BAB II PERSEPSI BERJILBAB DAN MOTIVASI BERJILBAB
A. Persepsi Berjilbab 1. Pengertian Persepsi Berjilbab a. Konsep persepsi Di dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia, kata persepsi berasal dari kata “perception”, yang berarti “penglihatan, tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu”.1 Sedangkan menurut terminology, Alisuf Sabri berpendapat bahwa persepsi adalah “proses di mana individu dapat mengenali objek-objek dan fakta-fakta objektif dengan menggunakan alat-alat individu”.2 Menurut Jalaluddin, persepsi adalah “pengalaman tentang objek, peristiwa, pengalaman atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan meyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.”3 Sarlito Wirawan Sarwono mendefinisikan persepsi: “kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan objek-objek disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan, pengamatan atau disebut persepsi.”4
1
John M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Besar Bahasa Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 1990), h. 242 2 Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu, 1993), hlm. 45 3 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 51 4 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hlm. 39
16
17
Dari definisi-definisi yang diberikan oleh para ahli di atas penulis mendefinisikan persepsi sebagai: Proses penerimaan, penyeleksian, pengorganisasian dan penafsiran dari stimulus yang diterima individu melalui alat-alat inderanya. Persepsi merupakan hasil pengalaman yang diterima individu terhadap stimulus tertentu. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda terhadap rangsangan yang sama. Menurut Singgih Gunarsa faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang di antaranya adalah: a. Motif, adanya motif menyebabkan munculnya keinginan individu melakukan sesuatu atau sebaliknya. b. Kesediaan dan harapan. c. Intensitas rangsangan, kuat lemahnya rangsangan yang diterima akan sangat berpengaruh kepada individu. d.
Pengulangan suatu rangsangan, pengulangan rangsangan yang muncul akan menarik perhatian.5
b. Jilbab Secara etimologi Jilbab berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari kata Hijab. Banyak para ahli hadits dan bahasa yang menerjemahkan makna dari kata Jilbab, diantaranya seperti yang ditulis oleh Deni Sutan Bahtiar berikut ini: 1. Imam Raghib, ahli kamus Al-Qur’an yang terkenal, mengartikan jilbab sebagai pakaian yang longgar yang terdiri atas baju panjang
5
Singgih Gunarsa, Pengantar Psikologi, cet. IV, (Jakarta: Sumber Widya, 1992), hlm. 107
18
dan kerudung yang menutup badan kecuali muka dan telapak tangan. 2. Imam Al-Fayumi, salah satu penyusun kamus Arab mengatakan, bahwa jilbab adalah pakaian yang lebih longgar dari kerudung, tetapi tidak seperti selendang. 3. Ibnu Mansur juga mengatakan, jilbab adalah selendang atau pakaian lebar yang dipakai perempuan untuk menutupi kepala, punggung, dan dada. 4. A. Hassan ahli tafsir mengatakan, bahwa jilbab adalah pakaian yang menutup segenap badan atau sebagian dari badan sebelah atas. 5. H.B Jassin salah satu tokoh intelektual menuturkan, jilbab adalah baju kurung yang menutup kepala, muka, dan dada.6 Jilbab merupakan sesuatu (kain) yang menutupi kepala dan badan, di atas pakaian luar, yang menutup seluruh kepala, badan dan wajah wanita. Sementara yang hanya menutupi kepala di sebut Khimar. Maka hendaknya wanita memakai jilbab yang menutupi kepala, wajah dan seluruh badannya, diatas pakaian luarnya, sebagaimana telah disebutkan di atas.7
6
Deni Sutan Bahtiar, Berjilbab dan Tren Buka Aurat, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2009), hlm.
