BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan objek yang dicatat, digolongkan, diringkas dan disajikan oleh akuntansi biaya. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan baik pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan. Definisi biaya menurut Mulyadi (2012:9) adalah sebagai berikut : “ Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk tujuan tertentu.” Menurut Karter dan Usry dalam Krista (2006:29) mendefinisikan bahwa : “Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat.” Sedangkan menurut Harahap (2007: 240) mendefinisikan sebagai berikut : ”Biaya sebagai penurunan gross dalam asset atau kenaikkan gross dalam kewajiban yang diakui dan dinilai menurut prinsip akuntansi yang diterima yang berasal dari kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan.”
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya adalah harga yang telah dipakai atau digunakan untuk memperoleh pendapatan.
11
12
2.1.2 Klasifikasi Biaya Keberhasilan dalam merencanakan dan mengendalikan biaya tergantung pada pemahaman yang menyeluruh atas hubungan antara biaya dan aktivitas bisnis. Studi dan analisis yang hati-hati atas dampak aktivitas bisnis atas biaya umumnya akan menghasilkan klasifikasi biaya. Menurut Karter dan Usry dalam Krista (2006:57) menjelaskan bahwa : “Biaya umumnya akan menghasilkan klasifikasi tiap pengeluaran sebagai biaya tetap, biaya variabel, atau biaya semivariabel.” Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai klasifikasi biaya: 1. Biaya tetap Yaitu biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun. Masuk dalam kelompok biaya ini adalah biaya penyusutan (bangunan, mesin, kendaraan, dan aktiva tetap lainnya), gaji dan upah yang dibayar secara tetap, biaya sewa, biaya asuransi, pajak, dan biaya lainnya yang besarnya tidak terpengaruh oleh volume penjualan. 2. Biaya variabel Yaitu biaya yang secara total meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. Biaya variabel termasuk biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang, dan unit-unit yang rusak. Biaya variabel biasanya dapat diidentifikasikan langsung dengan aktivitas yang menimbulkan biaya.
13
3. Biaya semivariabel Yaitu biaya yang memperlihatkan baik karakteristik-karakteristik dan biaya tetap maupun biaya variabel. Contoh biaya tersebut adalah biaya listrik, air, gas, bensin, batu bara, perlengkapan, pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, asuransi jiwa kelompok untuk karyawan, biaya pensiun, pajak penghasilan, biaya perjalanan dinas, dan biaya hiburan.
2.1.3
Penggolongan Biaya Penggolongan adalah proses pengelompokan secara sistimatis atas seluruh
elemen yang ada dalam golongan tertentu, yang lebih ringkas untuk memberikan informasi yang penting. Pengelompokan biaya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut. Biaya menurut Mulyadi (2012:14) dapat digolongkan berdasarkan : 1. Objek pengeluaran. 2. Fungsi pokok dalam perusahaan. 3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai. 4. Jangka waktu manfaatnya. 5. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Berikut ini adalah uraian mengenai penggolongan biaya di atas : 1. Penggolongan biaya berdasarkan objek pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar,
14
maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar. Contoh penggolongan biaya atas objek pengeluaran dalam perusahaan kertas adalah sebagai berikut “ biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asumsi, biaya bunga, biaya zat warna”. 2. Penggolongan biaya berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produk, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi umum, oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu biaya produksi, biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum. Yang dimaksud biaya produksi adalah biaya-biaya yang timbul untuk mengelola bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya bahan baku, biaya bahan penolong, dan biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian (baik langsung maupun tidak langsung berhubungan proses produksi). Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, sedangkan yang dimaksud dengan biaya pabrik pemasaran adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah iklan, biaya promosi dan biaya contoh produk (sampel). Biaya
administrasi
dan
umum
merupakan
biaya-biaya
untuk
mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contohnya
15
adalah biaya gaji karyawan, biaya kegiatan keuangan, dan biaya akuntansi dan personalia. 3. Penggolongan Biaya berdasarkan Hubungan
Biaya dengan Sesuatu yang
Dibiayai. Biaya dapat berupa produk untuk departemen dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai dapat dikelompokan menjadi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Yang dimaksud dengan biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah kerena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan biaya tidak langsung, adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.Biaya ini tidak mudah diindentifikasikan dengan pokok tertentu.Contohnya adalah biaya penyusunan barang pabrik. 4. Penggolongan biaya Berdasarkan Jangka Waktu Manfaatnya. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya, dapat dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut: pengeluaran modal (capital expenditure) dan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Yang dimaksud dengan pengeluaran modal (capitalexpenditure), adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
16
Sedangkan pengeluaran pendapatan (revenua expenditure).Adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. 5. Penggolongan Biaya Berdasarkan Perilaku Biaya dalam Hubungan dengan Perubahan Volume Kegiatan. Pengolongan biaya berdasarkan perilaku biaya dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan, dibagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya semi variabel. Yang dimaksud dengan biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan biaya semi variabel adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. Dengan demikian biaya semi variabel memiliki karakteristik apabila biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan akan tetap maka sifat perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi volume penjualan semakin besar jumlah biaya totalnya dan sebaliknya semakin rendah volume kegiatan semakin rendah biaya total, tetapi perubahannya tidak sebanding. Pada biaya semi variabel, biasanya satuan akan berubah terbalik dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya tidak sebanding sampai dengan kegiatan tertentu, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah jumlah biaya satuannya dan sebaliknya. Contoh biaya semi
17
variabel adalah biaya operasi kendaraan dan biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap. Yang dimaksud dengan biaya semi variabel tetap adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. Contoh biaya semi variabel tetap adalah biaya listrik. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu.Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi.
