BAB II MUSLIM DAN NON MUSLIM
A. Pengertian Muslim Muslim secara etimologi merupakan bentuk fa’il (subyek / pelaku) dari kata kerja aslama-yuslimu-Islaman. Karena hanya sebagai subyek dari perbuatan Islam, maka pengertiannya tergantung pada pengertian Islam itu sendiri.1 Apabila kata Islam secara bahasa berarti damai, menyerah, patuh, selamat, sejahtera dan sebagainya. Muslim pun secara bahasa berarti orang yang damai, orang yang menyerah, orang yang patuh, orang yang selamat, orang yang sejahtera dan sebagainya. Dalam istilah, Islam biasanya dirumuskan dalam dua arti, arti luas dan sempit. Dalam arti luas, Islam adalah agama wahyu yang diturunkan kepada manusia melalui seluruh nabi, sejak Adam sampai Muhammad. Sedangkan dalam arti sempit, Islam adalah agama yang diturunkan untuk seluruh umat manusia sampai hari kiamat melalui Nabi Muhammad. Dengan demikian, pengertian muslim secara bahasa mempunyai arti luas dan sempit. Dalam arti luas, muslim adalah orang yang memeluk agamaagama yang diturunkan kepada seluruh nabi. Dan dalam arti sempit, muslim adalah orang yang memeluk agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.2 Secara garis besar ajaran Islam terdiri dari akidah, ibadah dan akhlak. Ajaran tersebut dapat diperoleh dari tiga komponen dasar agama Islam yaitu, iman, Islam dan ihsan. Dalam diri seorang muslim. Arti bahasa dari iman berarti kepercayaan, Islam berarti penyerahan diri atau tunduk dan ihsan
1
IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambani, 1992), hlm.
2
Ibid.
701.
13
14
berarti kebijaksanaan atau kebaikan. Muslim yang baik di dalam dirinya terdapat tiga komponen tersebut.3 1. Iman, yang berupa prinsip-prinsip kepercayaan yang ada dalam hati, sehingga yang tahu ada tidaknya hanyalah orang yang bersangkutan dengan Allah. Orang lain hanya dapat melihat tanda-tandanya. Dasar-dasar keimanan dapat dirumuskan dalam Rukun Iman yang terdiri dari enam prinsip, yaitu : a. Iman kepada Allah, ini berarti keyakinan dalam hati bahwa ada zat Tunggal yang merupakan sumber keberadaan semua yang ada di alam semesta.
Tanda-tanda
keberadaan
dan
kekuasaan-Nya
adalah
keberadaan alam semesta yang padu dengan hukum-hukum-Nya. Penekanannya adalah rumusan tentang ajaran tauhid atau menyatakan bahwa Tuhan adalah satu. b. Iman kepada malaikat-malaikat Allah, ini berarti keyakinan dalam hati bahwa ada mahluk gaib yang diciptakan Allah selain dari mahluk yang nyata wujudnya. Misalnya adalah : malaikat yang bersifat baik, setan atau iblis bersifat buruk dan selalu menggoda manusia untuk melakukan hal-hal yang buruk, dan jin yang bisa baik dan buruk namun mempunyai kecenderungan lebih besar bersifat jahat daripada baik. c. Iman kepada kitab-kitab Allah, keyakinan bahwa Allah telah menurunkan kitab suci kepada Nabi-nabi-Nya. Antara lain adalah, kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Zabur yang diturunkan kepada Nabi Dawud, Injil diturunkan kepada Nabi Isa dan Al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai kitab terakhir yang diturunkan oleh Allah sekaligus sebagai penyempurnaan kitab-kitab sebelumnya.
3
Dr. H. Moch. Qasim Mathar, M.A (peng.), Sejarah, Teologi dan Etika Agama-agama, (Yogyakarta : Dian Interfidei, 2003), hlm. 149.
