17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP NYERI 1. Pengertian Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yan aktual dan potensial (Judha, Sudarti, Fauziah, 2012). Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan (Smelter & Bare, 2002). Menurut Smelter & Bare (2002), International Association for the Study of Pain (IASP) mendefenisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosi yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Judha, Sudarti, Fauziah, 2012). Caffery sebaimana dikutip oleh Potter & Perry (2005), menyatakan nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja ketika seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri. Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri. Nyeri seringkali dijelaskan dalam istilah proses distruktif, jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit seperti emosi, perasaan takut, mual dan mabuk (Judha, Sudarti, Fauziah, 2012). Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri: a. Artur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan
Universitas Sumatera Utara
18
menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri. b. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengarui seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya. c. Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan. (Maryunani, 2010) 2. Jenis-Jenis Nyeri Menurut Price & Wilson (2005), mengklasiifikasikan nyeri berdasarkan lokasi atau sumber, antara lain : a. Nyeri somatik superfisial (kulit), yaitu nyeri kulit berasal dari struktur superfisial kulit dan jaringan subkutis. Nyeri sering dirasakan sebagai penyengat, tajam, meringis, atau seperti terbakar, dan apabila pembuluh darah ikut berperan menimbulkan nyeri, sifat nyeri menjadi berdenyut. b. Nyeri somatik dalam, nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligamentu,, tulang, sendi dan arteri. c. Nyeri visera, nyeri berasal dari organ-organ tubu, terletak di dinding otot polos organ-organ berongga. Mekanisme utama yang menimbulkan nyeri visera adalah peregangan atau distensi abnormal dinding atau kapsul organ, iskemia dan peradangan. d. Nyeri alih, nyeri yang berasal dari salah satu daerah tubuh tetapi dirasakan terletak didaerah lain. e. Nyeri neuropati, nyeri yang sering memiliki kualitas seperti terbakar, perih atau seperti tersengat listrik. Nyeri ini akan bertambah parah oleh
Universitas Sumatera Utara
19
stres, emosi, atau fisik (dingin , kelelahan), dan mereda oleh relaksasi. (Judha, Sudarti, Fauziah, 2012)
3. Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Nyeri Beberapa faktor yang memperngaruhi nyeri menurut Perry & Potter (2005), antara lain : a. Usia b. Jenis kelamin c. Kebudayaan d. Makna nyeri e. Perhatian f. Ansietas g. Keletihan h. Pengalaman sebelumnya i. Gaya koping j. Dukungan keluarga dan sosial (Judha, Sudarti, Fauziah, 2012)
4. Klasifikasi Nyeri Klasifikasi nyeri umumnya dibagi 2, yaitu : a. Nyeri akut : merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi 6 bulan, dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. b. Nyeri kronis : merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.
Universitas Sumatera Utara
20
Nyeri kronis dibagi lagi menjadi nyeri terminal, sindrom nyeri kronis dan psikosomatik (Maryunani, 2010).h, Tabel 1. Perbandingan Nyeri Akut dan Kronis Karakteristik Tujuan keuntungan Serangan
Nyeri Akut / Memperingatkan adanya cedera atau masalah Mendadak
Nyeri Kronik Tidk ada
Terus/menerus atau intermiten Letaknya Superfisial, pada permukaan kulit, Dapat bersifat superfisial bersifat lokal ataupun dalam, dapat berasal dari organ-organ dalam, mulai dari otot dan bagian lain Manajemen Obat analgetik sebagai alternatif Mengobati dan memperbaiki tatalaksana penyebab sebagai alternatif utama Intensitas Ringan – berat Ringan – Berat Durasi Singkat (beberapa detik – 6 bulan) Lama ( > 6 bulan) Respon otonom - Konsisten dengan respon stres Sistem tubuh mulai - Frekuensi jantung meningkat beradaptasi. Dapat berupa - Tekanan darah meningkat lokas adaptasi sindrom - Dilatasi pupil ataupun general adaptasi - Otot-otot menegang sindrom - Mortilitas usus turun - Saliva berkurang Komponen Ansietas - Depresi psikologis - Mudah marah - Menarik diri - Gangguan tidur - Libido turun - Nafsu makan turun Contoh Nyeri bedah, trauma Nyeri kanker, neuralgia trigeminal Sumber : Porth CM, Pathophysiology; Concepts of Altered Health State, Ed. 4th, Philadelphia, JB Lipincot 1995 dalam Brunner & Suddarth; (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8 (terjemahan), Jakarta : EGC.
