Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1
Penelitian Terdahulu Sebagai bahan perbandingan dalam penelitian Perancangan dan
Pembuatan Sistem Pendukung Keputusan Penyeleksian Pemberian Kredit Bagi Calon Nasabah Menggunakan Metode TOPSIS (Studi Kasus Bank NTT), pada penelitian yang berjudul “Penerapan Metode TOPSIS Untuk Pemberian Bonus Karyawan Berprestasi pada PT. Deltomed Laboratories”. Penelitian ini di dalamnya membahas tentang pembuatan aplikasi sistem pemberian bonus bagi karyawan dengan metode TOPSIS sebagai solusi untuk mengefektifkan perhitungan pemberian
bonus
karyawan
berdasarkan
tingkat
kecakapan
pekerjaannya. Data yang diperoleh berdasarkan petunjuk penilaian prestasi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kriteria yang ditetapkan adalah tanggung jawab, kualitas pekerjaan, kecakapan kerja, kerjasama, keuletan, kejujuran, loyalitas, moral, kedatangan, ketepatan waktu. Pemberian nilai untuk masing-masing kriteria penilaian dimulai dari rentang nilai 1 sampai 4. Nilai 1 buruk, nilai 2 sedang, nilai 3 baik, nilai 4 baik sekali. Penggunaan metode TOPSIS dirasa mampu mengurutkan karyawan yang layak mendapat bonus. Sistem yang dibangun mampu memberikan rekomendasi kepada perusahaan secara otomatis mengenai karyawan yang layak diberikan bonus dan dapat mengurangi kendala yang terjadi selama ini sehingga PT. Deltomed Laboratories dapat menjalankan kegiatan operasional perusahaan secara lebih efektif dan efisien (Pujiastuti, 2010). 6
Penelitian lain yang pernah dilakukan tentang “Penerapan Metode TOPSIS pada Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Mahasiswa Penerima Beasiswa (Studi Kasus pada Beasiswa Rutin UKSW). Aplikasi sistem pendukung keputusan ini membantu dalam penyeleksian
mahasiswa
penerima
beasiswa
rutin
dengan
menggunakan metode TOPSIS. Kriteria yang dipakai adalah penghasilan orang tua perbulan, pengeluaran mahasiswa perbulan, biaya studi anak yang menjadi tanggungan orang tua, biaya kuliah mahasiswa per semester, IPK, rekomendsi wali studi, dan wawancara. Metode TOPSIS akan melakukan perhitungan dan perangkingan setiap mahasiswa brdasarkan jarak nilainya dengan nilai terbaik dan nilai terburuk setiap kriteria melalui perbandingan berpasangan antar mahasiswa pada kriteria yang sama. Metode TOPSIS dalam prosedur perhitungannya
akan
melakukan
perkalian
antara
matriks
perbandingan berpasangan antar mahasiswa pada kriteria yang sama dengan bobot keputusan masing-masing kriteria. Penggunaan aplikasi ini akan membantu dalam menentukan mahasiswa yang berhak dan layak menerima Beasiswa Rutin berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan (Mahanani, 2011). Penelitian tentang sistem pendukung keputusan tentang kelayakan pemberian kredit diantaranya, penelitian yang membahas tentang “Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Kredit Untuk Calon Nasabah (Studi Kasus pada BMT AL Mu’awanah Bringin Kab. Semarang)”, telah dibahas tentang sistem pendukung keputusan untuk menentukan calon nasabah yang layak memperoleh kredit dengan menggunakan metode Analisa Multi Kriteria (AMK) sebagai metode penyelesaian masalahnya. Penggunaan AMK dapat 7
