BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1
Pengertian Modal Kerja Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu lembaga
selalu memerlukan dana. Perusahaan yang merupakan salah satu bentuk lembaga yang bergerak dalam dunia usaha juga tidak dapat terlepas dari kebutuhan dana, baik untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari maupun untuk membiayai investasi jangka panjangnya. Dana yang dipergunakan untuk melangsungkan kegiatan operasionalnya sehari-hari disebut modal kerja. Kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan modal kerja, antara lain: pembayaran untuk pembelian bahan, upah dan gaji karyawan, dan macam-macam biaya yang diharapkan dapat diterima kembali dalam waktu singkat melalui hasil penjualan. Uang yang diterima melalui hasil penjualan dikeluarkan lagi untuk membiayai kegiatan operasional berikutnya. Demikian seterusnya, diterima dari hasil penjualan dan dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasional selama hidup perusahaan yang jangka waktu berputarnya tidak lebih dari satu tahun. Dengan demikian pengertian modal kerja adalah bersangkutan dengan keseluruhan dana yang digunakan selama periode akuntansi tertentu yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan untuk periode akuntansi yang bersangkutan (current income). Tetapi ini tidak berarti bahwa semua dana yang digunakan menghasilkan current income adalah unsur modal kerja. Misalkan dana yang ditanamkan dalam deposito berjangka dimana setiap bulannya menghasilkan
pendapatan dalam bentuk bunga. Dengan demikian maka pengertian modal kerja menurut konsep pertama ini adalah meliputi keseluruhan dana yang digunakan selama periode akuntansi tertentu yang dimaksudkan untuk menghasilkan current income dimana penggunaan dananya adalah sesuai tujuan utama didirikannya perusahaan yang bersangkutan. (John Soeprihanto. 1997. hal:11) Suatu analisa terhadap sumber dan penggunaan modal kerja sangat penting bagi penganalisa intern maupun ekstern, disamping masalah modal kerja ini erat hubungannya atau margin of safety pada kreditur terutama kreditur jangka pendek. Adanya modal kerja yang cukup itu memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin dan perusahaan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya yang memungkinkan timbul karena adanya krisis atau kekacauan keuangan. Akan tetapi adanya modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan telah disia-siakan. Sebaliknya adanya ketidak cukupan maupun mis – management dalam modal kerja merupakan sebab utama kegagalan perusahaan. Sehingga suatu perusahaan dituntut untuk mampu mengelola modal kerja perusahaan secara efektif dan efisien sebab dalam kegiatan sehari-hari perusahaan (baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan industri) harus menghadapi permasalahan modal kerja. (S. Munawir. 2004. hal: 114) Jumlah modal kerja yang cukup sangatlah penting, namun untuk menentukan modal kerja bukanlah pekerjaan yang mudah karena modal kerja yang dibutuhkan
perusahaan tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. (S.Munawir. 2004. hal:117) Untuk mempermudah penentuan elemen-elemen modal kerja, dikenal adanya tiga macam konsep, yaitu: (Handoyo Wibisono. 1998. hal: 71) 1. Konsep kuantitatif Konsep ini menitik beratkan pada segi kuantitas dana yang tertanam dalam aktiva yang periode perputarannya singkat. Modal kerja menurut konsep ini adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar, dan sering disebut modal kerja bruto. 2. Konsep kualitatif Konsep ini mempertimbangkan dua kepentingan perusahaan yang terdiri dari pembiayaan operasional sehari-hari dan pemenuhan kewajiban terhadap pihak luar (kreditur) yang akan segera jatuh tempo. Dengan demikian modal kerja menurut konsep kualitatif adalah kelebihan jumlah aktiva lancar diatas hutang lancar, dan sering disebut modal kerja netto. 3. Konsep fungsional Konsep ini lebih mendasarkan pada fungsi dana dalam menghasilkan pendapatan yang berasal dari kegiatan normal perusahaan untuk periode yang bersangkutan (current income). Dengan demikian modal kerja menurut konsep fungsional terdiri dari: kas, pihutang usaha, persediaan, depresiasi aktiva tetap untuk periode yang bersangkutan. 2.1.2
Jenis-jenis Modal Kerja
