BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Status Gizi Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan zat gizi dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabeltertentu (Hasdianah, 2014). Dalam pembahasan tentang status gizi menurut Hasdianah (2014) Ada tiga konsep yang harus dipahami, ketiga konsep tersebut yaitu : a. Prosedur dari organisasi dalam menggunakan bahan makanan melalui psoses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan metabolisme. Dan pembuangan untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan, fungsi organ tubuh, dan produksi energi, proses ini disebut gizi. b. Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan zat gizi disatu pihak dan pengeluaran organisme dipihak lain. Keadaan ini disebut nutriture. c. Tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh nutriture dapat terlihat melalui variabel tertentu. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat fungsi makanan dan penggunaan zat gizi yang dibedakan antara lain: gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, 9
Universitas Sumatera Utara
10
otot, dan jumlah air dalam tubuh. Indeks antropometri merupakan rasio dari suatu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur (Hasdianah, 2014). Menurut Hasdianah (2014) Salah satu contoh penilaian status gizi dengan antropometri adalah Indeks Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Massa Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi remaja, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. Untuk indeks massa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat menghitung dengan rumus berikut : πΌπΌπΌπΌπΌπΌ =
π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅ π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅ (ππππ) Tinggi Badan (m)π₯π₯ ππππππππππππ π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅ (ππ)
Klasifikasi IMT berdasarkan WHO adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Klasifikasi IMT berdasarkan WHO Indeks Massa Tubuh (IMT) Klasifikasi < 17,0 Sangat kurus 17,0 - 18,5 Kurus 18,5 - 24,9 Normal 25,0 - 29,9 Gemuk 30,0 - 34,9 Obesitas tingkat ringat 35,0 β 39,9 Obesitas tingkat sedang > 40 Obesitas tingkat berat Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia 2010
Keadaan seseorang sangat kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat (KEK) bila IMT < 17,0. Keadaan seseorang dikatakan kurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan bila IMT 17,0 - 18,5. Keadaan seseorang
Universitas Sumatera Utara
11
dikategorikan normal bila IMT 18,5 - 24,9. Keadaan seseorang dikatakan gemuk bila IMT 25,0 - 29,9. Sedangkan obesitas dengan kelebihan berat badan tingkat berat memiliki memiliki tiga tingakatan yaitu obesitas tingat ringan, obestas tingkat sedang dan obesitas tingkat berat. Obesitas tingkat ringan bila IMT 30,0 34,9. Obesitas tingkat sedang bila IMT 35,0 β 39,9. Sementara obesitas tingkat berat bila IMT > 40. IMT menurut Umur untuk mengukur status gizi remaja berdasarkan standar antropometri penilaian status gizi anak sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010
dengan
menghitung nilai Z-score IMT/U adalah : Z- score =
π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅ π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅ ππππππππππππππ π’π’π’π’π’π’π’π’ β ππππππππππππ π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅ π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅ ππππππππππππππ π’π’π’π’π’π’π’π’ ππππππππππππππ π·π·π·π·π·π·π·π· ππππππ π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅ π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅π΅ ππππππππππππππ π’π’π’π’π’π’π’π’
Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Berdasarkan IMT/U Status Gizi Berdasarkan IMT/U Ambang Batas (Z-score) Sangat kurus < -3 SD Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD Normal -2 SD sampai dengan 1 SD Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD Obesitas > 2 SD
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia 2010
Berdasarkan kategori dan ambang batas srtatus gizi IMT/U keadaan seseorang dikatakan sangat kurus dengan ambang batas < -3 SD. Keadaan seseorang dikatakan kurus dengan ambang batas -3 SD sampai dengan <-2 SD. Keadaan seseorang dikatakan normal dengan ambang batas -2 SD sampai dengan 1 SD. Keadaan seseorang dikatakan sangat gemuk dengan ambang batas >1 SD sampai dengan 2 SD. Keadaaan seseorang dikatakan obesitas dengan ambang batas > 2 SD.
Universitas Sumatera Utara
12
2.2 Zat Gizi Makro Makro berasal dari bahasa Yunani yang berarti besar. Maka zat gizi makro adalah zat yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar. Zat ini digunakan untuk membentuk dan memelihara jaringan sel-sel tubuh, sebagai sumber tenaga agar bisa beraktivitas dan sebagai zat pegatur sistem didalam tubuh. Zat gizi yang termasuk dalam kelompok zat gizi makro adalah karbohidrat, protein dan lemak (Irianto, 2014). 2.3 Energi dalam Makanan Manusia memerlukan energi agar tubuhnya tetap hangat dan seluruh proses kehidupannya dapat berjalan dengan lancar. Semua energi ini berasal dari pembakaran kimiawi makanan, yaitu proses yang membutuhkan oksigen dengan memproduksi karbon dioksida dan air. Stimulus utama yang merangsang asupan makanan adalah kebutuhan untuk mepertahankan pasokan energi yang adekuat dan selera ini memiliki pengaruh yang penting pada asupan semua nutrien yang lain (Mann dan Truswell, 2014). 2.3.1 Kebutuhan Energi Remaja Kebutuhan energi dapat dibagi menjadi tiga komponen utama, yaitu : metabolisme basal, termogenesis yang ditimbulkan oleh makanan dan aktivitas fisik, serta pertumbuhan jaringan baru jika anak-anak atau orang dewasa yang baru sembuh dari sakit dan mengalami penurunan berat badan memerlukan energi tambahan untuk pertumbuhan jaringan sementaara ibu hamil dan menyusui memerlukan energi tambahan untuk mempertahankan pertumbuhan janinnya (Mann dan Truswell, 2014).
Universitas Sumatera Utara
13
Kebutuhan energi pada remaja yang sedang tumbuh sulit untuk ditentukan secara tepat. Faktor yang perlu di perhatikan untuk menentukan kebutuhan gizi remaja adalah aktivitas fisik seperti olahraga. Remaja yang aktif dan aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan asupan energi yang lebih besar di bandingkan dengan remaja yang kurang aktif berolahraga (Irianto, 2014). Energi yang digunakan untuk melakukan aktifitas dalam kehidupan seharihari di dapat oleh tubuh dari energi yang di lepaskan di dalam tubuh pada proses pembakaran zat makanan. Akan tetapi kita tidak memperoleh seluruh energi makanan yang kita makan, karena tidak semua energi yang terkandung di dalam makanan dapat diubah oleh tubuh menjadi energi kerja (Irianto, 2014). Proses metabolisme tubuh, energi makanan hanya sebagian diubah ke dalam energi kerja, sedangkan sebagian lagi diubah menjadi panas. Dengan demikian dapat di mengerti bila sehabis makan atau tidak melakukan kerja tubuh akan mengalami kelebihan energi kemudian diubah menjadi lemak tubuh, akibatnya terjadi berat badan berlebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang bergerak. Sebaliknya jika tubuh megalami kekurangan energi tubuh akan mengalami keseimbangan negatif, akibatnya berat badan berkurang dari berat badan seharusnya (ideal). Di dalam tubuh ada tiga golongan zat makanan yang dapat dinoksidasi untuk mendapatkan energi yaitu karbohidrat, lemak, dan protein (Irianto, 2014).