2.1.4
Kegunaan Data Biaya Bagi Manajemen Manajemen merupakan satu fungsi yang memiliki banyak tanggung jawab
apabila dikaitkan dengan keseluruhan unsur terkait dalam perusahaan, baik keseimbangan antara intern maupun ekstern perusahaan. Manajemen dalam melaksanakan fungsinya dihadapkan pada beberapa masalah yang memerlukan pengambilan keputusan, sebagaimana dikemukakan oleh Horngren, Datar dan Foster yang diterjemahkan oleh Desi Adhariani (2008:80), “manajer juga menggunakan analisis biaya-volume-laba untuk memandu keputusan-keputusan lain, yang banyak diantaranya merupakan keputusan strategis”. Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa setiap keputusan yang diambil harus berdasarkan data relevan dengan analisis yang tetap, sehubungan dengan itu maka data-data biaya menurut Mulyadi (2012:10) diperlukan untuk hal-hal sebagai berikut:
18
1. Merencanakan laba dan menggunakan anggaran. 2. Pengendalian biaya melalui akuntansi pertanggungjawaban. 3. Menetapkan laba periodik. 4. Membantu untuk menetapkan harga jual dan kebijakan yang akan diambil dalam penjualan. 5. memberikan data yang relevan untuk proses analisis bagi pengembalian keputusan.
2.2 Biaya Produksi Perusahaan
mempunyai
fungsi
pokok
yang
lebih
kompleks
dibandingkandengan perusahaan dagang dan jasa.Hal ini disebabkan karena perusahaan harus mengubah bentuk barang yang dibeli menjadi produk jadi atau siap pakai, sedangkan perusahaan dagang langsung menjual barang-barang yang dibeli tanpa melakukan perubahan bentuk (Haryono, 2009: 403). Menurut Sutrisno (2012), biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk selesai. Biaya ini dikeluarkan oleh departemen produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Menurut Ismaya (2010) dalam kamus akuntansi, biaya produksi adalah biaya untuk memproduksi yang terdiri dari bahan langsung, upah langsung, dan biaya tidak langsung. Mulyadi (2012:14), mengemukakan bahwa biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut Ardiyos (2010) dalam Kamus Besar Akuntansi, production cost (biaya
19
produksi) adalah biaya yang terjadi untuk menghasilkan suatu produk atas jasa, biaya-biaya ini dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis: bahan langsung (direct material), tenaga kerja langsung (direct labour), dan overhead pabrik (factory overhead). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi yang digunakan untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Menurut Hansen Mowen (2004:19) Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Dari definisi diatas, dapat diambil pengertian bahwa biaya produksi merupakan semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi untuk menghasilkan barang jadi. Fungsi produksi itu sendiri merupakan suatu fungsi yang terdapat di dalam perusahaan yang kegiatannya berhubungan dengan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Dengan adanya perencanaan biaya produksi, diharapkan dapat membantu pimpinan dalam memperkirakan jumlah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Harga pokok yang telah dihitung dapat digunakan untuk menentukan harga jual per unit dengan memperhatikan kondisi pasar dan persaingan dari perusahaan lain. Faktor yang memiliki kepastian yang relatif tinggi yang berpengaruh terhadap penentuan harga jual adalah biaya (Sunarto, 2004:175). Oleh karena untuk memperoleh dan mengolah bahan-bahan menjadi produk jadi dalam kegiatan proses produksi diperlukan dana atau biaya-biaya, maka untuk menutup
20
pengeluaran biaya-biaya tersebut biasanya perusahaan memperhitungkannya dalam penetapan harga jual produk. Kebijakan manajemen dalam penetapan harga jual produk belum dapat memadai jika hanya ditujukan untuk mengganti atau menutup semua biaya yang telah dikeluarkan, tetapi juga harus dapat menjamin adanya laba yang diharapkan, meskipun keadaan yang dihadapi tidak menguntungkan. Walaupun permintaan dan penawaran biasanya merupakan faktor yang menentukan dalam penetapan harga, namun penetapan harga jual produk yang menguntungkan akan tergantung pula pada pertimbangan mengenai biaya. Untuk itu perusahaan berusaha untuk menekan atau memperkecil pengeluaran biaya, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan proses produksi, baik mengenai biaya perolehan bahan baku, biaya yang dikeluarkan untuk bahan pembantu atau penolong, biaya tenaga kerja, penyusutan peralatan, pemeliharaan, dan sebagainya.
2.2.1 Unsur-Unsur Biaya Produksi Untuk melakukan proses produksi, setiap perusahaan membutuhkan biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Mulyadi (2012:14). 1. Biaya bahan baku Adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dandapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk. Pertimbangan utama dalam mengelompokkan bahan ke dalam bahan langsung adalah
21
kemudahan penelusuran proses pengubahan bahan tersebut menjadi bahan jadi. Contohnya dapat berupa paku untuk membuat paralatan mebel tak pelak lagi merupakan bagian dari barang jadi, namun agar penghitungan biaya mebel tersebut dapat dilakukan secara cepat, bahan ini dapat diklasifikasikan sebagai bahan langsung. 2. Biaya tenaga kerja langsung Adalah biaya tenaga yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi biaya yang dikeluarkan untuk karyawan yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi bahan jadi. Tenaga kerja langsung disebut juga “touch labour” karena tenaga kerja langsung melakukan kerja tangan atas produk pada saat produksi. Biaya ini meliputi gaji para karyawan yang dapat dibebankan kepada produk tertentu misalnya adalah tenaga kerja bagian perakitan seperti halnya biaya untuk tukang kayu, tukang batu dan operator mesin. 3. Biaya Overhead pabrik Biaya overhead pabrik adalah berbagai macam biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang juga dibutuhkan dalam proses produksi. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa overhead pabrik mencakup semua biaya pabrikasi kecuali bahan langsung dan pekerja langsung. Biaya overhead pabrik termasuk bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan perbaikan biaya produksi, listrik dan penerangan, pajak property, penyusutan, asuransi fasilitas-fasilitas produksi. Didalam perusahaan juga terdapat biaya listrik dan penerangan, pajak property, penyusutan,
22
asuransi, dan sebagainya berkaitan dengan fungsi administrasi dan penjualan. Hanya biaya-biaya yang berkaitan dengan operasi perusahaan yang termasuk kategori biaya overhead produksi.
