18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi operasional perusahaan
yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan, maupun pemerintah. Disamping itu fungsi operasional lainnya adalah manajemen pemasaran, manajemen operasional, dan manajemen sumber daya manusia. 2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan dapat berpengaruh secara langsung terhadap
kehidupan setiap orang dan perusahaan. Manajemen keuangan sangat berperan dalam segala aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Keown, dkk (2005:4) sebagai berikut: “Financial management is concerned with the maintenance and creation of economic value wealth”. Artinya Manajemen Keuangan berhubungan dengan pemeliharaan dan penciptaan nilai ekonomi atau kemakmuran. Sedangkan pengertian manajemen keuangan menurut Sutrisno (2007:3) adalah : “Semua aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.”
19
Berdasarkan pengertian diatas manajemen keuangan adalah aktivitas perusahaan yang biasa dilakukan oleh manajer keuangan untuk mendapatkan keuntungan dan mendapatkan dana untuk membiayai jalannya perusahaan, kemudian menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut baik dana dalam perusahaan maupun dana dari luar perusahaan ke dalam berbagai aktivitas perusahaan. Hal ini yang diharapkan dapat memperoleh laba. 2.1.2
Fungsi Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan memiliki aktivitas yang luas dalam bidang
keuangan karena setiap perusahaan pasti membutuhkan seorang manajer keuangan yang menangani fungsi-fungsi keuangan. Fungsi manajemen keuangan dari suatu perusahaan itu sendiri adalah salah satu fungsi utama yang sangat penting dalam perusahaan, di samping fungsi-fungsi lainnya. Terdapat beberapa fungsi dalam manajemen keuangan. Menurut Sutrisno (2003;5) terdapat tiga fuungsi utama dalam manajemen keuangan adalah : 1. Keputusan investasi, yaitu masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana dalam bentuk–bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan dimasa yang akan datang. 2. Keputusan pendanaan, pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan–kebutuhan investasi serta kegiatannya.
20
3. Keputusan dividen, dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan penghasilan yang diharapkan oleh para pemegang saham. Selanjutnya menurut Riyanto (2001;6) seorang manajer keuangan harus mengetahui tiga tugas utama, yaitu : 1. Menyangkut tentang keputusan alokasi dana, baik yang berasal dari perusahaan maupun yang berasal dari luar perusahaan atau bentuk investasi yang bagaimana yang baik bagi perusahaan. 2. Menyangkut tentang pengambilan keputusan pembelanjaan atau pembiayaan investasi. Hal ini menyangkut tentang memperoleh dana investasi yang efisien, komposisi sumber dana yang harus dipertahankan dan penggunaan modal dari dalam atau dari luar. 3. Menyangkut tentang kebijakan dividen. Pada prinsipnya kebijakan dividen menyangkut tentang keputusan apakah laba yang diperoleh harus dibagikan kepada pemegang saham atau ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Manajemen keuangan (keuangan perusahaan) memiliki kesempatan kerja yang terluas karena setiap perusahaan membutuhkan seorang manajer keuangan yang menangani fungsi–fungsi keuangan. Fungsi manajemen keuangan adalah salah satu fungsi utama yang sangat penting di dalam perusahaan, disamping fungsi–fungsi lainnya yaitu fungsi pemasaran, sumber daya manusia, operasional, dan lain sebagainya. Walaupun dalam pelaksanaan fungsi–fungsi tersebut memiliki keterkaitan satu sama lainnya.
21
2.1.3
Tujuan Manajemen Keuangan Untuk dapat mengambil keputusan–keputusan yang benar, manajer
keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut, yaitu untuk memaksimalkan nilai perusahaan karena dapat meningkatkan kemakmuran para pemilik perusahaan (pemegang saham). Menurut Sutrisno (2003;5) tujuan dari manajemen keuangan sebagai berikut: “Bagaimana perusahaan mengelola baik itu mendapatkan dana maupun mengalokasikan dana guna mencapai nilai perusahaan yaitu kemakmuran para pemegang saham.” Sedangkan menurut Ross, Westerfield, Jordan (2006;11) tujuan manajemen keuangan sebagai berikut : “ The goal of financial management to maximize the current value per share of the existing stock.” Arinya bahwa tujuan manajemen keuangan adalah memaksimalkan nilai per lembar saham dari saham yang beredar. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan adalah yang dilakukan oleh manajer keuangan adalah merencanakan untuk memperoleh dan menggunakan dana guna memaksimalkan nilai perusahaan.
