6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sapibali Sapi bali merupakan keturunan Banteng ( Bos bibos atau Bos sondaicus) yang telah mengalami proses domestikasi selama berabad-abad. Banteng tersebut menurunkan hampir seluruh jenis sapi di Indonesia setelah mengalami persilangan dengan bangsa sapi lain, yang dimasukkan ke Indonesia seperti sapi Hissar, Ongole, dan lain-lain ketika orang-orang Hindu datang ke Indonesia. Di Bali sapi ini diternakkan secara murni. Daerah penyebaran sapi bali meliputi hampir seluruh propinsi di Indonesia.
sapi bali juga banyak diekspor ke Malaysia,
Filipina, Hawai dan Australia (Payne, 1993). Sapi bali mempunyai klasifikasi yaitu: Family
: Bovidae
Sub Family
: Bovidae
Genus
: Bos
Spesies
: Bos Bibos / Bos Sondaicus
Spesies Lokal : Bali-Cattle Nama Lokal
: Sapi bali
Bulu sapi bali jantan berwarna hitam. Sedangkan bulu pada sapi betina berwarna merah bata.Tanda-tanda lainnya adalah adanya warna putih pada bagian belakang paha, warna putih pada pinggiran bibir atas, warna putih pada kaki bawah mulai dari tersus dan carpus sampai batas pinggir atas kuku.Warna bulu
7
pada ujung ekor hitam, pada telinga putih, dan terdapat garis hitam yang jelas di sepanjang tulang punggung mulai dari belakang gumba sampai ke pangkal ekor yang disebut garis belut. Tidak dikehendaki adanya kelainan-kelainan warna bulu sepertitutul, panjat, crendang, moros, bulu injin, dan sebagainya (Payne, 1993). Keunggulan sapi bali yang lain adalah dapat hidup di lahan yang kritis dan dapat mengkonsumsi daun maupun rumput yang kering sebagai bahan makanan sehingga pada saat musim kemarau tidak menyulitkan peternak untuk menyediakan bahan pakan (Soesanto, 1997). Secara umum bila dilihat dari peta penyebaran sapi bali di luar Indonesia, ternyata sapi bali jugaterdapat di negara Asia Tenggara lainnya, AustraliaUtara dan sedikit di peternakan khusus di Texas danAustralia (Brisbane dan NSW) dan juga dalam jumlahterbatas tersebar di 112 buah tempat penangkaran dankebun binatang di seluruh dunia. Pada tempat-tempatyang disebut belakangan, sapi bali lebih dikenalsebagai banteng cattle. Saat ini peningkatan akan peternakan sapi bali di Indonesia semakin meningkat, karena semakin meningkatnya permintaan terhadap daging sapi bali (Talibet al., 2002) 2.2 Jantung Jantung sapi terletak dalam ruang mediastinum inferius rongga dada, yaitu di antara paru. Perikardium yang meliputi jantung terdiri dari dua lapisan yaitu : lapisan dalam (pericardium visceralis) dan lapisan luar (pericardium paritetalis). Kedua lapisan perikardium ini dipisahkan oleh sedikit cairan pelumas, yang mengurangi gesekan antara gerakan pemompaan jantung.
8
Gambar 2.1 Histologi otot jantung potongan melintang (HE, 1000x) (sumber : The University of Western Australia) Perikardium parietalis melekat ke depan pada strenum, ke belakang pada kolumna vertebralis, dan ke bawah pada diafragma. Perlekatan ini menyebabkan jantung terletak stabil pada tempatnya.Perikardium visceralis melekat secara langsung pada permukaan jantung (Triani, 2007).Perikardium juga melindungi terhadap penyebaran infeksi atau neoplasma dari organ-organ sekitarnya ke jantung.Jantung terdiri dari 3 lapisan.Lapisan terluar (epikardium), yang merupakan jaringan pengikat yang mengandung anyaman dari serabut elastis, fibroblast dan serabut kolagen. Lapisan tengah yang merupakan lapisan otot yang disebut (miokardium) yang tersusun oleh otot-otot jantung. Terdapat jaringan pengikat yaitu serabut retikuler dan annulus fibrosus yang mengelilingi osteum atrioventricularis sehingga memisahkan otot atrium dan otot ventrikel. Annulus fibrosus ini tersusu oleh jaringan pengikat kolagen. Sedangkan lapisan terdalam adalah lapisan endotel yang disebut (endokardium) (Price, 2006).
9
2.3 Ginjal Ginjal sapi memiliki karkteristik berbentuk seperti kacang merah yang dibungkus oleh kapsul ginjal yang terdiri atas jaringan ikat padat.Bagian hilus ginjal merupakan saluran besar yang dinamakan pelvis ginjal dan selanjutnya dari pelvis keluar beberapa saluran yang dinamakan kaliks mayor dan dari kaliks mayor bercabang-cabang membentuk kaliks minor.
