BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita 1. Pengertian Balita Balita adalah bayi dan anak yang berusia tahun kebawah (Hanum Marimbi, 2010). Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya (Supartini, 2004). 2. Klasifikasi Perkembangan Balita a. Usia Bayi (0-1 tahun) Bayi memiliki sistem kekebalan tubuh yang primitive dengan kekebalan pasif yang didapat dari ibunya selama dalam kandungan. Pada saat bayi kontak dengan antigen yang berbeda ia akan memperoleh antibodinya sendiri. Imunisasi diberikan untuk kekebalan terhadap penyakit yang dapat membahayakan bayi berhubungan secara alamiah (Lewer, 1996 dalam Supartini, 2004). Bila dikaitkan dengan status gizi bayi memerlukan jenis makanan ASI, susu formula, dan makanan padat. Kebutuhan kalori bayi antara 100-200 kkal/kg BB. Pada empat bulan pertama, bayi yang lebih baik hanya mendapatkan ASI saja tanpa diberikan susu formula. Usia lebih dari enam bulan baru dapat diberikan makanan pendamping ASI (Supartini, 2004).
7
8
b. Usia toddler (1-3 tahun) Secara fungsional biologis masa umur 6 bulan hingga 2-3 tahun adalah rawan. Masa itu tantangan karena konsumsi zat makanan yang
kurang,
disertai
minuman
buatan
yang
encer
dan
terkontaminasi kuman menyebabkan diare dan marasmus. Selain itu dapat juga terjadi sindrom kwashiorkor karena penghentian ASI mendadak dan pemberian makanan padat yang kurang memadai (Jelife, 1989 dalam Supartini, 2004). Imunisasi pasif yang diperoleh melalui ASI akan menurun dan kontak dengan lingkungan akan makin bertambah secara cepat dan menetap tinggi selama tahun kedua dan ketiga kehidupan. Infeksi dan diet adekuat kan tidak banyak berpengaruh pada status gizi yang cukup baik (Akre, 1994 dalam Supartini, 2004). Bagi anak dengan gizi kurang, setiap tahapan infeksi akan berlangsung lama dan akan berpengaruh yang cukup besar pada kesehatan, petumbuhan dan perkembangan. Anak 1-3 tahun membutuhkan kalori kurang lebih 100 kkal/kg BB dan bahan makanan lain yang mengandung berbagai zat gizi (Supartini, 2004). c. Usia Pra Sekolah (3-5 tahun) Pertumbuhan anak usia ini semakin lambat. Kebutuhan kalorinya adalah 85 kkal/kg BB. Karakteristik pemenuhan kebutuhan nutrisi pada usia pra sekolah yaitu nafsu makan berkurang, anak lebih
9
tertarik pada aktivitas bermain dengan teman, atau lingkungannya dari pada makan dan anak mulai sering mencoba jenis makanan yang baru (Supartini, 2004). 3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Balita Secara umumada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu (Supriasa, 2002): a. Faktor Internal (Genetik) Faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil proses pertumbuhan. Melalui genetik yang berada didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Faktor internal (Genetik) antara lain termasuk berbagai faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa (Jellife, 1989 dalam Supriasa, 2002). b. Faktor Eksternal (Lingkungan) Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal. Apabila kondisi lingkungan kurang mendukung, maka potensi genetik yang optimal tidak akan tercapai. Lingkungan ini meliputi lingkungan “bio-fisiko-psikososial” yang akan mempengaruhi setiap individu mulai dari masa konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan pascalnatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan anak setelah lahir, meliputi;
10
1) Lingkungan biologis yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan
terhadap
penyakit,
penyakit
kronis,
fungsi
metabolisme yang saling terkait satu dengan yang lain. 2) Lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan adalah cuaca, keadaan geografis, sanitasi lingkungan, keadaan rumah dan radiasi. 3) Faktor psikososial yan berpengaruh pada tumbuh kembang anak adalah stimulasi (rangsangan), motivasi, ganjaran atau hukuman, kelompok sebaya, stres, cinta dan kasih sayang serta kualitas interaksi antara anak dan orang tua. 4) Faktor keluarga dan adat istiadat yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak antara lain: pekerjaan atau pendapatan keluarga, stabilitas rumah tangga, adat istiadat, norma dan urbanisasi. 4. Tahapan Perkembangan Balita Berdasarkan psikoanalisa Sigmud Freud (1956-1939) dalam Siswanto, 2010 membagi tahapan perkembangan balita, yaitu: a. Masa Oral (0-1 tahun) Di dalam masa ini fokus kepuasan baik fisik maupun emosional berada pada sekitar mulut (oral). Kebutuhan untuk makan, minum sifatnya harus dipenuhi.