22
2.2
Laporan Keuangan Para investor sangat memerlukan laporan keuangan sebagai suatu
informasi dalam memprediksi saham yang akan dibeli begitu juga saham dijual dan dipertahankan dari setiap perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan laporan keuangan penting untuk penilaian dari perusahaan tersebut yang dapat dilihat dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan keuangan lainnya. Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi. Laporan keuangan harus disiapkan secara periodik untuk pihak–pihak yang berkepentingan antara lain masyarakat, pemerintah, pemasok dan kreditur, pemilik, manajemen perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan. Dengan melihat laporan keuangan perusahaan yang diumumkan, para pemegang saham tersebut dapat melihat apakah satu periode perusahaan mendapatkan keuntungan yang menjanjikan bagi pemegang saham dari kegiatan opersional usahanya. 2.2.1
Pengertian Laporan Keuangan Semua
transaksi
keuangan
perusahaan
yang
terjadi
dicatat,
diklasifikasikan dan disusun menjadi laporan keuangan, sehingga dapat mencerminkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada suatu periode tertentu atau jangka waktu tertentu. Ditinjau dari fungsinya, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai kinerja, aktivitas
23
dan kondisi keuangan suatu perusahaan, yang akan menjadi sumber informasi bagi analis untuk mengambil keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut Sundjaja dan Berlian (2002:68) sebagai berikut: “Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan/aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data/aktivitas tersebut.” Sedangkan menurut Brigham dan Ehrhardt (2002:32) laporan keuangan adalah: “Financial statements give an accounting picture of the firm’s operations and financial position.” Artinya laporan keuangan yang dapat memberikan suatu gambaran akuntansi dari pengoprasian dan penempatan keuangan perusahaan. Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir aktivitas suatu perusahaan yang dibuat oleh manajemen dan diproses melalui siklus akuntansi yang akan digunakan oleh pemilik perusahaan, calon investor, kreditur, pemerintah dan pihak–pihak lain yang berkepentingan untuk melihat kinerja keuangan dan operasional perusahaan,. 2.2.2
Jenis – Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan disajikan manajemen untuk semua pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan. Informasi yang ada dalam laporan keuangan ini dapat langsung digunakan oleh pemakai, namun ada juga yang harus dianalisis lebih lanjut misalnya dengan menggunakan rasio–rasio keuangan.
24
Setiap pemakai mempunyai kebutuhan yang berbeda terhadap informasi keuangan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, pemakai akan mencari informasi mana yang paling dibutuhkan untuk dianalisis lebih lanjut, sehingga laporan keuangan perlu diklasifikasikan dalam berbagai jenis laporan keuangan. Jenis –jenis laporan keuangan menurut Gitman (2006:46) adalah “ The four key financial statement required by the SEC for reporting to shareholder are (1) the income statement, (2) the balance sheet, (3) the statement of stockholder’s equity and (4) the statement of cash flows.” Artinya bahwa empat laporan keuangan kunci yang diperlukan oleh SEC untuk pelaporan kepada pemegang saham adalah (1) laporan rugi-laba, (2) neraca, (3) laporan keuangan ekuitas pemegang saham, dan (4) laporan keuangan arus kas. Sedangkan menurut Sundjaja dan Berlian (2002;4), laporan keuangan adalah: “Laporan keuangan meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), dan catatan atas laporan keuangan, laporan lain serta materi pembahasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.” Kemudian jenis–jenis laporan keuangan menurut Harahap (2002;106) adalah: 1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. 2. Perhitungan laba / rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya dan laba rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.
25
3. Laporan sumber dan penggunaan dana, memuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode. 4. Laporan arus kas, menggambarkan sumber dan penggunaan kas dalam satu periode 5. Laporan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa dan unsur apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang. 6. Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik saham. 7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam PT maupun modal dalam perusahaan perseroan. 8. Dalam suatu kajian dikenal laporan kegiatan keuangan. Laporan ini menggambarkan transaksi laporan keuangan perusahaan yang mempengaruhi kas. Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ada tiga jenis laporan keuangan yang utama, yaitu income statement (laporan laba rugi), balance sheet (neraca), dan statement of cash flow (laporan arus kas). Sedangkan laporan lainnya yang juga tercantum dalam kutipan diatas merupakan bagian integral dari laporan keuangan yang merupakan daftar pendukung (supporting statement) dari laporan keuangan utama, dan bukan laporan keuangan yang berdiri sendiri. 2.2.3
Tujuan Laporan Keuangan Tujuan
laporan
keuangan
adalah
menyediakan
informasi
yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
26
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) (2004 No.1 Hal 12) bahwa: “Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan – keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber – sumber dana yang dipercayakan kepada mereka.” Menurut Harahap (2002;132) tujuan laporan keuangan adalah: 1. Untuk memberi informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, serta informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. 5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
27
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan laporan keuangan, informasi mentah dapat dibaca melalui laporan keuangan dan hubungan satu pos dengan pos lain akan menjadi indikator tentang posisi dan prestasi keuangan perusahaan. 2.2.4
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan cirri khas yang
membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik kualitatif laporan keuangan ini menurut Prastowo dan Julianty (2002;6) meliputi : 1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pengguna. 2. Relevan Informasi memiliki kualitaas relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang (predictive) menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu (confirmatory). 3. Keandalan Informasi mempunyai kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
28
4. Dapat dibandingkan Para pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Selain itu, pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 2.2.5
Pemakai Laporan Keuangan Pihak – pihak berkepentingan terhadap laporan keuangan agar dapat
mengetahui perkembangan suatu perusahaan dikelompokan menjadi dua, yakni pihak internal dan pihak eksternal. Pelaporan keuangan tersebut diperlukan pihak internal maupun eksternal untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan investasi ataupun kegiatan ekonomu lainnya yang bersangkutan dengan laporan keuangan tersebut. Adapun pihak – pihak pemakai laporan keuangan menurut Harahap (2002;120) antara lain: 1. Pemegang saham Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, asset, uang, modal, hasil, biaya, laba. Ia juga melihat prestasi prerusahaan dalam pengelolaan manajemen yang diberikan amanah. Ia juga ingin mengetahui jumlah dividen yang akan diterima, jumlah pendapatan per saham, jumlah laba yang ditahan. Juga mengetahui perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu, perbandingan dengan usaha sejenis, dan perusahaan lainnya.
