ORIENTASI KEAGAMAAN MAHASISWI MUSLIM BERJILBAB DAN MAHASISWI MUSLIM TIDAK BERJILBAB
Fuad Nashort
Universitas Islam Indonesia
INTl_!;ARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan perbedaan orientasi ke
agamaan antara mahasiswi Muslim berjilbab dan mahasiswi Muslim tk:Ja.k berjilbab perguruan
tinggi agama dan perguruan tinggi non-agama.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah (a) ada perbedaan orientasi keagamaan antara mahasiswi Muslim berjilbab dan mahasiswi
Muslim tidak berjil�b {b) ada perbedaan orientasi keagamaan antara mahasiswa Muslim perguruan tinggi agama dan mahasiswa Muslim
perguruan tinggi non agama. Subjek penelitian ini berusia 18-22 tahun, berjenis kelamin perempuan, tercatat sebagai mahasiswa Fakuftas Psiko/ogi UII dan Fakuftas Psikologi
UGM Yogyakarta. Jumlah subjek seluruhnya adalah BO orang. Sebanyak 40 orang berasal dari Fakultas Psikologi UJJ dan 40 orang /ainnya berasal dari Fakultas Psiko/ogi UGM. Data dianalisis dengan menggunakan analisis varians dua jalur. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam h8J orientasi keagamaan antara mahasiswi Muslim berjilbab dan mahasiswi
Muslim tidak berjilbab. Mahasiswa Muslim berjilbab memiliki orientasi keaga.maan intrinsik yang lebth tinggi dibanding mahasiswi Muslim tidak berjilbab. Hasil lainnya ada/ah ada pert>edaan orientasi keaga.maan antara mahasiswa Muslim PT agama dan PT non-agama. Mahasiswa Muslim PT non agama memiliki orientasi keagamaan yang lebih tinggi dari pada mahasiswa Muslim PT agama.
Kata kuncl
:
orientasi
keagamaan,
mahasiswi
Muslim
berjilbab,
mahasiswi Muslim tidak berjilbab.
H.
Fuad
Nashorl,
adalah
dosen
Fakultas
PENGANTAR
Psiko/ogi U/1 dan d1rektur Yayasan lnsan Kami/ Yogyakarta. Aktif menu/ls hasil pemikiran dan
alam satu dekade terakhir, terlihat suatu hasi/ penelitian di berbagai jurnal,
ma1alah,
dan harian. Be6erapa buku telah ditulisnya, d i
D
antaranya Pslk.ologl Islam/: Solusl Islam at.u
donesia, yaitu rnerebaknya pemakaian jilbab
Problem-prob,.m Pslkologl (1994), Pslkologl Islam/: Agenda Menuju Aksl (1997), Alenggapal K•unggu/an
Islam:
Khotbah
Kaslh AI-Arkham Mojokerto dan
Yayasan Raudhatul Fata Wonosobo.
PSIKOLOGIKA Nomor 5 Tahun
llt
1998
atau busana muslimah di kalangan wanita
dan
khotbah Jum'at (1997). Aktif juga menangani Yayasan
fenomena yang sangat menonjol di In
Muslim. Secara normatif, pemakaian jilbab di kalangan wanita Muslim ini didorong oleh niat untuk rnenyaati perintah Allah SWT. Da lam kitab suci
aJ-Quran al-Karim,
Allah S WT
27
Fuad Nashori
berfirman: Hai Nabi, katakanlah kepada istri
nakan pakaian standar, yaitu hem bertengan
istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri
panjang atau pendek serta rok sampai lutut.
istri orang mukmin "Hendaklah mereka me
Pimpinan sekolah juga menafsirkan bahwa
ngulurkan jilbabnya ke se/uruh tubuh mere
berpakaian lebih lengkap dari itu, yaitu me
ka. Yang demikian ini supaya mereka lebih
nutup seturuh tubuh dari ujung rambut hing
mudah untuk dikenal, karena itu mereka ti
ga ujung kaki, dengan perkecualian wajah
dak diganggu. Dan, Allah adalah Maha Pe
dan tangan, tidak diperkenankan. Secara
al·
ringkas, mengenakan jrlbab da\am kelas di
Ahzab, 33: 59). Di bagian lain dalam kitab
larang keras. Akibat dari penafsiran ini ada
ngampun tagi Maha Penyayang" (OS.
suci ini, Allah SWT berfirman: Katakanlah
lah
kepada wanita-wanita yang beriman: "nen
berjilbab untuk mengikuti proses belajar
banyaknya
larangan
bagi
siswa putri
dak/ah meceka menahan pandangannya,
ngajar dalam kelas. Sebagai misat, mereka
me
dan memelihara kemaluannya, dan jangan
boleh menglkuti pelajaran, tapi hanya dapat
/ah mereka menampakkan perhiasannya,
dilakukan dari luar kelas. Berbagai pembe
kecuafi yang (biasa) tampak daripadanya.
ritaan di media massa clan has ii wawancara
Dan, hendaklah mereka menutupkan kain
langsung yang penelili lakukan mengung
dan jangan/ah
kapkan banyak di antara siswi itu yang ter
menampakkan perhiasannya, kecuali kepa
kerudung
ke
dadanya,
paksa pindah ke sekolah lain karena pim-
da suami mereka, arau ayah mereka atau
pinan sekolah mengharuskan mereka mele-
ayah suami mereka, atau putra-putra mere
paskan jilbabnya apabila masih berkehen·
ka, atau putra-putri suami mereka. atau sau
dak melanjutkan studi di sekolah tersebut
'
dara·saudara mereka, atau putra-putra sau
Pada akhirtahun 1980-an penggunaan
dara perempuan mereka"(QS. an-Nuur, 24:
jilbab dibebaskan, baik di sekolah-sekolah
31).
