BAB II PERHATIAN ORANG TUA DAN KEPRIBADIAN ANAK A. Perhatian Orang Tua 1.
Pengertian Perhatian Orang Tua Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perhatian diartikan sebagai hal memperhatikan; apa yang diperhatikan.1 Menurut Purwa Atmaja Prawira dalam buku “Psikologi Umum dengan Perspektif Baru” perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.2 Sedangkan dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Pendidikan”, Mustaqim menyatakan bahwa perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu objek atau banyak sedikitnya yang menyertai aktivitas yang dilakukan.3 Pengertian yang hampir sama juga dikemukakan oleh Sumadi Suryabrata, perhatian memiliki dua arti yaitu: a) pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu obyek, b) banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Kedua arti tersebut dapat dipakai secara bertukar-tukar. Abu Ahmadi juga menjelaskan bahwa perhatian yaitu keaktifan jiwa yang diarahkan kepada sesuatu objek, baik di dalam maupun di luar dirinya.4 Keaktifan jiwa yang dimaksud berupa
1
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm. 487. 2 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Umum Dengan Perspektif Baru (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 66. 3 Mustaqim, Psikologi Pendidikan Cet. 4 (Semarang: Pustaka Belajar, 2008), hlm. 72. 4 Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Cet. 3, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), hlm. 145.
25
26
gejala pengenalan, kemauan, perasaan yang tertuju pada sesuatu, dan di sini unsur pikiran mempunyai pengaruh yang kuat. Selanjutnya pengertian orang tua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua, orangorang yang dihormati (disegani). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perhatian orang tua adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh ayah dan ibu dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungan. 2.
Macam-macam Perhatian a. Ditinjau dari segi intensitasnya 1) Perhatian intensif yaitu perhatian yang banyak dikuatkan oleh banyaknya rangsang atau keadaan yang menyertai aktivitas atau pengalaman batin. 2) Perhatian tidak intensif yaitu perhatian yang kurang diperkuat oleh rangsangan atau beberapa keadaan yang menyertai aktivitas atau pengalaman batin. b. Ditinjau dari segi timbulnya perhatian 1) Perhatian spontan yaitu perhatian yang tidak disengaja atau tidak sekehendak subjek. 2) Perhatian reflektif yaitu perhatian yang disengaja atau sekehendak subjek.
27
c. Ditinjau dari luasnya objek yang dikenai 1) Perhatian terpencar (distributif) yaitu perhatian yang tertuju kepada lingkup objek yang luas atau tertuju kepada bermacammacam objek. 2) Perhatian terpusat (konsentratif) yaitu perhatian yang tertuju kepada lingkup objek yang sangat terbatas. Perhatian ini juga disebut sebagai perhatian konsentratif, dimana orang yang mengadakan konsentrasi pikiran berarti berpikir dengan perhatian terpusat. 5 d. Ditinjau dari fluktuasinya perhatian 1) Perhatian yang statis yaitu perhatian yang diberikan oleh individu atau seseorang pada suatu objek tertentu dalam waktu tertentu secara statis. Artinya, individu atau orang yang sedang memberikan perhatian terhadap suatu objek tersebut suka mengalihkan perhatian kepada objek lain. 2) Perhatian yang dinamis yaitu perhatian yang diberikan oleh individu atau seseorang dari objek yang satu beralih dengan lincahnya ke objek yang lain. e. Ditinjau dari cocok atau tidaknya pada objek Individu atau seseorang dengan alat indra yang normal dan tidak dalam keadaan tidur tentu selalu menaruh perhatian terhadap sesuatu hal. Individu atau seseorang terkadang menaruh perhatian 5
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan Cet. 11 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 35.