29
2. Investor Investor dalam hal tertentu juga sama seperti pemegang saham diatas. Bagi investor potensial ia akan melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan. 3. Analisis pasar modal Analisis pasar modal selalu melakukan analisa tajam dan lengkap terhadap laporan keuangan perusahaan yang go public maupun yang berpotensi masuk pasar modal. Ia ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan. 4. Manajer Manajer ingin mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya. 5. Karyawan dan serikat pekerja Karyawan pelu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk menetapkan apakah ia masih terus bekerja disitu atau pindah. Ia juga perlu mengetahui hasil usaha perusahaan supaya ia bias menilai apakah penghasilan (remunerasi) yang diterimanya adil atau tidak. 6. Instansi pajak Semua kewajiban pajak seharusnya tergambar dalam laporan keuangan, dengan demikian instansi pajak (fiskus) dalam hal ini dapat menggunakan laporan keuangan sebagai dasar menentukan kebenaran perhitungan pajak, pembayaran pajak, pemotongan pajak, restitusi, dan juga untuk dasar penindakan.
30
7. Pemberi dana (kreditur) Sama dengan pemegang saham, investor, lender seperti bank, Invesment fund, perusahaan leasing, juga ingin mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan diberi pinjaman. 8. Supplier Laporan keuangan bisa menjadi informasi untuk mengetahui apakah perusahaan layak diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan, dan sejauh mana potensi risiko yang dimiliki perusahaan. 9. Pemerintah atau lembaga pengatur resmi Ia ingin mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah ditetapkannya. 10. Langganan atau lembaga konsumen Ia berhak mendapatkan layanan memuaskan dengan harga equilibrium, dalam kondisi ini konsumen terlindungi dari kemungkinan praktek yang merugikan baik dari segi kualitas, kuantitas, harga dan lain sebagainya. 11. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM membutuhkan keuangan untuk menilai sejauh mana perusahaan merugikan pihak tertentu yang melindunginya. 12. Peneliti /Akademisi/Lembaga peringkat Bagi peneliti maupun akademisi laporan keuangan sangat penting, sebagai data primer dalam melakukan penelitian terhadap topic tertentu yang berkaitan dengan laporan keuangan atau perusahaan. Laporan keuangan menjadi bahan
31
dasar yang diolah untuk mengambil kesimpulan dari suatu hipotesa atau penelitian yang dilakukan. 2.2.6
Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Sifat – sifat laporan keuangan memiliki keterbatasannya. Menurut
Harahap (2002;5) berdasarkan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) sifat dan keterbatasan laporan keuangan sebagai berikut : 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan ats kejadian yang telah lewat bukan masa kini. Oleh karena itu, laporan tidak dapat dianggap sebagai satu – satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi apalagi untuk meramalkan masa depan atau menentukan nilai (harga) perusahaan saat ini. 2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk pihak yang akan membeli perusahaan. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaaan taksiran dan berbagai pertimbangan. 4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak terlaksana jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh secara material terhadap kelayakan laporan keuangan. 5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba
32
bersih atau aktiva yang paling kecil. Laba yang belum direalisasi tetapi sudah berlaku di pasar maka dapat dicatat, misalnya jika harga persediaan di pasar berada di bawah harga pokok maka perbedaan ini dapat dicatat sebagai rugi namun jika harga melebihi harga pokok tidak dicatat sebagai laba. 6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas). Misalnya jika perusahaan memiliki plafon kredit satu milyar, artinya perusahaan memiliki dana yang dapat ditarik setiap saat sebesar jumlah itu. Namun jika belum ditarik, kita tidak boleh mencatatnya sebagai unsure kas di neraca. 7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah – istilah teknis dan pemakaian laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. 8. Adanya alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber – sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. Metode penilaian persediaan boleh menggunakan metode LIFO (Last In First Out), FIFO (First In First Out), Average, yang hasilnya pasti berbeda. Demikian juga metode penyusutan : Garis Lurus, Saldo Menurun, Sum of Year Digits, dan sebagainya. 9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan. 2.3
Analisis Laporan Keuangan Suatu laporan keuangan belum dapat memberikan informasi yang berguna,
apabila hanya dilihat sepintas saja. Laporan keuangan baru dapat memberikan
33
informasi yang berguna menganai posisi dan kondisi keuangan suatu perusahaan apabila dipelajari, diperbandingkan, dan dianalisis. Melalui analisis tersebut akan diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan serta hasil–hasil yang dicapai oleh perusahaan. 2.3.1
Pengertian Analisis Laporan Keuangan Menaganalisis laporan keuangan berarti menggali lebih banyak informasi
yang ada di dalam suatu laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan. Setiap perusahaan yang disajikan sangat berguna bagi siapa saja yang membuthkannya dalam mengambil keputusan tentang perusahaan yang dilaporkan tersebut. Menurut Harahap (2004:190) analisis laporan keuangan dapat diartikan sebagai: “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain, baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses mengahsilkan keputusan yang tepat.” Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan gambaran yang menjelaskan tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dapat digunakan untuk perencanaan keuangan maupun untuk memperbaiki hasil perusahaan dimasa mendatang.