Universitas Sumatera Utara
14
Menurut AKG 2013, Kebutuhan energi per orang hari dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.3 Kebutuhan Energi per hari untuk Kelompok Umur 14-17 Tahun Kelompok Umur BB (kg) TB (cm) Energi (kkal) 46 158 2475 Pria (14-15 tahun) 46 155 2125 Wanita (14-15 tahun) 56 165 2675 Pria (16-17 tahun) 50 158 2125 Wanita (16-17 tahun) Sumber : Angka Kecukupan Gizi (AKG), 2013
2.4 Karbohidrat dalam Makanan Karbohidrat adalah energi yang disimpan. Karbohidrat disintesis oleh tanaman dari air serta karbondioksida dengan menggunakan energi matahari, bentuk karbohidrat yang paling sederhanan yaitu glukosa (C6H12O6), bersifat mudah larut, dan setelah diserap usus, glukosa akan diangkut melalui darah ke jaringan tempat karbohidrat doksidasi kembali menjadi air dan karbon dioksida, yang melalui proses ini, hospes (host) akan memperoleh energi untuk proses metabolisme sel. Karbohidrat merupakan sumber energi makanan yang paling penting di dunia, dan bahan utama sereal atau biji-bijian seperti beras, gandum, maizena, oatmeal (havermunt), millet, serta sorghum (Mann dan Truswell, 2014). Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur. Karbohidrat yang terasa manis disebut gula (sakarin). Gula menjadi bentuk karbohidrat yang semakin penting karena hasrat manusia terhadap rasa manis mengakibatkan peningkatan produksi gula sedemikian rupa sehingga sekarang gula memberikan nergi dari makanan yang lebih banyak pada banyak negara dibandingkan makanan seoerti umbi-
Universitas Sumatera Utara
15
umbian yang mengandung pati, kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan buahbuahan (Mann dan Truswell, 2014). 2.4.1 Fungsi Kabohidrat dalam Tubuh Menurut Proverawati (2011) Fungsi utamanya sebagai sumber energi (1gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori) bagi kebutuhan sel-sel jaringan tubuh. Sebagian dari karbohidrat diubah langsung menjadi energi untuk aktifitas tubuh, dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen di hati dan di otot. Ada beberapa jaringan tubuh seperti sistem syaraf dan eritrosit, hanya dapat menggunakan energi yang berasal dari karbohidrat saja. Melindungi protein agar tidak dibakar sebagai penghasil energi. Apabila karbohidrat yang dikonsusmsi tidak mencukupi untuk kebutuhan energi tubuh dan jika tidak cukup terdapat lemak di dalam makanan atau cadangan lemak yang disimpan di dalam tubuh, maka protein akan menggantikan fungsi kabohidrat sebagai penghasil energi. Membantu metabolisme lemak dan protein, sehingga dapat mencegah terjadinya ketosis dan pemecahan protein yang berlebihan. Di dalam hepar erfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik tertentu. Beberapa jenis karbohidrat mempunyai fungsi khusus di dalam tubuh. Laktosa misalnya berfungsi membantu penyerapan kalsium. Robosa merupakan komponen yang penting dalam asam nukleat. Selain itu beberapa golongan karbohidrat yang tidak dapat dicerna, mengandung serat (dietary fiber) berguna unyuk pencernaan dalam memperlancar defekasi. Bahan pembentuk asam amino esensial, metabolisme normal lemak,
Universitas Sumatera Utara
16
menghemat protein, meningkatkan pertumbuhan bakteri usus, mempertahankan gerak usus, meningkatkan konsumsi protein, mineral, dan vitamin B. Ada satu hal yang harus kita patuhi yaitu menjaga kesimbangan asupan karbohidrat sederhana dam kompleks yang terdapat pada tubuh kita. Jadi, jangan sampai salah satu berlebihan atau kekurangan. Jika kita merasa tubuh kita menjadi sangat lemas, itu tandanya kita kekurangan karbohidrat sederhana. Kekurangan karbohidrat kompleks dapat dilihat bila pencernaan kita terganggu misalnya sering diare atau mencret. Jadi mulai sekarang perhatikanlah asupan karbohidrat dalam makanan kita. Cobalah untuk mengurangi gula tambahan dan banyakbanyaklah mendapatkan karbohidrat dengan mengansumsi buah-buahan (Irianto, 2014). Menurut AKG 2013, Kebutuhan karbohidrat per orang hari dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.4 Kebutuhan Karbohidrat Perorang Perhari untuk Kelompok Umur 14-17 Tahun Kelompok Umur BB (kg) TB (cm) Karbohidrat (g) 46 158 340 Pria (14-15 tahun) 46 155 292 Wanita (14-15 tahun) 56 165 368 Pria (16-17 tahun) 50 158 292 Wanita (16-17 tahun) Sumber : Angka Kecukupan Gizi (AKG), 2013
2.5 Protein dalam Makanan Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesusah air. Seperlima bagian tubuh protein, separuhnya ada di dalam otot, seperlima di dlam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh didalam kulit, dan selebihnya didalam jaringan lain, dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intra seluler dan sebagainya adalah protein. Disamping itu asam
Universitas Sumatera Utara
17
amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekursor sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang penting untuk kehideupan. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi laon, yaitu membangun serta memelhara sel-sel dan jaringan tubuh (Proverawati, 2011). Protein dibentuk dari unit-unit pembentuknya yang disebut asam amino. Dua golongan asam amino adalah asam amino esensial dan asam amino nonesensial. Asam-asam amino esensial adalah isoleusin, leusin, methionin, fenilalanin, threonin, triptofan, valin, daan histidin (Proverawati, 2011). Protein dibedakan menjadi protein hewani dan protein nabati. Protein yang berasal dari hewani seperti daging, ikan, ayam, telur, susu disebut protein hewani, sedangkan protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti kacang-kacangan, tempe, dan tahu diebut protein nabatai. Dahulu, protein hewani dianggap berkualitas daripada menu seimbang protein nabati, karena mengandung asamasam amino yang lebih komplit. Tetapi hasil penelitian akhir-akhir ini membuktikan bahwa kualitas protein nabati setinggi kualitas protein hewani, asalkan makanan sehari-hari beraneka ragam. Protein dicerna menjadi asam-asam amino, yang kemudian dibentuk protein tubuh di dalam otot dan jaringan lain (Proverawati, 2011). 2.5.1 Fungsi Protein dalam Tubuh Menurut Proverawati (2011) Protein dapat berfungsi sebagai sumber energi apabila karbohidrat yang dikonsumsi tidak mencukupi seperti pada waktu berdiet ketat atau pada waktu latihan fisik intensif. Sebaiknya, kurang lebih 15%
Universitas Sumatera Utara
18
dari total kalori yang dikonsumsi berasal dari protein. Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan mempertahankan jaringan, membentuk senyawa-senyawa esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, mempertahankan kenetralan (asambasa) tubuh, membentuk antibodi, dan mentranspor zat gizi. Protein juga berfungsi sebagai bahan pembentuk enzim. Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau dibantu oleh senyawa mikro molekul spesifik. Dari reaksi yang sangat sederhana seperti reaksi transportasi karbon dioksida sampai semua enzim menunjukan daya katalisatik yang luar biasa dan biasanya mempercepat reaksi.Selain itu protein juga sebagai Protein sebagai alat pengangkut dan alat penimpan. Banyak molekul dengan berat molekul kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein-protein tertentu. Protein sebagai pengatur pergerakan. Protein merupakan komponen utama daging. Gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul protein yang berperan yaitu aktin dan myosin. Protein sebagai penunjang mekanis, kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebakan adanya kalogen. Suatu protein berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut. Protein sebagai pengendalian pertumbuhan. Protein ini bekerja sebagai reseptor yang dapat mempengaruhi fungsi-fungsi DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan. Protein sebagai media perambatan impuls syaraf. Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya brupa reseptor.