Jenis-jenis modal kerja menurut W. B. Taylor digolongkan dalam: (Bambang Riyanto. 2001. hal: 61) 1. Modal kerja permanen Yaitu modal kerja yang harus ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam : 1.1. Modal kerja primer Yaitu modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. 1.2. Modal kerja normal Yaitu modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal dalam artian dinamis. 2. Modal kerja variabel Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan dalam:
2.1. Modal kerja musiman Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim. 2.2. Modal kerja siklis
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur. 2.3. Modal kerja darurat Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan yang darurat yang tidak diketahui sebelumnya. Besar kecilnya kebutuhan dari kedua jenis modal kerja tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal: 1. Volume penjualan; faktor ini adalah faktor yang paling utama karena perusahaan memerlukan modal kerja untuk menjalankan aktivitasnya, yang mana puncak dari aktivitasnya itu adalah aktivitas penjualan. 2. Pengaruh musiman; fluktuasi penjualan akan mengakibatkan perbedaan jumlah kebutuhan modal kerja dan hal inilah yang menimbulkan adanya modal kerja variabel. 3. Kemajuan teknologi; perkembangan teknologi mempengaruhi proses produksi menjadi lebih cepat dan lebih ekonomis. 4. Beberapa kebijaksanaan dapat pula merubah besarnya modal kerja seperti: politik penjualan kredit, politik persediaan besi bahan dasar, atau persediaan besi kas.(Indriyo. 1981. hal: 29)
2.1.3
Unsur-unsur Modal Kerja Unsur-unsur
modal
kerja
yang
memiliki
peranan
penting
dalam
pengembangan suatu perusahaan (baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan industri) antara lain:
1. Kas Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada didalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yng lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi ini tidak berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk dapat mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena makin besarnya kas berarti makin banyaknya uang yang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitasnya. Sebaliknya kalau perusahaan hanya mengejar profitabilitas saja akan berusaha agar semua persediaan kasnya dapat diputarkan atau dalam keadaan bekerja. Kalau perusahaan menjalankan tindakan tersebut berarti menempatkan perusahaan itu dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan. Untuk
menentukan
berapa
jumlah
kas
yang
sebaiknya
harus
dipertahankan oleh suatu perusahaan belum ada standar rasio yang bersifat umum. Meskipun demikian ada beberapa standar tertentu yang dapat digunakan sebagai pedoman didalam menentukan jumlah kas yang harus dipertahankan dengan besarnya aktiva lancar ataupun hutang lancar. (Bambang Riyanto.2001. hal: 54) Jumlah kas dapat pula dihubungkan dengan jumlah penjualan. Perbandingan
antara
jumlah
penjualan
dengan
jumlah
rata-rata
menggambarkan tingkat perputaran makin baik, hal ini berarti makin tinggi efisiensi penggunaan kasnya, tetapi tingkat perputaran kas yang ada
berlebihan dapat bererti bahwa jumlah kas yang tersedia adalah terlalu kecil untuk volume penjualan yang bersangkutan, Pengeluaran kas dari perusahaan dapat bersifat terus menerus atau kontinue, misalnya pengeluaran kas untuk membayar gaji karyawan. Tetapi disamping itu juga ada aliran kas keluar yang sifatnya tidak terus menerus atau bersifat intermitent, misalnya pengeluaran untuk pembayaran bunga, pajak dan sebagainya. Selain aliran kas keluar juga terdapat aliran kas masuk seperti pada kas keluar. Didalam aliran kas masukpun terdapat aliran kas yang bersifat kontinue dan intermitent. 2. Piutang Dalam
rangka
usaha
untuk
memperbesar
volume
penjualannya
kebanyakan perusahaan besar menjual produknya dengan kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan, dan barulah kemudian pada hari jatuhnya terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Dengan demikian maka piutang merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja. (Bambang Riyanto. 2001. hal:85) Sebelum piutang diberikan kita harus menilai lebih dulu penerima kredit ini. Dalam arti karakternya, kapasitas usahanya, modalnya, jaminan hutangnya serta kondisi perusahaannya. Penilaian sesudah piutang diberikan, dilakukan dengan tujuan dari piutang yang ada sekarang berapa sebenarnya yang betul-betul dapat membayar, agar perusahaan tidak salah perkiraan.