maupun di kantor-kantor. Oleh karena itu. Pamakaian jilbab ini dilakukan o!eh wa
nita
Mushm
dari
berbagai
macam
status
akhirnya
jilbab
menjadi
baju
yang
biasa
digunakan di mana-mana, baik di rumah, di
sosial dan latar belakang kehidupan. Di In
sekolah dan kampus, di kantor, maupun di
donesia, pemakaian jilbab ini merebak kuat
tempat-tempat
pada awal tahun 1 �an pada beberapa ka
Mulai awal tahun 1990-an, Jilbab digunakan
langan. Pada awatnya pemakai jilbab adalah
oleh hampir semua kalangan masyarakat
siswi di berbagai Sekolah Menengah Umum
Muslim. Pemakai jtlbab bukan hanya siswi,
dan
mahasiswi,
mahasrswi-mahasiswi
yang
sedang
pelayanan umum
dan
santriwati,
tapi
lainnya.
juga
ibu
menempuh pendidikan di perguruan tinggi,
rumah tangga,
di samping santriwati di berbagai pondok
titusi,
pesantren.
netron, wanita karir, dan bahkan anak-anak.
Ketika
hendak
menggunakan
jilbab di sekolah-sekolah atau di kampus
karyawati di berbagai ins
artis penyanyi,
Salah
satu
bintang film dan si
ketompok
wanita
Muslim
tantangan
yang sampai Saat ini dini\ai paling menonjot
dan halangan. Peraturan pemerintah yang
dalam hat penggunaan jilbab adalah maha
ber1aku saat itu adalah setiap siswa sekolah
siswa putri (baca: mahasiswi). Kalau dicer
diharuskan mengenakan pakaian standar
mati
dengan wama dan ukuran yang telah diga
Mushm pemakai jilbab ilu bukan hanya ber
riskan
ada di lembaga pendidikan tinggi yang me
kampus.
mereka
oleh
menghadapi
pemerintah (c.q
Departemen
secara
lebih
mendalam.
mahasiswi
Pendidikandan Kebudayaan RI). Peraturan
miliki misi Islam dan mewajibkan atau men
tersebut diinterpretasi oleh banyak pimpinan
dorong pemakaian jllbab (perguruan tinggi
sekolah sebagai keharusan untuk menge-
agama).
28
tapi
juga
berkembang
pesat
di
PSIKOLOGIKA NomOf 5 Tahun Ill 1996
Orientasi
lembaga
pendidikan
dan tidak
lam
rong
Keaga,maan
yang tidak
bermisi
mewajibkan atau tidak
pemakaian
jilbab
Maha51Swi
Is·
menoo
(perguruan
tinggi
Muslim Berj,lbab dan
tidak
yang
Tuhan. Di makaian
Mahas,sw1
begitu
peduli
kalangan
jilbab
Muslim Tidak Be!)ilbab
perintah
dengan
mahasiswi Muslim,
dan tidak
sekuler atau perguruan tinggi non-agama).
tara
Bahkan,
bermaksud melaksanakan perintah
sejum!ah hasil pengamatan meng
ungkapkan
bahwa
jilbabdi berbagai perguruan
mengenakan jilbab yang
ca:
jetnh tinggi kualitas
ding
mahasiswi
pendidikan
nempuh
Dalam
situasi
tinggi non-agama
nakan
jilbab
lebih
Muslim
panjang
(ba
berjilbabnya) diban
Muslim
berjilbab yang me
di
perguruan
tinggi
dalam
tal.
berniat
yang
Dalam
hasiswi
kelaatan mahasiswi
beragama
Pada
awalnya, sikap masyarakat Mus
Indonesia
terbelah
terhadap
menjadi
dua,
pemakai
yaitu
jilbab
proaktif
ini
dan
atau
mengenakan
jilbab alas
ini menual pemakai jilbab
sebagai wanita yang taat beragama.
Karena
kesediaannya mengikuti perintah Allah S WT
perintah
dapat dinilai
agama
to
ma
dasar
Tuhan
sebagai
dengan orientasi keaga
intrinsik.
maan
& Ross (19n)
Allport
antaqorustik. Mereka yang proaktif terhadap
pemakaian [nbab
perintah
mahasiswi Muslim
secara
Gordon W. Allport,
ungkapan
yang
Tuhan.
kehidupan sehan-bari
adalah wujud nyata dari
Muslim
benar-benar
seperti ini keputusan menge
niatan untuk melaksanakan
agama.
lim
y ang benar-benar
ber
mahasiswi
pe
menjadi pembeda an
akan
keagamaan
menjadi
intrinsik
orientasi
dan
mahasiswi
yartu
orientasi
ekstrinsik.
Muslim dinilai
orientasi
membagi
dua,
Seorang
memiliki orientasi
dalam hal berpakaian, pemakar jilbab dinilai
keagamaan intrinsik yang kuat apabila ber
sebagai
agama
orang
agamaan
yang
orientasi
ke
rahkan
yang bersifat intrinsik.
Sementara
menilai
memiliki
mereka
pemakai jilbab
yang
antagonistik
sebagai
yang tidak dapat menyesuaikan
kehidupan
masyarakat
seseorang
diri
Indonesia.
trinsik
care
Indonesia gunaan
nilai
da
berpakaian
dengan
jilbab,
sebagai
awal
menurut
1980-an
tahun
mendapat
mereka,
agama sebagai
nya".
yang
pemakai jilbab
antagonistik
yang
tldak
dapat
ini.
jllbab
Banyak
kelas. mem
peroleh pembatasan-pembatasan di
lah dan di
kantor-kantor,
caman terkena
melepas jilbab. Mengingat
sebagian
di
pa
diperl<enankan
mengikuti pendidikan di dalam
jilbab
Peng
Karena itu,
pemakai
di
tantangan yang sangat keras dari
kelompok
drop out di
masyarakat
akan
seko
memperoleh
sekolah bila
an
tidak
dan sebagainya.
bahawa
menjadi
sikap
itu.
antagonistik
maka
pemakaian
pembeda antara wanita
Menurut
Kran
bila
yang
agama
bab
'menye
ia
hari
nilai
eks·
"menjadikan
bermanfaat
terus
pengamatan
kan peneliti,
1990-an,
bagi
maha
mengalami
jilbab
kian
per
populer.
sekilas yang
di perguruan tinggi
dilaku
negeri
non
pun jumlah mahasiswi Muslim berji1-
lebih
banyak dibanding mahasiswi Mus
lim tidak berjilbab
ketika mereka
mengikuti
proses perkuliahan di perguruan tinggi.