11
b. Masa Anal (1-3 tahun) Pada fase ini kesenangan atau kepuasan berpusat disekitar anus dan segala aktivitas yang berhubungan dengan anus. Anak pada faseini diperkenalkan
dengan
toilet
training,
yaitu
anak
mulai
diperkenalkan tentang ingin buang air besar dengan buang air kecil. c. Fase Phalic (3-6 tahun) Pada fase ini alat kelamin merupakan bagian paling penting, anak sangat senang dan hatinya merasa puas memainkan alat kelaminnya. Pada fase ini anak laki-laki menujukkan sangat dekat dan merasa mencintai ibunya (Oedipus complex), sebaliknya anak perempuan sangat mencintai ayahnya (electra complex). 5. Karakter Sifat Balita Sifat-sifat yang khas tetap perlu di intervensi agar dapat menempati porsinya yang pas dan memberi kesempatan kepada sifat lain yang lebih baik untuk berkembang sebagai karakter, ada lima karakter sifat pada balita yaitu (Indriyani, 2008): a. Ergosentris Sifat yang umumnya muncul pada usia 15 bulanan atau saat anak sudah sadar akan dirinya (self awaraness) ini disebabkan oleh ketidakmampuan balita dalam melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain.
12
b. Suka perintah atau bossy Bossy sebenarnya masih berhubungan dengansifat ergonosentris. Sifat ini merupakan kelanjutan dari usia bayi dimana anak sebelumnya selalu ingin diperhatikan demi mendapatkan apa yang diinginkan. c. Agresif Sifat ini tampak sejak usia bayi namun sering dijumpai pada usia balita terutama saat keinginannya tidak dipahami oleh orang dewasa. d. Pemalu Umumnya, sifat pemalu anak karena pembawaan pribadi diturunkan dari orang tua yang tidak suka bersosoalisasi akan terbawa sampai dewasa. Meskipun tidak ada dampak buruk namun akan berakibat dalam mengembangkan diri dan beradaptasi dengan lingkungan. e. Penyendiri Sifat penyendiri pada anak balita selain dikarenakan perkembangan kognitif dalam melihat sesuatu masih dari sudut pandangnya sendiri.