15
d. Iman kepada para utusan Allah yang lazim disebut Rasul Allah adalah manusia pilihan yang mendapat wahyu dari Allah untuk disampaikan kepada kaumnya. Ia datang dengan membawa berita gembira bagi orang-orang yang percaya kepadanya dan ancaman atas orang yang mengingkari kebenaran yang dibawanya. e. Iman kepada Hari Akhir, berarti keyakinan akan adanya hari atau kehidupan setelah mati. Kehidupan itu disebut hari akhir karena setelah itu tidak ada kehidupan yang lagi. Pada hari itu semua yang dilakukan manusia dipertanggungjawabkan di hadapan Allah dalam bentuk penimbangan atas apa yang baik dan yang buruk dari perbuatannya. f. Iman kepada ketentuan Allah atau Qadla dan Qadar. 2. Islam berarti agama yang mengajarkan bahwa kewajiban manusia yang paling mendasar adalah beribadah kepada Allah. Konsep cakupan ibadah dalam Islam tidak hanya mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, melainkan juga hubungan manusia dengan segenap mahkluk Tuhan. Ibadah tersebut tidak hanya terdiri dari ibadah ritual saja melainkan juga hubungan sosial dan bahkan segala wujud kehidupan duniawi manusia. Ibadah merupakan manifestasi ketundukan dan penyerahan seorang muslim kepada Khaliknya. Prinsip-prinsip yang mengatur kehidupan pribadi umat manusia dalam hubungan dengan Tuhan dapat dirumuskan dalam Rukun Islam yang terdiri dari 5 hal,4 yaitu : a. Membaca dua kalimat syahadat, yakni persaksian dalam hati dan diberitahukan kepada masyarakat. Persaksian ini terdiri dari dua pernyataan yang dinyatakan dengan dua kalimat syahadat, yaitu : Asyahadu an la ilaha illah (saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah) dan wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah (dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah). Kalimat pertama disebut syahadat tauhid dan kedua disebut syahadat Rasul. 4
Huston Smith, Islam, terj. Ribut Wahyudi, (Yogyakarta : Pustaka Sufi, 2002), hlm. 63.
16
b. Shalat, umat muslim diwajibkan untuk selalu menunaikan sholat agar dapat menjaga kehidupan muslim tetap lurus sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan Hadits. Sholat wajib dikerjakan setiap hari lima kali yaitu shalat Subuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya. c. Berpuasa sepanjang bulan Ramadhan. Berpuasa wajib dilakukan setiap hari selama bulan Ramadhan. Berpuasa berarti menahan diri dari makan, minum dan jima’ dari terbit fajar sampai terbenam matahari menurut cara yang disyariatkan, karena mengharap pahala dari Allah.5 d. Membayar zakat, berarti membayar bagian tertentu dari hak milik yang dikeluarkan untuk menyucikan jiwa atau harta milik. Ada dua macam zakat yakni, zakat fitrah yang wajib dibayarkan oleh setiap muslim pada akhir bulan Ramadhan, dan zakat harta (mal), zakat untuk barang dagangan, emas, hasil tanaman dan peternakan. e. Menunaikan ibadah haji, berarti suatu jenis pemujaan Allah yang dilakukan di Arafah, Mina, Masjidil Haram dan tempat bersa’i pada tanggal 9-13 bulan Zulhijah. Kewajiban menunaikan haji bagi orang yang mampu ini hanya sekali seumur hidup. 3. Ihsan, yang berupa perwujudan keberagaman dalam tingkah laku seharihari yang bertumpu pada pengontrolan diri. Seseorang yang takut kepada Allah seakan-akan ia melihat-Nya membawa konsekuensi adanya kontrol akan perbuatan yang ia lakukan. Ihsan dijabarkan dalam ajaran perilaku yang selanjutnya berkembang menjadi tuntutan akhlak dan ajaran tasawuf. Untuk dapat menjadi muslim yang baik, maka seorang muslim harus dapat berusaha untuk menjalankan ketiga komponen tersebut. Ketiga komponen tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri. Keimanan mesti mendasari perbuatan dan perbuatan tidak hanya dilakukan sesuai dengan aturan-aturan lahiriah, melainkan mesti berangkat dari rasa tanggungjawab sebagai pemegang mandat dari Allah. 5
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Kuliah Ibadah, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2000), hlm. 201.