Universitas Sumatera Utara
19
2.5.2 Bahan Makanan Sumber Protein Protein dapat ditemukan baik dari makanan nabati maupun hewani. Dari nabati contohnya kacang-kacangan, sercis, kecambah, padi-padian, biji-bijian. Sedangkan yang hewani contohnya daging merah, ayam atau unggas, ikan, kerang, telur, susu, keju, dan peternakan lainnya. Daging merah adalah protein kelas satu dan merupakan sumber yang baik dari asam amino esensial dan besi. Tapi remaja dianjurkan untuk tetap mematasi konsumsi daging merah, seminggu sekali saja, karena daging merah ini juga mengandung lemak jenuh yang dapat berbahaya jika dimakan berlebihan. Makanan yang tinggi protein namun rendah lemak jenuhnya adalah kacang-kacangan, iji-bijiam, ikan, ayam (dada). Sedangkan ercis dan kacang (beans) selain mengandung protein juga dapat mengurangi kadar kolesterol darah (Mitayani, 2010). Nah agar kebutuhan protein tercukupi dengan tidak menambah asupan lemak secara berlebihan, maka kita dapat mengolah sumber protein tersebut dengan cara direbus, dikukus, dipepes, atau boleh sekaligus ditumis. Hindari proses
menggoreng
dengan
mintak
banyak
(deep
frying).
Di
tengah
melambungnya harga kebutuhan pokok, salah satunya daging, sumber protein yang dapat menjadi pilihan karena harganya relatif terjangkau adalah telur. Tak hanya itu protein telur juga mampu mengubah protein sumber makanan lain supaya lebih berguna bagi tubuh(Irianto, 2014). Protein secara berlebihan tidak menguntungkan bagi tubuh. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan protein dapat mengganggu metabolisme protein yang berada di hati.
Universitas Sumatera Utara
20
Hal ini mengakibatkan terganggunya fungsi ginjal yang berfungsi membuang hasil metabolisme protein yang tidak terpakai. Jika kadar protein terlalu tinggi dapat mengakibatkan kalsium keluar dari tubuh dan menjadi penyebab osteoporosis. Karena protein merupakan makanan pembentuk asam, kelebihan aupan protein ini disebut asidosis yaitu gangguan pencernaan, seperti kembung, sakit maag, sembelit, merupakan gejala awal asidosis (Irianto, 2014). Menurut AKG 2013, Kebutuhan protein per orang hari dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.5 Kebutuhan Protein Perorang Perhari untuk Kelompok Umur 1417 Tahun Kelompok Umur BB (kg) TB (cm) Protein (g) 46 158 72 Pria (14-15 tahun) 46 155 69 Wanita (14-15 tahun) 56 165 66 Pria (16-17 tahun) 50 158 59 Wanita (16-17 tahun) Sumber : Angka Kecukupan Gizi (AKG), 2013
2.6 Lemak dalam Makanan Lemak adalah suatu zat yang kaya dengan energi, lemak berfungsi sebagai sumber energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak yang ada di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati yang dapat disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai energi. Lemak disebut juga dengan lipid, lipid terbagi dua kelas yaitu a) lipid yang terdapat di dalam tubuh, b) lipid yang dihasilkan dalam tubuh untuk membentuk membran kemudian membentuk lemak untuk mensintesis hormon-hormon. Berdasarkan bentuknya lemak tergolong dalam lemak padat (mentega dan lemak hewan) dan lemak cair (miyak sawit dan minyak kelapa). Berdasarkan penampakan lemak tergolong alam lemak kentara ( mentega dan lemak pada daging sapi) dan lemak tak kentara (lemak dalam telur, alpukat, dan lemak susu) (Proverawati,2011).
Universitas Sumatera Utara
21
2.6.1 Fungsi Lemak dalam Tubuh Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai sumber energi, bahan baku pada hormon, sebagai transport bagi vitamin yang larut dalam lemak, sebagai insulin terhadap perubahan suhu, serta sebagai pelindung organ yang ada di dalam tubuh. Kekurangan lemak dalam makanan akan menyebabkan kulit menjadi kering dan bersisik. Dalam saluran cerna, lemak akan lebih lama berada di dalam lambung dibandingkan dengan karbohidrat dan protein, proses penyerapan lemak lebih lambat dibandingkan unsur lainnya. Oleh karena itu, makanan yang mengandung lemak mampu memberikan rasa kenyang yang lebih lama dibandingkan makanan yang kurang mengandung lemak (Proverawati,2011). Fungsi lain dari lemak yaitu mengabsorbsi vitamin yang larut dalam lemak. Selain itu, lemak juga merupakan sumber asam lemak esensial yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh dan harus disuplai dari makanan. Fungsi lemak sebagai bahan baku hormon sangat berpengaruh terhadap proses fisiologis dalam tubuh, contohnya pembuatan hormon seks. Jaringan lemak di dalam tubuh (jaringan adiposa) memiliki fungsi sebagai insulator untuk membantu tubuh dalam mempertahankan temperaturnya, sedangkan pada wanita dapat memberikan kontur khas feminim seperti jariga lemak di bagian bokong dan dada. Selain itu, lemak tubuh dalam jaringan lemak juga berperan sebagai bantalan yang melindungi organ dalam seperti bola mata dan ginjal (Proverawati, 2011). Asupan lemak merupakan salah satu sumber energi bagi tubuh. Lemak juga merupakan zat yang digunakan tubuh untuk memproduksi prostaglandin, yaitu hormon yang berperan dalam mengatur tekanan darah ,sistem saraf, denyut
Universitas Sumatera Utara
22
jantung,
konstroksi
pembuluh
darah
serta
pembekuan
darah.
