Bab II.Tinjauan Pustaka
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu Tahnia Nazthalia (2012) mengadakan penelitian “Analisa Kebutuhan Air
Bersih Di Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan”. Lokasi studi berlokasi di Kabupaten Ogan Komering Ilir dimana luas Kabupaten Ogan Komering Ilir sebesar 19.023,47 km². Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir terbagi habis dalam 18 kecamatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kebutuhan air bersih pada kondisi sekarang dan memprediksi kebutuhan air untuk kondisi yang akan datang yang dibutuhkan oleh penduduk di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Dalam penelitian ini, jumlah penduduk di Kabupaten Ogan Komering Ilir dipandang dari parameter jumlah penduduk di kategorikan dalam kategori kota besar, karenanya untuk kebutuhan air non domestik adalah sebesar 30 % dari kebutuhan air domestik. Didapatlah kebutuhan air domestik dan non domestik tahun 2012 sebesar 50,93 lt/dtk, 68,34 lt/dtk untuk 2 tahun mendatang, 87,09 lt/dt untuk 5 tahun mendatang, 111,96 lt/dtk untuk 10 tahun mendatang dan 160,06 lt/dtk untuk 20 tahun mendatang. Susana dan Eddy Setiadi Soedjono (2010) melakukan penelitian “Penyediaan Air Bersih Pulau Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan-Provinsi Sulawesi tengah”. Lokasi penelitian terletak di Pulau Banggai. Penelitian ini bertujuan menganalisa dan membuat rencana tindak (action plan) terhadap kebutuhan bidang air bersih pedesaan yang dibagi alam tiga tahapan peningkatan II - 1
Bab II. Tinjauan Pustaka
yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Dari analisa diperoleh ketersediaan air bersih lebih besar dari kebutuhan air yang ada untuk wilayah Pulau Banggai. Penelitian I Wayan Sutapa (Februari,2009) yaitu “Studi potensi Pengembangan Sumber Daya Air di Kota Ampana Sulawesi Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi sumber air untuk memenuhi kebutuhan air minum di kota Amapana dan memilih alternative sumber air yang paling optimal dari potensi sumber daya air yang ada. Metode yang digunakan yaitu survey pendahuluan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, lalu pengolahan data dengan menggunakan rumus-rumus empiris dari kajian pustaka. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini menunjukan bahwa jika air sungai Ampana dan Sungai sunsarino saja digunakan untuk kebutuhan air minum, maka sampai proyeksi tahun 2027 belum mampu untuk mencukupi kebutuhan air kota Ampana. Marhadiyanto D. D dan Suprihandto N (2008) melakukan penelitian “Studi Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih dengan Sistem Penampungan Air Hujan Di Pulau Panggang”. Hasil yang didapat yaitu dengan perkiraan jumah penduduk sebanyak 4894 orang pada tahun 2019, kebutuhan air bersih yang perlu dipenuhi dengan sistem penampungan air hujan adalah 264.222 liter/hari.
2.2
Proyeksi Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kebutuhan air bersih merupakan masalah masa sekarang
dan masa
depan, maka besarnya kebutuhan air bersih perlu di prediksi. Akan tetapi, sebelum memprediksi besarnya kebutuhan air bersih, jumlah penduduk dimasa yang akan datang harus di prediksi terlebih dahulu. Prediksi jumlah kebutuhan air di masa II - 2
Bab II. Tinjauan Pustaka
yang akan datang sangat penting dalam perhitungan jumlah kebutuhan air bersih di masa yang akan datang. Jumlah penduduk mempengaruhi tingkat kebutuhan air bersih. Semakin meningkatnya populasi penduduk dari masa kemasa akan mengakibatkan peningkatan akan kebutuhan air bersih dimasa-masa yang akan datang. Prediksi jumlah penduduk dapat diperoleh dengan proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk berdasarkan sensus penduduk. Disini proyeksi penduduk tidak hanya beberapa tahun sesudah sensus tetapi mungkin sampai beberapa puluh tahun sesudah sensus. Dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk masa lampau, maka metode statistic merupakan metode yang paling mendekati untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa mendatang
2.2.1
Metode Proyeksi Penduduk Metode yang dapat digunakan untuk mengkitung pertambahan nilai
penduduk sampai akhir tahun perencanaan adalah dengan menggunakan salah satu metode, seperti arirmatik, geometrik, least square, dan Trend Logistic:: Namun yang sering digunakan dalam mengitung pertambahan nilai penduduk yaitu dengan metode geometrik.
