BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelaksanaan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga 1. Pengertian Perawatan Keluarga Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai unit satu kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya mencegah penyakit. Sedangkan keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari anggota keluarga. Keluarga adalah unit pelayanan kesehatan dan merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang ada dan tidak ada hubungan darah atau hubungan secara hukum akan tetapi berperan sebagai keluarga atau siapapun yang di katakan klien sebagai keluarganya (Friedman, 1999). Perawatan keluarga yang komprehensip merupakan suatu proses yang rumit, sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis untuk bekerja dengan keluarga dan anggota keluarga. Pendekatan ini disebut proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan inti dan sari dari keperawatan, dimana proses adalah suatu aksi gerak yang dilakukan dengan sengaja dan sadar dari satu titik ke titik yang lain menuju pencapaian tujuan. Pada dasarnya, proses keperawatan
7
8
merupakan suatu proses pemecahan masalah yang sistematis, yang digunakan ketika bekerja dengan individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Salah satu aspek terpenting dari keperawatan adalah penekanan pada keluarga. Keluarga bersama dengan individu, kelompok dan komunitas adalah klien atau resipien keperawatan. Secara empiris, disadari bahwa kesehatan para anggota keluarga dan kualitas kesehatan keluarga mempunyai hubungan yang erat. Akan tetapi, hingga saat ini sangat sedikit yang diberikan perhatian pada keluarga sebagai objek dari studi yang sistematis dalam bidang keperawatan (Anonim, 2008). 2. Fungsi Perawatan Keluarga Fungsi perawatan kesehatan merupakan hal yang penting dalam pengkajian keluarga. Keluarga merupakan perspektif dasar dalam masyarakat dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan, dan diamankan. Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit. Perbaikan dan pemeliharaan kesehatan berlangsung terutama melalui komitmen dan modifikasi lingkungan serta gaya hidup pribadi, hal ini semakin memperkuat peran pokok keluarga dalam melaksanakan tanggungjawab terhadap kesehatan para anggotanya. Model keperawatan kesehatan yang diberikan pada keluargapun seharusnya diubah, penyuluhan dan konseling untuk perawatan diri keluarga merupakan tujuan utama dari praktik keperawatan keluarga (Nita, 2008).
9
Perilaku keluarga berhubungan dengan sehat-sakit. Praktik-praktik kesehatan dan penggunaan pelayanan perawatan kesehatan sangat bervariasi antar keluarga. Budaya lingkungan kelas social, serta Budaya, lingkungan, kelas sosial, serta tingkat perkembangan teknologi akan berpengaruh terhadap konsep sehat-sakit keluarga. 3. Alasan Keluarga Sebagai Fokus Sentral Keperawatan Keluarga Beberapa alasan penting meyakinkan mengapa unit keluarga harus menjadi fokus sentral dari keperawatan keluarga, yaitu : a. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cedera, perpisahan) yang mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga, dan dalam hal tertentu, sering akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan unit ini secara keseluruhan. b. Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya c. Melalui
perawatan
kesehatan
keluarga
yang
berfokus
pada
peningkatan, perawatan diri (self care), pendidikan kesehatan, dan konseling keluarga serta upaya-upaya yang berarti dapat mengurangi resiko yang diciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari lingkungan d. Upaya menemukan kasus merupakan suatu alasan bagus lainnya untuk memberikan perawatan kesehatan keluarga. 4. Empat Orientasi Dasar Terhadap Sehat dan Sakit Tiga orientasi dasar yang paling menonjol terhadap sehat dan sakit adalah :
10