13
B. Imunisasi Dasar 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk memdapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan Eat Anti yang pada akhirnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh (BKKBN, 1998 dalam Hanum Marimbi, 2010). Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. Imunisasi diberikan kepada bayi antara umur 0-12 bulan, yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT (1,2,3), Polio (1,2,3,4), Hepatitis B (1,2,3), dan Campak, (Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, 2005 dalam Hanum Marimbi, 2010). 2. Jenis-Jenis Imunisai yang Wajib a. BCG Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). Bcg diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan, vaksin ini mengandung bakteri bacillus calmette guerrin hidup yang dilemahkan sebanyak 30.000-1.000.000 partikel/dosis. Biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh imunisasi ini adalah setelah 406 minggu ditempat bekas suntikan akan timbul bisul kecil yang
14
akan pecah. Namun jangan kuatir, sebab ini merupakan reaksi yang normal. Namun bila bisulnya dan timbul kelenjar pada ketiak atai lipatan paha, sebaiknya naka segera dibawa kembali ke dokter. Sementara waktu untuk mengatasi pembengkakan, kompres bekas suntika cairan antiseptik. 1) Cara penyuntikan BCG Bersihkan lengan dengan kapas air, letakkan jarum hampir sejajar dengan lengan anak dengan ujung jarum yang berlubang menghadap keatas, suntikan 0,05 ml intra kutan. 2) Kontraindikasi a) Respon imunologik terganggu: infeksi HIV, def imun kongenital,Leukimia,Keganasan. b) Respon imunologik tertekan: kortikosteroid, obat kanker, radiasi c) Hamil b. DPT 1) Difteri Penyakit difteri adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran nafas bagian atas dengan gejala demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil) dan terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan nafas. Racun difteri dapat
15
merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. (Hanum Marimbi, 2010). 2) Pertusis Penyakit pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “batuk seratus hari” adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. 3) Tetanus Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistem urat syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersmman dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. c. Hepatitis B Imunisasi hepatitis B untuk mencegah penyakit yang disebabkan virus hepatitis B yang berakibat pada hati. Diberikan sedini mungkin setelah lahir, suntikan secara Intra Muskular didaerah deltoid, dosis 0,5 ml, dosis kedua 1 bulan berikutnya, dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan), Produksi vaksin Hepatitis B di Indonesia, mulai program imunisasi pada tahun 1997.
16
Efek samping demam ringan, perasaan tidak enak pada pencernaan, rekasi nyeri pada tempat suntikan. d. Polio Imunisasi polio memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Penyakit ini disebabkan virus, menyebar melelui tinja/kotoran orang terinfeksi. Anak yag terkena polio dapat menjadi lumpuh layuh. Vaksin ada 2 jenis, yakni Vaccine polio inactivated (IPV) dan vaccine polio oral (OPV). Vaksin ini diberikan pada bayi baru lahir, 2,4,6,18 bulan dan 5 tahun. Vaksin berbentu cairan dengan kemasan 1cc atau 2 cc dalam flacon, pipet. Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml). Kontra indikasi: defisiensi imunologik atau kontak dengannya. e. Campak Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh sebuah virus yang bernama virus campak. Gejalagejalanya adalah: demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam. Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik membrane) yang dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades. Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu. Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri. Efek samping: demam, diare, konjungtivitis, ruam setelah 7-
17
12 hari pasca imunisasi. Kejadian encefalitis lebih jarang. (Hanum Marimbi, 2010). 3. Tujuan Imunisasi Mencegah
terjadinya
penyakit
tertentu
pada
seseorang.
Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi. Untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. 4. Manfaat Imunisasi a. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian. b. Untuk
keluarga:
menghilangkan
kecemasan
dan
psikologi
pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman, c. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara. 5. Faktor yang Mempengaruhi Imunisasi a. Status imun penjamu b. Genetik c. Kualitas vaksin
18
6. Hal-hal yang dapat Merusak Vaksin dan Komposisi Vaksin a. Panas dapat merusak semua vaksin b. Sinar matahari dapat merusak BCG c. Pembekuan toxoid d. Desinfeksi/antiseptik: sabun C. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber
Daya
Masyarakat
(UKBM)
yang
dikelola
dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan
kesehatan
dasar
untuk
mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi. Shakira (2009) menyebutkan, Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antara program Keluarga Berencana– Kesehatan di tingkat desa. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan
19
dalam rangka pencapaian NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera). Istilah Posyandu yang dikenal sebagai Pos Pelayanan Terpadu adalah suatu tempat yang kegiatannya tidak dilakukan setiap hari melainkan satu bulan sekali diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan dan terdiri dari beberapa pelayanan kesehatan yaitu: Berdasarkan pelayanan yang diberikan, sasaran Posyandu terdiri atas pasangan usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita (Shakira, 2009). 2. Aktivitas Operasional Posyandu Beberapa kegiatan di Posyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan Posyandu antara lain: a. Kesehatan Ibu dan Anak, yang termasuk didalamnya Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita dan anak prasekolah; Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk karena kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan tambahan vitamin dan mineral. Pemberian
nasehat
tentang perkembangan
anak
dan
cara
stimilasinya: Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA. b. Keluarga Berencana, mencakup: Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak
20
berkali-kali
dan
golongan
ibu
beresiko
tinggi.