memecahkan masalah kompleks dengan jumlah kriteria yang cukup banyak dan dapat memberikan keputusan bertingkat atau berturutturut. Kriteria yang digunakan dalam penelitian adalah kemampuan membayar kembali, nilai agunan, jangka waktu, lama usaha, dan status rumah. Terhadap penilaian dilakukan dengan pemberian skor tertentu terhadap data permohonan kredit pada setiap kriteria. Skor yang diberikan mulai dari nilai 3 yang mempunyai kriteria sangat baik, nilai 2 mempunyai kriteria baik, nilai 1 mempunyai kriteria cukup , dan nilai 0 mempunyai kriteria buruk. hasil penelitian menunjukan, dengan adanya aplikasi sistem pendukung keputusan dalam kelayakan pemberian kredit maka proses analisa data calon nasabah menjadi efektif dan efisien dan sistem tersebut dapat memberikan keputusan serta solusi saran alternatif kepada manajerial dalam penentuan pemberian kredit (Afifudin, 2010). Penelitian lain yang pernah dilakukan tentang ”Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Pemberian Kredit (Studi Kasus pada BKM Artha Kawula)”, pada penelitian ini menggunakan AHP untuk membantu memutuskan nasabah mana yang akan dipilih. Kriteria yang digunakan adalah harga barang (jaminan), kualitas barang (jaminan), jumlah pinjaman, gaji nasabah. AHP digunakan sebagai perhitungan yang nantinya akan memberikan gambaran yang jelas dan rasional kepada pengambil keputusan tentang keputusan yang dihasilkan. Hasil pengujian aplikasi cukup baik, sesuai dengan data-data yang berkaitan dengan permohonan kredit. Kesimpulannya sistem yang dihasilkan dapat memberikan kemudahan bagi manajer dalam menilai kelayakan calon kreditor dan aplikasi yang user friendly, dimana user hanya perlu memasukkan data-data permohonan kredit kemudian sistem yang akan 8
mengolah data-data tersebut dan menghasilkan suatu keputusan dalam persetujuan pengajuan kredit (Kurniawan, 2010). Di bandingkan dengan dua penelitian sebelumnya yang membahas tentang SPK kelayakan kredit. Penelitian ini akan membangun sebuah sistem pendukung keputusan penyeleksian pemberian kredit bagi calon nasabah Bank NTT menggunakan metode TOPSIS. Kriteria yang dipakai adalah kemampuan membayar kembali, nilai agunan, jangka waktu, dan status rumah. Nilai yang digunakan pada tiap kriteria merupakan nilai yang dikategorikan menjadi empat kategori, yaitu sangat baik, baik, cukup, dan buruk. Metode TOPSIS akan melakukan perhitungan dan perangkingan setiap calon nasabah berdasarkan jarak nilainya dengan nilai terbaik dan nilai terburuk setiap kriteria melalui perbandingan berpasangan antar calon nasabah pada kriteria yang sama. Metode TOPSIS dalam perhitungannya akan melakukan perkalian antar matriks perbandingan berpasangan antar calon nasabah yang sama dengan bobot keputusan masing-masing kriteria. Penggunaan sistem pendukung keputusan ini, diharapkan akan dapat membantu dalam menentukan calon nasabah yang layak untuk memperoleh kredit. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa urutan alternatif saran atau pilihan calon nasabah yang layak memperoleh kredit. Hasil tersebut dapat memberikan pertimbangan penilaian kepada pihak bank untuk menentukan solusi terbaik dalam menentukan calon nasabah yang layak memperoleh kredit.
2.2
Definisi Sistem Pendukung Keputusan Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision
Support System (DSS) pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton dengan istilah Management 9
Decision System. Memiliki pengertian sebagai suatu sistem yang berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu pengambil keputusan dengan memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur. Tujuan sistem pendukung
keputusan
dalam
pengambilan
keputusan
bukan
menggantikan manajer melainkan alat yang mendukung manajer dalam mengambil keputusan (Suryadi, Kadarsah, 2002). 2.2.1
Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan Berdasarkan pengertian Sistem Pendukung Keputusan maka
dapat ditentukan karakteristik dari Sistem Pendukung Keputusan di antaranya adalah: 1.
Sistem Pendukung Keputusan dirancang untuk membantu pengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang sifatnya semi terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan menambahkan
kebijaksanaan
manusia
dan
informasi
komputerisasi. 2.
