Bab 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian mengenai pengukuran kepuasan pelanggan telah banyak dilakukan. Salah satu contoh dari penelitian mengenai kepuasan pelanggan yang didapatkan adalah : Analisis Kepuasan Pelanggan Terhadap Kualitas Pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Semarang Selatan (Wulansari, 2007). Penelitian ini menganalisis kepuasan pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum di cabang Semarang Selatan. Profil demografi responden dalam penelitian ini memiliki 180 orang dari jumlah populasi penerima layanan. Sampel penelitian diambil dari 5 kecamatan yang berada pada wilayah pelayanan pada cabang Semarang Selatan, karena diduga pada daerah tersebut banyak keluhan tentang pelayanan PDAM. 5 kecamatan tersebut yakni, Banyumanik, Candisari, Gajah Mungkur, Tembalang, Gunung Pati. Berdasarkan data hasil penelitian di lapangan rata-rata kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan berada pada kategori kurang baik atau kurang puas. Unsur – unsur pelayanan perlu dilakukan perbaikan agar sesuai dengan harapan pelanggan karena berkategori kurang baik, seperti serviceability, sistem pengiriman, prosedur pelayanan,
kedisiplinan
petugas,
tanggung
jawab
petugas,
kemampuan petugas, kewajaran biaya, kepastian biaya, dan kepastian jadwal pelayanan. Untuk itu, diharapkan agar secepatnya PDAM harus meningkatkan pelayanan pada unsur yang belum
7
8
memenuhi harapan pelanggan, melakukan penelitian secara berkala untuk mengetahui kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan dan perlu mengevaluasi hasilnya serta ditindak lanjuti, juga sebaiknya merombak sistem pembayaran yang semula masih manual, dapat online melalui bank, ATM atau Internet. Penelitian lainnya yaitu tentang “Strategi Meningkatkan Loyalitas Melalui Kepuasan Pelanggan (Studi Kasus : Produk Kartu Seluler PraBayar Mentari Indosat Wilayah Semarang)” yang menganalisis tentang faktor – faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan berupa kualitas layanan, kualitas produk, harga, switching cost, dan kepuasan pelanggan. Data yang diperlukan, diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada 135 responden dan dianalisis menggunakan teknik Structural Equation Modeling (SEM). Sebagai kesimpulannya, kualitas layanan, produk, harga produk berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan, kepuasan pelanggan dan switching cost berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan (Wijayanti, 2008). Penelitan terdahulu lainnya yaitu “Sistem Informasi Kepuasan Pelanggan Terhadap Tabungan Mutiara (studi kasus : PT. Bank Maluku)” yang mempunyai tujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dari sistem yang dibuat sehingga dapat memberikan masukkan bagi PT. Bank Maluku itu sendiri agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap nasabah (Patty, 2009). Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian – penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan aplikasi berbasis web sehingga pelanggan dapat terhubung secara online mengenai pelayananan perusahaan. dalam aplikasi ini memfokuskan
9
penilaian pelanggan terhadap perusahaan melalui kuesioner online yang menampilkan grafik penilaian pelanggan dalam dimensidimensi kepuasan pelanggan dan grafik dari net promoter score yang merupakan sebuah metode pengukuran untuk mengetahui tingkat loyalitas pelanggan terhadap sebuah perusahaan. Grafik yang ditampilkan memuat penilaian pelanggan secara keseluruhan bukan secara periode waktu tertentu. selain kuesioner online terdapat juga kotak saran yang lebih menspesifikasikan kebutuhan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan perusahaan. kotak saran ini hanya dapat dilihat oleh admin sebagai bahan pertimbangan untuk memenuhi
keinginan
pelanggan
demi
terciptanya
loyalitas
pelanggan.
2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi 2.2.1 Sistem Sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen atau variabel – variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu (Sutabri, 2003).
2.2.2 Informasi Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang (Davis, 1999). Data berupa catatan historis yang dicatat dan diarsipkan tanpa maksud dan segera diambil kembali untuk pengambilan
10
keputusan. Informasi merupakan hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan keputusan (Wahyono, 2004). Informasi adalah data yang dapat diolah yang lebih berguna dan berarti bagi yang menerimanya (Jogiyanto, 1990). Dari beberapa definisi yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa ada suatu proses transformasi data menjadi suatu informasi atau informasi itu sendiri dihasilkan dari pengolahan suatu data oleh suatu sistem. Data sebagai inputan, kemudian diproses
sehingga menghasilkan
output
yang
merupakan informasi.
