BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Produksi Umum Minyak dan Gas Bumi Produk minyak dan gas bumi merupakan produk yang dikenal luas di masyarakat. Produk minyak atau lebih dikenal dengan nama BBM (Bahan Bakar Minyak) bisa berupa bensin, diesel atau avtur. Sedangkan BBG atau Bahan Bakar Gas salah satunya dikenal masyarakat dalam bentuk gas LPG yang biasa dipakai dalam rumah tangga untuk bahan bakar di dapur dalam kemasan tabung 12 kg atau 3 kg. Minyak Bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus – karang dan oleum – minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, berwarna coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak Bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya. Minyak Bumi diambil dari sumur minyak di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi sumur-sumur aktif minyak ini didapatkan setelah melalui proses studi geologi, analisis sedimen, dan struktur sumber, dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu, minyak bumi akan diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik didihnya sehingga menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan minyak tanah sampai aspal dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk membuat plastik dan obat-obatan. Minyak Bumi digunakan 7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
untuk memproduksi berbagai macam barang dan material yang dibutuhkan manusia. Jika dilihat kasar, Minyak Bumi hanya berisi minyak mentah saja, tapi dalam penggunaan sehari-hari ternyata juga digunakan dalam bentuk hidrokarbon padat, cair, dan gas lainnya. Pada kondisi temperatur dan tekanan standar, hidrokarbon yang ringan seperti metana, etana, propana, dan butana berbentuk gas yang mendidih pada -161.6 °C, -88.6 °C, -42 °C, dan -0.5 °C, berturut-turut (258.9°, -127.5°, -43.6°, dan +31.1° F), sedangkan karbon yang lebih tinggi, mulai dari pentana ke atas berbentuk padatan atau cairan. Meskipun begitu, di sumber minyak di bawah tanah, proporsi gas, cairan, dan padatan tergantung dari kondisi permukaan dan diagram fase dari campuran Minyak Bumi tersebut. Sedangkan Gas bumi, secara umum digunakan untuk Elpiji, LPG (liquified petroleum gas, harafiah: "gas minyak bumi yang dicairkan"), adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12). Dalam kondisi atmosfer, elpiji akan berbentuk gas. Volume elpiji dalam bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu elpiji dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam bertekanan. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung elpiji tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas bila menguap dengan gas dalam 8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
keadaan cair bervariasi tergantung komposisi, tekanan dan suhu, biasanya sekitar 250:1. Tekanan di mana elpiji berbentuk cair, dinamakan tekanan uap-nya, juga bervariasi tergantung komposisi dan temperatur; sebagai contoh, dibutuhkan tekanan sekitar 220 kPa (2.2 bar) bagi butana murni pada 20 °C (68 °F) agar mencair, dan sekitar 2.2 MPa (22 bar) bagi propana murni pada 55 °C (131 °F). Menurut spesifikasinya, elpiji dibagi menjadi tiga jenis yaitu elpiji campuran, elpiji propana dan elpiji butana. Spesifikasi masing-masing elpiji tercantum dalam keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor: 25K/36/DDJM/1990. Elpiji yang dipasarkan Pertamina adalah elpiji campuran. Sifat elpiji terutama adalah sebagai berikut:
Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar
Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat
Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki atau silinder.
Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat.
Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati daerah yang rendah.