2.2.2 Perencanaan dan Pengawasan Biaya Produksi 1. Perencanaan Biaya Produksi Biaya produksi memerlukan perencanaan yang hati-hati agar perusahaan dapat mencapai tingkat efisiensi biaya produksi yang sesuai dengan yang diharapkan perusahaan.Di dalam perencanaan biaya produksi tidak semata dititikberatkan pada penurunan biaya produksi, karena ada kalanya diperlukan biaya produksi yang besarpula. Hal ini dapat terjadi bila pengeluaran biaya produksi yang lebih besar tersebut dapat meningkatkan mutu dari barang yang dihasilkan sehingga penjualan dapat ditingkatkan. Terkadang perusahaan menekan biaya produksi tanpa memperdulikan akibat-akibat yang ditimbulkannya, seperti penekanan biaya pemeliharaan mesin, bangunan pabrik dan peralatan pabrik lainnya menjadi cepat rusak, sehingga untuk jangka panjang biaya-biaya itu justru semakin besar.Jadi perencanaan biaya produksi harus dititikberatkan pada perbandingan biaya produksi dan hasil produksi yang diinginkan. Dengan adanya perencanaan biaya produksi, diharapkan dapat membantu pimpinan untuk memperkirakan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Harga pokok yang telah dihitung dapat digunakan untuk menentukan harga jual per unit dengan memperhatikan kondisi pasar dan
23
kompetisi dari perusahaan lain. Informasi anggaran biaya juga sangat berguna untuk membantu pengambilan keputusan yang berkenaan dengan peningkatan produksi dan penjualan, melakukan pilihan antara lain membeli atau membuat sendiri ataupun dengan menyewa. Tujuan yang hendak dicapai dalam perencanaan biaya produksi adalah : 1. Menghasilkan produk dengan biaya yang seminimal mungkin tanpa mengurangi kualitas dari produk yang dihasilkan. 2. Untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu yang akan dicapai perusahaan. 3. Untuk melaksanakan proses produksi perusahaan pada tingkat efisiensi dan efektivitas tertentu. Melalui perencanaan biaya produksi perusahaan memperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Perencanaan menimbulkan aktivitas yang teratur. 2. Perencanaan membantu memvisualisasikan kemungkinan-kemungkinan pada masa yang akan datang. 3. Perencanaan memberikan dasar untuk pengawasan. 4. Perencanaan memotivasi prestasi kerja. Perencanaan biaya produksi terdiri dari : 1. Perencanaan bahan baku Perencanaan bahan baku merupakan perencanaan terhadap jumlah, mutu danharga bahan baku yang akan digunakan dalam produksi. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dikelompokkan menjadi bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Perencanaan bahan baku hanya menyangkut
24
bahan baku langsung saja, sedangkan bahan baku tidak langsung dimasukkan dalam perencanaan biaya overhead pabrik. Menurut Adisaputro (2003:214) perencanaan bahan baku mempunyai tujuan antara lain : a. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku. b. Memperkirakan jumlah pembelian bahan mentah yang diperlukan . c. Sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan baku. d. Sebagai
dasar
penyusunan,
yakni
memperkirakan
komponen
harga
pokokpabrik karena penggunaan bahan baku dalam proses produksi. e. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan baku.
2. Perencanaan biaya tenaga kerja langsung Perencanaan biaya tenaga kerja langsung merupakan perencanaan terhadap jumlah dan mutu tenaga kerja langsung serta upah tenaga kerja langsung yang akan digunakan dalam proses produksi. Sebelum menyusun perencanaan biaya tenaga kerja langsung perlu ditentukan terlebih dahulu dasar satuan utama yang digunakan untuk menghitungnya. Pada umumnya satuan hitung yang digunakan adalah dasar jam kerja buruh langsung (direct labour hour) dan upah buruh langsung (direct labour cost). Dalam persiapan penyusunan perencanaan upah tenaga kerja langsung terlebih dahulu dibuat manning table. Menurut Adisaputro (2003:260) manning table merupakan daftar kebutuhan yang menjelaskan :
25
a. Jenis atau kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan. b. Jumlah masing-masing jenis tenaga kerja tersebut pada berbagai tingkat kegiatan. c. Bagian-bagian yang membutuhkannya.