Sistem pendukung keputusan dalam proses pengolahannya mengkombinasikan penggunaan model-model analisis dengan teknik pemasukan data konvensional serta fungsi-fungsi pencari informasi.
3.
Sistem Pendukung Keputusan, dirancang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan atau dioperasikan dengan mudah.
4.
Sistem Pendukung Keputusan dirancang dengan menekankan pada aspek fleksibilitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi. Berdasarkan karakterisriknya didapat manfaat dan keuntungan
Sistem Pendukung Keputusan bagi pemakai, yaitu: 10
1.
Sistem Pendukung Keputusan memperluas
kemampuan
pengambil keputusan dalam memproses data atau informasi bagi pemakainya. 2.
Sistem
Pendukung
Keputusan
membantu
pengambil
keputusan untuk memecahkan masalah terutama berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur. 3.
Sistem Pendukung Keputusan dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan.
4.
Walaupun suatu Sistem Pendukung Keputusan mungkin saja tidak mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun ia dapat menjadi stimulan bagi pengambil keputusan dalam memahami persoalannya, karena mampu menyajikan berbagai alternatif pemecahan. Selain memiliki manfaat dan keuntungan, Sistem Pendukung
Keputusan juga memiliki keterbatasan, diantaranya: 1.
Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan sebenarnya.
2.
Kemampuan suatu Sistem Pendukung Keputusan terbatas pada perbendaharaan pengetahuan yang dimilikinya (pengetahuan dasar serta model dasar).
3.
Proses-proses yang dapat dilakukan Sistem Pendukung Keputusan biasanya juga tergantung pada perangkat lunak yang digunakan.
4.
Sistem Pendukung Keputusan tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki manusia. Sistem ini dirancang
11
hanya
untuk
membantu
pengambil
keputusan
dalam
melaksanakan tugasnya. Jadi dapat dikatakan bahwa Sistem Pendukung Keputusan dapat memberikan manfaat bagi pengambil keputusan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja terutama dalam proses pengambilan keputusan. 2.2.2
Proses Pengambilan Keputusan Menurut Herbert A. Simon (Kadarsah, 2002), tahap–tahap yang
harus dilalui dalam proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1.
Tahap Pemahaman (Inteligence Phace) Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan
diperoleh,
diproses
dan
diuji
dalam
rangka
mengidentifikasikan masalah. 2.
Tahap Perancangan (Design Phace) Tahap ini merupakan proses pengembangan dan pencarian alternatif tindakan atau solusi yang dapat diambil. Hal tersebut merupakan representasi kejadian nyata yang disederhanakan, sehingga diperlukan proses validasi dan vertifikasi untuk mengetahui keakuratan model dalam meneliti masalah yang ada.
3.
Tahap Pemilihan (Choice Phace) Tahap ini dilakukan pemilihan terhadap diantara berbagai alternatif solusi yang dimunculkan pada tahap perencanaan agar ditentukan atau dengan memperhatikan kriteria–kriteria berdasarkan tujuan yang akan dicapai. 12
4.
Tahap Impelementasi (Implementation Phace) Tahap ini dilakukan penerapan terhadap rancangan sistem yang telah dibuat pada tahap perancangan serta pelaksanaan alternatif tindakan yang telah dipilih pada tahap pemilihan.
2.2.3
Teknik Pengambilan Keputusan Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan (Mintzberg),
terdiri dari: 1.
Tahap identifikasi Tahap ini adalah tahap pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis dibuat. Sebab tingkat diagnosis tergantung dari kompleksitas masalah yang dihadapi.
2.
Tahap pengembangan Tahap ini merupakan aktivitas pencarian prosedur atau solusi standar yang ada atau mendesain solusi yang baru. Proses desain ini merupakan proses pencarian dan percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal yang tidak jelas.
3.