2.2.1.1 Metode Aritmatik Rumus metode ini adalah: Pn Po + Ka (Tn – To)……………………………………………………2.1
……………………...………………….………………..2.2 II - 3
Bab II. Tinjauan Pustaka
Dimana: Pn
= jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po
= jumlah penduduk pada tahun dasar
Tn
= tahun ke n
To
= tahun dasar
Ka
= konstanta aritmatik
P1
= jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke I
P2
= jumlah penduduk pada tahun terakhir
T1
= tahun ke I yang diketahui
T2
= tahun ke II yang diketahui
2.2.1.2 Metode Geometrik Untuk keperluan proyeksi penduduk, metode ini digunakan bila data menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu. Jadi pertumbuhan penduduk dimana angka pertumbuhan adalah sama atau konstan untuk setiap tahun. Rumus untuk menghitungnya: Pn = Po(1+r)ⁿ..………………………………………………………….2.3 dimana: Pn
= jumlah penduduk pada tahun ke n
Po
= jumlah penduduk pada tahun dasar
r
= laju pertumbuhan penduduk
n
= jumlah interval tahun
II - 4
Bab II. Tinjauan Pustaka
2.2.1.3 Metode Least Square Metode ini menggunakan rumus regresi linear dengan penjelasan sebagai berikut : Ŷ = a + bX…………………………………………………………….2.4 dimana : Ŷ
= nilai variabel berdasarkan garis regresi
X
= variabel independen
a
= konstanta
b
= koefisien arah regresi linear Adapun persamaan a dan b adalah sebagai berikut:
………………………………………………………2.5
………………………………………………………2.6 Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka konstanta a dapat ditentukan dengan persamaan lain, yaitu: a = Y – bX………………………………………………………………2.7 dimana Y dan X masing-masing adalah rata-rata untuk variabel Y dan X.
2.2.1.4 Metode Trend Logistic Metode trend logistic menggunakan persamaan sebagi berikut:
……………………….…………………………………..2.8
II - 5
Bab II. Tinjauan Pustaka
dimana : Y
= jumlah penduduk pada tahun ke-x
X
= jumlah interval tahun
K, a & b
= konstanta
Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran harus dilakukan analisis dengan menghitung standar deviasi atau koefisien korelasi. Rumus standar deviasi dan koefisien korelasi adalah sebagai berikut: a. Standar Deviasi
…..……………………………..2.9
……………………..………….2.10
dimana : s
= standar deviasi
Xi
= variabel independen X (jumlah penduduk)
X
= rata-rata X
n
= jumlah data
Metode perhitungan proyeksi yang paling tepat adalah metode yang memberikan harga standar deviasi terkecil.
II - 6
Bab II. Tinjauan Pustaka
b. Koefisien Relasi Metode perhitungan proyeksi jumlah penduduk yang menghasilkan koefisien paling mendekati 1 adalah metode yang terpilih.
2.3
Kebutuhan Air Bersih Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang
dibutuhkan secara berkelanjutan. Penggunaan air bersih sangat penting untuk konsumsi rumah tangga, kebutuhan industri dan tempat umum. Karena pentingnya kebutuhan akan air bersih, maka adalah hal yang wajar jika sektor air mendapat prioritas penanganan utama karena menyangkut kehidupan orang banyak. Penanganan akan pemenuhan kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada. Di daerah perkotaan, sistem penyediaan air bersih dilakukan dengan sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sistem non perpipaan dikelola oleh masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Kebutuhan akan air bersih merupakan kebutuhan yang tidak terbatas dan berkelanjutan. Sedang kebutuhan akan penyediaan dan pelayanan air bersih dari waktu ke waktu semakin meningkat yang terkadang tidak diimbangi oleh kemampuan pelayanan. Peningkatan kebutuhan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, peningkatan derajat kehidupan warga serta perkembangan kota/wawasan pelayanan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi warga.