Gambar 2.2 Struktur Histologi Ginjal (HE, 25x) (Sumber : Zhang., 1999)
10
Gambar 2.3 Mikrostruktur nefron ginjal (HE, 1000x) (Sumber : Christensen et all., 2002) Ginjal terbagi atas bagian korteks dan medulla.Pada medulla ginjal terdapat 10-18 struktur seperti piramid.Puncak piramid menonjol dalam kaliks minor.Di antara 2 piramid merupakan jaringan korteks yang dinamakan kolum Bertini ginjal.Sedangkan korteks ginjal terdiri atas tubulus dan gromerulus.Tiaptiap ginjal terdiri atas 1-4 juta unit filtrasi fungsional yang dinamakan nefron. Tiap-tiap nefron terdiri atas badan malphigi, tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle dan tubulus kontortus distal (Frandson, 2003). 2.4Autolisis Autolisis adalah penghancuran jaringan atau sel-sel oleh enzimnya sendiri (lisozim). Autolisis juga merupakan perlunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril melalui proses kimia yang disebabkan oleh enzimenzim intraseluler, sehingga organ-organ yang kaya dengan enzim-enzim akan mengalami proses autolisis lebih cepat dibandingkan dengan organ-organ yang memiliki sedikit enzim (Dominick dan Vincent 1993).
11
Faktor yang mempengaruhi tingkat autolisis pada jaringan/organ suatu hewan antara lain kondisi hewan (sakit/sehat), cara penyimpanan jaringan/organ setelah pemotongan, kandungan enzim dalam jaringan/organ (misalnya enzim calpains dan cathepsins), faktor umur dan pembuluh darah pada jaringan/organ tersebut (Bradly dan Taylor, 1996). Pada kadaver yang dibekukan pelepasan enzim akan terhambat oleh pengaruh suhu sehingga proses autolisis ini akan lambat. Demikian juga pada suhu tertentu dimana enzim-enzim yang terdapat pada sel akan mengalami kerusakan sehingga proses autolisis akan terhambat pula (Dahlan, 2000). Organ visceral seperti paru, otot polos, otot lurik dan otot jantung mempunyai kecendrungan mengalami autolisis yang lambat (Adelson, 1974). Proses autolisis terjadi secara bertahap dengan masing-masing jaringan memiliki kecepatan yang berbeda-beda (Berata et al., 2010). 2.5 Nekrosis Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau trauma (misalnya: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, dan cedera mekanis), dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Stimulus yang terlalu berat dan berlangsung lama serta melebihi kapasitas adaptif sel akan menyebabkan kematian sel dimana sel tidak mampu lagi mengkompensasi tuntutan perubahan. Sekelompok sel yang mengalami kematian dapat dikenali dengan adanya enzim-enzim yang melisiskan berbagai unsur sel serta timbulnya peradangan.
12
Leukosit akan membantu mencerna sel-sel yang mati dan selanjutnya mulai terjadi perubahan-perubahan secara morfologis. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis. Selain karena stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi melalui mekanisme kematian sel yang sudah terprogram di mana setelah mencapai masa hidup tertentu maka sel akan mati. Mekanisme ini disebut apoptosis, sel akan menghancurkan dirinya sendiri. Nekrosis dapat dibedakan dengan autolisis yaitu adanya sel-sel hidup disekitar sel yang mati. Pada nekrosis, masih ada eritrosit di sekitar sel-sel mati sedangkan autolisis, tampak eritrosit telah mati karena hemolisis. Biasanya di sekitar organ/jaringan yang mengalami nekrosis selalu disertai sel-sel radang, karena selsel mati merupakan benda asing bagi tubuh, sedangkan pada autolisis tidak di temukan zona radang(Berata et al, 2010). 2.6 Infark Infark adalah jaringan nekrosis yang lokal dan diakibatkan oleh terhambatnya aliran darah ke
bagian tersebut. Biasanya bentuk nekrosisnya
adalah nekrosis koagulasi. Bagian yang mengalami perubahan ini adalah bagian yang tidak teraliri darah sehingga tampak ada batas yang jelas. Anyamananyaman kapiler pada jaringan nekrosis juga ikut mati. Kadang-kadang darah mengalir tanpa melalui kapiler sehingga jaringan yang infark berwarna merah atau infark hemorrhagi. Sedangkan bagian infark yang tidak ada darah sama sekali disebut infark pucat atau infark anemis. Pada penyakit hog cholera, infark pada ginjal babi merupakan tanda patognomonis (Berata et all., 2010)