Dengan
mengonsumsi makanan yang mengandung lemak, rasa kenyang yang kita rasakan setelah makan juga akan bertahan lebih lama. Namun terlalu banyak makanmakanan berlemak memberikan efek buruk bagi kesehatan. Mengonsumsi makanan tinggi lemak akan meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, kolesterol darah, diabetes, obesitas, penyakit batu empedu, pnyakit liver dan osteoartritis juga dipicu oleh karena banyak makan makanan yang mengandung tinggi lemak (Mitayani, 2010). 2.6.2 Gangguan Metabolisme Lemak Menurut Cakrawati dan Mustika (2012) gangguan metabolisme lemak yaitu kelebihan lemak (obesitas) meskipun bukan merupakan penyakit, tetapi dapat menyebabkan timbulnya penyakit, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung, hipertensi. Obesitas terjadi jika ada kelebihan kalori hasil metabolisme. Pada penderita obesitas, lemak berlebihan ditimbun pada jaringan-jaringan otot, terkadang juga dalam pankreas ataupun hati. Penimbunan lemak yang tidak merata, dapat menyebabkan semacam tumor. Glukosa dalam darah yang berlebih dapat diubah menjadi komponen lemak, yaitu dalam bentuk trigliserida atau disebut lemak kolesterol. Darah yang bersifat seperti air dapat melarutkan lemak dalam bentuk emulsi dengan bantuan lipoprotein. Bila kadar gula berlebih, sedangkan kemampuan lipoprotein terbatas sehingga sebagian kolesterol tidak terlarut. Selanjutnya dapat menimbulkan endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga rongga pembuluh darah menyempit dan pasokan darah ke sel jaringan orga berkurang. Pada jaringan
Universitas Sumatera Utara
23
otak
berdampak
memperparah
stroke
hipoglikemia
akibat
komplikasi
metabolisme protein tersebut. Bila mengenai pembuluh darah jantung yang mengaliri inding otot jantung (arteria koronaria), menimbulkan gangguan penyakit jantung koroner. Hiperlipidemia dimana suatu kondisi yang ditandai oleh peningkatan kadar lipid/lemak darah. Hiperlipidemia terbagi menjadi hiperlipidemia primer yaitu kondisi dimana disebabkan oleh kelainan genetik. Pada keadaan yang agak berat tampak adanya xantoma (penumpukan lemak di bawah jaringan kulit). Hiperlipidemia sekunder yaitu peningkatan kadar lipid darah disebabkan oleh suatu penyakit tertentu, misalnya diabetes mellitus, gangguan tiroid, penyakit hepar dan penyakit ginjal. Difisiensi lemak terjadi saat kelaparan (starvation), gangguan penyerapan (malabsorption). Pada kondisi tersebut, tubuh terpaksa mengambil kalori dari simpanan berupa protein ataupun lemak di jaringan otot karena intake yang kurang. Hal ini mengakibatkan vakuola pada jaringan otot yang ditempati oleh lemak menjadi keriput, sel menjadi longgar dan diisi oleh transudat. Semakin banyak lemak yang hilang maka semakin bayak cairan interstitium. Pada akhirnya proses ini dapat menimbulkan penurunan berat badan, karena karbohidrat yang disimpan berkurang. Menurut AKG 2013, Kebutuhan lemak per orang hari dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
24
Tabel 2.6 Kebutuhan Lemak Perorang Perhari untuk Kelompok Umur 14-17 Tahun Kelompok Umur BB (kg) TB (cm) Lemak (g) 46 158 99,6 Pria (14-15 tahun) 46 155 85,2 Wanita (14-15 tahun) 56 165 106,8 Pria (16-17 tahun) 50 158 85,2 Wanita (16-17 tahun) Sumber : Angka Kecukupan Gizi (AKG), 2013
2.7 Serat dalam Makanan Serat pangan adalah senyawa berbentuk kabohidrat kompleks yang banyak terdapat pada dinding sel tanaman pangan. Serat pangan tidak dapat dicerna dan tidak diserap oleh saluran pencernaan manusia, namun serat memiliki fungsi yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan sebagai komponen penting dalam terapi gizi (Astawan, 2009). Rata-rata konsumsi serat pangan penduduk Indonesia adalah 10,5 gram per hari. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia baru memenuhi kebutuhan seratnya sekitar sepertiga dari kebutuhan ideal sebesar 30 gram setiap hari. Menurut American Association, rata-rata konsumsi serat penduduk Amerika serikat adalah 11 gram per hari, sedangkan konsumsi serat penduduk Kenya dan Uganda adalah sekitar 70-90 gram setiap hari (Astawan, 2009). Dari data komparasi tersebut, terlihat bahwa konsumsi serat penduduk Indonesia dan Amerika Serikat masih jauh dari kebutuhan serat yang direkomendasikan. Hal ini mengakibatkan penyakit degeneratif di kedua negara tersebut meningkat tajam, bahkan penyakit jantung sudah menjadi penyakit pembunuh nomor satu sejak tahun 1990. Kondisi yang jauh berbeda dijumpai pada penduduk Kenya dan Uganda yang konsumsi seratnya tergolong tinggi. Pada kedua negara tersebut, lahu penyakit degeneratif tergolong rendah (Astawan, 2009).