Universitas Sumatera Utara
21
5. Pengkajian Nyeri Beberapa skala atau pengukuran nyeri, yaitu : a. Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhana (Simple Descriptive Pain Intensity Scale)
b. Skala Analog Visual (Visual Analog Sc
c. Skala
Nyeri
Muka
(Wong
Baker
Facial
Gramace
Scale)
Universitas Sumatera Utara
22
B. PERSALINAN 1. Pengertian Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Prawirohardjo, 2002). Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika proses terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (JNPK-KR, 2008). Tanda-tanda persalinan : a. Kontraksi uterus terjadi dengan interval yang teratur. Mula-mula timbul setiap 20 atau 30 menit, makin lama makin sering. Dengan semakin lanjurnya persalinan, maka kontraksi menjadi tambah kuat dan tambah lama. b. Kontraksi uterus dirasakan nyeri c. Dapat diraba uterus yang mengeras d. Nyeri yang dirasakan baik dibelakang maupun didepan abdomen e. Pembukaan serviks f. Bagian terbawah janin turun g. Pada waktu tidak adanya his kepala terfixasi h. Seringkali mengakibatkan penonjolan ketuban (Willian & Oxorn, 2010)
Universitas Sumatera Utara
23
2. Faktor-faktor dalam persalinan a. Power -
His (kontraksi otot rahim)
-
Kontraksi otot dinding perut
-
Kontraksi diafragma pelviks atau kekuatan mengedan
-
Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum
b. Passanger -
Janin dan plasenta
c. Passage -
Jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang
3. Kala Persalinan a. Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) sehingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan dibagi atas 2 fase, yaitu : 1) Fase laten, dimulai awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm. Fase laten umumnya berlangsung hamper atau hingga 8 jam. 2) Fase aktif, -
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi diangap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
Universitas Sumatera Utara
24
-
Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata – rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 sampai 2 cm (multipara).
-
Terjadi penurunan bagian terbawah janin (JNPK-KR Depkes RI, 2008)
b.
Kala II, Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua disebut juga kala pengeluaran bayi (JNPK-KR Depkes RI, 2008) Proses ini biasanya berlangsung selama 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi (Yeyeh, 2009)
c.
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Saifuddin, 2008) Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 96), tanda – tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal berikut ini: Perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan darah mendadak dan singkat.
d. Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum (Saifuddin, 2008; h. 101). Menurut Manuaba (2010; h. 174, 192), Kala IV dimaksud-kan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Universitas Sumatera Utara
25
C. NYERI PERSALINAN 1. Pengertian Nyeri merupakan salah satu mekanisme pertahanan alami yaitu suatu peringatan tentang adanya bahaya. Pada kehamilan, serangan nyeri memberitahukan kepada ibu bahwa ia tengah mengalami kontraksi rahim. Persalinan tanpa nyeri adalah kejadian yang berbahaya seperti halnya silent coronary thrombosis. Pada persalinan yang normal, nyeri tersebut hilangtimbul (intermiten). Serangan nyeri mulai terasa ketika kontraksi mencapai puncaknya, dan menghilang setelah uterus mengadakan relaksasi. Derajat nyeri bervariasi pada tiap-tiap pasien, pada pasien yang sama dalam persalinan berikutnya dan pada tahap-tahap yang berbeda dalam persalinan yang sama. Pada sebagian kasus, kontaksi uterus tidak menimbulkan nyeri. (Willian & Oxorn, 2010). Menurut Cunningham (2004), nyeri persalinan sebagai kontraksi miometrium, merupakan proses fisiologis dengan intensitas yang berbeda pada masing-masing individu. (Judha, Sudarti, Fauziah, 2012).