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Penggunaan elpiji Penggunaan Elpiji di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat dapur (terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur, Elpiji juga cukup banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Bahaya elpiji Salah satu risiko penggunaan elpiji ( LPG ) adalah terjadinya kebocoran pada tabung atau instalasi gas sehingga bila terkena api dapat menyebabkan kebakaran. Pada awalnya, gas elpiji tidak berbau, tapi karena berbahaya dan akan sulit dideteksi apabila terjadi kebocoran pada tabung gas, pihak Pertamina menambahkan gas mercaptan, yang baunya khas dan menusuk hidung. Langkah itu sangat berguna untuk mendeteksi bila terjadi kebocoran tabung gas. Tekanan elpiji cukup besar (tekanan uap sekitar 120 psig), sehingga kebocoran elpiji akan membentuk gas secara cepat dan mengubah volumenya menjadi lebih besar. Berikut adalah salah satu contoh diagram proses sistem produksi dan pengolahan minyak dan gas bumi mulai dari pengeboran sampai digunakan untuk pembangkit tenaga listrik:
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.1 Diagram proses pengolahan minyak dan gas bumi dan penggunaannya
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.2 Diagram proses pengolahan minyak dan gas bumi dalam pabrik 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2 Bahaya dan Konsep K3 pada Industri Minyak dan Gas Bumi Proses dan sistem produksi pengolahan minyak dan gas bumi dari mulai pengeboran sampai dengan siap dijual melibatkan proses secara mekanis, kimia dan juga fisika untuk mengatur tekanan, suhu, ketinggian cairan, kecepatan aliran dan rasio. Tekanan dan suhu proses mulai dari dalam tanah sangat tinggi dan berbahaya dan harus dikendalikan dengan peralatan tertentu agar tidak keluar dari batasan batasan yang aman. Dimulai dari sumur minyak dan sumur gas, fluida dikirimkan ke dalam pabrik pengolahan di lini depan berupa separator yang berfungsi untuk memisahkan fluida menjadi gas, minyak dan air. Minyak dan gas kotor akan diproses lebih lanjut untuk memisahkan komponen komponen yang berbahaya dan tidak berguna seperti CO2, H2S, hidrokarbon berat, pasir dan sisa air yang terbawa dari proses separasi. Air akan dibuang kembali ke dalam bumi melalui injeksi tekanan tinggi. Minyak dan gas bumi akan diolah lagi oleh sistem fraksinasi untuk mendapatkan kondensat dan gas alam yang siap dijual dan dipakai sebagai energi. Semua proses produksi diatas terjadi pada tekanan, suhu dan laju aliran yang sangat tinggi yang melibatkan peralatan otomatis dan manusia sebagai pengawas utama. Hal lain adalah umumnya pabrik dan industry minyak dan gas bumi terletak di lokasi dan area yang terpencil dimana bahaya dan sumber bahaya yang berasal dari lingkungan sekitar sangat tinggi, tentu saja hal ini menimbulkan suatu masalah tersendiri bagi manajemen dan karyawan perusahaan. Dari hal tersebut diatas, sangat jelas bahwa keselamatan produksi dan keselamatan karyawan adalah hal yang sangat penting dan menjadi hal yang 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
utama untuk mendapatkan perhatian dari level manajemen atas sampai ke bawah. Dalam hubungannya dengan keselamatan kerja, penulis mengacu pada tinjauan pustaka akan menjabarkan dan mengulas teori-teori yang akan dipakai untuk melakukan penelitian, pengolahan dan perhitungan dan juga mengulas hasil penelitian sebelumnya. Penulis membagi menjadi beberapa bagian; 1. Definisi dan penjelasan umum hal hal yang berkaitan dengan K3 dan SMK3. 2. Konsep PDCA dan penerapan pada SMK3 3. Perundangan, Peraturan Pemerintah dan kode mengenai K3. 4. Mengulas garis besar SMK3 OHSAS (Occupational Safety & Health Assessment Series) 18001, 2007 5. Mengukur Kinerja SMK3 menggunakan OSHA Recordable Incident Rate atau TRR.
2.3
Definisi Ada banyak definisi yang terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.Berikut adalah definisi yang berhubungan dengan Sistem Manajemen K3 yang berhubungan dengan batasan penelitian.
2.3.1 Sumber Bahaya (Hazard) Menurut Baktiyar (2009) bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang dapat mengakibatkan cidera (injury) atau kerusakan (damage) baik manusia, properti dan lingkungan. Menurut Cross (1998), bahaya adalah sumber potensi kerusakan atau
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
situasi yang berpotensi menimbulkan kerugian. Sesuatu disebut sebagai sumber bahaya hanya jika memiliki risiko menimbulkan hasil yang negatif. Menurut badan keselamatan dan kesehatan kerja Eropa (EU-OSHA) ― A hazard can be anything — whether work materials, equipment, work methods or practices that has the potential to cause harm”. Sedangkan menurut OSHA 3071 ― A hazard is the potential for harm. In practical terms, a hazard often is associated with a condition or activity that, if left uncontrolled, can result in an injury or illness”. 2.3.2
Kecelakaan Menurut Hadipoetro (2014) Kecelakaan adalah serangkaian kejadian yang
telah mengakibatkan kerugian korban yang tidak diharapkan dan diduga, berupa cidera, cacat, kematian dan kerusakan harta benda serta lingkungan kerja. Sedangkan OSHA (Occupational Safety and Health Administration) membagi definisi kecelakaan menjadi Accident dan Incident sebagai berikut :
(Sumber: https://www.osha.gov) 2.3.3
Risiko Dalam karya tulis ini, Risiko adalah terjemahan dari bahasa Inggris Risk.