Cara-cara
penggunaan pil, kondom dan sebagainya. c. Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio 4x, dan campak 1x pada bayi. d. Peningkatan gizi dengan cara memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat. Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui. Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun. e.
Penanggulangan Diare (Hasdi, 2007).
Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu: Kesehatan ibu dan anak;
Keluarga
berencana;
Imunisasi;
Peningkatan
gizi;
Penanggulangan diare; Sanitasi dasar (Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan air limbah yang benar, pengolahan makanan dan minuman); Penyediaan obat essensial (Shakira, 2009). Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh Kader, tim penggerak PKK Desa/ Kelurahan dan petugas kesehatan dari Puskesmas. Kegiatan pelayanan masyarakat dilakukan dengan sistem 5 (lima) meja, yaitu:
21
Untuk meja satu sampai empat dilakukan oleh kader kesehatan dan meja lima dilaksanakan oleh petugas kesehatan seperti, dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya (Arali, 2008). Lima meja dalam Posyandu yaitu: Meja pertama disebut meja pendaftaran; Meja kedua disebut meja penimbangan balita; Meja ketiga adalah meja pengisian KMS; Meja keempat adalah penyuluhan kesehatan; Meja kelima adalah meja pemberian paket pertolongan gizi.
D. Keaktifan Kader Keaktifan berasal dari kata aktif yang memiliki arti giat, gigih, dinamis dan bertenaga atau sebagai lawan statis atau lamban dan mempunyai kecenderungan menyebar atau berkembang (Suharso dan Retnoningsih, 2005). Keaktifan merupakan suatu perilaku yang bisa di lihat dari keteraturan dan keterlibatan seorang untuk aktif dalam kegiatan. Menurut Suryani (2003). Keaktifan kader Posyandu merupakan suatu perilaku atau tindakan nyata yang dapat dilihat dari keteraturan dan keterlibatan seorang kader dalam berbagai kegiatan Posyandu maupun kegiatan di luar Posyandu. Perilaku merupakan aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungan dengan lingkungannya. Berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu persoalannya adalah bagaimana membentuk perilaku itu sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Machfoedz, Suryani dkk (2003) ada beberapa cara untuk membentuk perilaku seseorang diantaranya meliputi:
22
1. Cara pembentukan perilaku dengan condisioning atau kebiasaan Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan cara membiasakan diri untuk
berperilaku seperti yang diharapkam,
akhirnya akan terbentuk perilaku. Misalnya kebiasaan bangun pagi, atau menggosok gigi sebelum tidur, membiasakan diri untuk datang tidak terlambat ke tempat kerja, dan sebagainya. 2. Pembentukan perilaku dengan pengertian Pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pengertian atau insight. Misalnya kehadiran kader ke Posyandu tidak terlambat, karena hal tersebut akan mengganggu kelancaran Posyandu. 3. Membentuk perilaku dengan menggunakan model Pembentukan perilaku masih dapat ditempuh dengan menggunakan model atau contoh. Misalnya perilaku pemimpin atau tokoh masyarakat dijadikan sebagai panutan bagi yang dipimpinnya. Menurut Machfoedz, Suryani dkk (2003), Promosi kesehatan adalah suatu proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan,
dan
melindungi
kesehatan
melalui
peningkatan kesadaran, kemauan, kemampuan serata pengembangan lingkungan sehat. Promosi kesehatan mencakup aspek perilaku, yaitu upaya untuk memotivasi, mendorong, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Disamping itu promosi kesehatan juga mencakup berbagai aspek khususnya yang berkaitan dengan aspek
23
lingkungan, atau suasana yang mempengaruhi perkembangan perilaku, yang berkaitan dengan aspek sosial bidaya, pendidikan, ekonomi, politik, dan pertahanan keamanan. Berdasarkan konsep promosi kesehatan, individu dan masyarakat bukanlah objek yang pasif (sasaran), tetapi juga sebagai subjek (pelaku). Dalam konsep tersebut masalah kesehatan bukan hanya menjadi urusan sektor kesehatan akan tetapi juga termasuk urusan swasta dan dunia usaha yang dilakukan dengan pendekatan kemitraan. Dengan demikian kesehatan adalah upaya diri, oleh dan untuk masyarakat yang diwujudkan sebagai gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Menurut Machoedz, Suryani dkk (2003), visi dari promosi kesehatan yaitu masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya sehingga mereka dapat hidup sehat, produktif, bahagia, sejahtera. Sedangkan misi dari promosi kesehatan adalah melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan, melalui: 1. Advokasi kesehatan pada para penentu kebijaksanaan, untuk membuat kebijaksanaan yang berwawasan kesehatan. 2. Menjebatani, menggalang kemitraan dan membina suasana yang kondusif demi terwujudnya PHBS di masyarakat. 3. Meningkatkan