85 7
Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Asy- Syaikh, Syaikh Abdullah bin Humaid, dkk. Fatwafatwa tentang wanita, (Jakarta : Darul Haq, 2006), hlm: 15
19
Di dalam Al-Qur’an juga menyinggung mengenai jilbab, yaitu:
Artinya: “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya. ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.8
Dalam penjelasanya, Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada.9 Jadi yang dimaksud jilbab di dalam surat Al-Ahzab ayat 59 adalah kain yang dipakai yang bisa menutupi dari kepala sampai ke dada. Dengan demikian dari berbagai pendapat di atas setidaknya kita dapat menyimpulkan makna jilbab tersebut. Jilbab berarti kain panjang, longgar, dan tidak tipis yang digunakan untuk menutupi dada dan kepala. Memakai jilbab adalah kewajiban bagi para muslimah. Oleh karena itu suatu kewajiban haruslah dilaksanakan, hal ini (memakai jilbab) dapat diqiyaskan dengan hukum melaksanakan shalat, puasa pada bulan Ramadhan dan hal-hal yang lainnya. Hal yang harus 8
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahanya, (Semarang: CV Toha Putra, 1996), hlm. 340 9 Ibid., hlm. 549
20
diluruskan adalah bahwa itu merupakan kewajiban tetapi masih ada saja yang menganggapnya sepele. Sedangkan yang sudah memakai seharusnya cara memakainya disesuaikan dengan tuntunan ajaranajaran Islam. Keimanan anggota tubuh pasti akan mendahului anggota luar manusia. Oleh karena itu, kita harus mengisi berbagai kekosongan jiwa yang tidak dapat terlihat dan tersentuh oleh mata kasat dengan menghidupkan dan membangkitkan sisi akidah kita. Dari sana, kita akan berjalan secara perlahan untuk menumbuhkan sisi moralitas menjadi bentuk yang paling indah dan paling ideal. Tentunya, dengan diiringi oleh keimanan yang sempurna dan kesadaran dalam mempergunakan busana yang sesuai dengan ajaran semacam ini merupakan unsur utama yang harus ada di tengah-tengah keluarga muslim. Di samping ini juga merupakan unsur terpenting pembentuk masyarakat muslim yang ideal. Meskipun demikian, dari berbagai terjemahan yang diungkapkan di atas dapat ditarik benang merah kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan jilbab tersebut adalah busana muslimah, yaitu suatu pakaian yang tidak ketat atau longgar dengan ukuran yang lebih besar yang menutup seluruh tubuh perempuan, kecuali muka dan telapak tangan sampai pergelangan. Pakaian tersebut dapat merupakan baju luar semacam mantel yang dipakai untuk menutupi pakaian dalam, tetapi juga dapat digunakan langsung tanpa menggunakan pakaian dalam
21
asalkan kainnya tidak tipis atau jarang. Sedangkan tentang bentuk atau modenya, tidak mempunyai aturan khusus (karena tidak dirinci oleh Al-Qur‟an maupun hadits). Jadi tergantung kepada kehendak dan selera masing-masing, asalkan tetap memenuhi syarat dalam hal menutup aurat.10 Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian persepsi dan berjilbab di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa persepsi berjilbab merupakan suatu pandangan yang dimiliki oleh seseorang dalam hal pengetahuanya mengenai berjilbab atau memakai jilbab. Persepsi berjilbab tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah mengenai kewajiban seorang muslimah untuk menutup auratnya atau memakai jilbab. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa sekarang ini masih banyak wanita yang memakai jilbab hanya sebatas penutup kepala saja. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pergaulan yang menganggap wanita memakai jilbab adalah suatu hal yang kuno. 2. Dasar Hukum Berjilbab Memakai jilbab merupakaan suatu keharusan dan diperintahkan langsung oleh Allah Swt. dalam surat An-Nur ayat 31 berikut ini:
10
Nina Surtiretna, Anggun Berjilbab,(Bandung, Mizan Media Utama, 2001), hlm: 59
22
Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan lakilaki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.11(An-Nur: 31)
11
Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 282
23
a. Sebab Turunya Ayat Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Asma banti Murtsid, pemilik kebun kurma sering dikunjungi wanita-wanita yang bermain di kebunnya tanpa mengenakan kain panjang sehingga kelihatan gelanggelang kakinya, dada, dan sanggul-sanggul mereka. Berkatalah Asma.: Alangkah buruknya (pemandangan) ini. Turunnya ayat ini (sampai .auraatin nisaa.) berkenaan dengan peristiwa tersebut. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Muqatil yang bersumber dari Jabir Ibn Abdillah).12 Shafiyah Binti Syaibah pada suatu waktu berada di tempat Aisyah isteri Rasulullah. Ia menuturkan tentang wanita Quraisy dengan berbagai keutamaannya. Maka Aisyah berkata: .Wanita Quraisy dalam beberapa halmempunyai keutamaan dan kelebihan. Namun demi Allah aku melihat wanita Anshar lebih mulia. Sebab mereka sangat menaati dan jujur kepada Kitabullah, dan sangat memperhatikan setiap wahyu yang turun. Dialog ini terjadi ketika ayat ke-31 diturunkan dan dilatarbelakangi oleh peristiwa Asma Binti Murtsid. (HR. Ibnu Hatim dari Shafiyah binti Syaibah).13 Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang wanita membuat dua kantong perak yang diisi dengan untaian batu-batu mutu manikam sebagai perhiasan kakinya. Apabila ia lewat di hadapan 12
Qamaruddin Shaleh, dkk., Asbabun Nuzul II, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2000), Cet. X, hlm. 383 13 A. Mujab Mahali, Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Qur.an, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 620
24
sekelompok orang, ia memukulkan kakinya ke tanah sehingga kedua gelang kakinya bersuara karena beradu. Maka turunlah lanjutan ayat ini dari wa la yadhribna bi arjulihinna. sampai akhir ayat ini yang melarang wanita mengerakkan anggota tubuhnya untuk mendapatkan perhatian laki-laki. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Hadlrami).14
b. Tafsir Ayat Surat An-Nur ayat 31 berisi pedoman pergaulan antara laki-laki dan wanita yang bukan muhrim. Ayat ini merupakan perintah dari Allah bagi kaum wanita mukmin dan merupakan penghargaan dari Allah bagi suami mereka serta sebagai perbedaan antara mereka dengan wanita jahiliah dan perilaku wanita musyrik. Hukum yang terkandung dalam ayat ini adalah di antara hukum yang bertujuan menjaga akhlak, memelihara nasab, mencegah perbuatan keji dan menjauhkan dari zina.15 Setiap perintah di dalam al-Qur’an yang ditujukan bagi kaum mukmin berarti juga ditujukan bagi kaum wanita mukminah. Allah mengulang hukum di dalam ayat ini untuk kaum wanita mukminah karena mereka jauh lebih membutuhkan kepadanya.16 Penulis membagi perintah dalam Surat An-Nuur ini menjadi enam, yaitu perintah kepada kaum wanita mukminah untuk: a. Menahan Sebagian Pandangan
14
Ibid., hlm. 621 Mahmud Hajazy, At-Tafsiir Al-Wadhih Juz 11-20, (Beirut: Daarul Jiil, 1993), hlm. 673-674 16 Ibid., hlm. 674 15
25
Tafsir potongan ayat ini dalam kitab Al-Qur.an dan Tafsirnya, Jangan melihat yang tidak halal bagi mereka seperti aurat laki-laki maupun perempuan antara pusat sampai lutut. Tetapi hendaklah mereka membatasi penglihatan mereka.17 Memejamkan sebagian pandangan mereka, perempuan tidak boleh memperlihatkan sebagian tubuh di antara pusat sampai lutut. Dari beberapa penafsiran para ulama di atas penulis menyimpulkan bahwa kandungan perintah yang terdapat dalam ayat menahan sebagian pandangan adalah, membatasi penglihatan, tidak membukanya lebar-lebar untuk melihat segala sesuatu yang terlarang, seperti aurat laki-laki maupun perempuan antara pusat sampai lutut. tetapi tidak juga menutupnya sama sekali sehingga merepotkan mereka.