Penilaian sesudah piutang diberikan dimaksudkan untuk menentukan besarnya resiko yang akan ditanggung perusahaan berhubungan dengan pemberian piutang tersebut. (John Soeprihanto.. 1998. hal:32) 3. Persediaan barang Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus mengalami perubahan. Masalah investasi dalam inventory merupakan masalah dalam pembelanjaan aktif, seperti halnya dalam investasi dalam aktiva-aktiva lainnya. Masalah penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam inventory mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya dalam investasi dalam inventory akan menekan keuntungan perusahaan. (Bambang Riyanto. 2001. hal: 72) 2.1.4
Sumber-sumber Modal Kerja Kebutuhan modal kerja yang permanen sebaiknya dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit, dan semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek. Disamping dari investasi para pemilik perusahaan, kebutuhan modal kerja yang permanen dapat pula dibiayai dari penjualan obligasi atas jenis hutang jangka panjang lainnya, tetapi dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo dari hutang jangka
panjang ini, disamping itu juga harus mempertimbangkan beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. (S. Munawir, 2004, hal: 5) Menurut Djarwanto Ps. 2004.hal:96, bahwa modal kerja dapat berasal dari beberapa sumber yakni: 1. Pendapatan bersih Modal kerja diperoleh dari hasil penjualan barang dan hasil-hasil lainnya yang meningkatkan uang kas dan piutang. Tetapi sebagian dari modal kerja ini harus digunakan untuk menutup HPP penjualan dan biaya usaha yang telah dikeluarkan untuk memperoleh revenue yakni berupa biaya penjualan dan biaya administrasi. Jadi sebenarnya yang merupakan sumber modal kerja adalah pendapatan bersih dan jumlah modal kerja yang diperoleh dari operasi jangka pendek, dan ini bisa ditentukan dengan cara menganalisis laporan perhitungan laba rugi perusahaan. 2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga Surat-surat berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar dapat dijual dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan penjualan surat-surat berharga yang menunjukkan pergeseran bentuk pos aktiva lancar dari pos surat-surat berharga
menjadi pos kas. Keuntungan yang diperoleh
merupakan sumber penambahan modal kerja. Sebaliknya jika terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang. 3.
Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya
Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan aktiva tidak lancar tersebut menjadi kas akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualan aktiva tidak lancar tesebut. Keuntungan atau kerugian dari penjualan investasi jangka panjang dan aktiva lancar lainnya dapat dimasukkan kedalam insedentil. 4. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik Utang hipotek, obligasi, dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan apabila diperlukan sejumlah modal kerja. Pinjaman jangka panjang berbentuk obligasi biasanya tidak begitu disukai karena adanya beban bunga disamping kewajiban mengembalikan pokok pinjamannya. 5. Dana penjualan dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya Pinjaman jangka pendek bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat atau kebutuhan jangka pendek lainnya. Karena ketergantungan akan kredit bank dan kredit jangka pendek lainnya, maka adanya kredit rating yang tinggi tingkatannya bagi perusahaan yang bersangkutan adalah sepenuhnya penting. 6. Kredit dari supplier Salah satu sumber modal kerja yang penting adalah kredit yang diberikan oleh supplier. Material, barang-barang supplies dan jasa-jasa
bisa dibeli secara kredit atau dengan wesel bayar. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu utang harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan sejumlah kecil modal kerja. Dari uraian tentang sumber-sumber modal kerja tersebut dapat disimpulkan bahwa modal kerja akan bertambah apabila: 1. Adanya kenaikkan sector modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan. 2. Adanya pengurangan atau penurunn aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualn aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi. 3. Adanya penambahan hutng jangka panjang baik dlm bentuk obligasi , hipotek atu hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.