17
Muslim yang baik juga harus dapat menjalankan kewajibannya dalam menjaga keseimbangan hubungan yang baik antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan juga dengan lingkungannya. Hubungan dengan Tuhan dilandasi oleh rasa cinta dan kepatuhan dalam menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Moralitas hubungan dengan sesama manusia dilandasi oleh rasa saling menghormati dan saling menolong agar dapat tercipta keharmonisan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat. Hubungan dengan lingkungannya dilandasi oleh rasa tanggung jawab dalam memelihara keserasian lingkungan hidup.
B. Pengertian Non Muslim Pengertian non muslim dapat dilihat dari pengertian muslim dengan mendapat kata imbuhan non yang berarti tidak atau bukan. Maka non muslim berarti orang yang tidak atau bukan beragama muslim.6 Pengertian non muslim mempunyai makna bahwa seluruh pemeluk agama selain agama Islam. Oleh karena Islam yang di bawa Nabi Muhammad sebagai penyempurna agama yang di bawa nabi dan rasul sebelumnya, maka agama Islam yang di bawa Nabi Muhammad merupakan agama Islam terakhir. Dengan demikian, pengertian non muslim adalah pemeluk selain agama Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad. Dalam agama Islam, tidak terdapat ajaran yang memaksakan seorang manusia menjadi muslim. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 256 :
....... ﻐ ِّﻲ ﻦ ﺍﹾﻟ ِﻣﺷﺪ ﺮ ﻦ ﺍﻟ ﻴﺒﺗ ﺪ ﻳ ِﻦ ﹶﻗﻩ ﰱِﺍﻟ ِّﺪ ﺮ ﹶﻻِﺇ ﹾﻛ Artinya : “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah…”.7 6
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), hlm. 692. 7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), hlm. 63.
18
Dari ayat tersebut jelas tidak membutuhkan interpretasi lagi, karena memang lafadh dan artinya sudah jelas. Ayat tersebut dikuatkan pula oleh ayat lain, yaitu pada surat Yunus ayat 99 :
ﻦ ﻴﺆ ِﻣِﻨ ﺍﻣﻧﻮﻮ ﻳ ﹸﻜﻰﺣﺘ ﺱ ﺎ ﺍﻟﻨ ﹾﻜ ِﺮﻩﺖ ﺗ ﻧ ﻌﹰﺎﹶﺍﹶﻓﹶﺄﺟ ِﻤﻴ ﻢ ﻬ ﺽ ﹸﻛﻠﱡ ِ ﺭ ﻦ ﻓِﻰﹾﺍ َﻷ ﻣ ﻦ ﻣ ﻚ َ َﻷ ﺑﺎ َﺀﺭﻮﺷ ﻭﹶﻟ Artinya : “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orangorang yang beriman semuanya”.8 Dari pengertian kedua ayat tersebut sudah jelas bahwa dalam agama Islam tidak ada ajaran yang memaksa kepada siapapun untuk menjadi seorang muslim, karena dengan memaksakan agama kepada seseorang hanya akan membuat seseorang merasa tertekan dalam menjalankan ibadahnya. Tuhan sendiri telah memberikan kebebasan kepada mahluknya untuk memilih keyakinan masing-masing. Dan bagi Allah tidaklah sulit jika menginginkan mahluk ciptaan-Nya untuk menjadi muslim semua. Dari keterangan tersebut, jelas bahwa yang dimaksud dengan non muslim adalah selain penganut agama Islam. Yang termasuk didalamnya adalah penganut agama-agama di luar Islam, di Indonesia misalnya penganut agama Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan lain sebagainya. Dalam agama Islam sendiri tidak ada ajaran yang memaksakan kelompok non muslim tersebut untuk menjadi seorang muslim. Karena dalam ajaran Islam, memeluk agama dengan paksaan hanya akan membuat hati seseorang merasa tertekan dan juga dalam menjalankan ibadah tidak dengan ketulusan dan keikhlasan dari hati, akan tetapi hanya dengan keterpaksaan. Disamping itu juga akan menanamkan dendam di dalam hati dan jiwa sehingga justru timbul jarak bahkan penolakan dan kekacauan. Islam menyeru manusia untuk memeluk Islam dengan penuh rasa iman, puas dan atas dasar