Mencegah
kerusakan
lebih
diutamakan
daripada
mendapatkan manfaat, penulis berpendapat bahwa wanita tidak boleh melihat aurat laki-laki asing kecuali dalam keadaan dharurat.
b. Memelihara Kemaluan Tafsir potongan ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Quraisy Shihab adalah memelihara secara utuh dan sempurna kemaluan mereka, sehingga sama sekali tidak menggunakannya kecuali pada yang halal, tidak juga membiarkannya terlihat kecuali pada siapa yang boleh melihatnya.18
17 18
M. Sonhadji, dkk., Al-Qur.an dan Tafsirnya, (Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf), hlm. 62 Quraisy Shihab, Op. Cit., hlm. 67
26
Jadi Allah Swt memerintahkan kepada kaum wanita mukminah untuk senantiasa menjaga kemaluanya agar terhindar dari perzinahan. c. Tidak Menampakan Perhiasan Mereka Kecuali yang Tampak di Dekat Pria Asing Potongan ayat ini ditafsirkan sebagai larangan Allah Swt kepada kaum wanita mukminah untuk
tidak menampakkan
sedikitpun dari perhiasannya dari laki-laki asing, kecuali apa yang biasa tampak dan tidak mungkin disembunyikan, seperti cincin, celak mata dan lipstick. Yang harus disembunyikan seperti gelang tangan, gelang kaki, kalung, mahkota, selempang dan antinganting, karena semua perhiasan ini terletak pada bagian tubuh, kecuali oleh orang-orang yang dikecualikan ayat di atas.19 Jadi potongan ayat ini ayat ini memerintahkan kaum wanita mukminah untuk tidak menampakkan perhiasannya yakni semua yang indah yang terdapat dalam diri seorang wanita, kecuali yang biasa tampak, Yakni wajah dan kedua telapak tangan seperti yang dikatakan oleh mayoritas ulama, di dekat pria asing (ajnabiy). d. Menutup Kerudung Mereka Sampai ke Dada Tafsir Ayat ini menurut beberapa penafsir adalah: Menutupkan kain kudung ke dadanya, atau menutup kepala-kepala, leher-leher
19
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: Toha Putra, 1993), hlm. 180
27
dan dada-dada mereka dengan penutup.20 Menutupkan kain kerudung ke dada, jangan ke belakangnya sehingga leher dan sebagian dada kelihatan.21 Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya yakni sekitar leher dan dan dada agar mereka berbeda dari wanita jahiliah yang suka membukakan dada, leher dan kepang rambutnya.22 Potongan ayat di atas menunjukkan bahwa kaum wanita mukminah diperintahkan untuk mengulurkan jilbab ke dada hingga menutupi rambut, leher dan dadanya, sehingga tidak sedikitpun daripadanya yang terlihat. Anjuran tersebut merupakan kewajiban kepada kaum wanita untuk memakai jilbab yang bisa menutupi bagian kepala sampai dengan dada. Dari keterangan di atas, dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya sudah menjadi kewajiban bagi seorang wanita muslimah untuk selalu memakai jilbab dalam kehidupan keseharianya. Dengan memakai jilbab bagi seorang wanita muslim dapat menghindarkan dari perbuatan-perbuatan maksiat, menjaga kehormatan, dan yang pasti akan terlihat lebih sopan dan santun. 3. Pandangan Berjilbab Islam mengidentifikasikan jilbab bagi kaum wanita sebagai pelindung, yaitu melindungi mereka dari berbagai bahaya yang muncul
20
Jalaludin Muhammad dan Jalaludin Abdurrohman, Op. Cit., hlm. 206 Sonhaji, dkk., Op. Cit., hlm. 624 22 Muhammad Nasib Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Kastis, Penerjemah Syihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Pers, 1999), hlm. 489 21
28