3. Perencanaan Biaya Overhead Pabrik. Berbeda dengan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, overhead pada umumnya merupakan sebagian kecil dari seluruh biaya produksi. Overhead ini juga harus direncanakan dengan seksama mengingat sifat overhead ini ada yangbersifat tetap, variabel, atau semi variabel. Untuk biaya semi variabel sebaiknya dimasukkan kepada overhead tetap atau variabel supaya membantu pengawasan biaya. Overhead memiliki dua ciri khas yangharus dipertimbangkan dalam pembebanannya pada hasil produksi yang wajar, yaitu produk itu sendiri dan jumlah yang diproduksi. Overhead ini banyak jenisnya sehingga menimbulkan kesulitan bagi manajemen sebagai pengambil keputusan. Untuk menghindari pembebanan biaya yang berlebihan atau kekurangan diperlukan perencanaan yang tepat. Perencanaan overhead ini dilakukan dengan menggolongkan overhead tetap dan variabel yang berguna untuk pengawasan biaya. 2. Pengawasan Biaya Produksi Pengawasan merupakan usaha sistematis yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan untuk membandingkan hasil-hasil yang dicapai dengan rencana yang telah ditentukan. Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang
26
khusus berupaya agar rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai sebagaimana mestinya. Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut. Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dihindari kejadiannya di kemudian hari. Tujuan utama pengawasan adalah mengawasi dan memastikan bahwa apa yang telah dilaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan dan kemudian menjadi kenyataan. Kegiatan tidak hanya terbatas pada penilaian setelah kegiatan usaha selesai seluruhnya, tetapi juga selama kegiatan usaha tersebut berjalan. Dengan kata lain tahap ini meliputi operating dan measurement serta reporting dan analysis. Tujuan yang hendak dicapai dalam pengawasan biaya produksi adalah : 1. Untuk memperoleh hasil produksi dengan kuantitas dan kualitas yang dikehendaki dari sejumlah bahan tertentu, tenaga kerja, usaha atau fasilitasfasilitas. 2. Untuk memperoleh hasil produksi dengan biaya yang seefisien mungkin sesuai dengan rencana yang telah direncanakan. 3. Untuk mengetahui adanya penyimpangan biaya dari yang telah direncanakan sehingga dapat diambil tindakan yang diperlukan terhadap penyimpangan tersebut sedini mungkin. Melalui pengawasan biaya produksi, perusahaan memperoleh manfaat sebagai berikut :
27
1. Menentukan penilaian apakah perencanaan telah dilaksanakan secara efektif dan efisien. 2. Menentukan bagian yang bertanggungjawab dan mengukur penyimpangan yang terjadi. 3. Mengantisipasi penyimpangan-penyimpangan dari standar yang ada 4. Dapat segera mengambil tindakan koreksi Pengawasan biaya produksi secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu : a) Pengawasan bahan baku Pengawasan biaya bahan baku mencakup kemampuan perusahaan untuk mendapatkan bahan baku dari pemasok yang tepat dalam kuantitas, harga, kualitas dan waktu yang tepat. Bahan baku yang diperoleh tidak boleh berlebihan jumlahnya dan dipertanggungjawabkan secara penuh serta dipergunakan sesuai anggaran b) Pengawasan biaya upah langsung Pengawasan
terhadap
upah
langsung
dilakukan
dengan
cara
membandingkan anggaran dengan realisasi biaya upah langsung, sehingga dapat diketahui apakah terdapat perbedaan antara anggaran dengan realisasi. Apabila perbedaan tersebut material, kegiatan selanjutnya adalah mencari sebab-sebab terjadinya perbedaan untuk keperluan perbaikan selanjutnya. Salah satu cara untuk menganalisis perbedaan antara anggaran upah langsung dengan biaya yang sesungguhnya adalah dengan melakukan analisis selisih biayatenaga kerja (Labour Variance). Selisih
28
biaya ini dapat dapat disebabkan oleh ketidakefisienan kerja ataupun disebabkan oleh perubahan kebijaksanaan akan tarif selama periode anggaran. Pengawasan terhadap upah langsung memerlukan suatu standar. Umumnya standar yang digunakan adalah jumlah output per jam kerja buruh atau jumlah menitper unit yang ditetapkan terlebih dahulu sebagai standar. Pengawasan berkisar padapengukuran prestasi pelaksanaan yang sebenarnya dan mengadakan tindak lanjut tehadap alasan terjadinya penyimpangan dari standar yang telah ditetapkan. Beberapa hal lain yang dapat dilaksanakan dalam rangka peningkatan prestasi karyawan, misalnya dengan memberikan imbalan (bonus) pada karyawan yang berprestasi dan pemberian sanksi (hukuman) kepada karyawan yang tidak disiplin. c) Pengawasan overhead pabrik Overhead pabrik umumnya terdiri dari banyak unsur, seperti biaya penyusutan, upah tidak langsung, biaya perbaikan dan pemeliharaan mesin dan biaya lainnya. Hal tersebut merupakan salah satu yang membedakan overhead pabrik dengan biaya bahan baku dan upah langsung. Pengawasan overhead pabrik dapat dilakukan dengan cara : 1) Departementalisasi Overhead Pabrik Untuk pengawasan yang akurat, salah satu persyaratan yang penting adalah pengklasifikasian perkiraan secara wajar. Pengklasifikasian utama yang dilakukan adalah menurut tanggungjawab masing-masing individu, yaitu dengan menetapkan prinsip responsibility accounting. Tiap-tiap departemen bertanggungjawab sendiri atas biaya yang terjadi
29
pada
departemennya
masing-masing.