34
2.3.2
Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah
informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan.
Menurut Harahap
(2002;195), secara lengkap kegunaan ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yeng terdapat dari laporan keuangan biasa. 2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan yang berbeda di balik laporan keuangan (implicit). 3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 4. Dapat membongkar hal–hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik berkaitan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. 5. Mengetahui sifat–sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel dan teori–teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating). 6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan kata lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain : a. Dapat menilai prestasi perusahaan. b. Dapat memproyeksi keuangan perusahaan. c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu.
35
1) Posisi keuangan (asset, neraca, modal) 2) Hasil usaha prusahaan (hasil dan biaya) 3) Likuiditas 4) Solvabilitas 5) Aktivitas 6) Rentabilitas atau Profitabilitas 7) Indikator pasar modal d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu. e. Melihat komposisi struktur keuangan, arus dana. 7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. 8. Dapat memebandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal. 9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya. 10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang. Dari sudut lain, tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein yang dikutip dari Harahap (2002;197) sebagai berikut : 1. Screening, analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger. 2. Forcasting, analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.
36
3. Diagnosis, analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah–masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan, atau masalah lain. 4. Evaluation, analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi dan lain–lain. Dengan melakukan analisis laporan keuangan, informasi mentah yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam. Hubungan satu pos dengan pos lain akan dapat menjadi indikator tentang posisi dan prestasi keuangan perusahaan. 2.4
Analisis Rasio Keuangan Analisis internal perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan pada
setiap periode yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi. Analisis laporan keuangan yang dilakukan adalah menyangkut rasio–rasio keuangan perusahaan yang dapat menggambarkan kinerja perusahaan. Untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan perusahaan, analisis keuangan dan pemakai laporan keuangan harus melakukan analisis terhadap kesehatan perusahaan. Alat yang biasa digunakan adalah rasio keuangan. pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2002;297) adalah : “Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).” Dengan rasio keuangan para pemakai laporan keuangan dapat dengan mudah mengartikan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu
37
dengan pos lainnya. Adapun jenis–jenis rasio keuangan menurut Munawir (2002;31) anatara lain sebagai berikut : 1. Likuiditas, berhubungan dengan kemampuan jangka pendek sebuah perusahaan untuk memenuhi kewajiban jatuh temponya. 2. Aktivitas, menunjukkan sampai sejauh mana efisien sebuah perusahaan memakai asetnya. 3. Profitabilitas, menunjuk pada betapa berhasil sebuah perusahaan ada dalam membangkitkan laba. 4. Solvabilitas, menunjuk pada kemampuan sebuah perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Menghitung rasio hanya merupakan titik awal dalam menganalisa sebuah perusahaan. Rasio ini tidak memberikan jawaban, namun rasio ini memberikan bukti sebagaimana terhadap apa yang mungkin diharapkan, dan juga rasio yang sering memberikan sinyal berlawanan. 2.5
Pasar Modal
2.5.1
Pengertian Pasar Modal Pasar
modal
merupakan
suatu
tempat
yang
memperdagangkan
instrumen–instrumen keuangan dan tempat untuk melakukan investasi keuangan. Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1548/KMK/1990 pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya muadalah bank–bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan serta keseluruhan surat–surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit pengertian pasar modal:
38
“Pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disispkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan surat berharga lainnya dengan memakai jasa para pedagang efek.” Pengertian pasar modal seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal pasal 1 ayat 1 adalah : “Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan suatu tempat kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, diantaranya memperdagangkan saham, obligasi, dan surat berharga lainnya dengan memakai jasa para pedagang efek sebagai perantara untuk dapat membeli atau menjual instrumen–instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal tersebut. 2.5.2
Fungsi Pasar Modal Pasar modal memberikan daya tarik baik bagi pihak yang membutuhkan
dana, oihak yang memiliki dana, maupun pemerintah. Hal ini disebabkan karena pasar modal memiliki fungsi yang strategis, menurut Sunariyah (2004:7) beberapa fungsi pasar modal diantaranya adalah : 1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menetukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan.
