervensi pada manusia, kemudian efek perlakuan tersebut diukur dan dianalisis. Uji klinis bervariasi dari uji efektivitas obat sederhana yang hanya melibatkan beberapa puluh pasien dan dapat dilaksanakan satu peneliti hingga uji klinis multisenter yang memiliki organisasi yang rumit, jumlah peserta dan peneliti yang banyak, sistem informasi dan manajemen yang kompleks (Sastroasmoro, 2011). Uji klinis ini dilakukan baik untuk pengembangan obat sintetik maupun obat herbal. Tujuan dilakukannya uji klinis pada obat herbal antara lain: a. Pembuktian secara ilmiah kemanfaatan sediaan herbal sesuai dengan indikasi yang akan menjadi fitofarmaka. b. Pembuktian secara ilmiah keamanan dan kemanfaatan pengobatan tradisional termasuk cara, alat, bahan dan ramuan yang telah dilakukan setelah
11 Universitas Sumatera Utara
menunjukkan adanya kemanfaatan berdasarkan observasi klinik. c. Pengembangan tanaman obat yang mengarah pada pengembangan zat kimia baru sebagai bahan obat (Dirjen Bina Kesmas, 2004). Uji klinis ramuan atau tanaman obat yang akan dikembangkan sebagai produk obat tradisional membutuhkan beberapa persyaratan diantaranya: a. Data keamanan, meliputi toksiksitas akut, toksiksitas subkronik dan toksiksitas khusus bila diperlukan. b. Data manfaat/ khasiat praklinis. c. Teknologi formulasi sederhana untuk pembuatan formulasi. d. Menentukan zat identitas, zat aktif atau finger print sehingga dapat dibuat jadi produk obat terstandar. Uji klinis obat tradisional pada pengobatan tradisional dibedakan menjadi uji klinis terhadap praktek yang sudah ada dan telah menunjukkan kemanfaatan berdasarkan hasil observasi klinis dan uji klinis untuk menetapkan intervensi klinis baru. Uji klinis intervensi baru, harus mengikuti tahapan seperti obat baru yang didahului dengan data praklinis, teknik formulasi, uji klinis fase I, II dan III, sedangkan untuk uji klinis pengobatan tradisional yang kemanfaatannya sudah ditunjukkan dengan observasi klinik dapat dilanjutkan dengan uji klinis skala kecil dan kriteria klinis lebih ketat, seperti pada fase II atau III (Dirjen Bina Kesmas, 2004). Uji klinis terdiri dari 4 fase yaitu: Fase I
: Pengujian pada suatu obat baru yang baru pertama kali digunakan untuk menilai keamanan dan tolerabilitas obat pada sukarelawan sehat. Jumlah subyek pada fase ini 20 - 50 orang.
12 Universitas Sumatera Utara
Fase IIA : Pengujian
pada
pasien
dalam
jumlah
terbatas
dan
tanpa
pembanding (kontrol) Fase IIB : Pengujian dilakukan pada pasien dengan membandingkannya dengan plasebo atau obat standar (kontrol). Fase III
: Pengujian
pada fase ini dilakukan dengan mengevaluasi obat
dibandingkan dengan obat standar dengan desain uji klinis acak terkontrol, multisenter dan jumlah subyek yang diikutsertakan pada fase ini minimal 500 orang. Fase IV
: Pengujian yang dilakukan pasca pemasaran, untuk mengamati efek samping yang jarang atau lambat timbulnya (Setiawati, dkk., 2007).
2.4 Dislipidemia Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid tersebut adalah kenaikan kadar kolesterol total, TG, LDL serta penurunan kadar HDL. Semua fraksi lipid ini mempunyai peran penting dalam proses terjadinya aterosklerosis (Santoso, dkk., 2009). Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang terdapat dalam membran sel dan merupakan prekursor asam empedu dan hormon steroid. Kolesterol dalam peredaran darah terikat pada lipoprotein. Terdapat 2 macam lipoprotein utama yaitu HDL yang dikenal dengan kolesterol baik dan LDL yang dikenal dengan kolesterol jahat. Komponen lemak lain adalah trigliserida yang disimpan dalam jaringan lemak dan dalam darah. Kolesterol total mengandung 60 - 70% LDL, 20 - 30% HDL dan 10 - 15% trigliserida (BPOM RI, 2013).