2.1.5
Perputaran Modal Kerja Perputaran modal kerja dimulai pada saat arus keluar dana diinvestasikan kedalam unsur-unsur modal kerja sampai masuk kembali lagi menjadi kas berikutnya. Telah dikemukakan diatas bahwa perputaran modal kerja bagi perusahaan dagang atau jasa relatif lebih cepat atau tinggi dari pada perusahaan industri.
Periode perputaran modal kerja adalah lamanya rata-rata dana terikat dalam modal kerja selama satu proses produksi. Periode terikatnya modal kerja tergantung tingkat perputaran modal kerja. Hal ini perlu diketahui oleh pimpinan atau pengusaha sebab jangka waktu terikatnya dana atau periode perputaran modal kerja merupakan salah satu faktor untuk menentukan besarnya kebutuhan modal kerja perusahaan. Semakin pendek waktu perputaran modal kerja semakin kecil kebutuhan modal kerja, dan sebaliknya semakin panjang waktu perputaran modal kerja semakin besar pula kebutuhan modal kerja. Sekali lagi, bahwa jangka waktu terikatnya dana sangat tergantung pada periode normal operasi perusahaan dari masing-masing unsur modal kerja tersebut. Secara lebih terperinci panjangnya periode terikatnya setiap unit modal kerja adalah tergantung pada: 1. Jangka waktu lamanya kredit pembeli yang harus diberikan kepada supplier bahan mentah. 2. Jangka waktu lamanya bahan mentah disimpan digudang. 3. Jangka waktu lama berlangsungnya setiap proses produksi. 4. Jangka waktu lamanya barang jadi disimpan digudang. 5. Cara penjualan hasil produksinya, dengan tunai atau dengan kredit. 6. Jangka waktu lamanya kredit penjual yang harus diberikan kepada langganan.
2.1.6
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Modal Kerja
Menurut S. Munawir. 2004. Hal: 117, bahwa untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukanlah merupakan hal yang mudah, karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Sifat atau tipe dari perusahaan Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri. Sifat dari perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modalmodalnya sebagian besar pada aktiva tetap atau plant and equipment yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat. 2. Waktu yang dibutuhkan untuk memprodusir atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memprodusir atau memperoleh barang tersebut makin bear pula modal kerja yang dibutuhkan. Disamping itu harga pokok penjualan persatuan barang juga akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, semakin besar harga pokok penjualan persatuan baranga yang dijual akan semakin besar pula kebutuhan akan modal kerja. 3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan
Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang akan digunakan untuk memprodusir barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, makin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan atau barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas barang atau bahan yang dibeli tersebut harus dilakukan dalm jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula. 4. Syarat penjualan Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah dan mempekecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang dan untuk memperkecil resiko adanya pihutang yang tak dapat ditagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembeli, karena dengan demikian para pembeli akan tertark untuk segera membayar hutngnya dalam periode diskonto. 5. Tingkat perputaran persediaan Tingkat perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan tersebut ganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan secara teratur dan
efisien. Semakin cepat dan semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu juga akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.
2.1.7
Arti Pentingnya Modal Kerja Modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan dan memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan efisien tanpa mengalami kesulitan keuangan. Modal kerja juga akan memberikan beberapa keuntungan antara lain: a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar. b. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya. c. Memungkinkan untuk memilih persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya. d. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.
e. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan. 2.1.8
Kebijakan-kebijakan Modal Kerja Kebijakan-kebijakan
perusahaan
dalam
mengelola
modal
kerja
dimaksudkan untuk mencapai tiga tujuan yaitu: 1. Likuiditas yang cukup Tujuan yang paling penting dalam mengelola modal kerja adalah untuk mencapai
likuiditas
sedemikian
rupa
sehingga
perusahaan
dapat
menjalankan kegiatan perusahaan sehari-hari. 2. Meminimumkan resiko Manajemen berusaha meminimumkan resiko atas ketidak mampuan membayar kewajiban-kewajiban jangka pendek atau yang harus segera dipenuhi. 3. Memperbesar nilai perusahaan Yaitu berusaha untuk memaksimumkan nilai sekarang atas saham biasa dan nilai perusahaan. Menurut Wasis.1993. Hal: 73, bahwa Welker Stanton mengemukakan bahwa penentuan modal kerja yang tepat itu tergantung pada dua hal yaitu; 1. Sikap manajer terhadap resiko 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi uang kas, persediaan piutang dan lainlain harta lancar. Empat prinsip yang dikemukakan oleh Welker Stanton yaitu:
1. Menyangkut hubungan antara besarnya modal kerja dengan besarnya penjualan 2. Modal harus diinvestasikan kedalam setiap komponen modal kerja, sejauh hal itu dapat memberikan kenaikan modal sendiri. 3. Resiko yang diakibatkan oleh jenis modal yang dipergunakan untuk membelanjai modal kerja. 4. Makin besar perbedaan (disparitas) hari jatuh tempo kredit jangka pendek dengan aliran penerimaan yang dapat diharapkan dari kredit tersebut, makin besar pula resikonya.
2.1.9
Analisa Ratio Modal Kerja Menurut S. Munawir. 2004. Hal: 71 bahwa ratio menggambarkan suatu hubungan atas pertimbangan antara suatu jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis berupa ratio ini dapat menjelaskan atau memberikan gambaran baik atau buruknya keadaan suatu posisi keuangan dalam perusahaan, terutama apabila angka tersebut dibandingkan dengan angka pembanding yang digunakan sebagai standar. Lebih lanjut S. Munawir mengemukakan bahwa ratio modal kerja adalah
ratio yang digunakan untuk menganalisa dan menginterprestasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan, juga penting bagi kreditur jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidaknya mengetahui prospek dari devidend dan pembayaran bunga dimasa yang akan
datang (S. Munawir. 2001. hal: 71). Adapun untuk menilai posisi keuangan jangka pendek J. Fred Westos, Eugene F. Brigham. 1993. Hal: 57 memberikan beberapa ratio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan menginterprestasikan data tersebut. 1. Ratio aktivitas atau perputaran Yaitu ratio yang mengukur tingkat efektivitas pemanfaatan sumber daya perusahaan. Semua ratio-ratio ini menyangkut perbandingan antara tingkat penjualan dengan investasi berbagai rekening aktiva. a. Perputaran kas Analisis perputaran kas digunakan untuk menilai kemampuan modal yang diinvestasikan dalam kas yang berputar dalam suatu periode tertentu.
perputaran kas =
kas rata - rata =
pendapatan kas rata - rata
kas awal tahun + kas akhir tahun 2
Perputaran kas yang rendah menunjukkan kas tidak produktif, akan tetapi jika perputaran kas terlalu tinggi dapat menyebabkan kekurangan kas dan mengganggu likuiditas. b. Perputaran piutang Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat
perputaran piutang tersebut (turnover receivable) yaitu dengan membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata. Rata-rata piutang kalau memungkinkan dapat dihitung secara bulanan (saldo tiap-tiap akhir bulan di bagi tiga belas) atau tahunan yaitu saldo awal tahun dibagi dua.
Perputaran pihutang =
Penjualan Rata − rata pihutang
c. Perputaran modal kerja Untuk menilai keefektifan modal kerja dapat digunakan ratio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata tersebut. Ratio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.