39
2. Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil (return) yang diharapkan. 3. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. 4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian, yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan public. 5. Pasar modal mengurangi biaya inforamsi dan transaksi surat berharga. Jadi, dengan kata lain pasar modal merupakan hubungan financial yang diciptakan oleh institusi-institusi dan ketentuan-ketentuan yang mempertemukan pihak-pihak yang berlebihan dana atau surplus dana (supplier of funds) jangka panjang dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana (demanders of funds) untuk melakukan transaksi. 2.5.3
Instrumen Pasar Modal Instrumen pasar modal merupakan suatu bukti kepemilikan modal dari
lembaga yang mengeluarkannya yang dapat diperjualbelikan. Pemegang instrumen pasar modal mengaharapkan memperoleh keuntungan dengan menahan instrumen tersebut. Instrumen yang diperdagangkan di pasar modal menurut Sundjaja dan Barlian (2003:436) sebagai berikut : 1. Saham biasa (common stock) Saham biasa didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.
40
2. Obligasi (bond) Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi dana, dalam hal ini investor dengan penerbit saham yang disebut sebagai emiten. 3. Saham preferen (preferen stock) Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham baisa. 4. Obligasi konversi (convertible bond) Obligasi konversi hamper sama dengan obligasi biasa, hanya saja obligasi konversi memiliki keunikan yaitu dapat ditukar dengan saham biasa. 5. Right Right adalah surat berharga yang memberikan hak bagi pemodal untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten. 6. Waran Waran seperti halnya right merupakan hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang tealah ditentukan. 7. Reksadana Reksadana merupakan salah satu aternatif investasi bagi masyarakat pemodal kecil dan pemodal yang memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Dengan demikian terlihat jelas bahwa Pasar Modal Indonesia adalah tempat untuk jual beli dana dalam berbagai bentuk kepemilikan yang dapat dipilih oleh investor dalam alternatif investasinya terhadap suatu perusahaan.
41
2.6
Struktur Kepemilikan
2.6.1
Pengertian Struktur Kepemilikan Struktur
Kepemilikan
(Ownership
Structure)
adalah
komposisi
kepemilikan dalm perusahaan yang mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Menurut (Iturriaga & Sanz, 2000) struktur kepemilikan perusahaan adalah sebagai berikut : “Struktur kepemilikan perusahaan merupakan tingkat kepemilikan saham pihak tertentu (manajemen/ institusional/ publik) yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan, diukur oleh proporsi saham yang dimiliki salah satu pihak tersebut pada akhir tahun dinyatakan dalam persen.” Sedangkan menurut Ainul (2004:33) struktur kepemilikan adalah : “Struktur kepemilikan adalah persentase saham biasa dan atau opsi saham yang dimiliki direktur atau officer .” Istilah struktur kepemilikan juga dipakai
untuk menunjukkan bahwa
variabel-variabel yang penting dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah utang dan ekuitas, tetapi persentase kepemilikan antara manjer dan institusional. 2.6.2
Kepemilikan Institusional Struktur kepemilikan terbagi kedalam beberapa jenis. Adapun jenis-jenis
struktur kepemilikan menurut Jensen and Meckling (1976) dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan publik. Kepemilikan institusional merupakan suatu perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan institusional maupun kepemilikan individual atau
42
campuran keduanya dengan proporsi tertentu. Investor institusional memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan investor individual, diantaranya yaitu : 1. Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih daripada investor individual untuk mendapatkan informasi. 2. Investor institusional memiliki profesionalisme di dalam menganalisa informasi, sehingga dapat menguji tingkat keandalan informasi. 3. Investor institusional secara umum memiliki realisasi bisnis yang lebih kuat dengan manajemen. 4. Investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli saham sehingga dapat meningkatkan jumlah informasi secara cepat yang tercermin di tingkat harga. 5. Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan peangawasan yang lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan. Adanya pemegang saham seperti institusional ownership memiliki arti penting dalam memonitor manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakuran pemegang saham. Signifikansi institusioanl ownership sebagai agen pengawas ditekankan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Apabila institusional mereka tidak puas atas kinerja manajerial maka mereka akan menjula sahamnya ke pasar. Perubahan perilaku institusional ownership dari pasif menjadi aktif dapat meningkatkan akuntabilitas manajerial sehingga manajer akan bertindak lebih