dari pihak laki-laki (Q.S Al-Ahzab: 59). Sebaliknya, bangsa Barat yang nota bene Yahudi dan Nasrani mengidentifikasikan pakaian sebagai metode atau trend yang justru harus merangsang laki-laki sehingga mereka bisa menikmati keindahan tubuhnya lewat mode pakaian yang di kenakannya. Jika kedua pandangan ini digabungkan jelas sangat kontras dan tidak akan ada kesesuaian. Maka jika ditelusuri lebih jauh, munculnya kudung gaul ini sebagai akibat infiltrasi budaya pakaian Barat terhadap generasi muda Islam. Menurut Abu Al-Ghifari, ada lima sebab yang mengakibatkan pandangan memakai jilbab mengalami pergeseran ke arah negatif dan tidak sesuai lagi dengan hakikat dari jilbab itu sendiri, kelima faktor itu adalah: a. Maraknya tayangan televisi atau bacaan yang terlalu berkiblat ke mode Barat. Faktor ini adalah yang paling dominan. Betapa tidak, semenjak menjamurnya televisi dengan persaingan merebut pemirsa dan dibukanya kebebasan pers sehingga menjamurnya berbagai tabloid yang mengumbar mode buka-bukaan ala Barat menyebabkan munculnya peniruan di kalangan generasi muda Islam.23 Akibat lebih jauh, muncullah gaya berjilbab yang sesungguhnya telanjang yaitu kudung gaul. Hal ini lebih diperparah lagi dengan menjamurnya rental-
23
17-20
Abu Al-Ghifari, Kudung Gaul Berjilbab Tapi Telanjang, (Bandung: Mujahid, 2002), hlm:
29
rental VCD yang semakin membawa generasi muda memasuki dunia mode ala Barat. b. Minimnya pengetahuan anak terhadap nilai-nilai Islam sebagai akibat dikuranginya jam pendidikan agama di sekolah-sekolah umum. Faktor ini merupakan realitas yang menyakitkan. Betapa di negara mayoritas Islam yang seharusnya syari’at Islam dijunjung tinggi, tapi kenyataannya justru dipinggirkan. Akibatnya, generasi muda Islam semakin jauh dari Islam dan kehilangan arah dalam menentukan sikap termasuk cara berpakaian.24 Tujuan utama dikurangi jam pelajaran agama agar anak lebih menguasai bidang Iptek untuk mengejar ketertinggalan dengan dunia Barat. Namun pada kenyataannya justru lebih hancur karena mental anak didiknya kosong dari nilai-nilai agama. Di sisi lain, pendidikan agama di madrasah-madrasah sepulang sekolah formal saat ini tidak efektif karena perhatian anak lebih terfokus pada tayangan televisi. c. Kegagalan fungsi keluarga. Munculnya fenomena kerudung gaul ini secara tidak langsung menggambarkan kegagalan fungsi keluarga sebagai kontrol terhadap gerak langkah anak-anak muda. Para orang tua telah gagal memberikan pendidikan agama yang benar. Parahnya, orang tua sendiri cenderung terbawa arus modern, terbukti kudung gaul ini telah
24
Ibid., hlm. 18
30
merambah juga para orang tua dengan dalih yang sama dengan para remaja mengikuti mode.25 Saat ini, rumah kaum muslimin telah bergeser fungsi dari lembaga pendidikan informal, tempat mendidik putra-putrinya menjadi anak shaleh, menjadi bioskop, sekedar tempat nonton, orang tua dan anak sama-sama keranjingan siaran televisi. Rumah tak juga ubahnya sebagai hotel, hanya sekedar tempat makan. Sementara itu ruh dari rumah itu sendiri yaitu pendidikan akhlak dan aqidah sudah sangat jarang diberikan di rumah. Akibatnya, ketika anak keluar rumah, tak ubahnya sosok kuda yang kehilangan kendali. d. Peran para perancang yang tidak memahami dengan benar prinsip pakaian Islam. Sebagaimana kita maklumi, gairah generasi muda Islam setelah runtuhnya orde baru cukup signifikan. Untuk merespon kecenderungan ini, banyak para perancang yang sesungguhnya tidak mengerti aturan pakaian Islam, mencoba merancang pakaian Islam dengan polesan mode yang lagi trend. Kemudian diadakan fashion show, ditayangkan di televisi dan dimuat di tabloidtabloid dan berbagai surat kabar. e. Munculnya para mu’allaf dikalangan artis atau artis yang baru mengenakan kerudung. Artis di era modern tak ubahnya seorang Nabi yang segala tingkah dan ucapannya menjadi “teladan” bagi fansnya. Ketika sang
25
Ibid., hlm. 19
31
artis itu masuk Islam (Mu’allaf) dengan mengenakan kerudung apa adanya, banyak fans atau penggemarnya yang ikut-ikutan meniru gaya artis tersebut.26 Atau di era reformasi ini banyak artis ternama yang mengenakan jilbab, namun tetap berpakaian ketat. Banyak para penggemarnya yang ikut-ikutan meniru gaya berjilbabnya. Mereka yang berpakaian ala artis itu dianggapnya remaja gaul.