Lama·
kelamaan berjilbab berubah menjadi pakaian
yang biasa dikenakan wanita Muslim. Jilbab
berl<embang menjadi
mode, jad1
lim.
mooe. Sebagai
jilbab dikenakan
trend
umum
di
sebuah
karena sedang men
kalangan
Oalam situasi seperti ini,
wanita
Mus
saat mengena
ka n jilbab seorang wanita Muslim tidak selalu
dimotivasi
kan perintah Tuhan dengan wanita Muslim
amati
1998
hal
pemaka, J11bab
tambahan.
Allah
Ill
mempunyai
Separo terakhir dekade
siswi
Muslim yang benar-benar ingin metaksana
PSIKOLOGIKA Nomor 5 Tahun
dinilai
menonjol
dengan
penggunaan jilbab.
penyimpangan.
yang
Mereka
berlaku
yang
upaya
kepada Allah�. Sementara maha·
siswi 'Muslim
menghubungkan peraturan atau kebiasaan
tentang
dipandang sebagai
om
SWT.
oleh
Hal
niatan
ini
berdasarkan
untuk
taat
sebagaimana
observasl
dan
kepada
peneliti wawan-
29
F"8d
Nashori
cara yang peneliti lalwkan dengan beberapa
keagamaan uitrinsik dan orientasi keagama
wanita Muslim. Selanjutnya jilbab berkem
an
bang menjadi paka'8n umum yang menjadi
katan
mode bagi mahasiswi dan tidak selalu me
logi
lambangkan
vasi
ketaatan
mahasiswi
Muslim
ekstrinsik.
menggunakan pende
�reka
motivasional un tuk
tersebut intrinsik
dan motivasi
terhadap perintah Tuhan. Secara sosio-kld
masing-masing
tural, dapat dikatakan jilbab telah berkem
bemeda. Harapdisadari
bang menjadi kebudayaan popular atau ke
wa
budayaan massa bagi mahasiswi Muslim. Jilbab pada masa kini terkadang bukan
memiliki
bukanlah dua hal
dua hal tinum
yang
yang
masukkan
syid Ridha (1991 ), kain kerudung justru dija
orientasi
ke
dalam
keagamaan
demikian. Orientasi
bangan jilbab sebagai pakaian mode, yang
cenderung
bahkan digunakan untuk mempercantik diri,
kutub. Pendapat
menimbulkan pertanyaan ulang masihkah
an bersifat
mahasiswi Muslim berjilbab rnengenakan
penet;t;an
19n),
Allah SWT (orientasi intrinsik) atau karena
trinsik
u�uk mengikuti mode atau untuk memper
gatil.
cantik diri (orientasi ekstrinsik)?
nyaan:
apakah
ada
perbedaan
orientasi
salah
bahwa
yang
tinggi
keagamaan
dibanding
yang
intrinsik
mahasiswi
Muslim
Penelitian ini juga bermaksud melontar kan
pertanyaan:
apakah
ada
perbedaan
dua kutub
&
Ross
didukung hasil
in
(19n), cara ter
penghayatan
secara
agamanya.
agama adalah de
bahwa individu yang
intrinsik
faalkan•
akan
•menghi
Sebaliknya, individu yang
termotivasi secara ekstrinsik
agamanya.
akan
•meman
Mereka mengungkap
bahwa kebanyakan
individu (bita
mana ia menganut suatu agama) meoam
pilkan model aliliasi keagamaan
orientasi keagarnaana ntara mahasiswi MIJs..
letak
lim perguruan tinggi agama dan mahasiswa
d i
Muslim perguruan tinggi non-agama?
ujung
keagama
untuk menerangkan karakteristik ke
ka n pula
tidak berjilbab?
orientasi
menemukan bahwa aitem
termotivasi
lebih
seseorang
satu
Slriddand & Shaffer (Hunt & K;ng,
jilbab dan mahasiswi Muslim tidak berjilbab?
miliki orientasi
macam
dan ahem ekstrinsik berkorelasi ne
singkat
dupt
atau kon dapat di
satu
salah
kontinum bipolar
dan
saja dan selalu
keagamaan
ngan mengungkapkan
me
bah
merupakan
tidak
begitu
keagamaan antara mahasiswi Muslim ber
Benarkah mahasiswi Musli_m berjilbab
y ang
sendiri,
tetapi
mengarah ke
MenurutAtlport
Penelitian ini hendak menjawab perta
berdiri
Orang
dikan alat untuk mempercantik diri. Perkem
karena
yang
awal
saling berkelanj4lan
(continum).
sebagaimana yang dituturkan Ni'mah Ra
semata-mata
ekstrinsik
karakteristik
semenja k
terpisah satu sama lain,
hadap perintah-perinlah agamanya Bahkan,
berjilbab
tipo
orientasi keagamaan intrinsik-ekstrinsik
p9fWUjudan ketaatan mahasiswi Muslim ter
kewajiban
menjelaskan
mengistilahkan rnoti
dengan
pada
bentangan
yang
ter
antara kedua kutub
atas. Menjadi jetas
yang
bagi
diteropong
kita, objek psikologis
oteh
(1977) melalutipologi
Allport
dan
ekstrinsikdan
Ross
intrinsik
DASARTEORI yang
Salah satu teori psikologi agama cukup
menarik
agamaan
adalah teori orientasi
religious orientation)
(
ma kali dirumuskan nurut
Allport
&
Gordon
Ross
W.