Departemen
yang
bertanggungjawab atas overhead pabrik adalah departemen produksi dan departemen jasa. Departemen produksi adalah departemen yang berhubungan dengan proses produksi, sedangkan departemen jasa hanya berfungsi memberikan pelayanan atau jasa tidak langsung kepada departemen produksi. 2) Pemisahan Overhead Pabrik Langkah lain yang penting dalam pengawasan overhead pabrik adalah pemisahan overhead pabrik menjadi dua, yaitu overhead variabel dan biaya overhead tetap. Kegagalan dalam membedakan kedua jenis biaya ini dapat mengakibatkan kegagalan dalam pengawasan overhead pabrik. Hal ini disebabkan karena akan sangat sulit mendapatkan kepastian apakah kenaikan overhead diakibatkan oleh overhead tetap perunit yang lebih tinggi karena volume pekerjaan yang terlalu rendah, atau diakibatkan oleh adanya kegagalan untuk mengawasi biaya variabel dalam batas-batas yang semestinya. 3. Teknik Pengawasan Biaya Produksi Dalam melaksanakan pengawasan Biaya Produksi, dapat digunakan teknik sebagai berikut : a. Pengawasan Dengan Menggunakan Anggaran Jika anggaran dipakai sebagai alat pengawasan biaya produksi, maka padaawal periode ditentukan anggaran biaya untuk setiap biaya yang
30
didistribusikan bagi setiap bagian dari departemen yang merupakan kegiatan fungsional. Pengawasan membutuhkan suatu alat pengukur untuk keseluruhan organisasi, dalam hal ini anggaran mempunyai peranan sebagai alat pengukur atas pelaksanaan yang sesungguhnya. Informasi yang diberikan melalui anggaran ditunjukkan kepada pimpinan dalam bentuk laporan yang disusun sedemikian rupa sehingga akan jelas terlihat apabila terdapat hal-hal yang memerlukan perbaikan dengan segera. Penyimpangan yang bersifat merugikan serta dapat dikendalikan harus segera dilakukan tindakan perbaikan sedangkan yang bersifat menguntungkan jika mungkin ditingkatkan atau setidaknya dapat dipertahankan sehingga dapat dijadikan dasar untuk perencanaan dan pengawasan yang lebih baik di masa yang akan datang. Analisa yang dilakukan terhadap penyimpangan perlu dilakukan, Karena tidak ada gunanya mengetahui adanya suatu keadaan yang kurang baik tanpa melakukan tindakan perbaikan terhadap tersebut. Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa hal-hal yang telah sesuai dengan anggaran dapat diabaikan oleh pimpinan, tetapi harus waspada terhadap adanya kemungkinan kesesuaian yang disengaja untuk menutupi kesalahan atau kekurangan yang sebenarnya ada. Dengan demikian jelaslah bahwa anggaran perusahaan merupakan alat yang penting bagi pimpinan untuk melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
31
Anggaran merupakan suatu rencana untuk masa yang akan datang, sedangkan keadaan dimasa yang akan datang diliputi oleh sesuatu yang tidak pasti, selalu terjadi perubahan baik yang disebabkan oleh faktor intern maupun faktor ekstern perusahaan. Agar anggaran sebagai alat pengawasan dapat berhasil guna, maka sebaiknya dilakukan perbandingan antara realisasi dengan anggaran secara teratur dan terus menerus yang dicatat dalam laporan relisasi anggaran. Jelaslah anggaran mempunyai peranan yang penting dalam fungsi pengawasan biaya produksi, yaitu sebagai alat pengukur bagi pelaksanaan dari rencana yang telah disusun agar dapat dicegah adanya pemborosan beban. b. Pengawasan Dengan Menggunakan Standar Tujuan pemakaian standar disini adalah untuk lebih meningkatkan efisiensi kegiatan dengan cara mengaitkan antara prestasi dari kegiatan dengan biaya yang terjadi. Untuk mengetahui apakah ada penyimpangan khususnya penyimpangan biaya produksi, maka kita memerlukan suatu tolak ukur. Yang menjadi tolak ukur biaya produksi dalam biaya standar ini adalah membandingkan biaya standar dengan biaya aktual. Biaya Standar mencerminkan biaya yang seharusnya terjadi yang ditentukan untuk setiap elemen biaya pada setiap departemen. Biaya standar ini merupakan target yang dituju dan juga merupakan patokan yang dapat dipakai untuk mengukur danmenilai biaya sesungguhnya.
32
2.3. Penjualan Kegiatan penjualan bagi perusahaan merupakan hal penting dan mempunyai arti keuntungan yang paling berharga jika dibandingkan dengan kegiatan lain dalam proses operasi perusahaan. Penjualan adalah salah satu aktivitas operasi dari koperasi, selain itu penjualan juga merupakan salah satu tujuan utama dari koperasi. Penjualan merupakan bagian yang penting, baik untuk perusahaan industri, perusahaan perdagangan maupun koperasi.
2.3.1. Pengertian Penjualan ”Penjualan (selling) adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mencari pembeli, mempengaruhi, dan memberi petunjuk agar pembeli dapat menyesuaikan kebutuhannya dengan produksi yang ditawarkan serta mengadakan perjanjian mengenai harga yang menguntungkan bagi kedua pihak.” (Moekijat, 2011:488) “Penjualan merupakan suatu transaksi pendapatan yaitu barang atau jasa yang dikirim seorang pelanggan untuk imbalan kas suatu kewajiban untuk membayar.” (Amin Wijaya, 2011 : 92) Sedangkan menurut Philip Kotler yang diterjemahkan oleh Hendra Teguh (2009: 9) menyatakan bahwa“Penjualan adalah proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas merupakan produk yang bernilai dengan pihak lain.”. Berdasarkan tiga definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa penjualanadalah persetujuan kedua belah pihak antara penjual dan pembeli, di
33
mana penjual menawarkan suatu produk dengan harapan pembeli dapat memberikan sejumlah uang sebagai alat tukar produk tersebut, sebesar harga jual yang disepakati.