II - 7
Bab II. Tinjauan Pustaka
2.4
Definisi dan Persyaratan Kuantitas Air Bersih
2.4.1 Definisi Air Bersih Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari. Berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan No.416 Tahun 1990 Tentang “Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air”, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
2.4.2 Persyaratan Kualitas dan Kuantitas Air Bersih a. Kualitas Air Bersih Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.416 Tahun 1990 Tentang “Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air”, standar kualitas air bersih adalah seperti tabel berikut:
Tabel 2.1. Standar Kualitas Air Bersih Parameter A. FISIKA Bau Jumlah padat terlarut (TDS) Kekeruhan Rasa Suhu Warna B. KIMIA a. Kimia Anorganik Air Raksa Aluminium Arsen Barium
Satuan
Kadar maksimum yang diperbolehkan
Keterangan
-
-
Tidak Berbau
mg/L
1.500
skala NTU °C skala TCU
25 Suhu udara ±3°C 50
mg/L mg/L mg/L mg/L
0.001 0.05
Tidak berasa
II - 8
Bab II. Tinjauan Pustaka
Besi Fluorida Kadmium Kesadahan (CaCO3) Klorida Kromium Valensi 6 Mangaan Natrium Nitrat, sebagai N Nitrit, sebagai N Perak
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Kadar maksimum yang diperbolehkan 1 1.5 0.005 500 600 0.05 0.5 200 10 1 0.05
Ph
mg/L
6.5-9
Selenium Seng Sianida Sulfat sulfida sebagai H2S Tembaga Timbal b. Kimia Organik Aldrin dan Dieldrin Benzene Benzene Benzo (A) Pyrene Chlordane (Total Isomer) Chloroform 2,4 – D DDT Detergent 1,2-Dichloroetane 1,1-Dichloroetane Heptachlor dan Heptachlor Epoxide Gamma-HCH (lindane) Metoxychlor Pentachlorophenol Pestisida Total 2,4,6 trichlorophenol Zat organik (KMnO4)
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
0.01 15 0.1 400 0.05 0.0007 0.01 0.00001 0.007 0.03 0.1 0.03 0.5 0.01 0.0003 0.003
mg/L
0.00001
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
0.004 0.1 0.01 0.1 0.01 10
Parameter
Satuan
Keterangan
merupakan batas max dan min
II - 9
Bab II. Tinjauan Pustaka
Parameter
Satuan
C. MIKROBIOLOGIK Koliform tinja
jumlah/100ml
Total Koliform
jumlah/100ml
Kadar maksimum yang diperbolehkan
D. RADIO AKTIFITAS Aktifitas alpha (Gross Bq/L Alpha Activity) Aktifitas betha (Gross Bq/L Alpha Activity) (Sumber : Peraturan Mentri Kesehatan, 1990)
5010
Keterangan
bukan air perpindahan air perpipaan
0.1 1
b. Kuantitas Air Bersih Tiap orang perhari membutuhkan air dengan jumlah yang ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor kebudayaan, status sosial-ekonomi dan standar hidup, kesadaran terhadap kebersihan, penggunaan untuk hal-hal produktif, biaya yang dikeluarkan untuk air bersih dan kualitas air. Pada kondisi normal tubuh manusia memerlukan antara 3-10 liter per hari, tergantung cuaca dan aktifitas yang dilakukannya.
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya. II - 10
Bab II. Tinjauan Pustaka
2.5
Tipe Kebutuhan Air Bersih Air bersih adalah air yang dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk
memenuhi keperluan sehari-hari dengan kualitas yang memenuhi ketentuan baku mutu air bersih yang ditetapkan. Kebutuhan air bersih didefinisikan sebagai jumlah air bersih yang dibutuhkan atau yang diminta dalam suatu sistem. Kebutuhan air untuk fasilitas-fasilitas sosial ekonomi harus dibedakan sesuai peraturan PDAM dan memperhatikan kapasitas produksi sumber yang ada, tingkat kebocoran dan pelayanan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air bersih meliputi iklim, karakteristik daerah, ukuran kota, sistem sanitasi yang digunakan, sistem operasi dan pemeliharaan, tekanan air dalam pipa, kualitas air, penggunaan materi air, tingkat ekonomi masyarakat dan harga air. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan air bersih seperti jumlah penduduk, fasilitas air bersih dan aktivitas sehari-hari. Dalam analisis kebutuhan air bersih, kebutuhan air yang diperhitungkan meliputi kebutuhan air domestik dan kebutuhan air non domestik (Direktoral Jendral Cipta Karya, 1996).
2.5.1 Kebutuhan Air Domestik Air bersih yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari disebut sebagai kebutuhan domestik (domestic demand) dalam hal ini termasuk air minum, masak, membersihkan toilet dan sebagainya.
II - 11
Bab II. Tinjauan Pustaka
Kebutuhan dasar domestik merupakan kebutuhan air bersih bagi penduduk lingkungan perumahan yang terbatas pada keperluan rumah tangga seperti mandi, minum, memasak, dan lain lain (Kementrian PU,”Kebutuhan Air Hari Maksimum”). Tingginya kebutuhan ini tergantung pada perilaku, status sosial dan juga kondisi iklim (BSN Raju, 1995). Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air bersih yang digunakan pada tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi hajat hidup sehari-hari, seperti pemakaian air untuk minum, mandi, dan mencuci. Satuan yang dipakai adalah liter/orang/hari. Analisis sektor domestik untuk masa mendatang dilaksanakan dengan dasar analisis pertumbuhan penduduk pada wilayah yang direncanakan. Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan air domestik saat ini dan di masa yang akan datang dihitung berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk dan kebutuhan air perkapita. Kebutuhan air perkapita dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan kebiasaan atau tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu, dalam memperkirakan besarnya kebutuhan air
domestik perlu
dibedakan antara penduduk daerah urban (perkotaan) dan daerah rural (perdesaan).