Perputaran modal kerja =
penjualan modal kerja rata − rata
2. Rentabilitas ekonomi Rentabilitas mencerminkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, maka dengan demikian tingkat rentabilitas yang tinggi dapat merupakan pencerminan efisiensi yang tinggi pula. Mengukur efisiensi perusahaan dengan mendasarkan pada jumlah
keuntungan saja kurang tepat, karena keuntungan yang tinggi belum tentu diikuti dengan tingkat rentabilitas yang tinggi pula. Menggunakan rentabilitas untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan merupakan cara yang baik karena suatu perusahaan akan sulit untuk dapat meningkatkan rentabilitasnya tanpa meningkatkan efisiensi. Sedangkan rentabilitas ekonomis adalah kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba. (Bambang Riyanto. 2004) Rentabilitas ekonomis merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak dengan total aktiva, dan ini dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Dalam menghitung rentabilitas ekonomis ini investasinya adalah total asset atau rata-rata total aktiva. Sedangkan laba yang digunakan adalah hanya laba yang diperoleh dari operasi perusahaan. Rumus rentabilitas ekonomis adalah sebagai berikut: Rentabilitas Ekonomi: Profit Margin x Turn Order Operating Asset
Tinggi rendahnya earning power ditentukan oleh dua faktor yaitu: 1. Profit margin (PM)yaitu perbandingan antara laba operasi (net operating
income)
dengan
penjualan
bersih
(net
sales).
Perbandingan ini dinyatakan dalam persentase. Jadi profit margin dapat diukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.
Profit Margin =
Laba Operasi x 100% Penjualan Bersih
Net operating income ( laba) adalah laba sebelum bunga dan pajak, sedang hasil penjualan (net sales) adalah penjualan bersih. 2. Turnover of operating asset (TOA) yaitu kecepatan berputarnya total bersih (operating asset) dalam satu periode tertentu. Turnover tersebut dapat ditentukan dengan membagi penjualan bersih dengan total bersih. Turn Over Operating Asset:
Dengan
demikian
dapatlah
Penjualan Bersih Total Bersih
dikatakan
bahwa
profit
margin
dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan sales, sedangkan turnover of
operating assets dimaksudkan untuk
mengetahui efisiensi perussahaan dengan melihat pada kecepatan perputaran operating assets dalam suatu periode tertentu. Hasil akhir dari percampuran kedua efisiensi profit margin dan operating asset, turnover menentukan tinggi rendahnya earning power. 3. Rasio efisiensi a. Tingkat perputaran aktiva lancar (TPAL) yakni berapa kali rata-rata aktiva lancar digunakan untuk membayar ongkos dan biaya (cost dan expense). Dihitung dengan membagi total cost dan expense dengan rata-
rata total aktiva lancar. Rata-rata total aktiva lancar adalah aktiva lancar awal periode ditambah aktiva lancar akhir periode dibagi dua. TPAL =
RTAL =
Total Cost + Expense Rata − rata Total Aktiva Lancar
Aktiva Lancar Awal Tahun + Aktiva Lancar Akhir Tahun 2
b. Tingkat keuntungan atas aktiva lancar rata-rata (TKALR). Dihitung dengan membagi net income dengan rata-rata aktiva lancar. TKALR
=
Neti Income x 100% Rata − rata aktiva lancar
c. Tingkat keuntungan perperputaran aktiva lancar (TKPAL).. Dihitung dengan membagi tingkat keuntungan atas aktiva lancar rata-rata dengan besarnya tingkat perputaran aktiva lancar. TKPAL =
TKALR TPAL
2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis Untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan modal kerja dan kelancaran usaha pada perusahaan yaitu dengan menggunakan cara analisis rasio aktivitas (perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran modal kerja), rentabilitas ekonomi (analisis profit margin, dan turnover operating asset), dan rasio efesiensi (Tingkat perputaran aktiva lancar (TPAL), Tingkat perputaran aktiva lancar rata-rata (TPALR), Tingkat
keuntungan perputaran aktiva lancar (TKPAL)). Maka kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Modal Kerja
Efisiensi
Kelancaran Usaha
Rasio Aktivitas:
Rentabilitas Ekonomi:
Perputaran kas
PM
Perputaran piutang
TOA
Perputaran Modal
Rasio Efisiensi