Universitas Sumatera Utara
25
Menurut karakteristik fisik dan pengaruhnya terhadap tubuh, serat pangan dibagi atas dua golongan besar, yaitu serat pangan larut dalam air (soluble dietary fiber) dan serat pangan tak larut air (insoluble dietary fiber) (Astawan, 2009). Serat pangan larut air merupakan komponen serat yang dapat larut di dalam air dan juga dalam saluran pencernaan. Komponen serat ini dapat membentuk gel dengan cara menyerap air. Yang termasuk ke dalam kelompok serat pangan larut dalam dalam air adalah pektin, psilllium, gum, musilase, karagenan, asam alginat, dan agar-agar (Astawan, 2009). 2.7.1 Fungsi Serat dalam Tubuh Serat pangan larut dalam air berfungsi untuk memperlambat kecepatan pencernaan dalam usus sehingga aliran energi ke dalam tubuh menjadi berkurang, memberikan perasaan kenyang yang lebih lama, memperlambat kemunculan gula darah (glukosa), sehingga membutuhkan sedikit insulin untuk mengubah glukosa menjadi energi. Serat juga dapat membantu mengendalikan berat badan dengan cara memperlambat munculnya rasa lapar. Bagi saluran pencernaan serat meningkatkan kesehatan dengan cara meningkatkan mortalitas (pergerakan) usus besar, kecukupan serat latut dalam air berguna mengurangi risiko penyakit jantung, mengikat asam pada empedu, dan lemak dapat mengikat lemak dan kolesterol, kemudian mengeluarkannya memalui feses (proses buang air besr) (Astawan, 2009). Serat pangan tak larut adalah serat yang tidak dapat larut, baik di dalam air maupun di dalam saluran pencernaan. Sifat menonjol dari komponen serat ini memiliki kemampuannya menyerap air serta meningkatkan tekstur dan volume
Universitas Sumatera Utara
26
feses, sehingga makanan dapat melewati usus besar dengan cepat dan mudah. Yang termasuk ke dalam kelompok serat pangan tak larut dalam air adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin (Astawan, 2009). Serat yang tak larut dalam air berfungsi mempercepat waktu tinggal makanan dalam usus dan meningkatkan berat feses, memperlancar proses buang air besar, mengurangi risiko wasir, divesrtikulosis, dan kanker usus besar (Astawan, 2009). Memenuhi kebutuhan serat pangan sekaligus memenuhi gizi yang lengkap dan seimbang, kita harus mengonsumsi kombinasi bermacam serat pangan dari nasi beras yang masih ada kulit arinya, biji-bijian, sayur-sayuran, dan buahbuahan. Semua makanan berserat terdiri atas kombinasi serat larut dan serat larut dan tak larut. Pada umumnya komposisi serat pangan tak larut lebih dominan dibandingkan serat larut. Misalnya untuk 1000 gram pisang, jumlah serat tak larut sebesar 1,4 gram, sedangkan serat larutnya 0,6 gram. Demikian juga pada 100 gram apel dengan kulitnya, terdapat 2 gram serat tak larut dan 0,6 gram serat larut (Astawan, 2009). 2.7.2 Sumber Serat Pangan Sumber serat pangan yang baik adalah sayuran, buah-buahan, serelia, dan kacan-kacangan. Kandungan serat dalam makanan sangat bervariasi antara satu sumber dengan sumber lainnya. Makan sayuran dan buah-buahan dalam jumlah cukup memiliki fungsi ganda, yaitu selain sebagai sumber serat juga merupakan sumber vitamin dan mineral, yang kesemuanya itu diperlukan untuk pemeliharaan kesehatan tubuh secara optimal. Beberapa vitamin (A,C, dan E) serta beberapa
Universitas Sumatera Utara
27
mineral (seng, tembaga, dan selenium) dari sayuran dan buah-buahan juga telah diketahui peranannya sebagai atioksidan untuk pencegahan berbagai penyakit dan penuaan sel (Astawan, 2009).
Jenis Sayuran
Kadar Serat Pangan Rebung 2,56 Kecambah Kedelai 1,27 Brokoli 2,63 Pecay 1,58 Ketimun 0,61 Sawi 1,01 Daun kelor 4,53 Daun Talas 2,58 Biji Kecipir 2,94 Paria 2,59 Bayam 3,28 Produk-produk makanan hewani, seperti daging, ikan , susu dan telur, serta hasil-hasil olahannya mengandung serat dalam jumlah sangat sedikit karena hampir seluruh bahan makanan tersebut dapat dicerna tubuh. Itulah sebabnya konsumsi bahan-bahan makanan tersebut harus juga diimbangi dengan konsumsi bahan pangan sumber serat (Astawan, 2009). 2.7 Kandungan Serat Pada Sayuran
Adapun Buah-buahan yang banyak mengandung serat yaitu:
Universitas Sumatera Utara
28
2.8 Kandungan Serat Pada Buah-Buahan Jenis Buah-Buahan Nanas segar Lemon Jeruk Pisang Pepaya Mangga Alpukat Belimbing Srikaya Manggis Nangka Durian Pir Sirsak
Kadar Serat Pangan 1,46 2,06 1,08 1,63 0,91 1,06 13,5 2,5 4,4 1,8 1,6 3,8 5,1 3,3
Sumber : Made Astawan, 2009
2.9 Kandungan Serat Pangan Kacang-Kacangan Jenis kacang-kacangan Kadar Serat Pangan Kacang Tolo 4,5% Kacag Hijau 1,4% Kacang Panjang 3,34% Kacang Mete 3,3% Kacang Almond 11,8% Kacang Kedelai 17,7% Sumber : Made Astawan, 2009
Pada serealia yang kaya serat adalah beras, jagung, jali. Beras giling berkadar serat pangan dan vitamin (khususnya vitamin B1) lebih rendah dibandingkan beras tumbuk. Oleh karena itu, dalam memilih beras sebaiknya jangan memilih beras yang terlalu bersih (putih). Makin bersih beras berarti beras tersebut makin miskin akan vitamin dan serat, karena sebagian besar telah terbuang dedak yang merupakan limbah dalam proses penggilingan beras (Astawan, 2009).