a. Perasaan sehat-sakit yang objektif (orientasi pada keadaan perasaan). b. Ada tidaknya gejala-gejala umum atau spesifik (orientasi pada gejala) c. Keadaan mampu atau tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan (orientasi pada penampilan) d. Pentingnya kepercayaan kesehatan pribadi dan keluarga. 5. Aspek Kehidupan Beberapa aspek kehidupan memiliki valensi negative, valensi positif, dan valensi netral. Individu akan mencoba untuk menghindari aspek-aspek yang dinilai negatif dan sebaliknya mencoba memasukkan aspek positif dalam kehidupan mereka. Seorang individu dapat melakukan tindakantindakan preventif untuk menghindari penyakit jika keluarga dapat dipercaya : a. Secara pribadi seseorang rentan terhadap penyakit b. Keadaan sakit minimal agak berat, sehingga konsekuensi mendapat penyakit akan mengganggu kehidupan orang tersebut secara signifikan. c. Melakukan tindakan tertentu akan bermanfaat dalam mengurangi kerentanan terhadap penyakit. 6. Tugas Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Keluarga Terdapat beberapa tugas dalam pelaksanaan perawatan kesehatan keluarga yaitu (Setiadi, 2008) :
11
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga Mengenal masalah kesehatan keluarga yaitu sejauh mana keluarga, mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan keluarga yang meliputi
pengertian,
tanda
dan
gejala,
penyebab
dan
yang
mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah. Dalam hal ini memerlukan data umum keluarga yaitu nama keluarga, alamat, komposisi keluarga, tipe keluarga, suku, agama, status sosial ekonomi keluarga dan aktivitas rekreasi keluarga. b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat Mengambil sebuah keputusan kesehatan keluarga merupakan langkah sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dihadapi, takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas yang ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah. Dalam hal ini yang dikaji berupa akibat dan keputusan keluarga yang diambil. Perawatan sederhana dengan melakukan cara-cara perawatan yang sudah dilakukan keluarga dan cara pencegahannya. c. Merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan Anggota keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
12
bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit. Perawatan keluarga dengan melakukan perawatan sederhana sesuai dengan kemampuan, dimana perawatan keluarga yang biasa dilakukan dan cara pencegahannya sminimal mungkin. d. Modifikasi lingkungan fisik dan psikologis Sejauh mana mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota keluarga. Dengan memodifikasi
lingkungan
dapat
membantu
dalam
melakukan
perawatan pada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, dalam bentuk kebersihan rumah dan menciptakan kenyamanan agar anak dapat beristirahat dengan tenang tanpa adanya gangguan dari luar. e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar keluarga Dimana keluarga
mengetahui apakah keberdaan fasilitas
kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga. Dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, dimana biasa mengunjungi pelayanan kesehatan yang biasa dikunjungi dan cenderung yang paling
13
dekat misalnya posyandu, puskesmas maupun Rumah Sakit, Hal ini dilakukan dengan alasan lebih efisien waktu dan merasa cocok. 7. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pelaksanaan
fungsi
perawatan