B. Motivasi Berjilbab 1. Pengertian Motivasi Berjilbab Motif adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada manusia bertingkah laku untuk mencapai tujuan. Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.27 Pengertian motivasi tersebut apabila dikaitkan dengan pemakaian Jilbab berarti hal-hal yang mendorong seorang wanita untuk memakai jilbab. Sehubungan dengan hal tersebut maka hal-hal yang mendorong memakai jilbab dapat dibagi menjadi dua, yaitu intern dan ekstern, yakni faktor yang berasal dari dalam diri manusia dan faktor yang berasal dari luar diri manusia. Beberapa pengertian dan pendapat berbagai ahli dapat di simpulkan bahwa motivasi memakai jilbab di sini adalah keseluruhan 26
Ibid., hlm. 20 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm : 73 27
32
dorongan, keinginan, kebutuhan, dan daya yang sejenis yang mengarahkan perilaku yang baik di dalam memotivasi remaja untuk memakai jilbab di sekolah. Pada kenyataannya akan membangun tingkah laku dan menjadikan moral yang baik. Dapat pula menjaga kehormatan dan harga diri seorang wanita. 2. Macam-macam Motivasi Berjilbab Motivasi berjilbab merupakan tujuan yang dimiliki oleh seseorang dalam memakai jilbab. Karena persepsi orang mengenai berjilbab itu berbeda-beda, maka mengakibatkan tujuan dari memakai jilbab setiap orang juga berbeda-beda. Akan tetapi secara umum motivasi memakai jilbab itu adalah: a. Ingin Mempercantik Diri Wanita biasanya akan senang apabila ia dikatakan cantik, meski mungkin hal ini tidak diucapkannya di bibir bahwa ia suka dikatakan cantik. Hal ini adalah sunnatullah, karena Allah menciptakan wanita dengan kecenderungan “menarik hati” laki-laki dengan kecantikannya. Rasulullah pernah memerintahkan seorang sahabat untuk melihat mata seorang wanita anshar sebelum ia meminangya karena kata Rasulullah di dalam mata seorang wanita anshar itu terdapat sesuatu yang membuat seorang laki-laki mempunyai kecenderungan untuk membulatkan tekad meminangnya.28
28
:45-49
Shodiq Burhan, Engkau lebih cantik Dengan jilbab, (Jakarta: Darul- Haq, 2008), hlm
33
Banyak diantara muslimah yang mengenakan jilbab karena ia merasa cantik kalau mengenakan jilbab. Keindahan dan kecantikan adalah sunnatullah, Allah menciptakan sekuntum bunga dengan keindahan, Allah menciptakan hamparan gunung dengan keindahan, Allah menciptakan dunia dan isinya dengan penuh keindahan, begitu pula Allah menciptakan wanita dengan penuh keindahan. Alasan mengenakan jilbab di kalangan muslimah karena ia merasa cantik apabila mengenakan jilbab adalah alasan yang wajar. Apalagi sekarang ini banyak sekali jilbab yang cantik dengan mode yang masih dianggap syar’i. Dari kacamata laki-laki, memang apabila seorang wanita mengenakan jilbab ia akan terlihat lebih anggun, cantik dan yang lebih penting lagi ia terlihat lebih berwibawa dan menyejukkan di matanya dari pandangan syetan. b. Kebutuhan Aktualisasi Diri Alasan kedua kenapa seorang wanita berjilbab adalah menjaga diri dari pandangan yang dapat menimbulkan syahwat. Sebagai contoh, orang yang bekerja di lingkungan berjilbab, maka ia akan “memaksakan” dirinya untuk ikut berjilbab. Dan dengan berjilbab identitas keislaman seorang muslimah dapat diketahui. Alasan yang kedua ini tidaklah disalahkan, tetapi dalam suatu skala kadar “kepatutan” alasan yang masih rendah. Namun demikian dengan seiring berjalannya waktu ia akan menyesuaikan dengan sendirinya. Sebagaimana dulu ketika Rasulullah dari Madinah kembali