2.2.3 Sistem Informasi Menurut Steven Alter (1992) dalam buku Information System : A Management Perspective, mendefinisikan sistem informasi sebagai kombinasi antarprosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi. Kemudian, menurut Bodnar dan Hopwood (1993) dalam buku
Accounting
Information
System
edisi
kelima,
mendefinisikan sistem informasi sebagai kumpulan perangkat keras
dan
perangkat
lunak
yang
dirancang
untuk
mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna. Gelinas,
Oram
dan Wiggins
(1990) dalam
buku
Accounting Information System, sistem informasi adalah suatu
11
sistem buatan manusia yang secara umum terdiri atas sekumpulan komponen berbasis komputer dan manual yang dibuat untuk menghimpun, menyimpan, dan mengelola data serta menyediakan informasi keluaran kepada para pemakai. Menurut Turban, McLean, dan Wetherbe (1999) dalam buku
Information
Technology
of
Management
Making
Connection for Strategies Advantages, mendefinisikan sistem informasi sebagai sistem yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan yang spesifik. Dari beberapa definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan
bahwa
sistem
informasi
merupakan
suatu
komponen yang terdiri dari manusia, teknologi informasi, dan prosedur kerja yang memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk mencapai suatu tujuan.
2.3 Konsep Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan 2.3.1 Kepuasan Kepuasan (Satisfaction) berasal dari bahasa latin yaitu satis yang berarti enough atau cukup dan facere yang berarti to do atau melakukan. Sebuah kepuasan juga dapat didefinisikan sebagai persepsi terhadap sesuatu yang telah memenuhi harapannya. Oleh karena itu, seseorang tidak akan puas apabila mempunyai persepsi bahwa harapannya belum terpenuhi. Seseorang akan merasa puas jika persepsinya sama atau lebih besar dari yang diharapkan (Irawan, 2003).
12
Kotler (2002) menyatakan bahwa kepuasan adalah perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya. Sedangkan menurut Chaplin (2005) kepuasan adalah satu keadaan kesenangan dan kesejahteraan yang disebabkan karena seseorang telah mencapai suatu tujuan atau sasaran. Dalam konteks perilaku konsumen, kepuasan ditujukan pada individu atau kelompok terhadap apa yang dikonsumsinya yaitu produk barang atau jasa. Kepuasan adalah hasil dari penilaian konsumen bahwa produk atau jasa telah memberikan tingkat kenikmatan dimana tingkat pemenuhan ini lebih atau kurang (Irawan, 2003). Wilkie mendefinisikan kepuasan sebagai suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa (Tjiptono, 1996). Sedangkan Saladin (2003) mendefinisikan kepuasan konsumen sebagai perasaan senang atau kecewa konsumen yang berasal dari perbandingan antara kinerja (hasil) suatu produk dengan harapannya.
2.3.2 Pelanggan Pelanggan adalah seseorang yang menjadi terbiasa untuk membeli yang terbentuk melalui perubahan dan interaksi yang sering selama periode waktu tertentu (Griffin, 2005). Dalam pengertian sehari-hari pelanggan adalah orangorang yang kegiatannya membeli dan menggunakan suatu produk, baik barang maupun jasa, secara terus menerus. Pelanggan atau pemakai suatu produk adalah orang-orang yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan
13
perusahaan-perusahaan
bisnis.
Adapun
pihak-pihak
yang
berhubungan dan bernegosiasi dengan perusahaan-perusahaan bisnis
sebelum
tahap
menghasilkan
produk
dinamakan
pemasok. Dilihat dari segi perbaikan kualitas, definisi pelanggan adalah setiap orang yang menuntut pemberian jasa (perusahaan) untuk memenuhi suatu standar kualitas pelayanan tertentu, sehingga dapat memberi pengaruh pada performance pemberi jasa (perusahaan) tersebut. Dengan kata lain, pelanggan adalah orang-orang atau pembeli yang tidak tergantung pada suatu produk, tetapi produk yang tergantung pada orang tersebut. Oleh karena pelanggan ini pembeli atau pengguna suatu produk maka harus diberi kepuasan.