2. Fisiologi Nyeri Persalinan Beberapa teori yang menjelaskan mekanisme nyeri, yaitu : a. Menurut Murray (1998) & Stabels (1999), nyeri berdasarkan tingkat kedalaman dan letaknya. Rasa nyeri yang dialami selama persalinan memiliki dua jenis menurut sumbernya, yaitu nyeri visceral dan nyeri somatik. Nyeri visceral adalah nyeri yang dialami ibu karena perubahan serviks dan iskemia uterus pada
Universitas Sumatera Utara
26
persalinan kala I. Nyeri somatic adalah nyeri yang dialami ibu pada akhir kala I dank ala II persalinan. Nyeri disebabkan oleh : -
Peregangan perineum, vulva
-
Tekanan uteri servikal saat kontraksi
-
Penekanan bagian terendah janin secara progresif pada fleksus lumboskral, kandung kemih, usu dan struktur sensitive panggul yang lain.
b. Teori Kontrol Gerbang (Gate Control Theory) Berdasarkan teori ini serabut syaraf mentransmisikan rasa nyeri ke spinal cord, yang hasilnya dapat dimodifikasi di tingkat spinal cord sebelum di transmisikan ke otak. Sinap-sinap pada dorsal horn berlaku sebagai gate yang tertutup untuk menjaga impuls sebelum mencapai otak atau membuka untuk mengizinkan impuls naik ke otak. Teori Gate Control menyatakan bahwa selama proses persalinan impuls nyeri berjalan dari uterus sepanjang serat-serat syaraf besar kea rah uterus ke substansia gelatinosa di dalam spinal kolumna, sel-sel transmisi memproyeksikan pesan nyeri ke otak. Adanya stimulasi (seperti vibrasi, mengisok-gosok atau massage) mengakibatkan pesan yang berlawanan yang lebih kuat, cepat dan berjalan sepanjang serat syaraf kecil. Pesan yang berlawanan ini menutup gate di substansi gelatinosa lalu memblokir pesan nyeri sehingga otak tidak mencatat pesan nyeri tersebut.
Universitas Sumatera Utara
27
Mekanisme secara intrinsik pada nyeri persalinan kala I seluruhnya terjadi pada uterus dan adnexa selama kontraksi berlangsung. Beberapa penelitian awal menyatakan nyeri disebabkan karena: -
Penekanan pada ujung-ujung saraf antara serabut otot dari korpus fundus uterus.
-
Adanya iskemik miomerium dan serviks karena kontraksi sebagai konsekuensi dari pengeluaran darah dari uterus atau karena adanya vasokontriksi akibat aktivitas berlebihan dari saraf simpatis.
-
Adanya proses peradangan pada otot uterus
-
Kontraksi pada serviks dan segmen bawah rahim menyebabkan rasa takut yang memacu aktivitas berlebih dari system saraf simpatis.
-
Adanya dilatasi dari serviks dan segmen bawah rahim. Banyak data yang mendukung hipotesis nyeri persalinan kala I terutama disebabkan karena dilatasi serviks dan segmen bawah rahim oleh karena adanya dilatasi, peregangan dan kemungkinan robekan jaringan selama kontraksi.