13 Universitas Sumatera Utara
National Cholesterol Education Program Adult Panel III (NCEP ATP III) tahun 2001 membuat suatu batasan kadar profil lipid plasma yang sampai saat ini masih digunakan. Tabel 2.1 Interpretasi kadar profil lipid Profil Lipid Kolesterol total <200 200 - 239 ≥ 240 Kolesterol LDL < 100 100 - 129 130 - 159 160 - 189 ≥ 190 Kolesterol HDL < 40 ≥ 60 Trigliserida <150 151 - 199 200 - 499) 500
Satuan
Interpretasi
mg/dL mg/dL mg/dL
Diinginkan Batas tinggi (borderline) Tinggi
mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL
Optimal Mendekati optimal Batas tinggi (borderline) Tinggi Sangat tinggi
mg/dL mg/dL
Rendah Tinggi
mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL
Normal Batas tinggi (borderline) Tinggi Sangat tinggi
2.4.1 Kolesterol Kolesterol merupakan senyawa yang mempunyai fungsi penting dalam tubuh kita. Kolesterol ditemukan di seluruh sel tubuh kita, dimana berfunsi sebagai komonen penyusun membran sel. Kolesterol juga digunakan oleh tubuh untuk pembuatan berbagai hormon, terutama hormon estrogen dan testosteron, namun juga digunakan untuk hormon adrenal sepertil kortisol dan aldosteron. Tubuh juga menggunakan kolesterol untuk membuat vitamin D. Kadar kolesterol dalam darah yang direkomendasikan adalah dibawah 200 mg/dl. Berbeda dengan fungsinya pada saat kadar kolesterol normal, semakin tinggi kadar kolesterol dalam darah, semakin besar pula resiko terjadinya aterosklerosis (Murray, 2013).
14 Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Low Density Lipoprotein (LDL) LDL mengandung kolesterol ester yang dominan dalam intinya tetapi kadar trigliserida hanya kurang dari 10%. Waktu paruh LDL sekitar 2 - 3 hari. Jika diet banyak mengandung lemak atau kolesterol maka konsentrasi LDL plasma meningkat sehingga mempunyai masa edar yang lebih lama di dalam plasma dan menjadi lebih mudah teroksidasi. LDL yang teroksidasi akan ditangkap oleh scavenger reseptor-A di makrofag dan membentuk sel busa (plak aterosklerosis). Peningkatan LDL secara epidemiologi telah terbukti bersifat aterogenik (Santoso, dkk., 2009). 2.4.3 High Density Lipoprotein (HDL) HDL berfungsi
sebagai
protektif terhadap aterosklerosis melalui
mekanisme “transpor kolesterol balik (reverse cholesterol transport)”. HDL mengambil kolesterol dari plak aterosklerosis (jaringan lainnya) dan mengangkut ke jaringan hati untuk dikatabolisme dan disekresi sebagai asam empedu (Santoso, dkk., 2009). 2.4.4 Trigliserida Trigliserida disintesis di dalam hati dari asam lemak, protein dan glukosa. Trigliserida disimpan dalam jaringan adiposa dan otot. Kadar trigliserida sering digunakan untuk memprediksi keseimbangan asupan lemak dan metabolisme lemak. Ini merupakan salah satu aspek untuk mengevaluasi faktor resiko penyakit koroner. Tingginya nilai trigliserida sering dihubungkan dengan tingginya resiko penyakit jantung dan stroke (Wilson, 2008). 2.4.5 Terapi dislipidemia Terapi dislipidemia terdiri atas terapi farmakologi dan non-farmakologi.