Adanya
pembedaan
kebutuhan
air
dilakukan
dengan
dipertimbangkan bahwa penduduk di daerah urban cenderung memanfaatkanair secara berlebih dibandingkan penduduk daerah rural. Besarnya konsumsi air dapat memacu pada berbagai macam standar yang telah dipublikasikan. Tabel 2.2 menyajikan standar kebutuhan air domestik menurut peraturan dari Departemen Cipta Karya.
II - 12
Bab II. Tinjauan Pustaka
Tabel 2.2 Kriteria Perencanaan Air Bersih KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH JIWA NO
URAIAN
500.000 s/d >1.000.000 1.000.000 METRO
(1)
6
Konsumsi unit sambungan rumah (SR) l/o/h Konsumsi unit hidran umum (HU) l/o/h Konsumsi unit non domestik l/o/h (%) Kehilangan air Faktor hari maksimum Faktor jam puncak
7
Jumlah jiwa per SR
8
Jumlah jiwa per HU Sisa tekan di penyediaan distribusi (mka) Jam operasi Volume reservoir (% max day demand)
1 2 3 4 5
9 10 11
100.000 s/d 500.000
20.000 s/d 100.000
< 20.000
BESAR SEDANG KECIL
DESA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
190
170
130
100
80
30
30
30
30
30
20-30
20-30
20-30
20-30
20-30
20-30
20-30
20-30
20-30
20-30
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
5
5
5
5
5
100
100
100
100
100
10
10
10
10
10
24
24
24
24
24
20
20
20
20
20
50:50 s/d 80:20
50:50 s/d 80:20
80:20
70:30
70:30
90
90
70 **)
12
SR : HU
13
Cakupan pelayanan 90 *) 90 *) 60% perpipaan, 30% non perpipaan **) 25% perpipaan, 45% non perpipaan
(Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 2000)
II - 13
Bab II. Tinjauan Pustaka
2.5.2 Kebutuhan Air Non Domestik Kebutuhan dasar air non domestik merupakan kebutuhan air bagi penduduk air bagi penduduk di luar lingkungan perumahan (kementrian PU, “Kebutuhan Air Hari Maksimum”). Kebutuhan air non domestik sering juga disebut kebutuhan air perkotaan (municipal). Besar kebutuhan air bersih ini ditentukan banyaknya konsumen non domestic yang meliputi fasilitas perkantoran (pemerintah dan swasta), tempat-tempat ibadah (masjid, gereja, dll), pendidikan (sekolah-sekolah), komersil (took, hotel), umum (pasar, terminal) dan industri.
Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat ditentukan oleh banyaknya fasilitas perkotaan tersebut. Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat dinamika kota dan jenjang suatu kota. Untuk memperkirakan kebutuhan air perkotaan suatu maka diperlukan data-data lengkap tentang fasilitas pendukung kota tersebut. Analisis sektor non domestik dilaksanakan dengan berpegangan pada analisis data pertumbuhan terakhir fasilitas-fasilitas social ekonomi yang ada pada wilayah perencanaan. Kebutuhan air non domestik untuk kota dapat dibagi dalam beberapa kategori: 1.
Kota Kategori I (Metro)
2.
Kota Kategori II (Kota Besar)
3.
Kota Kategori III (Kota Sedang)
4.
Kota Kategori IV (Kota Kecil)
5.
Kota Kategori V (Desa) Kebutuhan air non domestik menurut kriteria perencanaan pada Dinas PU
dapat dilihat dalam Tabel 2.3 sampai Tabel 2.5. Tabel-tabel tersebut menampilkan II - 14
Bab II. Tinjauan Pustaka
standar yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan air perkotaan apabila data rinci mengenai fasilitas kota dapat diperoleh.
Tabel 2.3 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori I, II, III, IV No.