pengetahuan
masyarakat
dengan
melakukan
penyuluhan, pendidikan, pelatih dan memperkuat sumber daya manusia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.
24
Menurut penelitian Rogers (1974) dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni: 1. Kesadaran (awareness) Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2. Tertarik (interest) Dimana orang tertarik pada stimulus. 3. Evaluasi (evaluation) Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Mencoba (Trying) Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5. Menerima (Adaption) Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
E. Kader a. Pengertian Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam
25
hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (Meilani,dkk, 2009). Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat (Yulifah & Johan,2009). Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat. Departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai
pelatihan
untuk
kader
yang
dimaksudkan
untuk
meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian bayi. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis, dan memghitung secara sederhana (Meilani.dkk, 2009) Kader
kesehatan
masyarakat
bertanggungjawab
terhadap
masyarakat setempat serta pimpinan-pimpinan yang ditunjuk oleh pusat-pusat
pelayanan
kesehatan.
Diharapkan
mereka
dapat
melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan (Meilani, 2009). Para kader kesehatan masyarakat itu mungkin saja bekerja secara full-time atau part-time dalam bidang pelayanan kesehatan, dan mereka tidak dibayar dengan uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada juga kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta
26
beberapa peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat (Meilani, 2009). b. Tugas Kader Menurut (Yulifah dan Johan, 2009), tugas kader meliputi: 1) Pada persiapan hari buka Posyandu a) Menyiapkan alat penimbangan bayi, Kartu Menuju Sehat (KMS), alat peraga, alat pengukur lingkar lengan atas untuk ibu hamil dan bayi/anak, obat-obatan yang dibutuhkan (misalnya, tablet tambah darah/zat besi, vitamin A, oralit), bahan atau materi penyuluhan. b) Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu dengan memberitahu ibu-ibu untuk datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan denga tokoh-tokoh masyarakat yang dapat memotivasi masyarakat untuk datang ke Posyandu. c) Menghubungi kelompok kerja (pokja) Posyandu,
yaitu
menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta untuk memastikan apakah petugas sektor dapat hadir pada hari buka Posyandu. d) Melaksanakan pembagian tugas diantara kader Posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan. 2) Pada hari buka Posyandu atau tugas pelayanan pada lima meja Menurut Yulifah dan Johan tahun 2009 dan Retna dan Sriati tahun , meliputi:
27
a) Meja 1 (meja pendaftaran) Mendaftarkan bayi atau balita dengan menuliskan nama balita pada KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS, dan mendaftar ibu hamil dengan menuliskan nama ibu hamil. b) Meja 2 (penimbangan) Menimbang bayi atau balita dan mencatat hasil penimbangan pada kertas. c) Meja 3 (pengisian KMS) Mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari kertas kedalam KMS. d) Meja 4 (pelayanan) Meja 4 merupakan kegiatan pelayanan sektor yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Pelayanan yang diberikan antara lain pelayanan
imunisasi,
keluarga
berencana,
pengobatan,
pemberian tablet tambah darah dan kapsul yodium. e) Meja 5 Pemberian makanan tambahan pada bayi dan balita yang datang ke Posyandu dilayani di meja 5. Kader menyiapkan nasi, lauk, sayur dan buah-buahan yang akan dibagikan sebelum pelaksanaan Posyandu. Pemberian makanan tambahan bertujuan mengingatkan ibu untuk selalu memberikan makanan bergizi kepada bayi dan balitanya.