kesehatan keluarga : a. Praktik gaya hidup, yaitu pola diet, tidur dan istirahat, kebiasaan pengunaan obat, perawatan diri Sosial budaya, lingkungan, dan gaya hidup memainkan peran dalam kesehatan secara nyata. Perbaikan status kesehatan adalah melalui perbaikan gaya hidup. Perubahan tingkah laku pribadi dalam hal diet, olahraga, merokok, alkohol, dan penyalahgunaan obat sangat diperlukan, dan semua hal itu merupakan faktor-faktor penting yang mempengaruhi kesehatan. Praktik diet keluarga, dimana dalam wujud sadar gizi sebagai strategi kesehatan akan memberikan kontribusi yang besar bagi keluarga untuk memaksimalkan upaya preventif keluarga. Informasi tambahan yang relevan dalam mengkaji praktik diet keluarga meliputi kesadaran akan fungsi waktu makan bagi keluarga dan waktu makan (Nita, 2008). Peningkatan status kesehatan secara menyeluruh, perbaikan status mental, dan umur yang lebih panjang mempunyai korelasi positif dengan kebiasaan tidur dan istirahat yang adequat dan teratur. Kebiasaan menggunakan obat dalam keluarga, dimana banyak obat yang digunakan oleh keluarga dilakukan sebagai alternatif terhadap perawatan professional. Pada umumnya masalah-masalah kesehatan
14
yang sedang dialami dipandang terlalu sederhana untuk mencari perawatan medis atau dianggap bahwa keluarga mampu menanganinya secara memadai. Oleh karena itu penting untuk dikaji penggunaan obat yang dijual bebas sehingga dapat diketahui efek samping dan efek kompatibilitas yang berbahaya (Nita, 2008). Praktik perawatan diri., dimana penentuan terhadap kemampuan keluarga dalam melakukan perawatan diri dan motivasinya serta kompetensi aktual dalam menangani persoalan-persoalan kesehatan merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan perawat dalam melakukan pengkajian keluarga. Tanggungjawab keluarga terhadap perawatan diri tergantung dari pemahaman keluarga terhadap status kesehatannya serta masalah-masalah kesehatan dan langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki dan memelihara kesehatannya (Nita, 2008). b. Praktik lingkungan, yaitu praktik kebersihan diri dan keamanan Praktik lingkungan terdiri dari kebiasaan-kebiasaan atau polapola yang secara positif atau negatif mempengaruhi status kesehatan keluarga atau anggota keluarga. c. Praktik preventif berdasarkan medis, pemeriksaan umum dan lebih spesifik, pemeriksaan penglihatan dan pendengaran, imunisasi. Pemeriksaan fisik lengkap yang dilakukan secara teratur setiap tahun bagi populasi yang sehat dianggap sebagai sesuatu yang tidak efektif dan merupakan suatu pemborosan. Di lain pihak, pemeriksaan
15
fisik preventif selektif yang dilakukan secara teratur merupakan sebuah upaya yang efektif dari segi biaya dan mampu men-screening beberapa kemungkinan utama terhadap kesehatan. Pengkajian kesehatan tahunan (pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, dan pemeriksaan diagnostik) yang disesuaikan dengan umur, ras, dan jenis kelamin sangat penting untuk dilakukan. Pengkajian ini memberikan informasi yang diperlukan agar bersamasama klien dapat membuat rencana pemeliharaan kesehatan. Pengkajian kesehatan preventif mengidentifikasi faktor resiko dari seorang individu. Pengkajian kesehatan juga dapat digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda penyakit yang tidak tampak serta gejala-gejala yang penting dalam temuan kasus. Pentingnya status imunisasi, merupakan salah satu tindakan paling penting dan paling spesifik untuk mencegah penyakit adalah imunisasi. Minimal 75 % - 80 % dari anak-anak yang rentan harus diimunisasi secara efektif untuk melindungi komunitas dari penyakitpenyakit menular yang dapat dicegah. Adanya riwayat kesehatan keluarga
dianggap penting karena beberapa hal. Pertama, bahwa
riwayat keluarga akan sering mengidentifikasi faktor-faktor resiko keluarga. Kedua, pengalaman-pengalaman keluarga dengan penyakit tertentu mungkin menimbulkan ketakutan, mitos, ataupun salah pengertian tentang suatu penyakit. Ketiga, dengan menggali riwayat medis keluarga, perawat akan belajar lebih banyak tentang orientasi
16
keluarga dan dengan demikian perawat akan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang masa lalu keluarga. d. Praktik kesehatan gigi Perawatan kesehatan gigi meliputi perawatan preventif dan praktik-praktik
kesehatan
kuratif.