(1977),
keagamaan dapat dibagi
30
yang
y ang
perter
Allport.
tipe
ke-
Me
orientasi
menjadi orientasi
cipefkenalkannya. adalah motivasi dan
visi psikologis yang
dupan keagamaan
melatarbelakangi
berorientasi intrinsik
akan memiliki
dan visi kehidupan keagamaan fungsional.
kehi
individu. Kalangan yang
Sebagaimana
Hunt dan King (1977),
motivasi
yang
bersifat
ditegaskan
oleh
objek studi yang dila-
�KOLOGUCA Nomor 5 Tahoo Ill 1996
Orientasi
K eagamaan Mahasiswi Muslim B&r]ilbab dan Mahasiswi
kukan oleh Allport dan Ross bukanlah •aga
Muslim Tldak BerJilbab
agamaan dalam berbagai karyanya bukan
ma" atau perilaku-perilaku yang dianggap
lah merupakan suatu ide tunggal. Allport
"religius", metainkan motivasi-motivasi yang
telah memperkenalkan sejumlah variabel
berkenaan dengan keperca.yaan dan praktik
yang secara konseptual memang terpisah
religius seseorang.
namun saling berhubungan satu sama lain
Allport dan Ross (1977) memaparkan karakteristik
kedua orientasi
kehidupan
nya. Berdasarkan penafsiran Hunt dan King ( 1977) terhadap lntri nsiclExtrins;c Scale dari
keagamaan. lndividu dengan orientasi eks
�-Feagin (yangdikembangkan dali hasil
lrinsikcenderung memanfaatkan agamade
sebuah seminar di Harvard di bawah pim
mi kepentingan-kepentingan sendiri. lstilah
pinan Allport sendiri), beberapa aspek sikap
me
yang berkartan dengan masing-masing ori
tersebut diambil alih dari aksiologi untuk
nunjukkan suatu kepentingan yang dilaku
entasi
kan
bagai berikut:
semata-mata
demi
melayani
kepon
tingan-kepentingan lain yang bagi individu
kehidupan
keagamaan adalah
Pef1ama, Persona/,,; lnsliluskx>al:
se
mem
meng
batinkan secara personal nilai-nilai ajaran
anut orientasi keagamaan ekstrinsik akan
agama sebagai hal yang vital dan berupaya
memandang agama dalam ,angka k8gtnlan
mengusahakan tingkat penghayatan yang
itu bersifat lebih pokok. lndMdu yang
untuk berbagai hal, antara lain untuk mem
lebih dalam vs penghayatan agama yang
peroleh rasa aman. penghiburan, pembe
bersifat institusional
naran diri, keyakinan yang dipeluknya cen
keleot,agaan.
atau
dalam
konteks
derung dianut atau dilambangkan secara se
Kedua, Unselfish vs Selfish: berusaha
lektif agar cocok dengan kebutuhan-kebu
mentransendensikan kebutuhan-kebutuhan
tuhannya yang lebih primer. Bagi mereka,
yang
agama berguna untl.M. mendukung keperca
muasan diri sendiri, pemanfaatan protektif
yaan dirl, �ki status, bel1ahan
me
terpusat
kepada diri
sendii
vs
pe
ISltuk kepentingan pribadi.
rawan kenyataan atau memberi sanksi pada
Ketiga. Refevans; temadap keselurvhan
cara hidup. Oengan begitu, dapat
kepribac:Nan: memenuhi kehidupannya de
suatu
dikatakan bahwa indivktu di atas "meman
ngan
faatkan" agamanya.
pilahkan atau tidak terintegrasikan ke dalam
Sementara individu yang berorientasi keagamaan intrinsik menunjukkan motivasi
motivasi dan makna religius vs ter
keseluruhan pandangan hktupnya. Keempat, Kepenuhan penghayatan ke
agama
yakinan: beriman dengan sungguh-sungguh
yang dianutnya. Kebutuhan-kebutuhan lain,
clan menerima keyakinan agamanya secara
kehidupan
keagamannya
dalam
sekuat apapun juga, dianggap kurang begitu
penuh tanpa syarat vs iman dan kepercaya
berarti dan sedapat mungkin diintegrasikan
. an dihayati secara dangkal; keyakinan dan
dalam keselarasan dengan keyakinan dan
ajaran agama tklak dihayati secara penuh.
ajaran-ajaran
agama
atau
ajaran-ajaran
Keli ma, Pokok
dan instrumentat.
keya
Tuhan. Setelah memetuk suatu keyakinan,
kinan agama sebagai tujuan akhir vs keya
individu yang beraangkulan berusaha meng
kinan agama sebagai sarana (intrinsik vs
intemalisasikan dan mengikuti ajaran agama
ekstrinsik secara aksiologis).
secara pen uh. Dalam pengertian demikian, dapat dikatakan
bahwa individu
"menghidupi" agamanya. Definisi-definisi
yang
tersebut
Keenam, Asosiasional vs komunaf, ke ter1ibatan religius demi pencarian nilai
re
ligius yang lebih dalam vs afialiasi demi
. dideskripsikan
sosiabilitas dan status.
oleh Allport tentang orientasi kehkjupan Ice-
PSIKOLOGIKA Nomor S T atui Ill 1998
31
Fuad
Nashori
Ketujuh. Keteraturan penjagaan perl<em
tuk pengembangan keagamaan seseorang.
bangan iman: penjagaan iman yang konsis ten dan teratur vs ketidakteraturan penja
HIPOTESIS gaan perkembangan iman atau perhatian terhadap perkembangan iman yang bersifat periferal. Dari
Hipotesis pertama penelitian ini adalah ada perbedaan orientasi keagaam antara
penjelasan tujuh aspek orientasi
mahasiswi Muslim berjilbab dengan maha
keagamaan tersebut penulis menyimpulkan
siswi
bahwa individu yang memiliki onentasi ke
Muslim berjilbab mempunyai orientasi ke
agamaan instrinsik akan memandang agama
agamaan intrinsik yang lebih menonjol de
dengan perspektif yang bersifat personal,
ngan mahasiswi Muslim tidak berjilbab.