15 Universitas Sumatera Utara
2.4.5.1 Terapi non farmakologi a. Terapi diet Terapi diet bertujuan untuk mengoptimalkan kadar lipid dengan cara menjaga keseimbangan diet. Terapi diet dapat menurunkan kolesterol total sebesar 10 - 15%. Asupan makanan yang tinggi kandungan kolesterol harus diturunkan. Asupan lemak jenuh dan asam lemak trans meningkatkan kadar LDL. b. Pengurangan berat badan Pengurangan berat badan dikhususkan pada pasien kelebihan berat badan dan obesitas dengan sindrom metabolik. Penurunan berat badan membantu menurunkan trigliserida dan meningkat HDL. c. Aktivitas fisik Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya serta merupakan bagian dari usaha menjaga kebugaran, termasuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Mereka yang aktif memiliki kemungkinan yang rendah untuk terkena penyakit kardiovaskuler termasuk diantaranya dislipidemia (Lindarto, 2014). 2.4.5.2 Terapi farmakologi Saat ini sudah terdapat lima jenis obat untuk terapi dislipidemia, yaitu golongan statin, resin, turunan asam fibrat, asam nikotinat dan ezetimibe. a. Statin (HMG-CoA reductase inhibitor) Statin merupakan senyawa yang paling efektif dan paling baik toleransinya untuk mengobati dislipidemia. Obat ini bekerja menghambat enzim HMG-CoA reduktase yaitu suatu enzim yang mengkatalis tahap awal biosintesis kolesterol. Statin memberikan efek utamanya yaitu menurunkan kadar LDL (Mahley, 2012).
16 Universitas Sumatera Utara
b. Resin Resin merupakan obat hipolipidemia yang mungkin paling aman karena tidak diabsorpsi saluran cerna. Resin bekerja dengan cara mengikat asam empedu dalam saluran cerna di usus halus dan asam empedu yang terikat dieksresi dalam feses. Dengan demikian asam empedu yang kembali ke hati akan menurun, hal ini akan memacu hati memecahkan kolesterol lebih banyak untuk menghasilkan asam empedu yang dikeluarkan ke usus (Mahley, 2012). c. Turunan asam fibrat Fibrat merupakan agonis dari peroxysome proliferator activated receptoralpha (PPAR-α). Fibrat merupakan obat yang efektif untuk menurunkan kadar trigliserida serta meningkatkan pembersihan kolesterol VLDL di hati. Fibrat menurunkan trigliserida melalui stimulasi oksidasi asam lemak yang diperantarai oleh PPAR-α, meningkatkan sintesis lipoprotein lipase dan menurunkan apoC-III di hati yang berfungsi sebagai inhibitor proses lipolisis sehingga dapat meningkatkan bersihan VLDL (Mahley, 2012). 4. Asam nikotinat (Niasin) Asam nikotinat termasuk obat-obat pertama yang digunakan untuk mengobati dislipidemia. Obat ini meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar trigliserida. Kerja utama asam nikotinat adalah menghambat mobilisasi asam lemak bebas sehingga mengakibatkan berkurangnya sintesis trigliserida dan sekresi kolesterol VLDL oleh hati (Santoso, dkk., 2009). 5. Ezetimibe Ezetimibe bekerja dengan menghalangi penyerapan kolesterol di dalam usus. Ezetimibe tidak menghambat sintesis kolesterol di hati maupun untuk
17 Universitas Sumatera Utara
meningkatkan ekskresi asam empedu namun secara tidak langsung akan mengurangi kolesterol hati dan meningkatkan bersihan kolesterol dari darah (Santoso, dkk., 2009).