Ada banyak definisi Risiko yang bersifat kualitatif, diantaranya; Definisi risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. 15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menurut Hadipoetro (2014) Risiko adalah suatu probabilitas kombinasi yang diharapkan dari potensi bahaya serta terjadinya suatu kecelakaan tunggal maupun kelompok. Sedangkan menurut J. Keown (2000), risiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai deviasi standar). Definisi risiko menurut Hanafi (2006) risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return– ER) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Menurut Badan Keselamatan Kerja Inggris (HSE UK), Risk is the chance, high or low, of somebody being harmed by the hazard, and how serious the harm could be. OSHA Europe mendefinisikan Risiko, A risk is the chance, high or low, that somebody may be harmed by the hazard. Selain definisi yang bersifat kualitatif diatas, penulis akan mengedepankan definsi Risiko dari OSHA dan ISO, hal ini karena definisi dari asosiasi keselamatan kerja internasional tersebut bersifat kuantitafif dan matematis dan sudah secara umum digunakan di dunia industri terutama industri minyak dan gas bumi. Berikut definisi dan penjelasan Risiko dari OSHA dan OSHAS 18001. Menurut OSHA di situs resminya, Risiko adalah fungsi dari ― kemungkinan atau kekerapan hal yang tidak diinginkan/yang menyakitkan‖ dan ― Keparahan yang bisa terjadi dari hal yang tidak diinginkan/yang menyakitkan‖, berikut adalah gambaran definisi tersebut.
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.3 Diagram Risiko (Sumber: https://www.osha.gov) Secara kuantitatif atau matematis OSHA menjabarkan Risiko adalah berbanding lurus dengan kemungkinan Kecelakaan (Probability) dan Keparahan (Severity).
Risk = Probability x Severity atau
Risiko = Kemungkinan x Keparahan Sedangkan menurut ISO/IEC 31000 Risk can be defined as the combination of the probability of an event and its consequences. In all types of undertaking, there is the potential for events and consequences that constitute opportunities for benefit (upside) or threats to success (downside). Risk Management is increasingly recognised as being concerned with both positive andnegative aspects of risk. Secara matematis Risiko adalah perkalian antara Kekerapan Kecelakaan (Likelihood) dan Dampak (Consequences)
Risk = Likelihood x CONSEQUENCES atau
Risk = KEKERAPAN x DAMPAK 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Catatan tambahan: NOTE 1
Dampak kejadian dari risiko yang ada— bisa positive dan/atau negative.
NOTE 2
Obyektif dari risiko bisa dari berbagai aspek (finasial, K3, organisasi, produk dan proses)
NOTE 3
Risiko kerap kali dihubungkan dengan poternsi kejadian dan konsekuensi atau kombinasi keduanya.
NOTE 4
Risiko kerap kali ditampilkan sebagai kombinasi dari konsekuensi dari suatu kejadian atau perubahan dan kekerapan yang terjadi.
Dalam dunia K3, yang menjadi perhatian adalah dampak negative dan disinilah peran sistem manajamen K3 dibutuhkan untuk mencegah dan menghilangkan hal tersebut.
2.3.4 Tabel dan Matriks Risiko Tabel Risiko digunakan untuk menilai seberapa besar nilai risiko kecelakaan atau kejadian yang akan atau sudah terjadi yang merupakan faktor antara Keparahan dan Kekerapan.
Tabel 2.1 Tabel Mariks Risiko
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 2.2 Tabel Risiko untuk Kekerapan
Tabel 2.3 Tabel Risiko untuk Keparahan
2.3.5 Piramida Keselamatan (Safety Pyramid) Pada tahun 1931, H.W Heinrich (1886-1962) mempublikasikan bukunya yang
berjudul
Industrial
Accident
Prevention,
A
Scientific
Approach
memperkenalkan teori berdasarkan pengamatan empiris bahwa ditempat kerja, dalam setiap kejadian yang menyebabkan kecelakaan fatal, terdapat 29 kecelakaan yang menyebabkan cidera dan 300 kecelakaan ringan, hal ini terjadi karena banyak kejadian kecelakaan berasal dari akar permasalahan yang sama, oleh 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
karena itu dengan meniadakan akar permasalahan maka
dapat mencegah
kecelakaan fatal. Berikut adalah gambaran dari teori H.W Heinrich.