43
hati-hati dalam pengambilan keputusan. Meningkatnya aktivitas institusional ownership dalam melakukan monitoring disebabkan oleh kenyataan bahwa adanya kepemilikan saham yang signifikan oleh institusional ownership telah meningkatkan kemampuan mereka untuk bertindak secara kolektif. Dalam waktu yang sama, bisa untuk keluar dari investasi yang mereka lakukan menjadi semakin mahal karena adanya risiko saham akan terjual pada harga diskon. Kodisi ini akan memotivasi institusional ownership untuk lebih serius mengawasi mengoreksi semua perilaku manajemen dan memperpanjang jangka waktu investasi. Mekanisme pengawasan dapat dilakukan dengan menempatkan dewan ahli yang tidak dibiayai perusahaan sehingga posisinya tidak berada di bawah pengawasan manajer. Dengan demikian dewan ahli dapat menjalankan fungsinya secara efektif untuk mengontrol semua tindakan manajer. Pengawasan lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara memberikan masukan-masukan sebagai pertimbangan bagi manajer dalam menjalankan usaha dan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Semakin besar prosentase saham yang dimiliki oleh institusional ownership akan menyebabkan pengawasan yang dilakukan lebih efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik manajer dan mengurangi agency cost. Dengan adanya beberapa kelebihan yang dimiliki, investor institusional diduga lebih mampu untuk mencegah terjadinya manajemen laba, dibanding dengan investor individual. Investor institusional dianggap lebih professional dalam mengendalikan portofolio investasinya, sehingga lebih kecil kemungkinan mendapatkan informasi keuangan yang terdistorsi, karena mereka memiliki
44
tingkat pengawasan yang tinggi untuk menghindari terjadinya tindakan manajemen laba. Secara singkat dapat dikatakan institusional dengan manajemen laba mempunyai negative dimana semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh korporasi maka semakin kecil kemungkinan terjadi manajemen laba. 2.7
Kebijakan Hutang
2.7.1
Pengertian Hutang Kebijakan hutang merupakan keputusan pendanaan yang penting bagi
kelangsungan
aktivitas
disebuah
perusahaan.
Dimana
kebijakan
hutang
merupakan bagian dari kebijakan pendanaan perusahaan. Menurut (Putri dan Handayani, 2009) kebijakan hutang adalah : “Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Selain itu kebijakan hutang perusahaan juga berfungsi sebagai mekanisme monitoring terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan.” Keputusan pembiayaan atau pendanaan perusahaan melalui hutang harus mempunyai batasan tertentu karena akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Salah satu rasio tersebut yaitu LDE (Long Term Debt Ratio) yang menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh modal perusahaan atau berapa porsi hutang dibanding dengan modal perusahaan, supaya aman porsi hutang harus lebih kecil dari modal. Perusahaan yang menggunakan semakin banyak hutang maka akan meningkatkan beban bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar. Hal ini memperbesar kemungkinan perusahaan menghadapi
45
default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada waktunya akibat kewajiban yang semakin besar. Kebijakan hutang bisa digunakann untuk menciptakan nilai perusahaan yang diinginkan, namun kebijakan hutang juga yang relatif besar perlu didukung oleh
kemampuan
perusahaan
memperoleh
laba.
Karena
para
investor
menanamkan saham pada perusahaan adalah untuk mendapatkan return. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan oleh investor. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan diminati sahamnya oleh para investor (Soliha dan Taswan, 2002).
2.7.2
Ukuran Kebijakan Hutang Di dalam penelitian ini ukuran kebijkan hutang yang digunakan adalah
dengan menggunakan Debt to Equtiy Ratio (DER). Debt to Equity Ratio merupakan salah satu rasio pengelolaan modal yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membiayai usaha dengan pinjaman yang diberikan oleh pemegang saham. Seperti yang diungkapkan oleh Husnan dan Pudjiastuti (2004:70) : “Debt to Equity Ratio menunjukkan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri.” Menurut Horne (2002:131) pengertian DER sebagai berikut : “The debt to equity ratio is computed by simply dividing the total debt of the firm (including current liabilities) by its shareholder’s equity.”