Tahap seleksi Tahap ini pilihan solusi dibuat, dengan tiga cara pembentukan seleksi
yakni
dengan
penilaian
pembuat
keputusan:
berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan analisis logis, dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis, dan dengan tawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan dan semua manuver politik yang ada. Kemudian keputusan diterima secara formal dan otorisasi dilakukan.
13
2.3
Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang
berarti kepercayaan, atau “Credo” yang berarti saya percaya, karena itu dasar dari kata kredit adalah kepercayaan bahwa seseorang atau penerima
kredit
akan
memenuhi
segala
sesuatu
yang
telah
diperjanjikan terlebih dahulu pada masa yang akan datang. Pengertian kredit dalam arti ekonomi adalah suatu penundaan pembayaran, yaitu uang atau barang (prestasi) yang diterima sekarang akan dikembalikan pada masa yang akan datang berikut tambahan suatu kontra prestasi. Secara singkat kredit berarti “suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga”. Menurut undang-undang pokok Perbankan
No.14
tahun
1967,
Kredit
didefinisikan
sebagai
“penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan, dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain. Berdasarkan definisi kredit, maka pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan” (Kasmir, 2006). 2.3.1
Unsur-Unsur Kredit Pada dasarnya pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan,
yang berarti bahwa pemberian kepercayaan oleh bank sebagai pemberi kredit, dimana prestasi yang diberikan benar-benar sudah diyakini akan dapat dibayar kembali oleh penerima kredit sesuai dengan syaratsyarat yang telah diseetujui bersama. Berdasarkan hal-hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam pemberian kredit adalah: 14
1.
Kepercayaan, yaitu keyakinan si pemberi kredit (bank) bahwa prestasi (uang) yang diberikan akan benar-benar kembali dari si penerima kredit pada suatu masa yang akan datang.
2.
Waktu, yaitu jangka waktu antara saat pemberian prestasi dengan saat pengembaliannya. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian tentang nilai agio yaitu nilai uang sekarang lebih berharga daripada nilai uang di masa yang akan datang, sehingga dalam hal ini perlu adanya konta prestasi yang harus berupa uang.
3.
Resiko, yaitu resiko yang dapat timbul pada saat pemberian kredit. Untuk menghindari resiko, maka sebelum kredit diberikan harus dilakukan penilaian secara cermat dan dilindungi dengan agunan atau jaminan kredit sebagai benteng terakhir dalam pengaman kredit. Penilaian didasarkan atas banafiditas calon penerima kredit sehingga dapat ditentukan sampai sejauh mana calon penerima kredit dapat dipercaya oleh bank.
4.
Prestasi, dalam hubungannya dengan pemberian kredit yang dimaksud prestasi adalah uang.
2.3.2
Tujuan Penggunaan Kredit Jenis kredit dilihat dari segi tujuan pemakaiannya adalah:
1.
Kredit Produktif Merupakan kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa. Artinya kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu baik berupa barang maupun jasa. 15
2.
Kredit Konsumtif Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.
2.3.3
Kriteria Penilaian Pemberian Kredit Pemberian kredit bank tidak dilakukan dengan mudah seperti
yang diperkirakan. Pihak bank tersebut melakukan penilaian terlebih dahulu apakah calon penerima kredit layak atau tidak. Kriteria penerimaan kredit dilakukan dengan analisa 5C dan 7P. Kriteria 5C menurut Djumhana (2003) adalah sebagai berikut: 1.
Character Yang perlu dilakukan dan diteliti dalam kriteria karakter ini adalah tentang pribadi, kebiasaan, sifat-sifat, gaya hidup, keadaan keluarga (anak, suami/istri), dan hobi.
2.
Capacity Untuk melihat kemampuan nasabah dalam bidang bisnisnya yang dihubungkan dengan pendidikan dan kemampuan bisnis diukur
tentang
kemampuan
dalam
ketentuan-ketentuan
pemerintah. 3.
Conditional Kondisi ekonomi secara umum dan kondisi pada sektor usaha permintaan kredit perlu mendapatkan penelitian. Maksudnya pihak bank dapat memperkecil resiko yang akan timbul oleh kondisi ekonomi.