2.5 Ginjal 2.5.1 Anatomi ginjal Ginjal terletak pada dinding posterium abdomen, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena hati menduduki ruang lebih banyak disebelah kanan. Setiap ginjal panjangnya 6 cm sampai 7,5 cm dan tebal 1,5 cm sampai 2,5 cm. Berat ginjal pada orang dewasa kira-kira 140 g (Pearce, 2008). Setiap ginjal terdiri atas sekitar satu juta unit fungsional yang disebut nefron. Setiap nefron berawal sebagai suatu berkas kapiler yang disebut glomerulus lalu tubulus nefron yang yang melengkung dan berkelok-kelok (Corwin, 2009). Setiap ginjal secara anatomis dibedakan menjadi bagian korteks di sebelah luar yang mengandung semua kapiler glomerulus dan sebagian segmen tubulus pendek dan bagian medula di sebelah dalam tempat sebagian besar segmen tubulus berada. Perkembangan segmen-segmen tubulus dari glomerulus ke tubulus proksimal, kemudian sampai di tubulus distal dan akhirnya hingga ke duktus pengumpul. Duktus pengumpul besar terletak di papila, bagian terdalam ginjal yaitu medula ginjal. Duktus pengumpul besar mengalir menuju daerah aliran pusat yang disebut pelvis ginjal dan dari sini terus mengalir ke ureter. Ureter dari masing-masing ginjal dihubungkan ke kandung kemih (Corwin, 2009).
18 Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Fungsi ginjal Fungsi utama dari ginjal adalah mengeliminasi produk sisa baik itu dari metabolisme endogen maupun metabolisme xenobiotik. Ginjal juga memegang peranan penting didalam regulasi homeostasis tubuh, mengatur jumlah cairan ekstraseluler dan keseimbangan elektrolit. (Hodgson, 2004). Darah masuk ke dalam ginjal manusia melalui arteri renal. Aliran darah ke dalam ginjal orang dewasa sekitar 1L/menit. Ginjal orang dewasa mengandung sekitar satu juta unit fungsional yang disebut nefron, dimana darah masuk untuk membuang zat yang tidak berguna didalamnya. Zat-zat yang terkumpul kemudian diekskresikan dari tubuh melalui urin. Darah memasuki nefron melalui sebuah jaringan kapiler khusus yang disebut glomerulus. Kapiler ini memiliki pori-pori yang dilewati oleh zat yang akan dieliminasi dari cairan darah. Filtrat dikumpulkan dalam glomerular (atau kapsula Bowman's) dimana glomerulus terdapat didalamnya. Filtrat ini terdiri dari air, ion, molekul-molekul kecil seperti glukosa, asam amino, dan zat kimia asing. Molekul besar seperti protein dan sel tidak difiltrasi dan tertahan didalam darah. (Leblanc, 2004).
2.6 Pemeriksaan Fungsi Ginjal Fungsi pemeriksaan faal ginjal antara lain: 4. Untuk mengidentifikasi adanya gangguan fungsi ginjal 5. Untuk mendiagnosa penyakit ginjal 6. Untuk memantau perkembangan penyakit 7. Untuk memantau respon terapi 8. Untuk mengetahui pengaruh obat terhadap fungsi ginjal (Kemenkes RI, 2011).