2.3.3 Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan adalah suatu kondisi, dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen terhadap sebuah produk dan jasa, sesuai atau terpenuhi dengan penampilan dari produk dan jasa. Konsumen yang puas akan mengkonsumsi produk tersebut secara terus menerus, mendorong konsumen loyal terhadap produk dan jasa tersebut dan dengan senang hati mempromosikan produk dan jasa tersebut dari mulut ke mulut (Brown, 1992). Kepuasan pelanggan adalah perasaan kecewa atau senang seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesan terhadap kinerja atau hasil dari suatu produk dan harapan – harapannya (Kotler, 2004). Suatu pelayanan dinilai
14
memuaskan apabila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Apabila pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang diberikan, maka pelayanan tersebut sudah dipastikan tidak efisien dan tidak efektif. Tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan
merupakan
faktor
yang
penting
dalam
mengembangkan suatu sistem penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan pelanggan. Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan perlu menyadari
bahwa
menjaga
kepuasan
pelanggan
dan
kesediaannya untuk bekerjasama tidak cukup hanya dengan menerapkan aturan baku yang ada dalam perusahaan, akan tetapi juga terletak pada bagaimana perusahaan tersebut memperlakukan pelanggannya. Jika pelanggan semakin merasa bahwa pelanggan tersebut sedang tidak ada ditempat yang asing dikala pelanggan sedang berinteraksi dengan perusahaan, maka akan semakin besar pula kesempatan perusahaan tersebut untuk berhasil. Proses pemuasan pelanggan memang tidak mudah, mereka yang terlibat dalam hal ini haruslah mempunyai kreativitas dan inovasi yang baik sehingga pelanggan dapat terpuaskan.
2.3.4 Dimensi Pengukuran Kepuasan Pelanggan Terdapat berbagai macam definisi mengenai dimensi pengukuran kepuasan pelanggan yang dikemukakan oleh pada
15
ahli. Akan tetapi untuk keperluan penulisan ini, lebih bersandar pada pendapat Kennedy dan Young (Supranto, 2001), yang dinyatakan bahwa dimensi mutu yang dapat diberlakukan untuk berbagai jenis organisasi penghasil jasa, melingkupi : 1. Availability ( keberadaan) 2. Responsiveness (ketanggapan) 3. Convenience (kenyamanan) 4. Timeliness (tepat waktu) Penjabaran dari keempat dimensi tersebut dapat dijelaskan terlebih dahulu aspek yang terkandung di dalam dimensi mutu model Kennedy & Young perlu didefinisikan, agar lebih jelas pemaknaannya, yaitu : Availability (keberadaan), adalah suatu tingkatan keberadaan di mana pelanggan dapat kontak dengan pemberi jasa. Aspek ini, kemudian diwujudkan dalam pernyataan-pernyataan tertentu yang relevan yang berkaitan dengan aspek-aspek ketersediaan, mulai dari adanya informasi yang diperlukan oleh pelanggan sebelum melakukan pembelian (pre-purchase) sampai dengan penyampaian dokumen penagihan. Contoh : 1. Mendapat bantuan dari staf, ketika dibutuhkan. 2. Staf selalu berada di tempat untuk dapat segera memberikan bantuan. 3. Pelanggan dapat menghubungi staf, pada setiap waktu ketika diperlukan. Responsiveness (ketanggapan), adalah tingkatan untuk mana pemberi jasa bereaksi cepat terhadap permintaan pelanggan. Aspek
ini,
kemudian
diwujudkan
dalam
pernyataan-
16
pernyataan tertentu yang relevan dengan kata lain suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan dengan memberikan informasi yang jelas. Contoh : 1. Cepat menjawab ketika diminta bantuan. 2. Dengan segera menolong , ketika dibutuhkan. Convenience (kenyamanan), adalah tingkatan di mana pemberi jasa menggunakan perilaku dan gaya profesional yang tepat selama bekerja dengan pelanggan. Dalam hal ini kenyamanan dapat dirasakan oleh pelanggan dengan adanya tindakan yang cepat, tepat waktu dan adanya respon dari perusahaan ketika pelanggan membutuhkan sesuatu. Aspek ini, kemudian diwujudkan dalam pernyataan-pernyataan tertentu yang relevan. Contoh : 1. Cara staf memperlakukan pelanggan sesuai dengan yang pelanggan butuhkan. 2. Merasa puas dengan perlakuan staf. Timeliness (tepat waktu), adalah tingkatan di mana pekerjaan dapat dilaksanakan dalam kerangka waktu yang sesuai dengan perjanjian. Dalam dimensi ini lebih kepada pelayanan yang berkaitan dengan aspek-aspek ketepatan waktu, yang dimulai dari
prosedur
barang/jasa.