8
Ibid., hlm. 322
19
pilihannya sendiri. Sehingga dalam menjalankan syariat Islam penuh dengan keikhlasan dalam hati tanpa takut terhadap apapun. Islam memberikan masing-masing individu untuk memeluk keyakinan yang dianggapnya benar. Islam juga memberikan toleransi untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya masing-masing tanpa harus mengganggu ibadah dari umat Islam itu sendiri. Allah berfirman dalam surat Al Kafirun
. ﻢ ﺗﺪ ﺒﻋ ﺎﺪﻣ ﺎِﺑﻧﺎ ﻋﻭ ﹶﻻﹶﺍ . ﺪ ﺒﻋ ﻣﺎﹶﺍ ﻭ ﹶﻥ ﺪ ﻋﺎِﺑ ﻢ ﺘﻧﻭ ﹶﻻﹶﺍ . ﻭ ﹶﻥ ﺪ ﺒﻌ ﺗﻣﺎ ﺪ ﺒﻋ ﹶﻻﹶﺍ. ﻭ ﹶﻥ ﺮ ﻬﺎﹾﺍﻟ ﹶﻜ ِﻔ ﻳﻳﺎﹶﺍ ﹸﻗ ﹾﻞ . ﻳ ِﻦﻲ ِﺩ ﻭِﻟ ﻢ ﻜﹸﻳﻨﻢ ِﺩ ﹶﻟ ﹸﻜ. ﺪﻋﺒ ﺎﹶﺍﻭ ﹶﻥ ﻣ ﺎِﺑﺪﻢ ﻋ ﻧﺘﻭ ﹶﻻﹶﺍ Artinya : “Katakanlah : “Hai orang-orang kafir”. Aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah. Dan kalianpun tidak pula akan menyembah apa yang aku sembah. Aku bukan penyembah apa yang kalian sembah. Kalianpun bukan pula penyembah apa yang aku sembah. Untuk kalian agama kalian dan untukku agamaku”. 9 Kelompok non muslim dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, Abdullah Nashih ‘Ulwan membaginya menjadi empat kelompok, yaitu : kelompok ahli kitab, kelompok atheis dan murtad, kelompok paganis dan musyrikin, kelompok orang-orang munafik.10 1. Kelompok Ahli Kitab Yang dimaksud dengan kelompok ahli kitab adalah orang-orang yang berag ama berdasarkan salah satu kitab samawi dan mengikuti salah seorang nabi. Ahli kitab merupakan sebutan bagi komunitas yang mempercayai dan berpegang teguh kepada agama yang memiliki kitab suci yang berasal dari Tuhan selain Al Qur’an.11 Orang yang tetap berpegang teguh pada agama yang di bawa nabinya sebelum kenabian Muhammad atau sesudah kedatangan beliau tapi dakwah Islam belum sampai 9
Ibid, hlm. 1112. Abdullah Nasih Ulwan, Konsep Islam Terhadap Non Muslim, Terj. Kathur Suhardi, (Jakarta : Pustaka Al Kautsar, 1990), hlm. 32. 11 Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid I, ed, Abdul Azis Dahlan, (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), hlm. 46. 10
20
kepadanya, maka dia adalah orang yang mukmin. Sedangkan orang yang tetap pada agamanya, padahal ia tahu kerasulan Muhammad dan dakwah beliau, maka ia termasuk kelompok orang-orang kafir. Pada zaman sekarang ahli kitab dapat dipisahkan lagi dalam 2 kelompok yaitu : a. Kelompok Yahudi, yaitu mereka yang berpegang teguh kepada syariat Nabi Musa yang menerima kitab Taurat. b. Kelompok Nashara, yaitu mereka yang berpegang kepada syariat Nabi Isa yang menerima kitab Injil. Risalah Islam yaitu Al Qur’an adalah penutup seluruh risalah sekaligus mencakup semua syariat yang terdahulu. Risalah tersebut mempunyai keistimewaan yaitu bersifat universal untuk seluruh alam, abadi dan actual sepanjang zaman. Islam turun untuk seluruh bangsa dan umat tanpa membeda-bedakan jenis, warna kulit dan bahasa. Sudah dijelaskan bahwa kedatangan Nabi Muhammad telah dikabarkan terlebih dahulu disebutkan dalam Taurat dan Injil sebagai penutup dari semua risalah yang sebelumnya berkembang di masyarakat. Kitab-kitab samawi sebelum Islam yang kini masih beredar diantara kelompok Yahudi dan Nashara sudah bermacam-macam versinya, saling berbeda dan banyak menyimpang atau dirubah. Disamping itu juga, agama-agama samawi terdahulu tidak mampu menjembatani