Gambar 2.4 Piramida Keselamatan Heinrich (Sumber: https://www.osha.gov)
2.3.6
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut PP No 50 tahun 2012, Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
2.3.7
Sistem Manajemen K3 Menurut Ramli (2013) Sistem Manajemen K3 adalah sistem yang
digunakan untuk mengelola aspek K3 dalam organisasi atau perusahaan, dengan mengelola dan menerapkan sistem manajemen untuk mencapai hasil yang efektif 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dalam mencegah kecelakaan dan efek lain yang merugikan. Definisi SMK3 menurut OSHAS 18001 dikutip sebagai berikut; OH&S Management System- part of the overall management system that facilitates the management of the OH&S risk associated with the business of the organization.This includes the organizational structure, planning activities, responsibilities, practices, procedures, process and resources for developing, implementing, achieving, reviewing and maintaining the organization’s H&S policy. Menurut PP No. 50 tahun 2012, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
2.4
Konsep PDCA dan Penerapannya pada SMK3 Pada tahun 1939 dalam bukunya yang berjudul Stastistical Method from
the Viewpoint of Quality Control, Walter A. Shewart memperkenalkan konsep PDCA (Plan-Do-Check-Act) sebagai aspek manajemen untuk menjaga kualitas produksi. Konsep ini diadopsi oleh muridnya yang bernama W. Edward Demming dan mengenalkan secara lebih luas saat mulai mengajar di industri Jepang pada tahun 1950. Deming mengenalkan konsep tersebut dengan nama Shewart Cycle dan merubah sedikit menjadi PDSA (Plan-Do-Study-Act). Konsep PDCA yang merupakan proses peningkatan dan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) ini juga diadopsi oleh OSHA untuk sistem manajemen pencegahan terjadinya kecelakan kerja.
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.5 Siklus PDCA Shewart (Sumber: Douglas C.Montgomery, 2009)
Dalam aspek K3, konsep siklus Plan-Do-Check-Act dari Walter Shewart dan Edward Deming tersebut dipakai sebagai basis oleh ANSI/AIHA Z10-2005 yang menetapkan standar yang menekankan pada perbaikan berkesinambungan (continuous improvement) yang secara sistematis diharapkan menghilangkan akar penyebab sumber bahaya. Berikut adalah rangkuman penerapan siklus PDCA yang diambil dari situs resmi Health and Safety Excutive1 dan The British Assessment Burea2. .
1
http://www.hse.gov.uk/managing/plan-do-check-act.htm
2
http://www.british-assessment.co.uk/articles/the-pdca-cycle-and-ohsas-18001 22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.6 Siklus PDCA OHSAS 18001 (Sumber: OSHA 18001, 2007)
2.4.1
Plan Komitmen pihak Top Manajemen adalah persyaratan yang diajukan oleh
standar OHSAS 18001, tanpa komitmen, penerapan SMK3 tidak akan berjalan dengan baik. Berikut adalah beberapa hal yang digunakan untuk menetapkan Perencanaan. 1. Identifikasi keadaan saat ini dan tujuan yang harus dicapai di masa mendatang. 2. Tuliskan keinginan yang akan dicapai, siapa yang akan bertanggung jawab, bagaimana cara mencapainya dan bagaimana cara mengukur pencapaian. Kebijakan perusahan perlu disepakati dan ditulis termasuk cara untuk mencapainya. 3. Tentukan bagaimana cara mengukur performa. 23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4. Pertimbangkan bila terjadi keadaan gawat darurat dan koordinasikan bagaimana cara mengatasinya. 5. Selalu menyiapkan rencana cadangan.
2.4.2
Do
1. Identifikasi pola risiko a. Lakukan penilaian risiko, kenali apa yang bisa menimbulkan kecelakaan di tempat kerja, siapa yang mungkin akan terkena dampak dari kecelekaan yang mungkin terjadi kemudian rencanakan apa yang harus dilakukan untuk mencegahnya. b. Lakukan prioritisasi dan kenali risiko yang paling besar
2. Penerapan Rencana a. Tetapkan pencegahan dan perlindungan yang terukur b. Penyediaan peralatan yang tepat guna untuk melakukan pekerjaan dan lakukan perawatan berkala. c. Lakukan pelatihan untuk memastikan kompetensi seluruh karyawan. d. Lakukan pengawasan untuk memastikan peraturan
2.4.3
Check
1. Lakukan pengukuran dan penilaian terhadap performa a. Memastikan bahawa kebijakan dan rencana kerja telah diterapkan dengan baik
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Melakukan penilaian bahwa risiko telah dikelola dan sudah mencapai tujuan. 2. Lakukan penyelidikan terhadap penyebab kecelakaan yang terjadi.