pemesanan
Aspek
ini,
sampai kemudian
dengan
penempatan
diwujudkan
dalam
pernyataan-pernyataan tertentu yang relevan. Contoh : 1. Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, sesuai dengan janji yang telah disepakati bersama.
17
2. Menyelesaikan tanggungjawab dalam kerangka waktu yang sudah disetujui. 2.3.5 Loyalitas Pelanggan Loyalitas pelanggan merupakan dorongan perilaku untuk melakukan
pembelian
secara
berulang-ulang dan
untuk
membangun kesetiaan pelanggan terhadap suatu produk/jasa yang dihasilkan oleh badan usaha tersebut membutuhkan waktu yang lama melalui suatu proses pembelian yang berulang-ulang tersebut. Pelanggan
(Customer)
berbeda
dengan
konsumen
(Consumer), seorang dapat dikatakan sebagai pelanggan apabila orang tersebut mulai membiasakan diri untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh badan usaha. Kebiasaan tersebut dapat dibangun melalui pembelian berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu, apabila dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pembelian ulang maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pelanggan tetapi sebagai seorang pembeli atau konsumen. Seseorang pelanggan dikatakan setia atau loyal apabila pelanggan tersebut menunjukkan perilaku pembelian secara teratur atau terdapat suatu kondisi dimana mewajibkan pelanggan membeli paling sedikit dua kali dalam selang waktu tertentu. Upaya memberikan kepuasan pelanggan dilakukan untuk mempengaruhi sikap pelanggan, sedangkan konsep loyalitas pelanggan lebih berkaitan dengan perilaku pelanggan daripada sikap dari pelanggan (Musanto, 2004). Pelanggan yang loyal adalah orang yang melakukan pembelian berulang secara teratur, membeli antarlini produk
18
dan jasa, mereferensikan kepada orang lain, menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing (Griffin, 2005). Loyalitas
pelanggan
dapat
didefinisikan
sebagai
komitmen pelanggan terhadap suatu merk, toko, atau pemasok berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten. Definisi tersebut mencakup dua komponen penting, yaitu loyalitas sebagai perilaku dan loyalitas sebagai sikap. Kombinasi kedua komponen itu menghasilkan empat tipe loyalitas (Tjiptono, 2000). Tanpa Loyalitas (No Loyalty) Bila sikap dan perilaku pembelian ulang pelanggan sama-sama lemah, maka loyalitas tidak terbentuk. Ada dua kemungkinan yaitu: a. Sikap yang lemah (mendekati netral) dapat terjadi
bila suatu produk/jasa baru diperkenalkan dan atau pemasarnya tidak mampu mengkomunikasikan keunggulan unit produknya. b. Berkaitan dengan dinamika pasar, dimana merek-
merek yang berkompetisi dipersiapkan serupa atau sama. Loyalitas yang lemah (Spurious Loyalty) Spurious loyalty terjadi bila sikap yang relatif lemah disertai pola pembelian ulang yang kuat. Situasi ini ditandai dengan faktor non sikap terhadap perilaku misalnya norma subyektif dan faktor situasional. Situasi ini dikatakan pula inertia, dimana konsumen sulit membedakan berbagai merek dalam kategori
19
produk dengan tingkat keterlibatan rendah, sehingga pembelian ulang dilakukan atas dasar pertimbangan situasional, seperti dikarenakan penempatan produk yang strategis pada rak pajangan, lokasi outlet dipusat pembelanjaan atau persimpangan jalan yang ramai, atau faktor diskon. Loyalitas Tersembunyi (Latent Loyalty) Situasi Latent loyalty tercermin bila sikap yang kuat disertai pola pembelian ulang yang lemah. Situasi yang menjadi perhatian besar para pemasar ini disebabkan pengaruh faktor-faktor nonsikap yang sama kuat atau bahkan cenderung lebih kuat daripada faktor sikap dalam menentukan pembelian ulang. Loyalitas Premium (Loyalty) Situasi ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan para pemasar, dimana konsumen bersikap positif terhadap produk atau produsen (penyedia jasa) dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten. Loyalitas dapat diukur dengan tiga indikator (Tjiptono, 2002). 