unselfish,
maknawi,
penuh
penghayatan,
Muslim
Hipotesis
tidak
kedua
berjilbab.
penelitian
Mahasiswi
ini
adalah
pokok, asosiasional, serta mengusahakan
ada perbedaan onentasi keagamaan antara
imannya secara
yang
mahasiswi Muslim dari perguruan tinggi aga
berorientasi mtrlnsik akan menghayati dan
ma dan mahasiswi Muslim dari perguruan
merea!isasikan (dalam wujud tingkah laku
linggi non-agama. Mahasiswa Muslim dari
ajaran-ajaran
perguruan linggi non-agama memitiki orien
secara
konsisten.
agama yang
lndividu
dipahaminya
sungguh-sungguh dan
terjebak
untuk
memanlaatkan
tidak akan
tasi keagamaan intrinsik yang lebih menon
agamanya
jol dibanding mahasiswi Muslim dari pergu
demi kepentingan-kepentingan pribadi. Ke
ruan tinggi agama.
pentingan pribaor yang dimaksud di sini con tohnya: untuksosiatisasi, mendapatkan rasa aman, memperoleh keuntungan ekonomis politis.
Sedangkan individu yang memiliki
-
Subjek penelitian adatah (a) beragama
orientasi ekstrinsik akan mempersepsi de
Islam, (b) berienis kelamin putri, (c) berada
ngan prespektif yang institusional, selfish,
pada tahap remaja akhir atau berusia antara
agama tidak terintegrasikan dalam
kesa.
18-22tahun, dan (d) tercatat sebagai maha·
luruhan pandangan hidupnya, penghayatan
siswa Fakultas Psikologi UII dan Fakultas
yang dangkal,
keyakinan agama sebagai
Psikologi UGM. Subjek penelitian berjumlah
sarana, komunal, serta ketidakteraturan pe
BO orang.
meliharaan dan perkembangan iman.
lompokkan
Mahasiswi Muslim yang berjilbab men coba
menghayati
dan
melaksanakan
pe
Muslim
Dalam
penelitian
subjek
menjadi dua. yaitu
berjilbab
dan
dike
mahasiswi
mahasiswi
muslim
tidak berjilbab.
rintah agama dengan bersungguh-sungguh.
Yang dimaksud mahasiswi Muslim ber
Mereka berjilbab semata-mata karena perin-
jilbab adalah seseorang dengan jenis ke
tah agama yang mereka terima dengan pa.
tamin
nuh keikhlasan dan kerelaan. Dengan de
agama Islam dan menggunakan jilbab se
mikian
care konsisten dalam ruang dan waktu ter
disebut
mahasiswi Muslim berjilbab dapat sebagai
mahasiswi
Muslim
yang
memllikr orientasi keagamaan intrinsik.
wanita
yang
menyatakan
diri
ber
tentu. Penggunaan jllbab ditandai oleh peng gunaan pakaran yang menutupi aurat (ang
Mahasiswi Muslim ada yang menempuh
gota tubuh}, terkecuali air muka dan telapak
studr di PT agama (berisi agama) dan di PT
tangan. Datam penelitian ini seseorang ha
non-agama (tidak bervisi agama tertentu).
nya disebut berjilbab bita mengenakan bu
Keadaan di lapangan menunjukkan bahwa
sana muslimah dalam semua atau seoaqien
PT non-agama justru memberi peluang un-
besar kesempatan,
32
baik ketika berada di
PSIKOLOGIKA Nomor 5 Tahuo Ill
1990
Orientasi
Keagamaan Mahas1swi
Muslim Berj1lbab dan
kampus, di rumah, maupun di tempat·tempat
nuhi
umum.
subjek.
Dari segi waktu, yang dapat digo
longkan.sebagai mahasiswi berjilbab adalah
Berjolbab
ubjek yang memenuhi syarat ada
S
60 mahasiswi Muslim dari Fakultas Psi
lah
kologi F
I
60 mahasiswi
dan
U I
muslim
dari
akultas Psikologi UGM. engambitan data
Sementara yang dimaksud mahasiswi berjilbab adalah
Tidak
lah satu syarat digugurkan sebagai
mereka yang sekurang-kurangnya menge·
tidak
Muslim
sa
nakan jilbab selama satu bu:an.
Muslim
Mahasiswi
seseorang
ada
P
a�
m
dilakukan melalui
nelitian
p
ini
pe
e angket. Da
metod
an ini ada satu angket yang digu
dengan jenis kelamin wanita yang menya
la
takan diri beragama Islam dan tidak pemah
nakan, yaitu adaptasi
peneliti
n
da
san skala
perlua
(religion orientation
mengenakan jilbab atau mengenakan jilbab
orientasi
eagamaan
secara tidak konsisten. Seseorang disebut
scale)
tidak konsisten mengenakan jilbab blla di
liputi aspek-aspek
salah satu di antara tiga tempat ini, yaitu kam
ti
pus, rumah, dan tempat umum. tidak me
relevansi terhadap keseluruhan kehidupan,
k
ang disusun
y
tusional,
d)
(
mengenakan jilbab hanya pada kesempatan
pokok
munal,
kembangan
hasiswi
Muslim
Muslim
tidak
berjilbab dari slam
akultas Psikologi .
asiswi
da
Mah
ogi
l
Fakultas
Psi
ndonesia dan dan
I
niversitas
U
uslim dari
M
adjah
G
a
M
akultas Psiko
F
pendi
nggi agama. Penggolongan.ini dida·
ti
sarkan
kepadamisr
menghasilkan asikan
gr
dengan
bermaksud
ana yang dapat menginte
ngetahuan dan teknologi
lam.
asiswi
Mah
niversitas mbaga
le
ggolongan
Pen
M
yang
pe
U
subjek dari
ni
i
ang secara
UG
UII
sarj
lmu
i
ls
sikologi
P
kan
mahasisiwi
adalah subjek dari lembaga
UU
dikan
y
uslim
akultas
M
F
adjah Mada adalah
G
idikannon-agama.