Universitas Sumatera Utara
29
Kandungan serat pangan dari tepung dan roti tergantung kepada kandungan dedaknya. Kandungan serat pangan pada roti cakelat (wholemeal) adalah sekitar 8,5%, sedangkan pada roti putih (white bread) adalah sekitar 2,7%. Beberapa bahan makanan lain yang terbuat dari serealia, seperti breakfast cereals, cakes, biskuit, pasty juga merupakan sumber serat pangan yang cukup baik (Astawan, 2009). Kacang-kacangan yang banyak mengandung serat adalah kacang tolo 4,5%, kacang hijau 1,4%, dan kacang-kacangan lain beserta hasil olahannya, seperti tempe dan oncom (Astawan, 2009). 2.6.3 Fungsi Serat dalam Pencegahan Penyakit Penyakit gigi disebabkan oleh tingginya gula dan bahan makanan bergizi lainnya, seperti lemak dan protein yang menempel pada gigi. Bahan-bahan makanan tersebut disenangi oleh bakteri pembusuk pada mulut. Konsumsi serat pangan yang cukup akan membersihkan gizi dari sisa-sisa makanan, sehingga aman dari kerusakan bakteri pembusuk. Itu sebabnya dalam suatu jamuan makan selalu disediakan βpencuci mulutβ yang biasanya berupa apel, mangga, pepaya, atau buahan-buahan lainnya yang tinggi serat pangannya (Astawan, 2009). Pada pertengahan tahun 1970-an. Konsumsi serat pangan diklaim dapat memberikan efek positif terhadap penyembuhan penyakit diabetes dan kardiovaskular. Seseorang yang menderita penyakit diabetes harus membatasi konsumsi karbohidrat (gula) dalam menu sehari-hari. Suatu penelitian di Capetown menunjukan bahwa pada penduduk yang mengonsumsi serat pangan rata-rata 6,5 per hari ditemukan penderita diabetes sebanyak 3,6%. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
30
penduduk yang mengonsumsi serat rata-rata 24,8 gram per hari hanya ditemukan 0,05% penderita (Astawan, 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease
karena
seseorang umumnya tidak mengetahui dirinya menderita hipertensi, sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Penyakit ini dikenal juga sebagai hetegenous group of disease, karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial-ekonomi. Secara umum, seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya adalah 120/80 mmHg) (Astawan, 2009). Tekanan darah tinggi terutama disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah, akibat kolesterol pada dinding pembuluh darah. Serat pangan larut air dapat menunrunkan kolesterol darah. Dengan demikian, serat pangan juga berperan membantu menurunkan tekanan darah tinggi. Serat yang baik untuk mengatasi tekanan darah tinggi adalah serat yang bersifat larut (soluble dietary) yang dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayuran, seperti pisang, apel, dan seledri (Astawan, 2009). Menurut world cancer report-WHO bulan April 2003, saat ini ada sekitar satu juta orang penderita baru yang terdeteksi menderita kanker usus, hampir Β½ juta diantaranya meninggal dunia. Namun, penyakit kanker kolon dapat dicegah melalui perubahan pola makan dan gaya hidup sehat. Penelitian terbaru dari European Prospective into Cancer (EPIC)dan American Institute for Cancer Research (AICR), Mei 2003, melaporkan bahwa kecukupan serat pangan dari sayur dan buah pada pola makan sehari-hari ini dapat mengurangi risiko kanker
Universitas Sumatera Utara
31
usus hingga 40% di masyarakat Eropa dan 27% di Amerika Serikat (Astawan, 2009). Terdapat empat teori utama yang diduga menyebabkan terbentuknya kanker usus besar, yaitu konsumsi lemak yang tinggi, konsumsi daging yang tinggi, konsumsi kolesterol yang tinggi, dan konsumsi serat pangan yang rendah. Faktor-faktor tersebut juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti jenis asam lemak, keseimbangan kalori, dan ketersediaan mikronutrien yang dapat berperan sebagai antioksidan, seperti vitamin E, C, beta-karoten, dan selenium. Ketersediaan mikronutrien antioksidan sangat berperan dalam menangkal pembentukan kanker usus besar. Mikronutrien tersebut terutama terdapat pada bahan nabati rendah kolesterol dan tinggi serat pangan, seperti buah-buahan dan sayuran (Astawan, 2009). Penyakit divertikulosis adalah ketidaknormalan usus besar yang dicirikan oleh timbulnya benjolan mukosa dan luka-luka pada usus. Gejala divertikulosis ditimbulkan oleh terbentuknya feses kecil dan keras di dalam usus. Jika feses berukuran kecil dan keras, tekanan yang diperlukan untuk memompa feses dapat melebihi 90 mmHg. Apabila hal ini berlangsung berulang-ulang setiap hari dalam jangka waktu lama, maka otot-otot usus besar menjadi lemah dan lelah. Keadaan ini akan menyebabkan penonjolan-penonjolan di bagian luar usus membentuk bisul yang kadang-kadang disertai peradangan yang dapat menimbulkan infeksi. Adanya serat pangan akan menyebabkan konsistensi feses menjadi lebih lunak dan lembut. Hal ini disebabkan serat mampu mengikat air. Feses yang lunak
Universitas Sumatera Utara
32
memudahkan otot usus besar memompa feses keluar, sehingga divertikulosis dapat dihindari (Astawan, 2009). Keuntungan terbesar dari serat yang bersifat larut air terhadap kesehatan adalah kemampuannya menurunkan konsesntrasi kolesterol darah. Data epidemiologis dari sejumlah penelitian klinis menunjukkan bahwa serat larut air mencegah penyakit jantung koroner. Serat yang bersifat larut air dari gandum, barley, dan serealia lainnya terbukti punya efek menunrunkan kolesterol. Gum dari jenis guar, locust bean, tragacant dan karagenan, polisakarida kedelai, psilium dan pektin, juga menunjukkan efek hipokolesterolemik (penurunan kolesterol) (Astawan, 2009). Ketika melewati pembuluh darah, kolesterol yang densitasnya rendah (low density lipoprotein) sedikit demi sedikit akan mengendap pada dinding pembuluh darah. Jika hal ini berlangsung terus-menerus, timbunan tersebut akan membentuk plak/kerak (plaque). Adanya plak pada dinding pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis) dan menghambat aliran darah. Hal ini menyebabkan kerja jantung menjadi lebih berat, sehingga menimbulkan gangguan pada kerja jantung bahkan dapat berakibat gagal jantung (Astawan, 2009). Menurut penelitian Asosiasi Jantung Amerika, risiko penderita penyakit jantung koroner akan meningkatkan sebesar 75% apabila nilai kolesterol darah meningkat dari bawah 182 mg menjadi 182-200 mg/100 ml. Penurunan konsentrasi kolesterol darah dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner. Obat penurun kolesterol yang banyak diperjualbelikan seperti resin sequestrant,
Universitas Sumatera Utara
33
colestipol, dan kolestiramin, kadang-kadang punya efek samping terhadap kesehatan, mulai dari konstipasi dan nausea sampai jantung berdebar dan karsinogenisitas. Oleh karena itu, penurunan kolesterol alami seperti serat pangan lebih baik dibandingkan obat-obatan tersebut (Astawan, 2009). Penduduk Amerika Utara berisiko tinggi terhadap penyakit baru empedu pada usia 20 tahun dan gejalanya baru akan terlihat 10 tahun kemudian. Ada dua macam abnormalitas metabolik pada pendeita batu empedu, yaitu sekresi kolesterol yang sedikitnya cadangan asam empedu yang terbentuk akibat meningkatnya jumlah kolesterol dan terhambatnya sintesis asam empedu (Astawan, 2009). Adanya serat pangan akan mengurangi kadar kolestrerol di dalam darah, sehingga kelebihan kolesterol pada kantong empedu dapat dicegah. Dengan demikian, proses pengubahan kolesterol menjadi asam empedu dapat berjalan normal (Astawan, 2009). Menurut AKG 2013, Kebutuhan serat per orang hari dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.10 Kebutuhan Serat Perorang Perhari untuk Kelompok Umur 14-17 Tahun Kelompok Umur BB (kg) TB (cm) Serat (g) 46 158 35 Pria (14-15 tahun) 46 155 30 Wanita (14-15 tahun) 56 165 37 Pria (16-17 tahun) 50 158 30 Wanita (16-17 tahun) Sumber : Angka Kecukupan Gizi (AKG), 2013
2.7 Remaja Remaja berasal dari kata latin (adolescence) (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti βtumbuhβ atau βtumbuh menjadi dewasaβ (Dieny, 2014). Masa remaja, βjalan panjangβ yang menjembatani periode
Universitas Sumatera Utara
34
kehidupan anak dan dewasa, yang berawal pada usia 9 tahun dan berakhir di usia 18 tahun, memang sebuah dunia yang βlenggangβ; dan rentan dalam artian fisik, psikis, sosial dan gizi (Proverawati, 2011). Pada fase ini fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial dan psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami banyak ragam gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali
pengalaman
dalam
menentukan
apa
yang
akan
dikonsumsi
(Proverawati, 2011). 2.7.1 Ciri Masa Remaja dengan Periode Sebelum dan Sesudahnya Menurut Mann dan Truswell (2014), masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya, yaitu: a.