3. Tingkat Nyeri Dalam Persalinan
Menurut Bustan (1997), Nyeri persalinan merupakan pengalaman subyektif akibat timbulnya perubahan fungsi organ tubuh yang terlihat dalam menentukan kemajuan persalinan melalui jalan lahir. Menurut Kozer (2000), tingkat nyeri persalinan digambarkan dengan intensitas nyeri yang dipersepsikan olah ibu saat roses persalinan. Intensitas nyeri tergantung dari sensasi keparahan nyeri itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
28
Intensitas rasa nyeri persalinan bisa ditentukan dengan cara menanyakan tingkatan intensitas atau merajuk pada skala nyeri. Hal ini dilakukan ketika ibu tidak dapat menggambarkan rasa nyeri. Contohnyaq, skala 0-10 (skala numeric), skala deskriptif yang menggambarkan intensitas tidak nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan, skala dengan gambar kartun profil wajah dan sebagainya. Intensitas nyeri rata-rata ibu bersalin kala I fase aktif digambarkan dengan skala VAS sebesar 6,7 sejajar dengan intensitas berat pada skala deskriptif (Judha, Sudarti, Fauziah, 2012).
4. Penyebab Rasa Nyeri Rasa nyeri persalinan muncul karena: a. Kontraksi otot rahim Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan servikm serta iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Karena rahim merupakan organ internal maka nyeri yang timbul disebut nyeri visceral.
b. Regangan otot dasar panggul Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Tidak seperti nyeri visceral, nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rectum dan perineum, sekitar anus. Nyeri kenis ini disebut nyeri somatic dan disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian bawah akibat penirunan bagian terbawah janin.
Universitas Sumatera Utara
29
c. Episiotomy Ini dirasakan apabila ada tindakan episiotomy, laserasi maupun rupture pada jalan lahir
d. Kondisi Psikologis Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Takut, cemas dan tegang memicu produksi hormone prostatglandin sehingga timbul stress. Kondisi stress dapat mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri. (Judha, Sudarti, Fauziah, 2012). Sebab-sebab rasa nyeri dalam persalinan menurut William & Oxorn (2010), yaitu :
a. Anoksia myometrium : kontraksi otot selama periode anoksia relative menyebabkan rasa nyeri. Kalau relaksasi uterus antara saatsaat terjadinya kontraksi tidak cukup untuk memungkinkan oksigenasi yang adekuat, maka beratnya rasa nyeri semakin bertambah. b. Peregangan serviks : peregangan serviks menyebabkan rasa nyeri yang terutama terasa pada bagian punggung c. Penekanan pada ganglia saraf yang berdekatan dengan serviks dan vagina d. Tarikan pada tuba, ovarium dan peritoneum e. Tarikan dan peregangan pada ligamentum penyangga f. Penekanan pada uretra, kandung kemih dan rectum
Universitas Sumatera Utara
30
g. Distensia otot-otot dasar panggul dan perineum Kala I, rasa nyeri terutama disebabkan oleh kontraksi uterus, penipisan segmen bawah uterus, dan dilatasi serviks. Kala II, nyeri timbul dari dua arah. Sumber pertama adalah peregangan vagina, vulva dan perineum; dan sumber kedua myometrium yang berkontraksi. Kala III, nyeri disebabkan lewatnya plasenta melalui serviks ditambah dengan nyeri yang dihasilkan oleh kontraksi uterus. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap Nyeri Persalinan a. Budaya Budaya mempengaruhi sikap ibu pada saat bersalin (Pilliteri, 2003). Menurut Mulyati (2002) menjelaskan bahwa budaya mempengaruhi ekspresi nyeri intranatal pada ibu primipara. Penting bagi perawat maternitas untuk mengetahui bagaimana kepercayaan, nilai, praktik budaya mempengaruhi seorang ibu dalam mempresepsikan dan mengekspresikan nyeri persalinan. b. Emosi (cemas dan takut) Stres atau rasa takut ternyata secara fisiologis dapat menyebabkan kontraksi uterus menjadi terasa semakin nyeri dan sakit dirasakan. Karena saat wanita dalam kondisi inpartu tersebut mengalami stress maka secara otomatif tubuh akan melakukan reaksi defensif sehingga secara otomatis dari stress tersebut merangsang tubuh mengeluarkan hormon stressor yaitu hormon Katekolamin dan hormon Adrenalin, Katekolamin ini akan dilepaskan dalam konsentrasi tinggi saat persalinan, jika calon ibu tidak bisa menghilangkan rasa takutnya sebelum melahirkan, berbagai respon tubuh yang muncul antara lain