46
Artinya bahwa DER dihitung dengan cara membagi total hutang (termasuk kewajiban lancer) dengan kekayaan pemegang sahamnya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya: 1. Para kreditur akan melihat modal sendiri perusahaan atau dana yang disediakan pemilik untuk menentukan besarnya margin pengaman. 2. Dengan mencari dana yang berasal dari hutang pemilik memperoleh manfaat mempertahankan kendali perusahaan dengan investasi terbatas. 3. Jika perusahaan memeperoleh hasil yang lebih besar daripada dana yang dipinjam, maka hasil pengembalian untuk para pemilik akan meningkat. Menurut Sawir (2003:13), rasio ini dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Rasio ini melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan diambil dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatan untuk keperluan tersebut. Sehingga hanya sebagian kecil saja dari pendapatan yang dibayarkan oleh dividen. Para pemberi pinjaman menginginkan rasio ini semakin rendah. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar batas pengamanan pemberi pinjaman
47
jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Gibson (2005:330), yaitu : “The debt to equity ratio also helps determine howwellcreditors protected in case of insolvency of the company.” Bagi investor, semakin tinggi rasio ini, maka semakin tinggi risiko yang akan dihadapi. Bagi investor yang tidak suka untuk mengambil
risiko,
maka
mereka akan menghindari untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang dimiliki DER yang tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada harga saham perusahaan tersebut. 2.8
Nilai Perusahaan Nilai perusahaan adalah harga yang terbentuk seandainya perusahaan
dijual. Apabila perusahaan “go public” maka nilai perusahaan ini akan dicerminkan oleh harga saham perusahaan tersebut. Dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka pemilik perusahaan menjadi lebih makmur sehingga mereka menjadi lebih senang. Tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau para pemilik. Kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya saham. Oleh karena itu kemakmuran para pemegang saham dapat dijadikan dasar analisis dan tindakan dalam proses pengambilan keputusan. Upaya untuk memaksimumkan laba per lembar saham tidak sama dengan memaksimumkan harga pasar saham, harga pasar saham mencerminkan nilai riil dari perusahaan. Nilai perusahaan dapat diukur dengan harga saham atau
48
biaya modal yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam memperoleh sumber
dananya. 2.8.1
Pengertian Nilai Perusahaan Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat
keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki, karena pemilik perusahaan menyukai peningkatan kekayaan maka tujuan peningkatan perusahaan dipergunakan sebagai tujuan normatif. Pengertian nilai perusahaan menurut Brigham & Ehrhardt (2002:47) adalah “Value is determined by results as reaveable in financial statement. Value of firm is stockholder wealth maximization, which translates into maximing the price of firm’s common stock”. Yang artinya nilai perusahaan merupakan penentuan dari perbandingan hasil sebagai kinerja perusahaan yang terlihat dari laporan keuangan. Nilai perusahaan terlihat dari maksimalisasi kekayaan pemegang saham yang dimaksudkan ke dalam memaksimumkan harga saham biasa perusahaan. 2.8.2
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat
keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang tercermin pada harga
saham.
dipertimbangkan perusahaan.
Sehingga oleh
banyak
manajemen
faktor
yang
keuangan
harus
dalam
diperhatikan meningkatkan
dan nilai
49
Menurut Horne & Wachowicz (2005:108) terdapat beberapa konsep penilaian: 1. Nilai likuiditas Jumlah uang yang dapat direalisasikan jika sebuah aktiva atau sekelompok aktiva (contohnya, perusahaan) dijual secara terpisah dari organisasi yang menjalankan. Nilai ini tidak meliputi nilai perusahaan sebagai usaha yang terus berjalan. 2. Nilai kelangsungan usaha Nilai peusahaan jika dijual sebagai operasi usaha yang berlanjut. 3. Nilai buku Nilai buku perusahaan sama dengan perbedaan nilai uang antara aktiva total perusahaan dengan kewajibannya serta saham preferennya, seperti yang tercantum dalam neraca. Nilai buku sautu aktiva adalah nilai akuntansi dari aktiva tersebut biaya aktiva dikurangi akumulasi depresinya. Nilai ini tidak meliputi nilai bisnis sebenarnya. 4. Nilai pasar Nilai pasar adalah harga pasar yang digunakan untuk memperdagangkan aktiva. Secara umum, nilai pasar aktiva hanyalah harga pasar dari aktiva jika diperdagangkan di pasar terbuka. Bagi perusahaan, nilai pasar sering kali dipilih dari nilai tertinggi antara nilai likuiditas atau kelangsungan usaha perusahaan. Nilai ini merupakan jumlah yang bersedia dibayar oleh investor untuk saham perusahaan.