16
4.
Capital Di dalam penyelidikan terhadap pemodalan si pemilik kredit tidak hanya dilihat dari besar kecilnya modal itu ditempatkan oleh pengusaha, cukupkah modal yang tersedia sehingga segala sumber mampu bergerak secara efektif.
5.
Collateral Merupakan hal-hal yang paling penting diperhitungkan, artinya bila mana masih ada kesangsian dalam pertimbanganpertimbangan yang lain, maka si peminta kredit masih diberikan kesempatan bila dapat memberikan jaminan. Secara umum jaminan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
jaminan fisik dan nonfisik. Jaminan fisik adalah jaminan yang berbentuk tanah, rumah, surat-surat berharga dan lainnya, sedangkan jaminan nonfisik yang berbentuk jaminan keyakinan tentang prospek dan
kekuatan
keuangan
serta
karakter
yang
dapat
dipertanggungjawabkan. Jaminan nonfisik dapat berupa orang dan penjamin disebut “avalist”, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka avalist yang akan menanggung resikonya. Sedangkan kriteria dari penilaian 7P yaitu sebagai berikut: 1.
Personality, yaitu menilai nasabah dari segi kepribadian, tingkah laku sehari-hari maupun masa lalunya.
2.
Purpose, yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan oleh nasabah.
3.
Prospect,
yaitu
kriteria-kriteria
yang
digunakan
untuk
peminjam apakah usaha yang dilakukan oleh nasabah di masa yang akan datang dapat menguntungkan atau tidak. 17
4.
Payment, yaitu merupakan ukuran bagaimana cara nasabah tersebut mengembalikan kredit yang dipinjamnya.
5.
Party, yaitu mengklarifikasikan nasabah kedalam klarifikasi tertentu atau golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
6.
Profitability, yaitu merupakan kriteria untuk menganalisa bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
7.
Protection yaitu merupakan kriteria yang digunakan untuk mengetahui bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan.
2.3.4
Prosedur Kredit Prosedur pengajuan kredit di PT Bank NTT bagi Calon nasabah
yang ingin mengajukan permohonan kredit, maka nasabah tersebut harus melalui prosedur sebagai berikut: 1.
Nasabah mengambil formulir pengajuan kredit di PT Bank NTT.
2.
Nasabah mengisi formulir tersebut. Formulir pengajuan kredit terdiri dari: a.
Data Pemohon Kredit diantaranya, nama lengkap dan gelar, nama alias, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, nama gadis ibu kandung, nomor KTP/SIM/Pasport pemohon, status sipil, pendidikan, hubungan dengan Bank, alamat pemohon, kepemilikan rumah, lama menetap, nama dan alamat yang dihubungi dalam keadaan darurat, nomor telepon/handphone, nomor fax, NPWP.
18
b.
Data Permohonan Kredit diantaranya, kebutuhan kredit, tujuan penggunaan, kemampuan angsuran per bulan, jangka waktu kredit.
c.
Data Pekerjaan diantaranya, nama Instansi/Perusahaan, alamat Instansi/Perusahaan, nomor telepon, nomor fax, bidang usaha, jabatan, mulai bekerja, usia pensiun, nama atasan langsung, penghasilan/bulan.
d.
Data
Keluarga
diantaranya,
nama
istri/suami,
tempat/tanggal lahir, alamat, nomor telepon, nomor fax, pekerjaan, penghasilan/bulan, keluarga yang ditanggung. e.
Data Jaminan/Obyek yang dibiayai diantaranya, rumah (nama,
alamat,
luas
(tanah/bangunan),
nilai
(Jt)),
kendaraan (jenis kendaraan, nomor Polisi, nomor BPKB, tahun, An, nilai (Jt)), lainnya (jenis jaminan, lokasi, An, nilai (Jt)) f.