28
terhadap hal-hal atau objek tertentu yang sebetulnya tidak cocok bagi dirinya. Dengan pernyataan lain, sebetulnya individu tersebut tidak berminat memberikan perhatian terhadap objek tersebut. Tetapi karena adanya suatu keharusan untuk memerhatikannya, individu tersebut dalam keadaan terpaksa memberikan perhatian juga pada objek yang dimaksud. Perhatian semacam ini dinamakan inattention, yaitu perhatian pada hal-hal yang tidak cocok.6 3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perhatian Perhatian dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, yaitu sebagai berikut: 1) Faktor subjektif Faktor subjektif adalah faktor yang behubungan dengan keadaan, kondisi diri pribadi, dan sikap batin tertentu yang memerhatikan objek tertentu. Contoh faktor subjektif yaitu pekerjaan yang sedang kita laksanakan menentukan perhatian, keinginan menentukan perhatian, minat (interest) menentukan perhatian, mode menentukan perhatian, keadaan yang dibayang-bayangkan mengarahkan perhatian kepada segala sesuatu yang ada hubungannya dengan keadaan itu, dan kebiasaan menentukan pilihan.
6
Purwa Atmaja Prawira, Op. cit., hlm. 68-71.
29
2) Faktor objektif Faktor objektif adalah faktor sifat daripada objek atau bendabenda yang menarik perhatian kita, perangsang yang kuat menarik perhatian kita, perangsang yang luar biasa menarik perhatian kita, perasaan yang tiba-tiba menarik perhatian kita, benda-benda yang mempunyai bentuk akan lebih menarik perhatian kita daripada benda-benda yang bentuknya tidak tentu.7 Selanjutnya Suharsono juga mengemukakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi perhatian yaitu faktor objektif dan faktor subjektif. 8 Yang termasuk faktor objektif adalah: 1) Perangsang yang berubah-ubah menarik perhatian 2) Perangsang yang luar biasa 3) Perangsang yang tiba-tiba 4) Benda-benda yang mempunyai bentuk tertentu 5) Benda-benda yang berhubungan dengan kebutuhan dasar Yang termasuk faktor subjektif adalah: 1) Pekerjaan yang sedang kita laksanakan 2) Keinginan yang sedang kita laksanakan 3) Minat 4) Perasaan 5) Mode 6) Kebiasaan. 7
8
Ibid, hlm. 71. Suharsono, Mencerdaskan Anak (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm.113.
30
4.
Bentuk-bentuk Perhatian Orang Tua Perhatian orang tua mempunyai peran penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun perhatian orang tua kepada anaknya dapat berupa hal-hal sebagai berikut: a. Pemberian bimbingan Istilah bimbingan merupakan terjemahan dalam bahasa inggris yaitu guidance. Guidance atau bimbingan adalah bantuan yang diberikan
oleh
seorang
(pembimbing)
kepada
individu
atau
sekelompok individu. Sedangkan pengertian bimbingan menurut para tokoh berbeda-beda, namun tidak saling bertentangan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan adalah suatu proses memberi bantuan kepada individu agar individu dapat mengenal dirinya dan dapat memecahkan
masalah-masalah
hidupnya
sendiri
sesuai
kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan sehingga ia dapat menikmati hidup dengan bahagia.9 Sehubungan dengan ini ada beberapa kekeliruan dalam menafsirkan bimbingan. Ada yang berpandangan bahwa bimbingan hanya diberikan pada mereka yamg baru masuk sekolah saja. Pandangan lain mengatakan bahwa bimbingan hanya diperuntukkan bagi individu yang salah asuh atau yamg nakal saja. Kedua pandangan ini keliru karena yang membutuhkan bimbingan bukan hanya anak 9
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam Cet. 3 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 344.
31
yang masih sekolah ataupun yang nakal namun setiap individu membutuhkan bimbingan baik dari guru maupun orang tua. Adapun bimbingan itu mempunyai beberapa ciri antara lain: 1) Bimbingan merupakan suatu proses yang berkelanjutan 2) Bimbingan merupakan proses membantu individu tanpa paksaan 3) Bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukan pemecahan masalah atau di dalam proses perkembangannya 4) Bimbingan diberikan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan kemampuannya 5) Bimbingan diberikan agar individu dapat menyesuaikan diri kepada ingkungan, keluarga, dan masyarakat 6) Untuk melaksanakan bimbingan diperlukan petugas atau personil yang memiliki keahlian bimbingan.10 b. Keteladanan Pada umumnya manusia memerlukan figur identifikasi (uswal al-hasanah) yang dapat membimbing manusia ke arah kebenaran, untuk memenuhi keinginan tersebut Allah mengutus Muhammmad menjadi tauladan bagi manusia. Kemudian kita diperintahkan untuk mengikuti Rasul, diantaranya memberikan tauladan yang baik. Untuk menjadi sosok yang ditauladani, Allah memerintahkan kepada manusia selaku khalifah fi al ardh
10
Ibid., hlm. 347-348.