Masa remaja sebagai periode yang penting Pekembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya
perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua Perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru. b.
Masa remaja sebagai periode peralihan
Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk βbertindak sesuai umurnyaβ. Kalau remaja berusaha berperilaku sesuai orang dewasa sering dimarahi. Status remaja tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya. c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Universitas Sumatera Utara
35
Ada empat perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, perubahan tubuh, minat dan peran, perubahan nilai-nilai dan perubahan sikap menjadi ambivalen yaitu menginginkan menurut kebebasan tetapi sering takut bertanggung jawab.
d. Masalah remaja adalah masa yang banyak masalah Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Hal ini karena remaja tidak bisa menyelesaikan masalahnya tanpa meminta bantuan orang lain sehingga terkadang penyelesaian masalah tidak sesuai dengan yang diharapkan. e. Masa remaja adalah masa mencari identitas Identitas diri yang dicari remaja berupa kejelasan siapa dirinya dan apa peran mereka di tengah masyarakat. f. Masa remaja sebagai masa yang menibulkan ketakutan Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung peilaku merusak sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamatanya sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun orang lain. h.
Masa remaja adalah ambang masa dewasa Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang berkembang dan berusaha memberi kesan seseorang yang hampir dewasa. Ia akan memusatkan
Universitas Sumatera Utara
36
dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak. 2.7.2 Masalah Gizi pada Remaja Masalah makan dan gizi yang sering timbul pada remaja menurut Irianto (2014) adalah :
a.
Makan tidak teratur
Pada masa remaja aktifitasnya tinggi, baik kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah. Mereka sering makan cepat lalu ke luar umah. Tidak jarang mereka makan di luar rumah, dengan resiko mereka makan dengan komposisi gizi yang tidak seimbang. Banyak iklan makanan dengan sasaran remaja, antara lain restoran cepat saji. Oleh karena itu sebaiknya di rumah disediakan sayur dan buah segar, untuk menjaga agar kebutuhan gizi tetap terpenuhi. Pola makan remaja sering kacau. Tidak jarang mereka makan pagi dan siang dijadikan satu, remaja perempuan sering melakukan diet dibanding remaja laki-laki. Padahal untuk memenuhi kebutuhan pada puncak pacu tumbuh, mereka memerlukan maka lebih sering atau dalam jumlah yang banyak, agar pertumbuhannya optimal. Tetapi hatihati pada saat pertumbuhan mulai melambat, karena kebiasaan makan berlebihan dapat mengakibatkan berbagai penyakit yang merugikan antara lain obesitas. Kebiasaan merokok, minum alkohol, dan penggunaan obat obatan terlarang merupakan masalah remaja yang dapat mempengaruhi asupan makanan dan status gizinya. Keadaan ini tergantung pada jumlah dan lama pemakaian dan status kesehatan remaja yang bersangkutan (Irianto 2014).
Universitas Sumatera Utara
37
b. Obesitas Obesitas pada masa remaja cenderung menetap hingga dewasa dan makin lama obesitas berlangsung makin besar korelasinya dengan mortalitas dan morbiditas. Obesitas sentral (rasio lingkar perut dan panggul) terbukti berkorelasi terbalik dengan profil lipid pada penelitian longgitudinal Bogalusa. Obesitas juga menimbulkan masalah besar kesehatan sosial, dan pengobatan tidak saja memerlukan biaya tinggi tetapi juga tidak efektif. Karenanya pencegahan obesitas menjadi sangat penting dan remaja daripada dewasa, tetapi ada sebagian remaja yang makannya terlalu banyak melebihi kebutuhannya sehingga menjadi gemuk. Aktif berolahraga dan melakukan pengaturan makan adalah cara untuk menurunkan berat badan. Diet tinggi serat sangat sesuai untuk para remaja yang sedang melakukan penurunan berat badan. Pada umumnya makanan yang serat tinggi mengandung sedikit energi, dengan demikian dapat membantu menurunkan berat badan, disamping itu serat dapat menimbulkan rasa kenyang sehingga dapat menghindari ngemil makanan/kue-kue (Irianto 2014). c. Gizi kurang dan Bentuk Tubuh pendek Bentuk Tubuh pendek pada remaja seringkali ditemukan pada populasi perawatan pendek pada masa remaja seringkali ditemukan pada populasi dengan kejadian malnutrisi tinggi, prevalensi berskisar antara 27-65% pada 11 studi oleh Internatioal Centre for Research on Women (ICRW). Gizi kurang kronik yang mengakibatkan memperbesar risiko obstetrik, dan berkurangnya kapasitas kerja (Irianto, 2014).
Universitas Sumatera Utara
38
d. Perilaku dan pola makan remaja Pola makan remaja seringkali tidak menentu yang merupakan risiko terjadinya masalah nutrisi. Bila tidak ada masalah ekonomi ataupun keterbatasan pangan, maka faktor psiko-sosial merupakan penentu dalam memilih makanan. Gambaran
khas
pada
remaja
yaitu:
pencarian
identitas,
upaya
untuk
ketidaktergantungan dan diterima lingkungannya, kepedulian akan penampilan, rentan terhadap masalah komersial dan tekanan dari teman sekelompok (peer group) serta kurang peduli akan masalah kesehatan, akan mendorong remaja kepada pola makan yang tidak menentu tersebut. Kebiasaan makan yang sering terlihat pada remaja antara lain ngemil (biasanya makanan padat kalori), melewatkan waktu makan terutama sarapan pagi, waktu makan tidak teratur, sering makan fast food, jarang mengonsumsi sayur dan buah ataupun produk peternakan (dairy foods) serta diet yang salah pada remaja wanita. Hal tersebut dapat mengakibatkan asupan makanan tidak sesuai kebutuhan dan gizi seimbang dengan akibatnya terjadi gizi kurang atau malahan sebaliknya asupan makanan berlebihan menjadi obesitas. Remaja wanita cenderung pada asupan makanan yang kurang, terlebih bila terjadi kehamilan. Di negara berkembang, sering terjadi gangguan perilaku makan seperti anoreksia nervosa dan bulimia terutama pada wanita yang berkorelasi dengan body image yang negatif. Karennya penting membangun body image dan self esteem yang positif pada remaja dalam upaya promosi kesehatan dan gizi serta pencegahan obesitas (Irianto 2014).