28
3) Tugas kader setelah membuka Posyandu Menurut Yulifah dan Johan tahun 2009, antara lain: a) Memindahkan catatan-catatan pada KMS kedalam buku register atau buku bantu kader. b) Menilai hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari Posyandu bulan berikutnya. c) Kegiatan diskusi kelompok bersama ibu-ibu. d) Kegiatan kunjungan rumah, sekaligus memberikan tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu datang ke Posyandu pada kegiatan bulan berikutnya. 4) Tugas kader diluar hari buka Posyandu Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2006, tugas kader diluar hari buka Posyandu, antara lain: a) Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu: bayi, anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui. b) Membuat grafik SKDN, yaitu: jumlah semua balita yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu (S), jumlah balita yang mempunyai KMS atau buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) (K), jumlah balita yang datang pada hari buka Posyandu (D) dan jumlah balita yang timbangan berat badannya naik (N). c) Melakukan tindak lanjut terhadap: sasaran yang tidak datang dan sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan.
29
d) Memberitahukan
kepada
kelompok
sasaran
agar
berkunjung ke Posyandu saat hari buka. e) Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan. F. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2007 yang mengatakan bahwa kesehatan individu/masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor di luar perilaku. Selanjutnya, faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor : a. Faktor predisposisi (Predisposing factor) Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya
pemeriksaan
kesehatan
bagi
ibu
hamil,
diperlukan
pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat pemeriksa kehamilan baik bagi kesehatan ibu sendiri maupun janinnya. Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi, dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa kehamilan. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor permudah.
30
b. Faktor pemungkin (Enabling factors) Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya agar bersih, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti peskesmas, rumah sakit, Poloklinik, Posyandu, Polindes, Pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin. c. Faktor penguat (Reinforcing factors) Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan. untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
31
Konsep Blum yang menjelaskan bahwa derajat kesehatan itu dipengaruhi oleh 4 faktor, yakni lingkungan, perilaku, pelayanan keseehatan, dan keturunan (hereditas). G. Kerangka Teori FAKTOR PREDISPOSISI • • • • •
PELAYANAN KESEHATAN
Pengetahuan Sikap Kepercayaan Tradisi Nilai
(KEAKTIFAN KADER)
(PERILAKU) FAKTOR PEMUNGKIN Ketersediaan sumbersumber/fasilitas
KEHADIRA N BAYI DI POSYANDU
(STATUS KESEHATAN) KELENGKAPA N IMUNISASI DASAR
LINGKUNGAN
FAKTOR PENGUAT Sikap dan perilaku petugas kesehatan
Bagan 2.1 Kerangka Teori (Sumber: Modifikasi Lawrence Green dan Hendrik L Blum dalam Notoatmodjo, 2007)
KETURUNAN
32
H. Kerangka Konsep Variabel Independen
Variabel Dependen
Keaktifan Kader Kelengkapan imunisasi Kehadiran bayi di Posyandu Bagan 2.2 Kerangka Konsep
I. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan keaktifan kader dengan kelengkapan imunisasi dasar di Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. 2. Ada hubungan kehadiran bayi di Posyandu dengan kelengkapan imunisasi dasar di Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.