pend
didasarkan
ada
p
misi
ak khusus mengarah
tid
subjek didiknya untuk menjadi sarjana
ara
C
n
engambilan
p
gunakan
pling. Dengan l
eknik ini
t
sampel
dilakukan
eknik purposive sam
t
mahasewi
yang
ab dan tidak berjilbab memperoleh
ji b
mpatan
se
ek.
j
ara
ke
ang sama untuk menjadi sub memiliki
kriteria
di atas dikategorikan sebagai subjek. ment
ber
y
engisi angket yang
P
ngukuran Rel igious Orien
pe
ersi Feagin ini mengikuti
v
kert.
ngisi angket yang
pe
PSIKOLOGIKA Nomor 5 Tahun
ll
I
Se
ak meme-
tid
1998
la
po
l han subjek dalam
U
Pi i
menjawab hanya terdiri dari lima katagon; ngat
setuju,
sa
dan
ngat
mberian
nilai
untuk aitem
sebagai
jawaban
5,
setuju
ti
r
.
4
a
k iteri
berikut:
k yang berfungsi
dak setuju 1.
angat
s
tidak setuju
apun
Ad
intrinsi
endapat nilai
aitem
adalah
favorable,
m
dan
netral,
tid
pe
aitem
tuju,
se
ak setuju.
sa
bagai
se
sangat
setuju
ak setuju
,
tid
2
ngkan untuk
Seda
ekstrinsik yang berfungsi sebagai
un
favorable, jaw aban sangat setuju mendapat nilai 1 , setuju 2, tidak setuju 4, dan sangat
5.
ak setuju
tid
dapat
awaban
J
menentukan
ntrinsik
maupun
i
netral
ekstrinsik
subjek
terdin
eagin terhadap 285 sample
F
subjek
ri
da
wa ska1a
w
kerjaan,
pe
ng
yq;
n
pe
nghasilan, menunjukkan bah
ersi Feagin
v
ni secara konsisten
i
aliditas konstruknya
v
aver, 1973).
Sh
aliditas
v
anita)
163
pe
obinson &
an
dan
ai katagori
berbag
mendemonstrasikan (R
pria
entangan usia 18-50 tahun,
r
didikan dan
ng
aitem
memperoleh
.
(122
engan
d
atau tidak
pada
awaban
j
sekor 3. Penelitian
meng
njagaan per
pe
n.
metode skala
ang lslami.
denga
e)
(
ima
tation Scale
y
�
g) keteraturan
(
ola dasar
ko ogi Umversitas I
F
an
d
P
berjilbab dan
l
pe
(c)
i
tertentu (rtusalnya di kampus. di rumah, atau
Penelitian ini menggunakan subjek ma
ns
i
nstrumental, (f) assosional vs ko
v
di tempat um um saja) tidak dapat digolong kan sebagai berjilbab.
ni me
i
ersus
v
nghayatan keyakinan,
k
s
kala
S
nal
unselfish versus selfish,
b)
(
epenuhan
ngenakan jilbab. Seorang mahasiswi yang
eagin.
F
(a) perso
rkaitan de
Be
kala, aitem-aitem
s
kala
s
ter-
33
'
Fuad
Nashori
sebut memiliki koeflsien korelasi antara 0,22
0,226 • 0,477. Penelitian int menggunakan
- 0,54 terhadap keseluruhan skalanya.
ska la tersebut dengan pertimbangan subjek
Untuk menjamin adanya skala adaptasi yang
memiliki
kesahihan
dan
keanda1an
dalam mengukur konstruksi teoritis sasaran
penelitian
Religious Orientation
an butir-butir dalam
memiliki
ciri-ciri
yang
sama
agamaan yang dilakukan Widyana (1995). Semakin
maka skala orientasi kehidupan keagamaan selain tetap mengungkapkan isi keseluruh
ini
dengan subjek uji coba Skala Orientasi Ke
banyak jawaban
favourable
dari subjek akan meningkatkan skor yang diperoleh,
yang
artinya
Scale, juga diadakan beberapa penyesuaian
orientasi
kehidupan
menurut konteks lokasi penelitian (Indone
baliknya,
semakin
semakin
intrinsik
keagamaannya.
banyak jawaban
Se
unfa
sia) dengan disertai penambahan beberapa
vourable menurunkan skor yang diperoleh,
butir baru. Dengan demikian secara kese
ini menunjukkan semakin ekstrinsik orientasi
luruhan skala orientasi kehidupan keagama
kehidupan keagamaannya.
an bermaterikan 30 butir yang mencakup tujuh aspek sikap, dan terdin dari
16 butir
Di
samping
angket
di
atas,
peneliti
menggunakan angket tambahan untuk men
favourable (intrinsik) dan 14 butir unfavou
dapatkan
rable. Hasit uj1 coba dengan mengggunakan
usia subjek, pendidikan subjek, semenjak
subjek
mahasiswa baru yang
tambahan
informasi
menqenac
dilakukan
kapan mulai menggunakan jilbab, di mana
Widyana {1995) menunjukkan bahwa Skala
saja subjek mengenakan jilbab (di kampus,
Orientasi Keagamaan memiliki reliabilitas
di rumah, dan di tempat um um), dan seba
sebesar0,816 dan validitas bergerak antara
gainya.