50
5. Nilai intrinsik Harga saham seharusnya berdasarkan pada semua faktor yang dapat mempengaruhi pernilaian. 2.8.3
Ukuran Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor yang sering dikaitkan
dengan harga saham. Harga saham merupakan harga yang terjadi pada saat saham diperdagangkan dipasar. Biasanya nilai perusahaan sering di istilahkan dengan Price to Book Value yang merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per saham (Brigham & Ehdardt, 2002). Adapun yang dimaksud dengan nilai buku per saham adalah perbandingan antara total ekuitas dengan jumlah saham yang beredar (Jogiyanto, 2008:120). Price to Book Value yang tinggi akan membuat pasar percaya akan prospek perusahaan ke depannya. Hal inilah yang menjadi keinginan para pemilik perusahaan, karena dengan nilai perusahaan yang tinggi maka mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Soliha & Taswan, 2002). Berikut adalah formula untuk menghitung Price to Book Value (Brigham & Ehrdardt,2002) :
Price to Book Value yang tinggi dapat mencerminkan tingkat kemakmuran para pemegang saham dimana kemakmuran para pemegang saham merupakan tujuan dari setiap perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka setiap perusahaan hendaknya dapat meningkatkan harga sahamnya (Weston &
51
Brigham, 2000) karena harga saham yang tinggi dapat meningkatkan price to book value (Brigham & Gapenski, 2006). 2.9
Pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan
2.9.1
Pengaruh
Struktur
Kepemilikan
Institusional
terhadap
Nilai
Perusahaan Masalah yang sering terjadi dari struktur kepemilikan adalah konflik agensi, yaitu adanya perbedaan kepentingan antara manajemen perusahaan sebagai pengelola dan pengambil keputusan dalam perusahaan dengan para investor atau para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Dengan adanya perbedaan kepentingan ini, akan mempengaruhi nilai perusahaan. Adanya beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam struktur kepemilikan, antara lain: (1) kepemilikan sebagian kecil saham perusahaan oleh manajemen mempengaruhi kecenderungan untuk memaksimalkan nilai pemegang saham dibanding sekedar mencapai tujuan perusahaan semata; (2) kepemilikan yang terkonsentrasi memberi insentif kepada pemegang saham mayoritas untuk berpartisipasi secara aktif dalam perusahaan; (3) identitas pemilik menentukan prioritas tujuan sosial perusahaan dan (4) memaksimalisasi nilai pemegang saham, misalnya perusahaan milik pemerintah cenderung untuk mengikuti tujuan politik dibanding tujuan perusahaan (Haruman, 2008). Tanpa adanya kepemilikan institusional yang mengawasi perilaku manajer maka kecenderungan manajer bersikap opportunistik dengan menggunakan hutang yang tinggi bukan untuk kepentingan pemilik tetapi untuk kepentingan
52
pribadinya. Adanya kepemilikan institusional menyebabka perilaku manajer lebih terkontrol dengan baik oleh pihak pemegang saham eksternal. Pengawasan oleh pihak eksternal ini menyebabkan manajer menggunakan hutang dalam tingkat rendah untuk menghindari adanya risiko kebangkrutan (Nuriningsih, 2006). Kepemilikan institusional yang besar akan dapat memonitor penggunaan hutang secara optimal (Wahidawati, 2001). Dengan adanya kepemilikan institusional yang semakin tinggi, menyebabkan control eksternal terhadap perusahaan juga semakin kuat, sehingga dapat mengurangi biaya keagenan (Jensen dan Meckling, 1976). Penelitian yang dilakukan oleh (Tarjo, 2008) mengenai pengaruh konsentrasi kepemilikan institusional dan leverage terhadap manajemen laba, nilai pemegang saham serta cost of equity menunjukkan bahwa konsentrasi kepemilikan
institusional
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan. Konsentrasi kepemilikan institusional meningkatkan kepercayaan publik terhadap perusahaan berupa meningkatnya volume perdagangan saham dan kenaikan harga saham (harga saham diatas nilai buku) merupakan cerminan meningkatnya kepercayaan publik terhadap perusahaan. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, hasilnya menunjukkan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan kata lain, dapat ditarik kesimpulan bahwa struktur kepemilikan dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
53
2.9.2
Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan Kebijakan hutang bisa digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan
yang diinginkan, namun kebijakan hutang juga tergantung dari ukuran perusahaan. Kebijakan hutang dan ukuran perusahaan yang relatif besar perlu di dukung oleh kemampuan perusahaan memperoleh laba. Karena para investor menanamkan saham pada perusahaan adalah untuk mendapatkan return. Semakin tinggi nilai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan oleh investor. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki profitabilitas yan tinggi akan diminati sahamnya oleh para investor (Soliha dan Taswan, 2002). Penambahan hutang akan meningkatkan tingkat risiko atas arus pendapatan perusahaan, yang mana pendapatan dipengaruhi faktor eksternal sedangkan utang menimbulkan beban tetap tanpa memperdulikan besarnya pendapatan. Semakin besar hutang, semakin besar kemungkinan terjadinya perusahaan tidak mampu membayar kewajiban berupa bunga dan pokoknya. Risiko kebangkrutan akan semakin tinggi karena bunga akan meningkat lebih tinggi daripada penghematan pajak. Penelitian ini memberikan hasil dimana kebijakan hutang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sujoko dan Soebiantoro (2007).