Universitas Sumatera Utara
31
dengan “bertempur atau lari’ (“fight or flight”). Dan akibat respon tubuh tersebut uterus menjadi semakin tegang sehingga aliran darah dan oksigen ke dalam otot-otot uterus berkurang karena arteri mengecil dan menyempit akibatnya adalah rasa nyeri yang tak terelakkan. Maka dari itu, ketika ibu yang sedang melahirkan ini dalam keadaan rileks yang nyaman, semua lapisan otot dalam rahim akan bekerja sama secara harmonis seperti seharusnya. Dengan begitu persalinan akan berjalan lancar, mudah dan nyaman. (Judha, Sudarti, Fauziah, 2012). c. Pengalaman Persalinan Menurut Bobak (2000) pengalaman melahirkan sebelumnya juga dapat mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Bagi ibu yang mempunyai pengalaman yang menyakitkan dan sulit pada persalina sebelumnya, perasaan cemas dan takut pada pengalaman lalu akan mempengaruhi sensitifitasnya rasa nyeri. d. Support system Dukungan dari pasangan, keluarga maupun pendamping persalinan dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin,juga membantu mengatasi rasa nyeri (Martin, 2002). e. Persiapan persalinan Persiapan persalinan tidak menjamin persalinan akan berlangsung tanpa nyeri. Namun, persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi perasaan cemas dan takut akan nyeri persalinan sehingga ibu dapat memilih berbagai teknik atau metode latihan agar ibu dapat mengatrasi ketakutannya
Universitas Sumatera Utara
32
D. PENATALAKSANAAN NYERI PERSALINAN
Nyeri pada saat melahirkan memiliki derajat yang paling tinggi diantara rasa nyeri yang lain seperti patah tulang atau sakit gigi. Banyak perempuan yang belum siap memiliki anak karena membayangkan rasa sakit yang akan dialami saat melahirkan nanti.
Berikut ini penatalaksanaan Nyeri persalinan:
1.
Metode Farmakologis Berbagai agen farmakologi digunakan sebagai manajemen nyeri. Biasanya untuk menghilangkan nyeri digunakan analgesik, yang terbagi menjadi dua golongan yaitu analgesik non narkotik dan analgesik narkotik, pilihan obat tergantung dari rasa nyeri (Kee dan Hayes, 1997). Namun penggunaan obat sering menimbulkan efek samping dan kadang obat tidak memiliki kekuatan efek yang diharapkan (Burroughs, 2001)
Penatalaksanaan farmakologis
pada nyeri
persalinan
meliputi
analgesia yang menurunkan dan mengurangi rasa nyeri dan anesthesia yang menghilangkan sensasi bagian tubuh baik parsial maupun total (Piliteri, 2003). Berbagai pilihan pernatalaksanaan farmakologis antara lain:
a. Analgesia narkotik (Mereperidine, Nalbuphine, Butorphanol, Morfin Sulfate Fentanyln b. Analgesia regional (Epidural, spinal dan kombinasinya) c. ILA ( Intra Thecal Labor Analgesia ) Tujuan utama tindakan ILA ( Intra Thecal Labor Analgesia ) ialah untuk menghilangkan nyeri persalinan tanpa menyebabkan blok motorik, Universitas Sumatera Utara
33
sakitnya hilang tapi mengedannya bisa, yang dapat dicapai dengan menggunakan obat-obat anesthesia. Keuntungan yang di perdapat dengan program ILA : -
Cepat dan memuaskan. Mula kerja cepat, memberikan analgesia penuh, blok bilateral, serta ketinggian blok dapat diatur.
-
Keamanan. Dosis yang digunakan sangat kecil, sehingga resiko toksisitas karena anestetik lokal, seperti total spinal, tidak berarti atau tidak ada sama sekali.