kebutuhan
zaman,
hidayah
dan
syariatnya
tidak
menyodorkan ruh kehidupan yang actual. Sehingga berbenturan dengan roda-roda kemajuan yang dinamis terus bergerak. Atas dasar ini sudah seharusnya setiap ahli kitab, baik Yahudi dan Nashara yang telah tahu dakwah Islam untuk beriman kepada nabi yang telah dikabarkan dalam Taurat dan Injil yaitu Nabi Muhammad. 2. Kelompok Atheis dan Murtad Murtad artinya perbuatan orang muslim yang meninggalkan agama yang telah diridhai Allah, lalu memeluk agama lain selain Islam, atau
21
meyakini suatu akidah dan ideology tertentu yang bertentangan dengan tatanan Islam. Sedangkan atheis adalah pengingkaran terhadap dzat Illahi, menolak risalah samawi yang telah diturunkan Allah kepada Rasul-rasulNya. Atau dengan pengertian lain bahwa atheis merupakan pengingkaran tentang hal-hal ghaib yang dibawa dan disampaikan lewat para rasul.12 Baik atehis maupun murtad merupakan faktor perusak kehormatan manusia, karakter dan eksistensinya. Islam tidak akan membiarkan umatnya menjadi atheis atau murtad dan tidak memberi hati kepada siapa saja yang melakukan dua jenis perbuatan tersebut. Ada beberapa gambaran kemurtadan yang pada dasarnya berupa ideology sehingga dapat menyisihkan Allah dari diri manusia. Di antara bentuk-bentuk kemurtadan itu antara lain : a. Orang Islam yang fanatik terhadap golongan dan menganggap golongannya ini sebagai tujuan hidupnya yang pokok. b. Orang
Islam
yang
mengangkat
ideologi
nasionalisme
dan
menjadikannya sebagai tujuan pokok hidupnya. Perbuatan ini hanya terbatas pada tingkah laku dan aktifitas untuk mengangkat ideologi nasionalisme, sampai-sampai mengabaikan iman sebagai tujuannya. c. Orang Islam yang mengangkat ideology humanisme, karena pada dasarnya slogan dan ideology yang bersembunyi di balik nama humanisme ini didalangi oleh Yahudi. d. Orang Islam yang mengangkat ideologi sosialisme, yang meyakini bahwa ideology ini merupakan satu-satunya wadah yang dapat mengangkat derajat kaum buruh, petani, karyawan dan kelompokkelompok lain dengan dalih hendak menghilangkan kemiskinan, penyakit dan kebodohan. Tanpa disadari kelompok ini, sesungguhnya Islam datang membawa sistem yang dapat mengulurkan jalan keluar, pemecahan, kebutuhan hidup dan keadilan kepada semua lapisan masyarakat, terutama terhadap kaum papa dan fakir miskin. 12
Abdullah Nashih ‘Ulwan, Op. Cit., hlm. 62.
22
e. Menyandarkan hukum kepada selain Allah. f.
Kebencian terhadap tatanan hukum Islam, atau mengutamakan tatanan lain, atau menyamaratakan Islam dengan tatanan lain.
g. Mengolok-olok sebagian isi Al Qur’an, sunnah atau syi’ar Islam. h. Menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. i.