32
mengerjakan perintah Allah sebelum mengajarkannya kepada orang yang dipimpinnya.11 Dalam hal ini M. Ngalim Purwanto mengatakan bahwa dalam berbagai hal pendidikan, keteladanan pendidik merupakan alat pendidikan yang sangat penting. Seperti yang terdapat dalam ilmu jiwa, dapat diketahui bahwa sejak kecil manusia itu terutama anakanak
telah
mempunyai
dorongan
meniru,
dan
suka
mengidentifikasikan diri terhadap orang lain atau tingkah laku orang lain, terutama orang tua dan gurunya.12 Yang dimaksud keteladanan di sini yaitu pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada anak, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Contoh bentuk keteladanan yaitu: 1) Keteladanan disengaja Yaitu pendidik sengaja memberi contoh yang baik kepada para peserta
didiknya
supaya
dapat
menirunya.
Seperti
guru
memberikan contoh membaca yang baik agar para murid menirunya, Imam membaikkan shalatnya dalam mengerjakan shalat yang sempurna kepada ma’mumnya.
11 12
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam Cet. 3 (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm.184. Ibid., hlm. 185.
33
2) Keteladanan tidak disengaja Dalam hal ini, pendidik tampil sebagai figur yang dapat memberikan contoh-contoh yang baik dalam kehidupan seharihari.13 Untuk itu orang tua sebagai sosok pendidik pertama dan utama bagi anak memiliki kewajiban terhadap anaknya yang tidak bisa dibebankan kepada orang lain. Kewajiban tersebut diantaranya: 1) Memberi contoh kepada anak dalam berakhlak mulia 2) Menyediakan kesempatan kepada anak untuk mempraktikan akhlak mulia 3) Memberi tanggung jawab sesuai dengan perkembangan anak 4) Mengawasi dan mengarahkan anak agar selektif dalam bergaul.14 c. Motivasi Keluarga merupakan institusi yang pertama kali bagi anak dalam mendapatkan pendidikan terutama dari orang tuanya. Jadi orang tua mempunyai peran penting dalam pembentukan akhlak anak, oleh karena itu orang tua harus memberikan pendidikan atau mengajar anak tentang akhlak mulia atau baik. Orang tua wajib mendidik anaknya dengan pendidikan yang baik agar anaknya nanti mendapat keuntungan dan menjadi cahaya matanya dan pahala bagi keduanya.15
13
Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005),
hlm. 224. 14 15
Mansur, Op. cit., hlm. 272-273. Ibid., hlm. 271.
34
Agar tujuan pendidikan bisa tercapai, maka perlu adanya motivasi dari orang tua yang akan mendukung keberhasilan pendidikan tersebut. Motivasi tersebut dapat berupa
ganjaran dan
hukuman. Ganjaran adalah sesuatu yang menyenangkan yang dijadikan sebagai hadiah bagi anak yang berprestasi baik dalam belajar ataupun dalam sikap prilaku. Selain ganjaran, hukuman juga merupakan alat pendidikan. Amir Daien Indra Kusuma mendefinisikan bahwa hukuman sebagai tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa, sehingga anak akan menjadi sadar dan berjanji tidak akan mengulanginya. Dengan demikian dipahami bahwa hukuman diberikan karena ada pelanggaran, sedangkan tujuan pemberian hukuman adalah agar tidak terjadi pelanggaran secara berulang. Oleh karena itu Hasan Langgulung menawarkan prinsip dalam memberikan hukuman berupa nasehat, teguran, peringatan, dimarahi dan terakhir dipukul.16
16
Ramayulis, Op. cit., hlm. 188-189.
35
B. Kepribadian Anak 1.
Pengertian Kepribadian Anak Kata kepribadian berasal dari kata personality yang berasal dari kata persona yang berarti kedok atau topeng. Jadi konsep awal dari pengertian personality adalah tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan sosial, kesan mengenai diri yang diinginkan dapat ditangkap oleh lingkungan sosial.17. Menurut
Sjarkawi
di
dalam
bukunya
yang
berjudul
“Pembentukan Kepribadian Anak” kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.