-
Fleksibel. Pasien dalam fase laten persalinan dapat diberikan fentanil atau sulfentanil intrathecal ( single shot ) dan dibiarkan bejalan-jalan. Pada multipara dengan pembukaan serviks diatas 8 cm dapat diberikan dosis tunggal petidin atau gabungan narkotik dan anestetik lokal intrathecal untuk menghasilkan analgesia yang cepat dan penuh selama fase aktif persalinan dan kelahiran. a) Anestesia local (infiltrasi local dengan injeksi lidochaine pada perineum dan blok syaraf pudendal) b) Anesthesia umum (Thiopental intravena)
2.
Metode Nonfarmakologis a. Intervensi bukan manual : - Transcutaneus elektrical nerve stimulation ( TENS). Elektroda dipasang 2 cm dari dermatom T10-L1 pada kedua sisi dari prosesus spinosus untuk memberikan efek analgetik pada kala I. Sepasang elektroda lain dipasang pada dermatom S2-4 untuk menghilangkan nyeri pada kala II. Secara teoritis, transmisi rasa nyeri
Universitas Sumatera Utara
34
lewat serabut A dan pelepasan β-endorfin dapat diblok dengan cara ini. Namun belum terdapat bukti yang menyatakan bahwa metode ini lebih baik dibandingkan plasebo. b. Musik. c. Hidro terapi. d. Homeo pati. e. Posisi, postur dan ambulasi. Posisi-posisi yang dipilih ibu dalam menghadapi persalinan kala I dan II sangatlah penting. Posisi persalinan, perubahan posisi dan pergerakan yang tepat akan membantu meningkatkan kenyamanan/ menurunkan rasa nyeri, meningkatkan kepuasan akan kebebasan untuk bergerak, dan meningkatkan kontrol diri ibu. Selain itu, posisi ibu juga dapat mempengaruhi posisi bayi dan kemajuan persalinan. f. Lingkungan persalinan g. Acupressure Akupresur merupakan pengembangan dari teknik akupuntur. Pada prinsipnya, tujuan kedua perawatan ini tidak berbeda, tergantung dan jenis keluhan. Keduanya dipakai untuk merangsang titik-titik yang ada di tubuh, menekan hingga masuk ke sistem saraf. Jika dalam penerapan akupuntur harus memakai jarum, maka dengan hanya memakai gerakan dan tekanan jari yaitu jenis tekan putar, tekan titik, dan tekan lurus akupresur dapat dilakukan (Harper, 2006). Prinsip dari akupresur ini dikenal sebagai adanya aliran energi vital di tubuh dikenal dengan nama Chi atau Qi (Cina) dan Ki (Jepang). Aliran energi ini sangat mempengaruhi kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
35
h. Acupuncture Jarum akupunktur dimasukkan sedalam 2,5-3 cm dan diberikan arus listrik aliran rendah sebesar 2-3 Hz. Efek analgetik didapatkan melalui pelepasan endorfin atau serotonin dan metensefalin. Namun metode ini tidak dapat menghilangkan seluruh rasa nyeri dan tidak dapat diprediksi serta tidak konsisten. i. Aromatherapy j. Hypno-birthing Metode hypno-birthing merupakan salah satu tehnik otohipnosis (selfhypnosis) atau swasugesti, dalam menghadapi kehamilan dan persiapan melahirkan yang berfungsi membantu para wanita hamil melalui masa persalinannya dengan cara yang alami, lancar, dan nyaman (tanpa rasa sakit). Dan yang lebih penting lagi adalah untuk kesehatan jiwa dari bayi yang dikandungnya. Sesungguhnya hypno-birthing merupakan tehnik lama yang saat ini dapat dijelaskan dengan penjelasan ilmiah sehingga dapat dilakukan secara terprogram sehingga hasilnya jadi lebih optimal.
Universitas Sumatera Utara