HASIL Tabel 1 Rangkuman Analisis Variansi 2-Jalur
Sumber
JK
RK
F
A
p
Antar A
274.094
1
274.094
3.764
0.043
0.053
Antar B
653.170
1
653.170
8.969
0.102
0,004
0.154
1
0.154
0.002
0,000
0,962
Dalam
5.462.082
75
72.828
Total
6.389.500
78
Inter AB
--
--
--
--
--
--
--
Ki!terangan:
A
::::
Status Perguruan T1nggi
A.,
=
Perguruan Tinggi Non-Agama
A,
= = = =
Perguruan Tinggi Agama
B B, B,
34
Kelomp:::ik Berjilbab Tidak Berjilbab
P5'KOLOGIKA Nomor 5 Tahtwl Ill 1998
Orientasi
Keagamaan
Mahasiswi
Tentang analisis data, menurut Singa rimbun
dan
Effendi
(1988),
analisis
Muslim Berj!lbab dan
Mahasaw1
Muslim T tda k
Bel')ilbab
Dalam perspekbf Allport & Ross (1977),
data
mahasiswi Muslim berjilbab memiliki orien
penelitian ini dilakukan dengan tujuan me
tasi religius intrinsik. Kalangan orientasi ke
nyederhan0.kan data ke dalam bentuk yang
agamaan intrinsik memiliki motivasi dan visi
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.
psikologis yang
Unluk proses ini digunakan statistik, karena
memandang agama sebagai comprehensive
memang salah satu fungsi stalislik adalah
commitmentdan driving integrating motive.
menyederhanakan data. Untuk mendukung
Bagi mereka, agarna adalah pemandu dalam
bersifat
religius.
Mereka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini,
kehidupannya. Mereka memiliki kerelaan un
maka
orientasi
tuk mewujudkan ajaran-ajaran dalam kehi
keagamaan antara mahasiswi Muslim ber
dupannya. Setiap gerak langkahpya diupa
jilbab dan mahasiswi Muslim tidak berjilbab.
yakan dapat dilakukan sebaqaimana agama
akan
dilihat
perbedaan
Untuk melihat perbedaan orientasi keaga
mengajar1
maan tersebut, akan dilakukan analtse data
memiliki
dengan menggunakan analisis analisis vari
waktu dan tenaganya untuk menghidup-hi
ant dua jalur.
dupkan agamanya. Kehidupan mahasiswi
Hipotests penelitian yang berbunyi ma hasiswi Muslim berjilbab memiliki orientasi keagamaan intrinsik lebih tinggi darippda mahasiswi muslim tidak
berjilbab,
dapat
diterima (p < 0,004).
untuk
mengorbankan
berjilbab diarahkan untuk menegakkan ek sistensi agama dalam kehidupan nyata. Secara umum dapat dikatakan bahwa walau
zaman
Muslim
Hipotesis penelitian yang berbunyi bah
kesediaan
terus
berjitbab
berubah,
tetap
mahasiswi
memegang
teguh
agama sebagai dasar dalam berpikir, ber
wa mahasiswi Muslim dari perguruan tinggi
sikap, clan berperilaku. Walaupun tantangan
non-agama lebih tinggi orientasi keagama
dan halangan untuk mengenakan jilbab saat
annya dibanding wanita Muslim dari pergu
ini relatil berkurang. tetapi motivasi dan visi
ruan ringgi agama, dapat diterima (p <0,053).
berjilbab tidak mengalami perubahan. Se cara hakiki, apa yang terjadi pada tahun tahun terakhir ini (tahun 1990-an) t,dak ber
DISKUSI beda dengan apa yang terjadi pada tahun Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa
1960-an, yaitu wanita Musfim berjilbab secara
mahasiswi Muslim berjilbab memilik1 tingkat
konsislen tetap memiliki alasan yang sama
orientasi
keagamaan
tinggi dibanding
intrinsik
mahasisiwi
lebih
untuk mengenakan jilbab, yaitu dalam rang
Muslim tidak
yang
ka mematuhi aturan-aturan yang terdapat
berjilbab. Dengan demikian, adanya dugaan sebagian orang bahwa penggunaan jilbab
dalam ajaran agamanya. Selanjutnya,
tentang
hasil
penelitian
pada saat ini Jebih merupakan mode dari
bahwa mahasiswi Muslim dari perguruan
pada ketaatan beragama, ternyata tidak ter
tinggi non-agama justru rnemiliki orientasi
bukti. Mahasiswi Muslim berjilbab mengena
keagamaan intrinsik lebih tinggi daripada
kan
mahasiswi Muslim perguruan tinggi agama,
busana muslimah
nu dimcnvesi oleh
dorongan yang bersifat internal. Apa yang
hal ini adalah temuan yang menarik. Harap
mereka lakukan merupakan perwuiudan dari
dicatat bahwa subjek penelitian ini adalah
niatan untuk menaati perintah Allah SWT,
mahasiswi Muslim angkatan tahun pertama
sebagaimana yang tertulis daJam kitab suci
dan tahun
al-Our'an surat an-Nuur (24) ayat 31 dan su
memperoleh banyak stimulasi peningkatan
rat al-Ahzab (33) ayat 59.
pengetanuan maupun mot1vasl beragama di
PSIKOLOGIKA Nomor 5 Tahun
Ill
1998
kedua.
Pada
masa
ini
mereka
35
Fuad
Nashori
la·
lanjutnya dapat juga melihat etos kerja, motif
pangan diketahui bahwa upaya--upaya untuk
kampus
mereka.
berprestasi antara wanita Muslim berjitbab
meningkatan pengetahuan dan motiVasi ke-
dan wanita Muslim tak berjilbab, dan sete
agamaan di dua Jen is jembaqa tersebut sa
rusnya.
ma-sama
Setelah dicerhlati di
dilakukan.