2.3.2. Jenis Penjualan Menurut Dendawijaya (2009) di dalam sebuah perusahaan penjualan dibedakan menjadi tiga yaitu: 1. Penjualan Tunai Penjualan tunai yaitu penjualan yang dilakukan pada saat terjadinya penyerahan barang dari penjualan kepada pembeli atau pada saat terjadinya transaksi jual beli. 2. Penjualan Kredit Penjualan Kredit yaitu penjualan yang pembayarannya dilakukan selang beberapa waktu setelah penyerahan barang daripenjual kepada pembeli. 3. Penjualan Konsinyasi Penjualan Konsinyasi yaitu penjualan barang-barang melalui penitipan barang-barang tersebut kepada pihak lain untuk diperjualbelikan bagi kepentingan pihak yang menitipkan barang, atau bagi kepentingan kedua belah pihak ( yang menitipkan dan yang menerima titipan barang).
2.3.3. Fungsi Penjualan Penjualan memiliki beberapa fungsi, menurut M.J Pearson (2005:125) antara lain:
34
1. Fungsi Perencanaan dan Pengembangan Produk Pihak penjual harus menawarkan produk yang akan memenuhi kebutuhan serta keinginan para pembeli. 2. Fungsi Mencari Kontrak Fungsi ini mencakup tindakan mencari dan mengalokasikan pembeli yang dilakukan oleh penjual kontrak dan mempertahankannya dengan pembeli. 3. Fungsi Penciptaan Permintaan Fungsi ini mencakup semua usaha khusus yang dilakukan oleh penjual untuk merangsang para pembeli supaya membeli produk-produk mereka. 4. Fungsi Mengadakan Perundingan Syarat serta kondisi penjualan harus di rundingkan oleh para penjual dan pembeli. 5. Fungsi Kontraktul Fungsi ini mencakup persetujuan akhir untuk melaksanakan penjualan inklusif transfer hak milik.
2.3.4. Tahap-Tahap Penjualan Dalam kegiatan penjualan, ada tahap yang ditempuh oleh penjual agar tujuan penjualan dapat tercapai. Menurut Swastha (2009:121), yaitu : 1. Persiapan Sebelum Penjualan Disini kegiatan dilakukan dengan mempersiapkan tenaga penjual dengan memberikan pengertian tentang barang yang akan dijual, pasar yang dituju, dan teknik-teknik penjualan yang harus dilakukan. Selain itu perlu juga
35
pemberian pengetahuan mengenai motivasi dan perilaku pembeli dalam segmen pasar yang dituju. 2. Penentuan Lokasi Pembeli Potensial Dengan menggunakan data pembelian tahun lalu maupun sekarang, penjual dapat menentukan karakteristik calon pembeli potensial.Olehkarena itu, pada tahap ini ditentukan lokasi dari segmen pasar yang menjadi sasarannya. 3. Pendekatan Pendahuluan Sebelum melakukan penjualan harus dipelajari semua data yang berhubungan dengan lokasi pasar dan kemungkinan persaingan di lokasi. Juga penting untuk mengenalkan produk lebih awal lewat promosi di tempat-tempat yang telah ditentukan sebagai tempat potensial untuk menjual produk. 4. Melakukan Penjualan Dalam tahap ini penjual telah sampai pada penjulan produk pada segmen pasar yang telah ditetapkan. Penjualan harus memperhatikan permintaan pasar akan produk karena seringkali terjadi permintaan mendadak yang tidak dapat dipenuhi oleh penjual sehingga mengakibatkan kepercayaan konsumen terhadap produk mengalami penurunan. 5. Pelayanan Purna Jual Setelah produk dijual dan diterima oleh pembeli atau kosumen tahap selanjutnya adalah pelayanan purna jual dimana penjual mempersiapkan penerimaan kembali barang-barang yang cacat atau rusak, mendengarkan keluhan konsumen tentang kelemahan produk yang dibelinya dan melayani penggantian kembali barang-barang yang rusak itu sesuai dengan jaminan
36
(garansi) produk yang diberikan, pemberian jasa reparasi, latihan tenaga operasional dan cara penggunaannya, serta pengantaran barang kerumah.
2.3.5. Tujuan Penjualan Pada umumnya, perusahaan mempunyai tiga tujuan umum dalam penjualannya seperti yang dikemukakan oleh Swasta (2009:80) : 1. Berusaha mencapai volume penjualan tertentu. 2. Berusaha mencapai laba atau profit akhir melebihi biaya yang dikeluarkan. 3. Menunjang pertumbuhan perusahaan. Usaha-usaha untuk mencapai ketiga tujuan tersebut tidak sepenuhnya hanya dilakukan oleh pelaksanaan penjualan atau para penjual.Dalam hal ini perlu adanya kerjasama yang baik dalam perusahaan.