1. Repeat, yaitu apabila pelanggan membutuhkan barang atau jasa yang disediakan oleh penyedia jasa yang bersangkutan. 2. Retention, yaitu ia tidak terpengaruh jasa yang ditawarkan oleh pihak lain. 3. Referral, yaitu apabila jasa yang diterima memuaskan, maka pelanggan akan memberitahukan kepada pihak lain, dan sebaliknya apabila ada ketidakpuasan atas pelayanan yang
20
diterima, ia tidak akan bicara pada pihak lain, tapi justru akan memberitahukan layanan yang kurang memuaskan tersebut pada pihak penyedia jasa.
2.4 Net Promoter Score (NPS) Net Promoter Score merupakan sebuah metode pengukuran untuk mengetahui tingkat loyalitas pelanggan terhadap sebuah perusahaan berdasarkan referral behaviour. Untuk mengetahui tingkat loyalitas pelanggan, NPS hanya membutuhkan sebuah pertanyaan tunggal yaitu “maukah anda merekomendasikan produk atau jasa kepada orang lain?” dengan menggunakan skala 0-10 dan kemudian membagi pelanggan yang mengikuti survey tersebut menjadi tiga kelompok berdasarkan jawabannya. 1. Promoter, yaitu mereka yang berada antara kelompok jawaban 9-10. Pelanggan dari kelompok ini cenderung untuk setia menggunakan produk / jasa yang ditawarkan. 2. Passive, yaitu mereka yang berada antara kelompok jawaban 7-8. Pelanggan dari kelompok ini dianggap pasif karena produk / jasa rentan ditinggalkan apabila ada produk / jasa lain yang lebih bagus, murah, atau punya keunggulan kompetitif lainnya. 3. Detractor, yaitu mereka yang berada antara kelompok jawaban 0-6. Kelompok ini cenderung menyumbangkan 80% kritik dan komentar negatif yang cenderung merusak nama baik dari produk atau jasa yang ditawarkan.
21
Gambar 2.1 Net Promoter Score (Nugraha, 2011)
Skor NPS diperoleh dari pengurangan promoter dengan detractor. NPS = Promoter – Detractor. Sebagai contohnya jika hasil survey menunjukkan komposisi misalnya, Promoter = 60% Passive = 20% Detractor = 20% Skor NPS yang diperoleh adalah sebesar 40%. Semakin tinggi persentase skor yang diperoleh menunjukkan semakin tinggimya tingkat loyalitas pelanggan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan (Nugraha, 2011). Penggunaan metode Net Promoter Score sebelumnya pernah digunakan oleh Allianz Indonesia. Disana Net Promoter Score digunakan untuk mengukur tingkat kesetiaan (loyalitas) dimana nasabah memberikan nilai yang mencerminkan tingkat keinginan mereka untuk merekomendasikan Allianz kepada keluarga atau teman. Mekanisme yang dilakukan oleh Allianz dalam metode NPS adalah dengan menelpon nasabah yang dipilih secara acak dengan
22
mengajukan satu pertanyaan yaitu “seberapa besar keinginan anda untuk merekomendasikan Allianz kepada saudara atau keluarga?”. Dengan begitu nasabah akan merespon tentang produk Allianz yang dipakai serta pengalaman nasabah pada touch point tertentu (contoh touch point : pembayaran claim, pembayaran premi, penerbitan polis dan lain-lain). Penilaian yang dilakukan adalah dengan melihat respon nasabah terhadap keinginan nasabah untuk merekomendasikan Allianz. Dengan kata lain hal tersebut menunjukan tingkat loyalitas nasabah terhadap Allianz. Jika semakin besar keinginan nasabah untuk merekomendasikan Allianz maka semakin tinggi nilai NPS. Sebaliknya jika hasil perhitungan nilai NPS adalah negatif maka menunjukkan
kurangnya
merekomendasikan
Allianz.