18
kemudian di
dalam buku “Teori-Teori Psikologi” dijelaskan bahwa kepribadian adalah komponen dalam diri individu yang berupa kesadaran maupun ketidak sadaran yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya untuk saling mengisi.19 Selanjutnya, beberapa ahli mendefinisikan kepribadian sebagai berikut: 1) Allport Kepribadian adalah “susunan yang dinamis di dalam system psikofisik (jasmani rohani) seseorang yang menentukan perilaku dan pikirannya yang berciri khusus”.
17
Alwisol, Psikologi Kepribadian ( Malang: UMM Press, 2004), hlm. 8. Sjarkawi, Op. cit., hlm. 11. 19 M. Nur Ghufron dan Rini Risnaita, Teori-Teori Psikologi (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 133. 18
36
2) Mark A. May Kepribadian adalah “apa yang memungkinkan seseorang berbuat efektif atau memungkinkan seseorang mempunyai pengaruh terhadap orang lain. Dengan kata lain kepribadian adalah nilai perangsang sosial seseorang”. 3) Woodworth Kepribadian adalah “kualitas dari seluruh tingkah laku seseorang”. 4) Morrison Kepribadian adalah “keseluruhan dari apa yang dicapai seseorang individu dengan jalan menmpilkan hasil-hasil cultural dari evolusi sosial”. 5) Hartmann Kepribadian adalah “susunan yang terintregrasikan dari cirri-ciri umum seorang individu sebagaimana yang dinyatakan dalam corak khas yang tegas yang diperhatikannya kepada orang lain”.20 Sedangkan anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak laki-laki maupun perempuan dari hasil perkawinan ayah dan ibu yang berusia 7-12 tahun yang bertempat tinggal di desa Proto Kedungwuni Pekalongan. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kepribadian anak merupakan suatu proses dinamis di dalam diri anak, yang terus menerus dilakukan terhadap sistem psikofisik (fisik dan mental), sehingga
20
Ramayulis, Op. cit., hlm. 288.
37
terbentuk pola penyesuaian diri yang unik atau khas pada setiap individu terhadap lingkungan. 2.
Tipe-tipe Kepribadian Pada dasarnya, setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain. Penelitian mengenai kepribadian manusia sudah dilakukan para ahli sejak dulu kala. Hippocrates dan galenus (400 SM dan 175 M) mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya. a. Melancholinus (melankolisi) yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya, sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis, dan selalu menaruh rasa curiga. b. Sanguinicus (sanguinisi) yaitu orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-orang tipe ini selalu menunjukan wajah yang berseriseri, periang, atau selalu gembira dan bersikap optimistis. c. Flegmaticus (flegmatisi) yaitu orang-orang yan banyak lendirnya. Orang tipe ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak pernah berubah. d. Cholericus (kolerisi) yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang tipe ini bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.21 Sedangkan C.G. Jung seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, membuat pembagian tipe manusia dengan cara lain lagi, ia menyatakan
21
Alex Sobur, Psikologi Umum Cet. 2 (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009), hlm. 314.
38
bahwa perhatian manusia tertuju pada dua arah, yakni keluar dirinya yang disebut ekstrovert, dan ke dalam dirinya yang disebut introvert. Ke mana arah perhatian manusia itu yang terkuat ke luar dirinya atau ke dalam dirinya, itulah yang menentukan tipe orang itu. Jadi menurut Jung, tipe manusia dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu: 1) Tipe ektrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan ke luar dirinya, kepada ornag-orang lain dan kepada masyarakat. Tipe ini terdiri dari empat tipe psikologis berdasarkan kombinasi antara sikap dan fungsi-fungsi psikologis, yaitu sebagai berikut: a. Ekstrovert thinking Orang dengan tipe ini hidup terbatas sesuai dengan aturan masyarakat, cenderung untuk menekan perasaan dan emosinya. Tujuan dari semua aspek dalam hidup menjadi dogmatik dalam pemikiran opini. Mereka mungkin dipandang sebagai orang yang kaku dan dingin. Mereka cenderung menjadi ilmuwan yang baik, karena mereka fokus belajar terhadap dunia luar dan menggunakan aturan logika untuk menjelaskan dan memahami sesuatu. b. Ekstrovert feeling Orang dengan tipe ini cenderung untuk menekan pikiran dan lebih emosional. Patuh terhadap nilai-nilai tradisional dan kode moral yang mereka punyai. Mereka umumnya responsif secara emosional, mudah berteman, dan mudah bersosialisasi.