34
ke Mekkah dimana ketika itu kekuatan pasukan Rasulullah tidak mungkin tertandingi oleh pasukan Quraisy Mekkah. Maka dengan “terpaksa” Abu Sofyan dan penduduk Mekkah lainnya berbondongbondong memeluk Islam. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu penduduk Mekkah menjadi sadar bahwa Islam adalah ajaran yang benar.29
c. Kebutuhan Menjaga Diri Sebagaimana Allah wahyukan di Surat Al Ahzab, bahwa jilbab dikenakan adalah untuk penjagaan diri. Fakta membuktikan, bahwa dengan perempuan memakai jilbab, tangan-tangan jahil laki-laki atau niat jahat laki-laki yang lain dapat diminimalisir dengan mengenakan jilbab. Banyak laki-laki jahil yang mengurungkan niat jahatnya jika “calon korbannya” adalah seorang perempuan berjilbab. Dan laki-laki lebih terjaga pandangannya dengan wanita yang mengenakan jilbab.30 d. Menerima dan Melaksanakan Perintah Allah Alasan yang keempat adalah seorang muslimah mengenakan jilbab karena ia melihat bahwa apa yang diperintahkan oleh Allah adalah harus dilaksanakan tanpa kecuali. Alasan ini timbul karena semata-mata muslimah lebih melihat bukan suatu kepatutan apabila
29 30
Murtadha, Muthahhari., Wanita dan Hija , ( Jakart: Lentera.,2000), hlm: 431-433 Surtiretna dan Nina., Anggun Berjilbab, (Bandung : Mizan, 2001), hlm: 75-78
35
apa yang diperintahkan oleh Allah di dalam al Qur’an tidak dilaksanakannya.31 3. Fungsi Motivasi Berjilbab Penggunaan jilbab dikhususkan untuk wanita dan tidak untuk lakilaki, karena wanita pada umumnya menjadi pusat perhatian dan target lakilaki. Karena itu untuk menjadi kehormatan dan kemuliaannya, wanita tidak boleh keluar rumah dengan memakai pakaian terbuka, atau berjalan dengan langkah yang genit. Karena itulah Islam menyuruh wanita untuk menggunakan jilbab di manapun mereka berada agar harga dirinya terjaga dan tidak menjadi sumber fitnah dan keburukan bagi orang lain. Dengan demikian jilbab yang merupakan bagian dari busana muslimah secara garis besar juga berfungsi sebagai: a. Pembeda Jilbab akan membedakan seorang wanita yang memiliki kehormatan dari yang lainnya.32 Wanita berjilbab harus menjadi contoh kepada setiap wanita baik yang berjilbab atau tidak. Setiap gaya jalinan jilbab yang dicirikan harus sesuai, cantik, dan memenuhi tuntutan baik untuk pertemuan atau kerja, jalan-jalan, atau bersantai. Apabila wanita berjilbab mengenakan jilbab dengan betul dan sesuai
31
Deni Sutan Bahtiar, Berjilbab dan Tren Buka Aurat, (Yogyakarta : Mitra Pustaka.,2009), hlm : 58 32 Amani Zakariya Ar- Ramadi, Alhamdulilah Putriku Berjilbab, ( Solo: Zam-zam, 2010), hlm: 21
36