keinginan Dengan
nasabah
demikian
nilai
untuk NPS
mengindikasikan kualitas pelayanan Allianz. Tindak lanjut yang akan dilakukan oleh Allianz adalah dengan masukan dari nasabah akan dipelajari oleh departemen terkait untuk dicari akar penyebabnya. Kemudian ditentukan solusi – solusi untuk menjawab akar permasalahan tersebut. Seberapa besar hasil implementasi solusi tersebut dapat meningkatkan loyalitas nasabah dapat dipantau melalui hasil perhitungan nilai NPS pada periode – periode berikutnya. Dengan begitu NPS bisa berperan dalam mengukur tingkat loyalitas pelanggan dan perbaikan atas pelayanan yang dilakukan oleh Allianz secara rutin dan berkelanjutan (Corporate Management Unit, 2007).
23
2.5 Profil Biro Tour Roemah Emak Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan bapak Gadang selaku kepala Biro Tour Roemah Emak, yang menerangkan bahwa Biro Perjalanan Wisata Tour Roemah Emak adalah salah satu badan usaha yang bergerak di bidang pariwisata, yang melayani beberapa paket tur wisata ke Karimunjawa. Dimana usahanya dimulai sejak tahun 2007 dengan pembangunan villa pribadi. Sejak saat itu, banyak ditanyakan mengenai penyewaan villa tersebut. Dan pada akhir 2009, mulai dibuat paket tur dan pada bulan Januari 2010 launching website dan fan page di facebook. Paket tur yang ditawarkan antara lain : Paket Snorkel 2H/1M, mulai dari 725.000/orang, Paket Snorkel 4H/3M, mulai dari 1.290.000/orang, Paket Backpacker 4H/3M, mulai dari 620.000/orang, Paket FunDive 4H/3M, mulai dari 1.440.000/orang, Paket FunDive 2H/1M, mulai dari 850.000/orang, Paket Snorkel Eko 2H/1M, mulai dari 640.000/orang,
Paket
Roemah
Emak
Backpacker
4H/3M,
350.000/orang, Paket Super Backpacker 4H/3M, 375.000/orang, Additional Diving Package, mulai dari 600.000/orang. Dan didukung
dengan
kerjasama
dengan
pihak
–
pihak
dari
Karimunjawa, sehingga memudahkan bagi biro tersebut untuk menyediakan segala kebutuhan wisata selama di Karimunjawa, maka biro perjalanan wisata ini didirikan untuk membantu para wisatawan menikmati keindahan Karimunjawa semaksimal mungkin tanpa membuang-buang waktu untuk mencari kegiatan selama di Karimunjawa. Saat wisatawan berangkat dari rumah, biro ini memiliki harapan bahwa wisatawan tidak lagi berangkat tanpa
24
tujuan yang pasti, sehingga sangat membantu wisatawan agar dapat menikmati liburan yang menyenangkan.