Mengimani sebagian dasar-dasar Islam dan mengingkari sebagian yang lain.
j.
Beriman kepada Al Qur’an dan menolak Sunnah.
k. Menjadikan orang kafir, munafik dan atheis sebagai pemimpin. l.
Mengolok-olok sifat Rasulullah ataupun pekerjaan beliau.
m. Menganggap isi Al Qur’an bertentangan dengan zhahirnya atau zhahirnya bertentangan dengan isi kandungannya. n. Mensifati Allah dengan sifat-sifat yang tidak sesuai dengan keagungan-Nya. 3. Kelompok Paganis dan Musyrikin Yang dimaksud dengan paganis adalah orang-orang yang membuat sesembahan selain Allah, atau mengambil Tuhan di samping Allah.13 Yang termasuk dalam kelompok ini adalah orang-orang penyembah api, bintang, orang-orang majusi dan lain-lainnya yang menyembah patungpatung. Ada dua kelompok paganis, yaitu : a. Kelompok orang musyrik Arab, yaitu kelompok paganis yang tinggal di daerah Arab. b. Kelompok paganis selain yang berasal dari bangsa Arab, seperti orangorang Majusi yang menyembah api dan bintang. 4. Kelompok Orang-orang Munafik Kemunafikan adalah suatu sikap pada diri seseorang yang mengakuaku Islam, tapi jauh di lubuk hatinya menyimpan bara kekufuran yang
13
Ibid., hlm. 55.
23
menyala dan tujuan-tujuan yang menjijikkan.14 Sifat-sifat yang terdapat dalam orang yang munafik antara lain adalah : perkataannya selalu bohong dan dusta, perbuatannya dipenuhi bahaya dan kerusakan, bodoh, selalu memakai topeng yang berganti-ganti sesuai dengan kondisi yang dihadapinya. Disamping pembagian tersebut, terdapat juga pembagian golongan non muslim oleh Endang Saefuddin Anshari, yang membaginya dalam :15 1. Kafir ialah orang yang kufur yaitu orang yang menolak kebenaran dari Allah SWT. 2. Musyrik ialah orang yang syirik, orang-orang yang menyekutukan Allah. Ciri-cirinya antara lain : -
Menganggap ada Tuhan selain Allah
-
Menganggap Allah beranak atau diperanakkan
-
Menjadikan selain daripada Allah sebagai tujuan terakhir (pengabdian) hidupnya.
3. Munafik, yaitu orang-orang yang nifaq, yaitu orang yang bermuka dua. Antara lain tanda-tandanya dusta, tidak tepat pada janji dan khianat. 4. Fasiq ialah orang-orang yang fusuq, orang-orang yang sadar melanggar batas ketentuan Tuhan (orang-orang yang sadar bahwa hal tertentu itu dosa tapi tetap melanggarnya juga). 5. Zhalim ialah orang-orang yang aniaya (termasuk pada diri sendiri), orang yang tidak mendudukkan sesuatu pada tempatnya, orang-orang yang menghukum tidak berdasarkan hukum yang adil. 6. Mutraf ialah orang yang itraf, yaitu orang yang tidak mau syukur nikmat, orang yang dianugerahi amanat kekayaan, kekuasaan dan kepintaran oleh Allah, akan tetapi menggunakannya untuk maksiat kepada Allah.
14
Ibid., hlm. 94. Endang Saefuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-pokok Fikiran tentang Islam dan Umatnay, (Jakarta : Rajawali, 1986), hlm. 64-65. 15
24
Yusuf Qardhawi membagi pemeluk-pemeluk non muslim menjadi dua, yaitu : 16 1. Pemeluk agama watsaniyah (berhala) atau agama budaya, seperti kaum musyrikin penyembah berhala, kaum majusi penyembah api, dan kaum shabiah (shabiin) penyembah bintang-bintang. 2. Pemeluk agama samawi atau kitabiyah, yaitu mereka yang mempunyai agama samawi pada asalnya dan mempunyai kitab yang diturunkan dari sisi Allah, seperti Yahudi dan Nasrani, yang oleh Al Qur’an disebut dengan ahlul kitab sebagai sikap lemah lembut kepada mereka dan untuk menyenangkan mereka.