2.4 Profitabilitas 2.4.1 Pengertian Profitabilitas Profitabilitas penting artinya bagi perusahaan. Suatu organisasi harus dalam keadaan profitable agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Karena tanpa adanya laba sangat sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari pihak luar, dalam rangka menjaga kelancaran operasi dan meningkatkan kegiatan usaha. Profitabilitas merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis kinerja manajemen, tingkat profitabilitas akan menggambarkan posisi laba perusahaan. Para investor di pasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan
37
dalam menghasilkan dan meningkatkan laba, hal ini merupakan daya tarik bagi investor dalam melakukan jual beli saham, oleh karena itu manajemen harus mampu memenuhi target yang telah ditetapkan. Pengertian
profitabilitas
menurut
Rahardjo
(2009:103)
adalah
:
“kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal yang tertanam didalamnya”.Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan (Brigham, 2011:89). Menurut Kasmir (2011:196), “ Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan ”. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Pada dasarnya penggunaan rasio ini yakni menunjukkan tingkat efesiensi suatu perusahaan. Profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan sejauh mana efektivitas pengelolaan perusahaan oleh manajemen untuk memperoleh laba. Analisis terhadap profitabilitas memberikan gambaran kepada para analisis mengenai kegiatan
operasional perusahaan masa lalu dan
memberikan informasi untuk memperkirakan hasil-hasil yang diharapkan pada masa yang akan datang. Bagi para pemilik modal, analisis profitabilitas ini digunakan untuk memperkirakan berapa tingkat pengembalian yang akan diterimanya. Bagi para kreditur, analisa profitabilitas penting untuk mengetahui perusahaan dalam menghasilkan laba. Laba yang memadai merupakan sumber dana yang dapat digunakan untuk membayar bunga dan pokok pinjaman.
38
Sedangkan manajemen berkepentingan terhadap profitabilitas untuk menilai kinerja atas prestasi yang didapat. Agar suatu perusahaan dapat terus-menerus dalam keadaan profitable manajemen harus menggunakan sumber daya yang dimilikinya dengan optimal, produktif, dan seefisien mungkin untuk menghasilkan pendapatan.Selain itu dibutuhkan kecermatan dalam pengendalian biaya-biaya yang harus dikeluarkan perusahaan, agar menghasilkan laba yang maksimal.
2.4.2
Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas Manfaat rasio profitabilitas tidak terbatas hanya pada pemilik usaha atau
manajemen saja, tetapi juga bagi pihak luar perusahaan, terutama pihak – pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan Kasmir (2011:197), menerangkan bahwa tujuan dan manfaat penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan yakni : 1.
untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu
2.
untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang
3.
untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu
4.
untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
5.
untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri
39
6.
untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan posisi keuangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus sebagai evaluasi terhadap kinerja manajemen sehingga dapat diketahui penyebab dari perubahan kondisi keuangan perusahaan tersebut.semakin lengkap jenis rasio yang digunakan, semakin sempurna hasil yang akan dicapai, sehingga posisi dan kondisi tingkat profitabilitas perusahaan dapat diketahui secara sempurna.
2.4.3
Rasio Profitabilitas Menurut Dendawijaya (2009:85) rasio profitabilitas adalah ukuran
mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Dalam rasio profitabilitas ini dapat dikatakan sampai sejauh mana keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan yaitu dengan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas menghubungkan dengan besaran tertentu yaitu penjualan maupun modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba. Menurut Sawir (2009:22), ada beberapa rasio profitabilitas yang diukur dengan
40
indikator-indikator dan sesuai dengan kepentingan para pemakai informasi laporan keuangan, yaitu : 1. Profit Margin Profit margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Rumus yang biasa digunakan seperti yang dijelaskan oleh Irawati (2008:59) adalah sebagai berikut :
Earning After Tax Profit Margin =
x 100% Sales
2. Return on assets Return on Assets juga sering disebut rentabilitas ekonomi, merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba bersih operasional atau sering disebut Earning Before Interest and Tax (EBIT). EBIT Return On Assets =
x 100% Total Aktiva
3. Return on Equity Return on Equity sering disebut dengan Rate of Return on Net Worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan modal sendiri yang dimiliki, sehingga return on Equity ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong atau EAT.
41
Earning After Tax Return on Equity =
x 100% Equity
4. Return on Investment Return
on
Investment
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutupi investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak atau EAT. Earning After Tax Return on Investment =
x 100% Investment
Namun dari ke empat rasio profitabilitas tersebut, analisis rasio profitabilitas dalam penelitian ini diwakili oleh rasio profitabilitas yang menunjukkan kaitannya dengan penjualan, yaitu Net Profit Margin (NPM).Net Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Oleh karena itu penelitian ini membatasi hanya menggunakan rasio Net Profit Margin (NPM).
2.5 Laporan Keuangan Sebelum manajer keuangan mengambil keputusan, manajer keuangan perlu memahami kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan dengan analisis laporan keuangan perusahaan.Laporan keuangan menggambarkan kondisi
42
keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Martono dan Agus (2010:51) laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Sedangkan menurut Sutrisno (2012:9) menyatakan bahwa laporan keuangan itu disusun untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (manajemen, pemilik, kreditor, investor, dan pemerintah). Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari aktivitas suatu perusahaan yang dibuat oleh manajemen yang akandigunakan oleh pemilik perusahaan, calon investor, kreditur, pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan untuk melihat kinerja keuangan dan operasional perusahaan. 2.5.1 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan merupakan ringkasan dari asset, kewajiban, dan kinerja operasi selama periode tertentu. Menurut Darsono (2011:56), jenis-jenis laporan keuangan terdiri dari: 1. Laporan laba rugi (income statement) Laporan laba rugi adalah laporan yang berisi informasi tentang hasil usaha (pendapatan dan biaya) selama periode tertentu.
43
2. Neraca (balance sheet) Neraca adalah laporan yang mencerminkan posisi keuangan perusahaan. Neraca akan berisi aktiva, hutang, dan modal yang dimiliki oleh perusahaan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang ada pada neraca. 3. Laporan arus kas (statement of cash flow) Laporan arus kas berisi informasi tentang sumber dan penggunaan kas selama periode tertentu. 4. Laporan perubahan ekuitas (statement of change of equity) Laporan perubahan modal adalah laporan yang berisi penambahan dan pengurangan modal pemilik 5. Catatan atas laporan keuangan Catatan atas laporan keuangan merupakan penjelasan dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan penjelasan-penjelasan lain yang diperlukan untuk pemakai laporan.