2.6 Skala Likert Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator – indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator – indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Total skor merupakan penjumlahan skor responsi dari responden yang hasilnya ditafsirkan sebagai posisi responden. Skala ini menggunakan ukuran ordinal sehingga dapat membuat ranking walaupun tidak diketahui berapa kali satu responden lebih baik atau lebih buruk dari responden lainnya (Riduwan, 2009). Skala likert juga terdapat beberapa skala yaitu skala 1 sampai dengan skala 5 yang diberi bobot nilai seperti : Skala 1 = Sangat Tidak Setuju, diberi bobot nilai 1 Skala 2 = Tidak Setuju, diberi bobot nilai 2 Skala 3 = Netral, diberi bobot nilai 3 Skala 4 = Setuju, diberi bobot nilai 4 Skala 5 = Sangat Setuju, diberi bobot nilai 5
25
Adapun interval atau rentang nilai yang digunakan dalam penelitian ini yang didasarkan pada penggunaan skala likert adalah :
Interval = = = 0,8 Kemudian dibuat interval atau rentang skala sehingga dapat diketahui letak rata – rata penilaian responden terhadap masing – masing indikator dalam penelitian nilai interval skala tersebut yaitu : Interval Nilai = 1,00 – 1,80 termasuk kategori sangat tidak baik (1) 1, 81 – 2,60 termasuk kategori tidak baik (2) 2,61 – 3,40 termasuk kategori netral (3) 3,41 – 4,20 termasuk kategori baik (4) 4,21 – 5,00 termasuk kategori sangat baik (5)
2.7 Statistika Deskriptif Kualitatif Statistika deskriptif adalah bagian statistika yang mempelajari mengenai tata cara pengumpulan, penyajian, penentuan nilai – nilai statistik, atau pembuatan diagram atau gambar mengenai data suatu hal. Atau dengan kata lain, statistika deskriptif adalah statistika yang berusaha menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data, seperti berapa nilai rata – ratanya, seberapa jauh data bervariasi (Saleh, 1998).
26
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (Bungin, 2005). Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa statistika deskriptif kualitatif adalah statistika yang menjelaskan karakteristik data berupa kategori dan mempunyai makna tingkatan.
2.8 Framework CodeIgniter 2.8.1 Pengertian CodeIgniter CodeIgniter pertama kali dibuat oleh Rick Ellis, CEO Ellis Lab, Inc. Sebuah perusahaan yang memproduksi sebuah CMS (Content Management System) yang handal yaitu ExpressionEngine. Saat ini, CodeIgniter dikembangkan dan dimaintainkan oleh ExpressionEngine Development Team. CodeIgniter adalah sebuah framework untuk web yang dibuat dalam format PHP. Format yang dibuat ini selanjutnya dapat digunakan untuk membuat sistem aplikasi web yang kompleks. CodeIgniter dapat mempercepat proses pembuatan web, karena semua class dan modul yang dibutuhkan sudah ada dan hanya tinggal menggunakannya kembali pada aplikasi web yang akan dibuat. Framework secara umum adalah sebuah susunan atau rangkaian kerja yang tetap dan dibuat sedemikian rupa yang kemudian dapat digunakan kembali dalam sebuah aktivitas kerja
27
yang lain tapi tetap dalam satu area kerja dengan rangkaian kerja yang sebelumnya. Untuk menjalankan CodeIgniter diperlukan server yang menjalankan PHP versi 4.3.2 atau yang lebih tinggi. Jika aplikasi membutuhkan database, maka CodeIgniter
dapat
mendukung
RDBMS
MySQL
(4.1),
MySQLi, Ms. SQLServer, Postgres, Oracle, SQLite, dan ODBC (Wiswakarma, 2010).
2.8.2 Keuntungan Menggunakan CodeIgniter CodeIgniter adalah sebuah framework berbasis PHP yang dapat dibilang cukup populer saat ini. CodeIgniter sudah menyiapkan beberapa kumpulan class – class untuk membuat aplikasi web. Beberapa keunggulan framework CodeIgniter diantaranya : 1. Gratis CodeIgniter berlisensi dibawah Apache/BSD Open Source,
yang memperbolehkan
penggunaan
dari
framework ini sesuai keinginan pengguna. 2. CodeIgniter berukuran kecil Ukuran CodeIgniter yang kecil merupakan keunggulan tersendiri.
Oleh
sebab
itu,
CodeIgniter
ringan
dijalankan pada berbagai platform. Sistem utama dari CodeIgniter hanya memerlukan sedikit ruang pada server untuk membentuk sebuah class library. 3. Menggunakan konsep MVC
28
CodeIgniter menggunakan konsep MVC (Model View Controller) yang dapat mempermudah pembedaan antara tampilan dan program. 4. CodeIgniter mempunyai komunitas pengguna yang besar CodeIgniter
merupakan sebuah
framework
yang
mempunyai komunitas yang sangat besar. Dengan adanya komunitas ini juga dimungkinkan untuk sharing ilmu tentang CodeIgniter dari satu pengguna ke pengguna yang lainnya.