19 Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan fungsi ginjal dilakukan dengan melihat perkiraan laju filtrasi glomerulus (LFG). LFG tidak dapat dihitung secara langsung, namun dengan menggunakan urinary clearance dari suatu zat penanda. Klirens dari suatu zat penanda dapat didefenisikan sebagai banyaknya jumlah zat penanda yang dikeluarkan per unit satuan waktu. Zat penanda yang biasa digunakan adalah kreatinin serum. Perhitungan LFG dari kreatinin serum dapat diperkirakan persamaan yang menggunakan umur, jenis kelamin, ras dan berat badan. a. Formula Cockroft-Gault Kreatinin klirens =
(140 - umur) x bb (kg) kreatinin serum x 72
Nilai kreatinin klirens untuk wanita dikalikan dengan 0,85 dengan mengasumsikan bahwa massa otot wanita 15% lebih rendah. b. Persamaan Modification of Diet in Renal Disease (MDRD Equation) GFR (ml/menit/1.73 m2) = 175 × sCr(mg/dl) −1.154 × (umur) −0.203 × 0.742 (jika wanita) × 1.21 (jika berkulit gelap). Urea serum yang memiliki keterbatasan nilai sebagai penentu LFG karena banyak dipengaruhi oleh faktor non-LFG. Cystatin C merupakan 122-asam amino. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan serum Cystatin C lebih akurat dalam perhitungan LFG dibandingkan dengan kreatinin karena tidak dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, ras dan berat badan (Johnson, dkk., 2009). 2.6.1 Ureum Urea merupakan metabolit utama dari pemecahan protein makanan dan perombakan jaringan protein. Lebih dari 99% sintesis urea terjadi di hati. Protein
20 Universitas Sumatera Utara
diubah menjadi peptida dan asam amino di dalam saluran cerna, lebih dari 90% diabsorpsi dan dibawa ke hati. Asam amino kemudian mengalami deaminasi dan transaminase di dalam hati lalu masuk kedalam siklus urea dan diubah menjadi urea (Hosten, 1990). Urea diekskresikan melalui saluran cerna, paru-paru dan kulit, serta kemungkinan diekskresikan melalui keringat di saat berolahraga hanyalah sebagian kecil (kurang dari 0,5 g/hari). Sebagian besar dari urea, sekitar 10 gram tiap hari diekskresikan melalui ginjal, ketika laju alir urin yang tinggi sekitar 40% di reabsorpsi namun ketika laju urin yang rendah reabsorsi dapat meningkat hingga 60%. Reabsorpsi ini juga dipengaruhi antidiuretik hormon, penurunan aliran plasma, gagal jantung kongestif dan penurunan filtrasi glomerulus (Hosten, 1990). Konsentrasi urea plasma menunjukkan keseimbangan antara produksi dan eliminasi urea. Plasma urea merupakan parameter kasar dalam menilai fungsi ginjal. Sebagai uji skrining untuk melihat kerusakan ginjal sebaiknya dilakukan bersama pemeriksaan konsentrasi kreatinin. Faktor-faktor yang meningkatkan kadar urea antara lain: kerusakan LFG, pemasukan protein yang tinggi, pendarahan pada saluran cerna, penurunan laju urin, dehidrasi dan obat-obatan steroid (Sweny, 1988). 2.6.2 Kreatinin Sama
seperti
urea,
konsentrasi
kreatinin
plasma
menunjukkan
keseimbangan antara ekskresi dan produksi. Produksi dari kreatinin sebagian besar dipengaruhi oleh massa otot. Produksi kreatinin pada umumnya lebih konstan daripada urea namun dapat berkurang jika terjadi gagal ginjal. Kreatinin
21 Universitas Sumatera Utara
kurang dipengaruhi oleh asupan makanan namun dengan banyaknya asupan daging, kreatinin plasma mungkin meningkat. Faktor-faktor yang meningkatkan kadar kreatinin antara lain: kerusakan LFG, peningkatan massa otot, kerusakan otot akut (Sweny, 1988). Kadar kreatinin dapat digunakan untuk menghitung kreatinin klirens yang dapat digunakan untuk memperkirakan laju filtrasi glomerulus (LFG). Formula Cockcroft- Gault merupakan salah satu cara yang direkomendasikan untuk menghitung besarnya kreatinin klirens. Formula Cockcroft- Gault yaitu: Kreatinin klirens =
(140 - umur) x BB (kg) kreatinin serum x 72
Nilai kreatinin klirens untuk wanita dikalikan dengan 0,85 (Hosten, 1990). Kadar normal klirens kreatinin untuk laki-laki sebesar 95 - 135 ml/menit (0,9 - 1,3 ml/detik SI unit) dan wanita sebesar 85 - 125 ml/menit (0,8 - 1,2 ml/detik SI unit). Wanita hamil akan mengalami kenaikan kadar klirens kreatinin sedangkan pada usia lanjut atau anak-anak kadar klirens kreatinin ini lebih rendah (Wilson, 2008).
22 Universitas Sumatera Utara