dengan tempatnya, hal itu sangat diharapkan menjadi tindakan dakwah untuk mengajak wanita lain agar berjilbab sepertinya.33 Dengan demikian, setiap yang ditampilkan wanita berjilbab umumnya menjadi contoh segelintir wanita mungkin kurang pengetahuan tentang keterampilan berjilbab, termasuk pengetahuan dan keterampilan cara menjalin dan modifikasi gaya jilbab. Mereka belajar dari apa yang mereka lihat. Jika setiap wanita berjilbab bersikap prihatin tentang pemakaian jilbab dan tahu peran dakwah yang dijalankan melalui tampil berjilbab, sudah pasti lebih banyak lagi wanita yang belum berjilbab timbul keinginannya untuk berjilbab. Mereka merasa bukan saja dapat memenuhi kewajiban agama, melainkan juga bangga karena digolongkan dalam kumpulan wanita yang menampilkan image wanita berjilbab yang sopan dan anggun. b. Pembentuk Perilaku Fungsi
jilbab
sebagai
pembentuk
perilaku,
jilbab
bisa
mengarahkan tingkah laku orang yang memakainya. Jilbab yang dikenakan karena kesadaran iman, akan mampu mengontrol setiap sikap dan tindakan yang menjurus kepada maksiat. Dan karena tingkah laku maksiat ini, maka akan terbentuk tingkah laku yang penuh ketaatan terhadap nilai-nilai Islam. Dalam berkerudung harus benarbenar rapat, jangan sampai terjulur meskipun hanya sehelai rambut,
33
hlm: 12
Yasmin Siddik, Tampil Gaya Dengan Jilbab, (Jakarta: PT Agro Media Pustaka, 2007),
37
baik di depan, di dekat telinga, maupun di belakang. Kita benar-benar memperhatikan kepada siapakah perhiasan boleh diperlihatkan.34 Wanita muslimah yang benar-benar dituntut oleh keimanannya dan menerima pendidikan Islam yang logis tidak mengenakan jilbab hanya sebagai suatu kebiasaan atau tradisi yang diwariskan dari ibu atau nenek mereka, seperti pria dan wanita yang berusaha menjelaskan tanpa bukti-bukti yang logis. Wanita muslimah mengenakan jilbab berdasarkan keyakinannya bahwa ini perintah dari Allah, yang menunjukkan
perlindungan
bagi
wanita
muslimah,
untuk
menjadikannya memiliki ciri yang berbeda dan menjauhkannya dari imoralitas dan dosa. Karena itu ia menerimanya dengan sukarela dan dengan kepatuhan yang kuat. c. Pembentuk Emosi Dalam aspek emosional, jilbab bisa menumbuhkan rasa cinta dan benci, marah atau sayang, suka ataupun tidak suka. Dia akan lebih mudah menumbuhkan perasaan yang positif terhadap sesamanya bila dibandingkan dengan yang tidak memakai jilbab. Dengan demikian seorang muslimah
yang mengenakan
jilbab
akan
merasakan
ketenangan di dalam hatinya. Karena pertama, dia sudah menjalankan syari’ah Islam yang telah dibebankan kepadanya. Kedua, merasa aman dan tentram dari gangguan orang-orang jahil dan orang-orang yang suka memfitnah. Ketiga, dia akan bisa menjaga emosinya apabila akan 34
Wan Muhammad bin Muhammad Ali, Hijab Pakaian Penutup Aurat Istri Nabi saw,
(Yogyakarta: Citra Risalah, 2009), hlm: 63
38
melakukan perbuatan keji, seperti:
mencuri, berbicara kotor,
berbohong dan lain sebagainya.35 Jilbab sebagai fungsi yang pertama agar menjaga kehormatan seorang muslimah dalam arti tidak melanggar perintah Allah SWT. Bagaimanapun terhormatnya dan sopan tingkah laku seorang muslimah kalau tidak mampu mengontrol emosinya, maka semua itu tidak berarti. Menutup aurat dan sopan diperlukan agar identitas sebagai perempuan baik-baik menjadi jelas bahwa jilbab menjaga kehormatan, tingkah laku yang sopan dan iman yang kuat, serta mampu mengontrol emosi, sekaligus perlu dimiliki oleh perempuan muslimah.
35
Ibid., hlm: 64