Empat
unsur
dasar
untuk
pemeliharaan kesehatan gigi yaitu : 1) Pelayanan gigi preventif yang teratur, termasuk pemeriksaan gigi, rontgen, pembersihan, penyuluhan, dan fluoride topical bila perlu. 2) Penggunaan air yang mengandung fluoride, atau jika tidak ada, penggunaan cairan fluoride oral sehari-hari atau tablet untuk anakanak. 3) Menyikat gigi (flossing) setelah makan. 4) Penurunan jumlah diet tertentu dari karbohidrat yang dapat mengalami fermentasi dalam diet. 8. Fungsi perawatan kesehatan pada keluarga dengan frekuensi terjadinya ISPA Pada dasarnya dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga dibutuhkan suatu kerjasma antara keluarga dan tenaga kesehatan setempat, dimana kerjasama ini dapat mendukung status kesehatan yang dimiliki anak usia 0-4 tahun. Fungsi perawatan keluarga dalam hal ini harus mampu mengenal masalah yang dihadapi anak usia 0-4 tahun, mengambil suatu keputusan, mampu melakukan perawatan terhadap anak usia 0-4
17
tahun,, mampu memodifikasi lingkungan, mampu dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat (Depkes, 2002). Pada anak dengan status gizi dan kesehatan yang baik dapat terhindar dari penyakit salah satunya penyakit ISPA, dimana keajdian penyakit ISPA salah satu faktor risiko yang dapat mempengaruhi adalah faktor sosio-demografi, biologis, perumahan dan kepadatan serta polusi. Faktor sosio-demografi meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan orangtua, penghasilan keluarga, faktor biologi meliputi status gizi, pemberian ASI eksklusif. Faktor perumahan dan kepadatan meliputi keadaan lantai, dinding, jumlah penghuni kamar yang melebihi 2 orang. Faktor polusi dalam ruangan meliputi tidak adanya cerobong asap, kebiasaan ayah merokok dan adanya perokok selain ayah (Darmage, 1999). Di dalam perawatan kesehatan keluarga mempunyai tugas–tugas perawatan terutama pada anak terkena ISPA yaitu keluarga perlu mengetahui masalah yang terjadi pada penderita ISPA khususnya anak terkena ISPA yaitu karakteristik anak yang ISPA. Pada anak yang terkena ISPA, keluarga melakukan tindakan perawatan sederhana dengan menjaga status gizi anak ISPA, menjaga lungkungan tetap bersih. kesehatan memutuskan membawa anak terkena ISPA ke pusat kesehatan (puskesmas, poli kesehatan), memodifikasi lingkungan tetap asri, cukup udara, menciptakan kenyamanan agar anak ISPA dapat beristirahat dengan tenang tanpa adanya gangguan dari luar. Pada anak ISPA yang sudah
18
menahun dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan, agar mendapatkan pengobatan secara tepat.
B. Konsep ISPA 1. Pengertian ISPA Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Nelson, 1999). ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes, 2002). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2002). 2. Klasifikasi ISPA Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah : a. ISPA ringan Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek dan sesak.
19
b. ISPA sedang ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 390 C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok. c. ISPA berat Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah. 3. Penyebab penyakit ISPA ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas. Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2002). 4. Faktor resiko Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Damage (1999) : a. Faktor Demografi Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :
20
1) Jenis kelamin Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, lakilakilah yang banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering terkena polusi udara. 2) Usia Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah tangga yang memasak sambil menggendong anaknya (Depkes RI 1997). 3) Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang mengerti bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit ISPA (Depkes RI ,1999). b. Faktor Biologis Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu : 1) Status gizi Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan
21
mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak minum air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang cukup. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin menigkat, sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk kedalam tubuh (Depkes RI, 2004). 2) Faktor rumah Membuat ventilasi udara serta pencahayaan di dalam rumah sangat diperlukan karena akan mengurangi polusi asap yang ada di dalam rumah sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang lama kelamaan bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Begitu juga keadaan jumlah kamar yang penghuninya lebih dari 2 orang, karena bisa menghalangi proses pertukaran udara bersih sehingga menjadi penyebab terjadinya ISPA (Krieger dan Higgins, 2002). c. Faktor Polusi Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu : 1) Cerobong asap Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-pabrik industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal). Cerobong tersebut dibuat agar asap bisa keluar ke atas terbawa oleh angin. Cerobong asap sebaiknya dibuat horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas (asap) yang dibuang melalui cerobong horizontal dan dialirkan ke bak air akan mudah larut. Setelah larut debu halus dan