39
c. Ekstrovert sensing Orang dengan tipe ini memfokuskan diri kepada kesenangan dan kebahagiaan, mencari pengalaman baru, sangat berorientasi kepada dunia nyata, dan adaptif terhadap berbagai jenis orang dan perubahan situasi. Cenderung ramah dan memiliki kapasitas yang tinggi untuk menikmati hidup. d. Ekstrovert intuiting Orang dengan tipe ini mencari kesuksesan dalam bisnis dan dunia politik, karena mereka memiliki kemampuan untuk mengeksploitasi setiap kesempatan. Orang-orang tersebut menarik, memiliki ide-ide baru, dan cenderung kreatif. Mereka mampu menginspirasi orang untuk menyelesaikan setiap tugas dan mencapai prestasi. Tetapi mereka juga cenderung mudah berubah, pindah dari satu ide ke ide lain, dan membuat keputusan yang disarankan pada firasat, bukan didasarkan pada refleksi. Meskipun demikian sering kali keputuan tersebut benar. 2) Tipe introvert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah pada dirinya. Tipe ini juga terdiri dari empat tipe psikologis, yaitu sebagai berikut: a. Introvert thingking Orang tipe ini tidak dapat bersama dengan orang lain dalam waktu yang lama, dan kesulitan untuk mengomunikasikan ideidenya. Orang ini lebih memfokuskan kepada pemikiran ketimbang
40
perasaan, dan memiliki keputusan praktis yang sedikit lebih mendalam terhadap privasi. Mereka lebih suka menerima abstraksi dan teori. Fokus mereka lebih memahami diri sendiri daripada memahami orang lain. Orang lain akan melihatnya keras kepala, penyendiri, dan kurang perhatian terhadap orang lain. b. Introvert feeling Orang tipe ini suka menekan pemikiran rasional, memiliki kemampuan emosi yang mendalam, tetapi menghindari diri untuk mengekspresikannya keluar. Mereka terlihat misterius, tidak dapat disentuh dan cenderung pendiam dan kekanak-kanakan. Mereka hanya memiliki pertimbangan terhadap perasaan dan pikiran orang lain, terlihat menarik diri, dingin dan memiliki keyakinan diri yang tinggi. c. Introvert sensing Orang tipe ini terlihat pasif, tenang dan terpisah dari dunia sehari-hari.
Terlibat
dalam
aktifitas
kemanusiaan
dengan
melakukan berbagai perbuatan baik dan menyenangkan. Mereka adalah orang yang sensitif secara estetik, ekspresif dalam seni atau musik, dan cenderung untuk menekan intuisinya. d. Introvert intuiting Orang tipe ini memfokuskan pada intuisi orang. Sangat sedikit memiliki kontak dengan dunia nyata. Tipe orang yang visioner dan pengkhayal dan penyendiri, kuarang peduli terhadap
41
hal-hal yang bersifat praktis, dan kurang dapat memahami orang lain, pertimbangannya aneh dan eksentrik. Mereka umumnya kesulitan untuk mengatasi kehidupan sehari-hari dan perencanaan ke depan.22 Dijelaskan lebih lanjut oleh McCrae dan Costa (2001), bahwa tipe kepribadian
ekstrovert
merupakan
dimensi
yang
menyangkut
hubungannya dengan perilaku suatu individu khususnya dalam hal kemampuan mereka menjalin hubungan dengan dunia luarnya. Karakteristik kepribadian ini dapat dilihat melalui luasnya hubungan suatu individu dengan lingkungan sekitar dan sejauh mana kemampuan mereka menjalin hubungan dengan individu yang lain, khusunya ketika berada di lingkungan yang baru. Pada pribadi ekstrovert akan ditunjukkan melalui sikapnya yang hangat, ramah, penuh kasih sayang serta selalu menunjukkkan keakraban terutama pada orang yang telah dikenal. Mereka kerap memiliki ketertarikan yang tinggi dalam bergaul dan untuk bergabung dalam kelompok-kelompok sosial. Individu dengan tipe kepribadian ini cenderung tegas dalam mengambil keputusan serta tidak segan-segan menempatkan dirinya dalam posisi kepemimpinan. Mereka selalu menunjunkan sikap yang aktif terhadap perubahan keadaan dan selalu membutuhkan suasana yang mampu membuatnya gembira sehingga
22
Dede Rahmat Hidayat, Psikologi Kepribadian Dalam Konseling (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 50-51.