Kondisi Keuangan Keluarga
−
Kekayaan Pribadi diantaranya, deposito, tabungan, giro, saham, nilai tunai asuransi Jiwa, tanah dan bangunan, kendaraan dan lain-lain.
−
Hutang diantaranya, jenis pinjaman, sisa hutang, masa berlaku, kreditur, agunan.
−
Sumber Dana (Pendapatan keluarga setiap bulan) diantaranya, sumber penghasilan (gaji yang diterima, usaha tambahan sendiri, sewa, penghasilan istri/suami).
−
Penggunaan (Pengeluaran Biaya) diantaranya, sewa pemeliharaan rumah, biaya hidup, perawatan kendaraan,
19
premi
asuransi,
tunjangan
kepada
pihak
ke-tiga,
angsuran/tabungan, pengeluaran lain-lain. − 3.
Sisa pendapatan bersih
Nasabah melengkapi persyaratan yang telah ditentukan. Adapun persyaratan tersebut antara lain: −
Foto copy kartu tanda penduduk suami/istri
−
Foto copy surat nikah/cerai
−
Foto copy kartu keluarga
−
Surat kuasa memotong gaji/pensiunan yang disetujui oleh Bendahara dan Pimpinan Instansi/lembaga/perusahaan
−
Surat persetujuan dari suami/istri
−
Surat rekomendasi dari Pimpinan/Kepala Dinas
−
Surat pernyataan pembayaran angsuran di atas materai
−
Foto copy kartu pegawai dan Taspen
−
Daftar gaji yang ditandatangani oleh Bendahara Gaji dan Atasan
4.
Nasabah yang telah mengisi formulir dan melengkapi persyaratan kemudian menyerahkan formulir dan persyaratan tersebut ke pihak Bank NTT bagian Kredit. Beberapa isi formulir dan persyaratan tersebut, akan digunakan
sebagai acuan dalam proses penilaian untuk menentukan siapa saja nasabah yang layak atau tidak layak memperoleh pinjaman.
2.4
Multiple Criteria Decision Making (MCDM) Multi Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu metode
pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Kriteria 20
biasanya berupa ukuran-ukuran, aturan-aturan atau standar yang digunakan dalam pengambilan keputusan (Kusumadewi, 2006). Berdasarkan tujuannya, MCDM dibagi menjadi 2 model: Multi Attribute Decision Making (MADM) dan Multi Objective Decision Making (MODM). MADM biasanya digunakan untuk melakukan penilaian atau seleksi terhadap beberapa alternatif dalam jumlah yang terbatas. Sedangkan MODM digunakan untuk menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif. Beberapa fitur yang digunakan dalam MCDM menurut Kusumadewi (2006) antara lain: 1.
Alternatif Alternatif adalah obyek-obyek yang berbeda dan memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih oleh pengambil keputusan.
2.
Atribut Atribut sering juga disebut sebagai kriteria keputusan.
3.
Konflik antar kriteria Beberapa kriteria biasanya mempunyai konflik antara satu dengan yang lainnya, misalnya kriteria keuntungan akan mengalami konflik dengan kriteria biaya.
4.
Bobot keputusan Bobot keputusan menunjukan kepentingan relatif dari setiap kriteria, W = (w1, w2, …, wn). Pada MCDM akan dicari bobot kepentingan dari setiap kriteria.
5.