2.4.4
Act
1. Penilaian dan Pembahasan ulang terhadap performa a. Lakukan pembelajaran dari kecelakaan yang terjadi dan sosialisasikan ke seluruh departemen. b. Lakukan pembahasan ulang terhadap kebijakan, rencana dan penilaian risiko dan lakukan pembaruan bila diperlukan. 2. Tindak lanjuti hasil pembelajaran, termasuk dari audit dan laporan inspeksi.
2.5
Perundangan, Peraturan Pemerintah dan kode mengenai SMK3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 adalah hak asasi setiap
manusia.Setiap orang berhak mendapatkan keselamatan dan kesehatan yang baik dan terukur, oleh karena itu K3 menjadi salah satu yang diurus dan diatur oleh pemerintah di setiap negara.Artinya K3 harus mempunyai sistem dan manajemen yang menjadi kebijakan nasional, sehingga terbentuk Sistem Manajemen K3 yang bisa menjadi payung hukum bagi setiap individu maupun perusahaan. Terdapat banyak aturan atau regulasi yang diterapkan diberbagai negara dan diadopsi oleh perusahaan, Berikut adalah beberapa peraturan pemerintah Indonesia dan standar yang berkenaan dengan K3 dan SMK3;
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Undang undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 2. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di bidang Pertambangan. 3. Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi. 4. Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1998 tentang Penyelengaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 5. Undang undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenaga-kerjaan. 6. Permenaker No. 5 tahun 1996 mengenai pelaksanaan SMK3. 7. Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3. 8. OHSAS 18001 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.6
OHSAS 18001 – 2007 Pada Oktober 1995, OSHA mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh
perwakilan pemerintah, pengusaha dan para praktisi K3 untuk membahas masalah masalah dan aturan main K3 dan pada tahun 1998 mengembangkan suatu regulasi bagi pengusaha dan industri untuk membuat suatu program Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Program yang dikembangkan tersebut mencakup lima hal utama: Kepemimpinan pihak Manajemen dan peran serta karyawan, pengenalan dan penilaian terhadap sumber bahaya, pencegahan dan pengendalian bahaya, Informasi dan pelatihan dan evaluasi program yang dijalankan, namun regulasi tersebut tidak pernah dipublikasikan, bahkan pada pertemuan tahun 2002 pembahasan mengenai regulasi tersebut tidak termasuk dalam agenda pertemuan. Namun demikian, usaha usaha dan pihak pihak yang terkait termasuk pemerintah,
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pengusaha, praktisi K3, komite K3 terus mengumandangkan pentingnya regulasi untuk mencegah kecelakaan dan sakit akibat kerja. Akhirnya ditahun 2005, American Industrial Hygiene Association mempublikasikan ANSI/AIHA z10 – 2005 menggunakan basis siklus Plan-DoCheck-Act dan disaat yang sama Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) Project Group, yang merupakan asosiasi yang beranggotakan pihak pemerintah, pengusaha industri, dan konsultan mengembangkan OHSAS 18001-2007 yang merupakan standar Sistem Manajemen K3 untuk memenuhi tuntutan akan kebutuhan aturan sistem manajemen K3 yang terakreditasi. OSHAS 18001 dipublikasikan oleh British Standard Institute. Sebagai tambahan penjelasan mengenai OHSAS 18001, terdapat suplemen OHSAS 18002 yang menyediakan
panduan
umum
mengenai
penerapan
dan
perbaikan
berkesinambungan pada sistem manajemen K3. Seperti telah dijabarkan diatas OSHAS mengadopsi prinsip Plan-DoCheck-Act untuk menilai apakah perusahaan yang akan disertifikasi sudah memenuhi standar. Untuk mendukung panduan sistem manajemen K3 yang dibukukan dalam OHSAS 18001, diterbitkan suplemen berupa buku kerja yang dinamakan Record Keeping Handbook dengan nomer kode OHSAS 300.
2.7
Mengukur Kinerja SMK3 menggunakan OSHA Recordable Incident Rate Dalam bab landasan teori, penulis membatasi mengukur kinerja hasil
penerapan SMK3 dengan menggunakan rumus dari OSHA.Sebelum membahas rumus matematis, berikut adalah istilah dan definisi yang berhubungan dengan
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
perhitungan kinerja K3 yang diambil dari OSHA.