SEKTOR
NILAI
SATUAN
1 Sekolah 10 Liter/murid/hari 2 Rumah Sakit 200 Liter/bed/hari 3 Puskesmas 2000 Liter/hari 4 Masjid 3000 Liter/hari 5 Kantor 10 Liter/pegawai/hari 6 Pasar 12000 Liter/hektar/hari 7 Hotel 150 Liter/bed/hari 8 Rumah Makan 100 Liter/tempat duduk/hari 9 Komplek Militer 60 Liter/orang/hari 10 Kawasan Industri 0,2 - 0,8 Liter/detik/hektar 11 Kawasan Pariwisata 0,1 - 0,3 Liter/detik/hektar (Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 2000) Tabel 2.4 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori V (Desa) No.
SEKTOR
NILAI
SATUAN
1 Sekolah 5 Liter/murid/hari 2 Rumah Sakit 200 Liter/bed/hari 3 Puskesmas 1200 Liter/hari 4 Hotel/losmen 90 Liter/hari 5 Komersial/Industri 10 Liter/hari (Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 2000) Tabel 2.5 Kebutuhan Air Non Domestik Kategori Lain No.
SEKTOR
NILAI
SATUAN
1 Lapangan Terbang 10 Liter/detik 2 Pelabuhan 50 Liter/detik 3 Stasiun KA dan Terminal Bus 1200 Liter/detik 4 Kawasan Industri 0,75 Liter/detik/hektar (Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 2000) Cara lain untuk menghitung besarnya kebutuhan perkotaan adalah dengan menggunakan standar kebutuhan air perkotaan yang didasarkan pada kebutuhan
II - 15
Bab II. Tinjauan Pustaka
air rumah tangga (domestic). Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat diperoleh dengan presentase dari jumlah kebutuhan air perkotaan dapat diperoleh dengan presentase dari jumlah kebutuhan rumah tangga, berkisar antara 25 – 40% dari kebutuhan air rumah tangga. Angka 40% berlaku khusus untuk kota metropolitan yang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi seperti Jakarta. Kebutuhan air perkotaan dapat dilihat pada Tabel 2.6. Tabel ini digunakanbila tidak ada data rinci mengenai fasilitas kota. Tabel 2.6 Besarnya Kebutuhan Air Non Domestik Menurut Jumlah Penduduk Kriteria Jumlah Kebutuhan Air Non Domestik (Jumlah Penduduk) (% Kebutuhan Air Rumah Tangga) >500.000 40 100.000 – 500.000 35 <100.000 25 (Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU.)
2.6
Standar Pelayanan Minimal Untuk Pemukiman Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat ditentukan oleh banyaknya
fasilitas perkotaan tersebut. Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat dinamika kota dan jenjang suatu kota. Sesuai Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana wilayah No.534/KPTS/M/2001 tentang pedoman penentuan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, perumahan dan pemukiman dan pekerjaan umum yang menerangkan tentang standar pelayanan minimal untuk pemukiman yang tertera pada Tabel 2.7.
II - 16
Bab II. Tinjauan Pustaka
Tabel 2.7 Standar Pelayanan Minimal Untuk Pemukiman Bidang Pelayanan
Indikator
Standar Pelayanan Cakupan
a. Sarana lingkungan Kelengkapan sarana niaga sarana niaga
b. Sarana -Jumlah anak pendidikan usia sekolah yang tertampung -Sebaran fasilitas pendidikan -Kelengkapan Sarana pendidikan c. Sarana pelayanan Kesehatan
d. Sarana pelayanan Umum
-Sebaran fasilitas pelayanan kesehatan/ jangkauan pelayanan kesehatan -Tingkat harapan Hidup
-Jangkauan dan
Tingkat Pelayanan
Satuan
Minimal tersedia
Lingkungan dengan jumlah Penduduk 30.000 jiwa Satuan Lingkungan dengan jumlah Penduduk 30.000 jiwa
1 pasar untuk setiap
Satuan lingkungan dengan jumlah Penduduk 30.000 jiwa
Kualitas Mudah diakses
30.000 penduduk
Minimal tersedia -1 unit TK untuk
Penyakit, sumber bau/sampah dan pencemaran lainnya
setiap 1000 penduduk -9 SD, 3 SLTP, 1 SMU
Minimal tersedia:
Lokasi di pusat
-1 unit balai pengobatan/3.000 Jiwa -1 unit BKIS/RS Bersalin/10.000 30.000 jiwa -1 unit Puskesmas/ 30.000 jiwa
lingkungan/kecamatan,bersih, tenang,jauh dari sumber Penyakit, sumber bau/sampah dan pencemaran lainnya
Satuan lingkungan dengan jumlah Penduduk 30.000 jiwa
Minimal tersedia: -1 unit pos tingkat pelayanan pemadam kebakaran -1 unit kantor polisi/ 30.000 jiwa -1 unit kantor pos pembantu -1 unit Bank Cabang pembantu (Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU.) II - 17