Universitas Sumatera Utara
39
e.
Kurang energi kronis Pada remaja badan kurus atau disebut kurang energi kronis tidak selalu berupa akibat terlalu banyak olahraga atau aktivitas fisik. Pada umumnya adalah karena makan terlalu sedikit. Remaja wanita yang menurunkan berat badan secara drastiis erat hubungannya dengan faktor emosional seperti takud gemuk seperti ibunya atau dipandang lawan jenis kurang seksi. 2.7.3 Standar Kebutuhan Gizi untuk Masa Remaja Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan
proses
kematangan manusia, pada masa perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang (Irianto, 2014). Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara antropometri kecukupan kadar hemoglobin atau anemia ditentukan dengan pemeriksaan darah. Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah dan murah. Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasi sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi remaja (Irianto, 2014). Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR, penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja menderita/mengalami banyak masalah gizi (Irianto, 2014).
Universitas Sumatera Utara
40
Masalah gizi tersebut antara lain anemia dan IMT kurang dari batas normal atau kurus. Prevalensi anemia berkisar antara 40%-88%, sedangkan prevalensi remaja dengan IMT kurus berkisar antara 30%-40%. Banyak faktor yang menyebabkan masalah ini. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi masalah gizi tersebut membantu upaya penanggulangannya dan lebih terpengaruh dan terfokus (Irianto, 2014). Tingginya kebutuhan energi dan nutrien pada remaja dikarenakan perubahan dan pertambahan berbagai dimensi tubuh ( berat badan, tinggi badan), massa tubuh serta komposisi tubuh yaitu : Tinggi badan, sekitar 15-20% tingi badan pada masa remaja, percepatan tumbuh anak pria terjadi lebih belakangan serta puncak percepatan lebih tinggi dibandingkan anak wanita. Pertumbuhan linear dapat dapat melambat atau terhambat bila kecukupan makanan/energi sangat kurang atau energi/expenditure meningkat misalnya pada atlet. Berat badansekitar 2550% berat badan ideal dewasa dicapai pada masa remaja, waktu pencapaian dan jumlah penambahan berat badan sangat dipengaruhi asupan makanan/energi dan energy expenditure(Irianto, 2014). 2.8 Angka Kecukupan Gizi (AKG) Menurut Proverawati (2011) Angka Kecukupan Gizi adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis, seperti kehamilan dan menyusui. Kegunaan angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk menilai kecukupan gizi yang telah dicapai melalui konsumsi, makanan bagi penduduk/golongan masyarakat tertentu yang didapat dari hasil
Universitas Sumatera Utara
41
survei gizi/makanan, untuk merencanakan pemberian makanan tambahan balita maupun perencanaan institusi, untuk merencanakan penyediaan pangan tingkat regional maupun nasional, untuk patokan label gizi makanan yang dikemas apabila perbandingan dengan angka kecukupan gizi diperlukan, dan sebagai pendidikan gizi. Menurut Hasdianah (2014) Status gizi pada remaja melibatkan beberapa faktor, yaitu: 1. Faktor genetik merupakan cenderung pada turunan, sehingga seseorang menderita obesitas diduga memiliki penyebab genetik. Peneliti terbaru menunjukkan bahwa faktor genetik mempengaruhi sebesar 33% terhadap berat badan seseorang. 2. Faktor lingkungan termasuk perilaku/pola gaya hidup setiap hari misalnya apa yang dimakan serta bagaimana aktifitasnya. 3. Faktor
pikiran
berawal
dari
dalam
fikiran
seseorang
biasanya
mempengaruhi kebiasaan makanannya. 4. Faktor jenis kelamin lebih sering dijumpai pada wanita terutama pada saat remaja dan pasca menopause. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor endokrin dan perubahan hormonal. Kelainan saraf sistematik yang biasa mengubah seseorang menjadi banyak makan. 5. Faktor perkembangan bagi seseorang dengan penderita obesitas terutama yang menjadi gemuk pada masa anak-anak bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang beratnya dikurangi, karena itu
Universitas Sumatera Utara
42
penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak didalam setiap sel. 6. Faktor aktifitas fisik kemungkinan salah satu penyebab utama dari kemungkinan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas ditengah masyarakat
yang makmur. Seseorang yang tidak
memerlukan sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan yang kaya lemak dan tidak melakukan aktifitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas. Menurut AKG 2013, Kebutuhan zat gizi makro dan serat per orang hari dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.11 Kebutuhan Zat Gizi Makro dan Serat yang dianjurkan untuk orang Indonesia (per orang perhari) untuk Kelompok Umur 14-17 Tahun Kelompok Umur
BB (kg)
TB (cm)
Energi (kkal)
46 158 2475 Pria (14-15 tahun) 46 155 2125 Wanita (14-15 tahun) 56 165 2675 Pria (16-17 tahun) 50 158 2125 Wanita (16-17 tahun) Sumber : Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013
Karbo hidrat (g)
Lemak (g)
Protein (g)
Serat (g)
340
99,6
72
35
292
85,2
69
30
368
106,8
66
37
292
85,2
59
30
2.9 Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari yang ingin di teliti (Notoadmodjo, 2010). Variabel independen atau variabel stimulus, prediktor, antecedent, bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahanya atau timbulnya variabel dependen, sedangkan variabel dependen aau variabel output,
Universitas Sumatera Utara
43
kriteria, konsekuen, terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010). Variabel independen terdiri dari asupan energi, asupan karbohidrat, asupan protein, asupan lemak dan asupan serat. kemudian variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi remaja, yang digambarkan dalam bagan berikut :
Asupan Zat Gizi Makro: -Karbohidrat -Protein -Lemak
Status Gizi
Asupan Serat Gambar 2.9 Kerangka Konsep Asupan Zat Gizi Makro dan Serat Serta Status Gizi pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan Tahun 2016
Universitas Sumatera Utara