C. Hubungan Muslim dan Non Muslim Islam telah menentukan hubungan antara muslim dan non muslim melalui dua ayat yang memaparkan hukumnya secara tegas dalam Al Qur'an. Dua ayat tersebut dianggap sebagai aturan main dalam masalah hubungan muslim dan non muslim.
ﻢ ﹶﺍ ﹾﻥ ﻳﺎ ِﺭ ﹸﻛﻦ ِﺩ ﻢ ِﻣ ﻮ ﹸﻛ ﺟ ﺨ ِﺮ ﻳْ ﻭ ﹶﱂ ﻳ ِﻦﻢ ِﻓﻰﺍﻟ ِّﺪ ﻮ ﹸﻛ ﻳ ﹶﻘﺎِﺗﹸﻠ ﻢ ﻦ ﹶﻟ ﻳﻋ ِﻦ ﺍﱠﻟ ِﺬ ﷲ ُ ﻢ ﺍ ﻬ ﹸﻜ ﻨﻳﹶﻻ ﻦ ﻳﻋ ِﻦ ﺍﱠﻟ ِﺬ ﷲ ُ ﻢ ﺍ ﻬ ﹸﻜ ﻨﻳﻤﺎ ﻧ ِﺍ. ﻦ ﻴﺴ ِﻄ ِ ﻤ ﹾﻘ ﺐ ﺍﹾﻟ ﺤ ِ ﻳ ﷲ َ ﻢ ِﺍ ﱠﻥ ﺍ ﻴ ِﻬﻮﺍ ِﺍﹶﻟ ﺴ ﹸﻄ ِ ﺗ ﹾﻘﻭ ﻢ ﻫ ﻭ ﺮ ﺒﺗ ﻢ ﻫ ﻮ ﻮﱠﻟ ﺗ ﻢ ﹶﺍ ﹾﻥ ﺍ ِﺟ ﹸﻜﺧﺮ ﻋﻠﹶﻰِﺍ ﺍﺮﻭ ﻫ ﻭﻇﹶﺎ ﻢ ﺎ ِﺭ ﹸﻛﻦ ِﺩﻳ ﻢ ِﻣ ﻮ ﹸﻛ ﺟ ﺮ ﺧ ﻭﹶﺍ ﻳ ِﻦﻢ ﻓِﻰﺍﻟ ِّﺪ ﻮ ﹸﻛ ﺗﹸﻠﻗﹶﺎ ﻮ ﹶﻥ ﻢ ﺍﻟﻈﱠﺎِﻟﻤ ﻫ ﻚ ﻢ ﹶﻓﺄﹸﻭﹶﻟِﺌ ﻮﻟﱠﻬ ﺘﻳ ﻦ ﻣ ﻭ Artinya : "Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (Surat Mumtahanah : 8-9) 16
Yuauf Qardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer, terj. As’ad Yasin, (Jakarta : Gema Insani Press, 1995), hlm. 965.