2.7.1 OSHA Recordable Incident Rate – perhitungan matematis yang mengambarkan jumlah pekerja dalam setiap 100 pekerja yang tercatat dalam kecelakaan atau sakit yang tercatat.Perhitungan dilakukan dengan mengalikan jumlah kasus tercatat dengan 200,000 kemudian membaginya dengan jumlah jam kerja total (man-hours) perusahaan. Angka basis standar 200,000 berdasarkan 100 pekerja yang bekerja selama 40 jam dalam seminggu atau 50 minggu pertahun. Berdasarkan angka basis ini maka setiap perusahaan bisa menghitung laju (rate) kecelakaan dan mendapatkan persentase dalam setiap 100 pekerja. Menurut OSHA, yang termasuk dalam kasus kecelakaan tercatat adalah: 1. Meninggal dunia (Fatality case) 2. Hilang jam kerja (Lost Time case) 3. Hilang hari kerja (Lost Workday case) OSHA memberikan kebijakan untuk menjabarkan lebih dalam kriteria kasus kecelakaan kerja kepada masing masing perusahaan.
2.7.2 Incident Rate – perhitungan matematis yang mengambarkan jumlah kecelakaan tercatat dalam setiap 100 pekerja dalam satu periode waktu tertentu. Rumus dari OSHA : IR =
Jumlah Kecelakaan Tercatat x 200,000 Jumhlah Total Jam Kerja Karyawan
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Contoh : Sebuah perusahaan memiliki 17 karyawan tetap yang bekerja 40 jam seminggu dan 50 minggu setahun dan ada 3 karyawan paruh waktu yang bekerja 20 jam seminggu. Bila karena ada faktor cuti dan hari libur jumlah total jam kerja karyawan selama tahun 2010 adalah 28,400. Hitung Laju kecelakaan bila terjadi 2 kecelakaan yang tercatat. IR =
2 x 200,000 28,400
= 14.08
Dari contoh diatas, kita ketahui bahwa dalam setiap 100 pekerja, terdapat 14.08 pekerja yang terlibat dalam kecelakaan, cidera atau sakit tercatat.
2.7.3 Lost Time Case Rate – perhitungan matematis yang menggambarkan jumlah kasus kehilangan waktu kerja dalam setiap 100 pekerja dalam satu periode waktu tertentu.
2.7.4 Lost Workday Rate – perhitungan matematis yang menggambarkan jumlah kehilangan hari kerja dalam setiap100 pekerja dalam satu periode waktu tertentu.
2.7.5 Severity Rate – perhitungan matematis yang menggambarkan jumlah kehilangan hari kerja dibandingkan dengan jumlah kecelakaan yang terjadi.
2.7.6 Dart Rate – perhitungan matematis yang menggambarkan jumlah kecelakaan yang tercatat dalam setiap 100 pekerja yang membuat hilangnya hari
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kerja atau tidak bisa bekerja kembali dalam hari yang sama karena mengalami kecelakaan atau sakit.
2.8 Diagram Fishbone Diciptakan oleh Kaoru Ishikawa pada tahun 1968. Dikenal juga dengan nama diagram Ishikawa, diagram Herringbone atau Cause and Effecf diagram untuk menampilkan sebab sebab dari sutu kejadian. Penggunaan yang umum adalah sebagai alat untuk menjaga kualitas produk dan mengidentifikasi faktor faktor potential yang menyebabkan efek atau kejadian. Setiap penyebab terdiri dari berbagai variasi dan di kelompokan dalam kategori utama. Kategori dalam Fishbone biasanya mencakup:
Manusia (People) : setiap individu yang terlibat dalam proses
Metode (Methods) : Bagaimana proses dan ketentuan untuk pelaksanaan proses seperti kebijaksanaan, prosedur , peraturan, ketetapan dan hukum.
Mesin (Machines): Setiap perangkat dan peralatan yang digunakan dalam proses untuk menyelesaikan pekerjaan seperti komputer, mesin, alat kerja, dan sebagainya.
Material (Materials) : Bahan baku, suku cadang dan bahan bahan lain yang dugunakan dalam proses produksi.
Pengukuran & Inspeksi (Measurement) : data yang ditampilkan dari proses yang dulakukan dan digunakan untuk evaluasi kualitas produk.
Lingkungan (Environment): kondisi lingkungan di sekitar proses produksi seperti lokasi kerja, waktu, suhu, tekanan dan budaya. 30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.7 Contoh Diagram Fishbone (Sumber: http://www.conceptdraw.com/total-quality-management)
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/