2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka menyusun skripsi ini. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang akan mengarahkan penelitian ini diantaranya yaitu :
44
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1
2
3
4
Penelitian Putra (2014)
Judul Analisis pengaruh biaya produksi dan penjualan Terhadap laba perusahaan
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: 1) ada pengaruh biaya produksi terhadap laba perusahaan pada UMKM di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar; 2) ada pengaruh penjualan terhadap laba perusahaan pada UMKM di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar; dan 3) ada pengaruh biaya produksi dan penjualan secara bersama-sama terhadap laba perusahaan pada UMKM di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Djamalu Pengaruh Biaya Hasil penelitian menunjukkan (2014) Produksi Terhadap bahwa biaya produksi (X) Laba Bersih Pada berpengaruh signifikan terhadap Perusahaan laba bersih (Y). Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012 Susanto Pengaruh Biaya Hasil perhitungan menunjukkan (2012) Kualitas Terhadap bahwa biaya pencegahan, biaya Tingkat Profitabilitas penilaian, biaya kegagalan Perusahaan internal dan biaya kegagalan eksternal secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap EBIT. Secara parsial, hanya biaya kegagalan eksternal yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap EBIT. Puspaningrum Pengaruh Biaya Dari hasil penelitian diperoleh (2006) Produksi Terhadap persamaan regresi sederhana Harga Jual Kacang dapat diketahui bahwa biaya Atom Pada produksi memiliki pengaruh yang Perusahaan Gajah besar (positif) terhadap Semarang harga jual
45
2.7 Kerangka Pemikiran Secara umum tujuan dari setiap perusahaan adalah untuk mencapai profit yang maksimum. Profit merupakan indikator keberhasilan bagi perusahaan yang berorientasi pada laba, karena biasanya keberhasilan dari suatu perusahaan tersebut dilihat dari jumlah laba yang diperolehnya pada periode tertentu. Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Agar diperoleh laba sesuai dengan yang dikehendaki, perusahaan perlu menyusun perencanaan laba yang baik. Hal tersebut ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk memprediksi kondisi usaha pada masa yang akan datang yang penuh ketidakpastian, serta
mengamati
kemungkinan
faktor-faktor
yang dapat
mempengaruhi laba. Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan yaitu biaya, harga jual dan volume penjualan atau produksi (Halim & Supomo, 2009). Biaya merupakan komponen penting yang harus dipertimbangkan dalam menentukan harga jual produk atau jasa. Berdasarkan fungsinya biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (Mulyadi, 2012). Menurut Carter (2008: 129) menyatakan bahwa “tingkat laba yang diperoleh perusahaan dapat ditentukan oleh volume produksi yang dihasilkan, semakin banyak volume produksi yang dicapai maka semakin tinggi pula biaya produksi. Semakin banyak volume produksi yang dicapai maka semakin tinggi
46
pula laba yang diperoleh” (Juwitasari, 2012). Berdasarkan teori tersebut, menjelaskan bahwa biaya produksi mempengaruhi laba, dimana ketika biaya produksi ditingkatkan maka akan menambah volume produksi yang nantinya akan mempengaruhi tingkat laba yang diperoleh perusahaan. Dengan kata lain semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan maka jumlah produksi yang dihasilkan juga akan semakin besar yang pada nantinya meningkatkan potensi pendapatan perusahaan. Sebaliknya, biaya produksi yang meningkat namun tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan justru akan menekan laba yang bisa diperoleh perusahaan atau bahkan akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Penjualan adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mencari pembeli, dan memberi petunjuk agar pembeli dapat menyesuaikan kebutuhannya dengan produksi yang ditawarkan serta mengadakan perjanjian mengenai harga yang menguntungkan bagi kedua belah pihak melakukan penjualan dan memerlukan keahlian khusus.(Moekijat, 2011). Jika penjualan usaha yang didapat perusahaan mengalami kenaikan, otomatis laba bersih perusahaan tersebut akan mengalami peningkatan. Dari kondisi tersebut diharapkan manajemen tetap mempertahankan kinerjanya dengan baik agar pendapatan yang didapat terus meningkat. Hasil survei tersebut didukung oleh penelitian Siregar (2006) menyatakan bahwa semakin besar penjualan usaha yang didapat perusahaan maka akan semakin besar laba keuntungan yang didapat oleh perusahaan sebaliknya jika perusahaan yang beban pajaknya semakin besar maka akan memperkecil keuntungan atau laba yang didapat oleh perusahaan (Putra, 2012:3).
47
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka dapat digambarkan paradigma kerangka pemikiran adalah sebagai berikut:
Biaya Produksi (X1) (Mulyadi (2012:14))
Profitabilitas (Y) (Brigham (2011:89)
Penjualan (X2) (Moekijat (2011:488)
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran
2.8 Hipotesis Berdasarkan bagan kerangka pemikiran diatas dapat ditarik suatu hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. Hipotesis 1 :Biaya
Produksi
berpengaruh
secara
parsial
terhadap
Profitabilitas. 2. Hipotesis 2 : Penjualan berpengaruh secara parsial terhadap Profitabilitas. 3. Hipotesis 3
:
Biaya produksi, Penjualan berpengaruh secara simultan
terhadap Profitabilitas.