22
asap mudah dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan oleh media Treated Natural Zeolid (TNZ) yang sekaligus bisa menyerap racun dan logam berat. Langkah tersebut dilakukan supaya tidak akan ada lagi pencemaran udara, apalagi hujan asam. Cerobong asap juga bisa berasal dari polusi rumah tangga, polusi rumah tangga dapat dihasilkan oleh bahan bakar untuk memasak, bahan bakar untuk memasak yang paling banyak menyebabkan asap adalah bahan bakar kayu atau sejenisnya seperti arang (Depkes RI, 1999). 2) Kebiasaan merokok Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar 4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen cianida, ammonia, acrolein, acetilen, benzol dehide,
urethane,
methanol,
conmarin,
4-ethyl
cathecol,
ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di bahan kimia tersebut akan beresiko terserang ISPA (Depkes RI, 1999). 5. Faktor timbulnya penyakit Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut Bloom dikutip dari Effendy (1999) menyebutkan bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, sehat atau tidaknya lingkungan kesehatan, individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Disamping itu, derajat kesehatan juga dipengaruhi oleh lingkungan,
23
misalnya membuat ventilasi rumah yang cukup untuk mengurangi polusi asap maupun polusi udara, keturunan, misalnya dimana ada orang yang terkena penyakit ISPA di situ juga pasti ada salah satu keluarga yang terkena penyakit ISPA karena penyakit ISPA bisa juga disebabkan karena keturunan, dan dengan pelayanan sehari-hari yang baik maka penyakit ISPA akan berkurang dan kesehatannya sedikit demi sedikit akan membaik, dan pengaruh mempengaruhi satu dengan yang lainnya. 6. Tanda dan gejala ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta perubahan struktur fungsi siliare. Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian. (Nelson, 1999). Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Departemen Kesehatan RI ( 2002 ) adalah : a. ISPA ringan Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek dan sesak.
24
b. ISPA sedang ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 390C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok. c. ISPA berat Gejala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah. 7. Pencegahan ISPA Menurut Departemen Kesehatan RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain: a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita. b. Imunisasi Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga
25
kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri. c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia. d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).
26
C. Kerangka Teori Pelaksanaan Fungsi perawatan kesehatan : a. Mengenal masalah keluarga b. Mengambil keputusan c. Merawat anggota keluarga yang mengalami masalah d. Memodifikasi lingkungan fisik dan psikologis kesehatan e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
Faktor-faktor resiko ISPA 1. Demografi a. Jenis kelamin b. Umur c. Pendidikan 2. Faktor biologi a. Status gizi b. Faktor rumah 3. Faktor polusi a. Cerobong asap/pabrik/rumah tangga b. Kebiasaan merokok
Frekuensi terjadinya ISPA pada anak usia 0-4 tahun Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Fungsi perawatan kesehatan : a. Praktik gaya hidup b. Praktik lingkungan c. Praktik preventif d. Praktik kesehatan gigi
Gambar 2.1. Kerangka Teori : Sumber : Friedman (1999), Krieger dan Higgins, (2002), Depkes RI, 2004).
D. Kerangka Konsep
Variabel terikat
Variabel bebas Pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga pada keluarga
Frekuensi terjadinya ISPA
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
27
E. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini terdiri dari : 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan pada keluarga yang mempunyai anak usia 0-4 tahun 2. Variabel Terikat Varibel terikat dalam penelitian ini adalah frekuensi terjadinya ISPA
F. Hipotesa Ha :
Ada hubungan antara pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga pada keluarga yang mempunyai anak usia 0-4 tahun dengan frekuensi terjadinya ISPA di Desa Tanggung, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan.
Ho : Tidak ada hubungan antara pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga pada keluarga yang mempunyai anak usia 0-4 tahun dengan frekuensi
terjadinya
ISPA
di
Desa
Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan.
Tanggung,
Kecamatan