Bedanya
adalah
di
Kedua, saran untuk wanita Muslim pada
perguruan tinggi agama pendidikan agama
umumnya. Untuk mempertegas keagamaan,
lebih banyak bersifat legal-formal. Biasanya
salah satu care yang dapat dipakai adalah
hubungan pengasuh dan mahasisiwi Ml.is·
mencoba menghayati dan melaksanakan
1im sebagai peserta relatif tidak akrab dan
ajaran agama. khususnya perintah benilbab
cenden..rng kaku. Sementara di lembaga pen
(QS an-Nuur ayat 31 dan OS al·Ahzab ayat
didikan tinggi non-,-agama pendid1kan (upaya
59). Upaya untuk menaati ajaran agama pada
peningkatan
penqetahuan dan
agama
banyak
lebih
motivasi)
bersifat informal,
salah satu aspek ini diharapkan akan meng·
di
hadirkan pengalaman·pengalaman pslko
samping pelembagaan bersifat formal yang
logis dan spiritual bagi pemakainya. Pada
sangat terbatas. Karena sifatnya yang inf or·
gilirannya
mal, maka terdapat keluwesan yang lebih
meningkat derajat ketaatannya dan kepa
besar bagi pengelola penoidlkan agama di
tuhannya kepada ajaran·ajaran egama. •
nanti diharapkan
mereka akan
perguruan tinggi non--agama untuk melaku· kan proses peningkatan pengetahuan dan motivasi beragama.
DAFTAR PUSTAKA
Ahman.
M.
1 99 1 .
Batas Kebebasan Per·
PENUTUP
gaulan Muda·Mudi Islam. Surabaya: CV Kesimpulan dari penelitian ini adalah
Bintang Pelajar.
ada perbeoaan dalam hal orientasi keaga· ..AJ·Gahtany.
1989.
Kepada
Wanita:
Islam
maan antara mahasiswi Muslim berjitbab
dan Potret Wanita ct Balik Citra Modern. dan mahasiswi Muslim tidak berjilbab. Ma Surabaya: Pustaka Progresif. hasiswi muslim berjilbab memiliki orientasi Al·Khayat,
keagamaan intrinsik yang lebih tinggi diban· ding
mahasisiwi
Muslim
tidak
M.U.
1997.
Muslimah Ideal d i
Mata Pria Bandung: Pustaka Hidayah.
berjifbab.
Kesimpulan yang lain adalah ada perbedaan Allport, G.W. dan Ross,·M.19n. Personal orientasi
keagamaan
antara
mahasiswi Religious Orientation and Prejudice. Da
Muslim dari
perguruan tinggi
agama dan lam H.N. Malony (Ed.),
perguruan tinggi
non-agama.
tJves in Muslim dari
perguruan tinggi
Current Perspec·
Mahasiswi
The Psychology of Religion.
non-aqama • Michigan: William B. Ee rdmans Publish
memdik1 orientasi keagamaan intrinsik yang ing Co. lebih
menonjol
dibanding
mahasiswi dari
Ancok, 0. dan Suroso, F.N. 1995. Psikologi
perguruan tinggi agama. Adapun saran yang hendak kami sam
Islam: Solusi Islam atas Problem-pro·
paikan adalah sebagai berikut: Pertama, sa·
blem Psikologi. Cetakan ke--2. Yogya· karta: Penerbit Pustaka Pelajar.
ran untuk penelitian selanjutnya. Penelitian . dapat
mengungkap
perbedaan
orientasi
religius antara wanita muslim berjilbab. ber j1lbab secara tidak konsisten, dan yang tidak
·
As-Sayyid, A.B.A. 1993. Kepada Para Pen
didik Muslim. Cetakan ke·S. Jakarta: Gema lnsan Press.
pemah menggunakan jLlbab. Penehtian se--'
36
PSUc:Ol.OGIKA Nomof 5 Tahun HI 1998
Orien!asi
Bastaman, H.D. 1995.
Keagamaan
Maha5,swi
lntegrasi Psikologi
Muslim
Berjilbab dan
digma
Editor: Fuad Nashori, Yogyakarta: Ya·
Si press.
fnsan Kamil dan
Musltm Tidak
Be!]ilbab
Nashori, F. (Ed.). 1994. Membangun Para·
dengan Islam: Menuju Psikologi fslami,
yasan
Mahasrswi
Yogyakarta:
Psikologi /slami,
Penerbit Pus· Nashori, F.
1997. Menggapai Keunggulan
taka Pelajar. Islam. Yogyakarta:
Crapps,
R.W.
1994. Dialog Psikologi dan
Yayasan
Kasih AI
Arkham & Pustaka Palajar.
Agama: Sejak William James Hingga
Nashori, F. 1997. Psikologi lslami: Agenda Gordon W. Allport, Yogyakarta: Penerbit
Yogyakarta:
Menuju Aksi.
Pustaka
Kanisius. Pelajar & Fosimamupsi. Departemen Agama, 1977. Al·Our'an dan Aidha, N.A. Terjemahannya. Jakarta:
1991.
Tabarruj.Cetakan ke·3.
Departemen Jakarta: Pustaka AI-Kautsar.
Agama RI. Robinson, J.P. & Shaver, P.A.
1973.
ea
M
Hadi, S. 1984. Metodolofi Research, Yogya sures of Social Psychological Attitudes.
karta: Yayasan Fakultas Psikologi UGM. i
higan:
M c
Hidayat,
RT. Surtiretna, N. dan Dania, D.
1993.
Khasanah
Busana
The
nstitute of
I
nstitute of
I
cial Research,
So
higan.
Mic
Mus/imah,
hihab, M.Q. 1995. Untaian Permata Bual
S
Bandung: Penerbit Pustaka. Anakku: Pesan AJ-Qur'an untuk Mem·
Hunt, RA & King, M.B. 19n. The Intrinsic
pe/ai.
ung: Penerbit
Band
l
n.
A ·Baya
Extrinsic Concept. Dalam H.N. Malony Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan (ed.)
n
da
Current Perspective i n the Psy
Pengembangan
hasa. 1989. Kamus
Ba
chology of Religion. Michigan: William Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
lai
Ba
B. Eerdmans Publishing Co. Pustaka. Sya'rawi, M. 1991. Wanita Harapan Tuhan. Widyana,
R.
199
5.
entasi Aeligius dan
Ori
Jakarta: Gema lnsani Press. da
Affectpa
sitas
1995.
adjah
G
ahasiswa Muslim Univer
M
Mada
Skripsi (1idak
Angkatan
1994/
dipublikasikan).
Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM .
•••
PSIKOLOGIKA Hornor 5 Tahun Ill
1998
37