25
Kedua ayat tersebut turun dalam konteks kaum musyrikin yang menyembah berhala, sementara terhadap ahli kitab, Islam memberikan tuntutan interaksi tersendiri yang memperbolehkan kaum muslim menjalin hubungan kekerabatan dengan mereka dan menikahi perempuan-perempuan dari kalangan mereka. Artinya, Islam mengizinkan perempuan-perempuan mereka, baik yang beragama Kristen dan maupun Yahudi untuk menjadi istri, teman hidup, dan ibu dari anak-anak seorang muslim. Hal ini secara otomatis menjadikan keluarga perempuan itu sebagai kerabat si muslim, menjadi kakek, nenek dan anak-anaknya, paman dan bibi mereka, saudara-saudara misan mereka, serta memiliki hak-hak sebagai famili dan kerabat dekat.17 Dalam kehidupan sehari-hari, Islam mengajarkan agar muslim dapat selalu menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat. Islam memiliki konsepsi dan prinsip-prinsip yang dapat memberikan solusi konkret dalam memecahkan problem hidup bertetangga yang tertuang dalam ajaran akhlak. Akhlak yang dapat digunakan untuk mendorong manusia bagaimana seharusnya berbuat baik kepada Khalik dan bagaimana seharusnya berbuat baik kepada mahluk (sesama manusia). Dalam hubungan ini termasuk pula bagaimana berbuat baik kepada non muslim. Setiap muslim diharapkan dapat menjaga hubungan yang harmonis dengan non muslim dan dapat menciptakan kerukunan antar pemeluk agama. Hubungan tersebut dapat juga dibentuk dengan adanya sikap toleransi yakni kesediaan menerima kenyataan pendapat yang berbeda-beda tentang kebenaran yang dianut. Dapat menghargai keyakinan orang lain terhadap agama yang dianut serta memberikan kebebasan untuk menjalankan apa yang dianut dengan tidak bersikap mencela dan atau memusuhinya.18
17
Dr. Yusud Al Qardhawi, Kebangkitan Gerakan Islam dari Masa Transisi Menuju Kematangan, terj. Abdullah Hakam Shah dan M. Aunul Abied Shah, (Jakarta : Pustaka Al Kautsar, 2002), hlm. 265-266. 18 Thoyib I.M dan Sugiyanto, Islam dan Pranata Sosial Kemasyarakatan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 42.
26
Islam menghargai toleransi dan perlu dikembangkan agar antar umat beragama dapat hidup berdampingan secara damai dan sikap saling terbuka sehingga sikap saling pengertian dapat tercapai. Islam juga mengajarkan supaya muslim dapat menghormati dan menghargai penganut agama yang berbeda dan mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar (melakukan kebaikan dan tidak melakukan kejahatan), mengarahkan supaya hidup rukun, hidup sejahtera material dan spiritual. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan berkerja sama antar pemeluk agama sehingga terbina kerukunan, mengembangkan sikap saling hormat menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, tidak memaksakan agama dan kepercayaan kepada orang lain dan mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.19 Kehidupan bermasyarakat dalam pandangan Islam ternyata mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan dilaksanakan yang secara umum sama, namun secara khas berbeda. Hak dan kewajiban tetangga sesama muslim tidaklah dapat disamakan dengan orang-orang non muslim. Hak dan kewajiban yang sama dapat dipenuhi dan dilaksanakan antara lain, saling hormat menghormati dan menciptakan rasa aman dan nyaman selama tinggal bersama dalam suatu lingkungan sosial tertentu. Adapun hak dan kewajiban yang berbeda antara lain dalam masalah keimanan dan ibadah antara lain sebagai berikut :20 1. Saling mendoakan, dalam hal ini hanya mungkin dapat dilakukan dengan sesama muslim. Dengan orang yang berlainan iman dan agama dilarang untuk saling mendoakan, meskipun mereka orang tua atau keluarga sendiri. 2. Menjadi saksi, hanya orang-orang yang seiman dan sesama muslim saja yang bisa menjadi saksi bagi tetangganya, seperti dalam upacara pernikahan. 19
Ibid., hlm. 182. Drs. Muhsin M.K, S.Ag, M.Sc, Bertetangga dan Bermasyarakat dalam Islam, (Jakarta : Al Qalam, 2004), hlm. 14-15. 20
27
3. Mengurus jenazah, bila ada yang meninggal dunia maka tetangganya yang seiman dan sesama muslim berhak dan berkewajiban membantu mengurus jenazahnya. Pengurusan jenazah dimulai dari memandikan, mengafankan, menshalatkan, sampai menguburkannya. Semua ini tidak mungkin dapat dilakukan oleh non muslim. 4. Menikah, dalam Islam hanya yang seiman dan sesama muslim sajalah yang diperbolehkan untuk menikah. 5. Saling memberi salam khususnya terhadap yang seiman dan sesama muslim adalah saling memberi salam apabila bertemu, berpisah dan pergi meninggalkan rumahnya.