Matriks keputusan Suatu matriks keputusan X yang berukuran m x n, berisi elemenelemen xij, yang merepresentasikan rating dari alternatif Ai terhadap kriteria Cj. 21
2.5
Multiple Attribute Decision Making (MADM) Multiple Attribute Decision Making (MADM) adalah suatu
metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria tertentu. MADM menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perankingan yang akan menyeleksi alternatif yang sudah diberikan (Mahanani, 2011). Pada dasarnya, ada 3 pendekatan untuk mencari nilai bobot atribut, yaitu pendekatan subyektif, pendekatan obyektif dan pendekatan integrasi antara subyektif dan obyektif. Pada pendekatan subyektif, nilai bobot ditentukan berdasarkan subyektifitas dari para pengambil keputusan, sehingga beberapa faktor dalam proses perankingan alternatif bisa ditentukan secara bebas. Berbeda dengan pendekatan subyektif, pada perdekatan obyektif, nilai bobot dihitung secara matematis sehingga mengabaikan subyektifitas dari pengambil keputusan (Kusumadewi, 2006). MADM dilakukan melalui 2 langkah, yaitu: pertama, melakukan agregasi terhadap keputusan-keputusan yang tanggap terhadap semua tujuan pada setiap alternatif. Kedua, melakukan perangkingan alternatif-alternatif keputusan tersebut berdasarkan hasil agregasi keputusan (Kusumadewi, 2006). Salah satu metode dari MADM ini adalah metode Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) yang akan dibahas di bagian selanjutnya.
22
2.6
Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) TOPSIS (Technique for Order Preference by Similarity to Ideal
Solution) merupakan salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria yang pertama kali diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang (1981). Metode TOPSIS didasarkan pada konsep dimana alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif, namun juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif. Solusi ideal positif didefinisikan sebagai jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai untuk setiap atribut/kriteria, sedangkan solusi ideal negatif terdiri dari seluruh nilai terburuk yang dicapai untuk setiap atribut/kriteria. TOPSIS mempertimbangkan keduanya, jarak terhadap solusi ideal positif dan jarak terhadap solusi ideal negatif dengan mengambil kedekatan
relatif
terhadap
solusi
ideal
positif.
Berdasarkan
perbandingan terhadap jarak relatifnya, susunan prioritas alternatif bisa dicapai.
Metode
ini
banyak
digunakan
untuk
menyelesaikan
pengambilan keputusan secara praktis. Hal ini disebabkan konsepnya sederhana dan mudah dipahami, komputasinya efisien, dan memiliki kemampuan
mengukur
kinerja
relatif
dari
alternatif-alternatif
keputusan (Kusumadewi, 2006). Keuntungan dari metode TOPSIS sendiri yaitu (jiang-jiang, 2009): − Metode Topsis merupakan salah satu metode yang simple dan konsep rasional yang mudah dipahami. − Metode Topsis mampu untuk mengukur kinerja relatif dalam bentuk form matematika sederhana. 23
Proses penyeleksian pemberian kredit bagi calon nasabah, menggunakan beberapa kriteria penilaian. Penentuan pemberian kredit dilakukan dengan mempertimbangkan nilai-nilai setiap calon nasabah yang layak pada setiap kriteria penilaian. Kriteria yang digunakan antara lain kemampuan membayar kembali, nilai agunan, jangka waktu dan status rumah.
2.7
Prosedur TOPSIS Langkah-langkah
dalam
melakukan
perhitungan
dengan
metode TOPSIS (Kusumadewi, 2006) adalah: 1.
Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi. TOPSIS membutuhkan rating kinerja setiap alternatif Ai pada setiap kriteria Ci yang ternormalisasi, berdasarkan Persamaan 2.1 ; dengan i=1,2,...,m;dan j=1,2,...,n.
2.
(2.1)
Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot dengan mengalikan bobot wi dengan ratting kerja rij yang akan menghasilkan matriks yij, berdasarkan Persamaan 2.2 ;
3.
dengan i=1,2,...,m;dan j=1,2,...,n.
(2.2)
Menentukan matriks solusi ideal positif (A+) dan matriks solusi ideal negatif (A-) berdasarkan rating bobot ternormalisasi yij. (2.3) (2.4) Dengan
24
yi+
yi- = j=1,2,…n. 4.
Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif. Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal positif dirumuskan dalam Persamaan 2.5
(2.5) Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal negatif dirumuskan dalam Persamaan 2.6
(2.6) 5.
Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) dengan Persamaan 2.7 (2.7)
Nilai Vi yang lebih besar menunjukan bahwa alternatif Ai lebih dipilih. Atau dengan kata lain, nilai Vi yang paling besar dapat dipilih sebagai alternatif yang terbaik. 25