42
sikapnya cenderung periang terutama dalam mengapresiasikan emosi mereka. Tipe
kepribadian
introvert
ditunjukan
melalui
rendahnya
kemampuan individu dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosial mereka. Hal ini dapat dilihat melalui terbatasnya hubungan mereka dengan lingkungan disekitarnya. Sikap dan perilaku mereka cenderung formal, pendiam, dan tidak ramah. Dalam mengapresiasikan emosi pada kondisi yang bahagiapun ia akan tampak tenag dan menunjukan ekspresi yang datar dan tidak berlebihan. 23 Selain itu menurut Levine (2005) ada Sembilan tipe kepribadian orang tua dalam membesarkan anaknya yang juga dapat berpengaruh pada kepribadian si anak, yaitu sebagai berikut: 1) Penasehat moral, terlalu menekankan pada perincian, analisis, dan moral 2) Penolong,
terlalu
mengutamakan
kebutuhan
anak
dengan
mengabaikan akibat dari tindakan si anak 3) Pengatur, selalu ingin bekerja sama dengan si anak dan menciptakan tugas-tugas yang akan membantu memperbaiki keadaan 4) Pemimpi, selalu berupaya untuk berhubungan secara emosional dengan anak-anak di dalam setiap keadaan dan mencari solusi kreatif bersama-sama
23
M. Nur Ghufron dan Rini Risnaita, Op. cit., hlm. 135.
43
5) Pengamat, selalu mencari sudut pandang yang menyeluruh dan berupaya mengutamakan objektifitas dan perspektif 6) Pencemas, selalu melakukan tanya jawab mental dan terus bertanyatanya, ragu-ragu, dan memiliki gambaran terburuk 7) Penghibur, selalu menerapkan gaya yang lebih santai 8) Pelindung, cenderung untuk mengambil alih tanggung jawab dan bersikap melindungi 9) Pendamai, dipengaruhi kepribadian mereka yang selalu menghindar dari konflik.24 3.
Proses Pembentukan Kepribadian Pembentukan kepribadian memerlukan waktu yang panjang, berangsur-angsur dan kontinyu, karena hal ini merupakan hukum dari proses
perkembangan.
Proses
pembentukan
kepribadian
sangat
ditentukan oleh waktu dan kematangan pribadi. Di dalam kehidupan manusia dari kecil sampai dewasa/tua, kepribadian itu selalu berkembang dan mengalami perubahan-perubahan. tetapi di dalam perubahan itu terlihat adanya pola-pola tertentu yang tetap. Makin dewasa orang itu, makin jelas polanya, makin jelas adanya stabilitas. 25 Sebelum sampai pada kepribadian yang matang, dewasa, dan permanen, proses pembentukan identitas diri harus melalui berbagai tingkatan. Salah satu tingkat yang harus dilalui adalah imitasi (keinginan untuk meniru orang lain) yang dilanjutkan dengan identifikasi (dorongan 24 25
hlm. 155.
Sjarkawi, Op.cit., hlm. 20-21. M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003),
44
untuk menjadi identik dengan dengan orang lain). Pada masa remaja, tahap identifikasi ini dapat menyebabkan kebingungan dan kekaburan akan
peranan
sosial,
karena
remaja-remaja
cenderung
mengidentifikasikan dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus.26 Dengan demikian pembentukan kepribadian itu tidak mungkin terlepas daripada proses perkembangannya itu sendiri. Sedangkan perkembangan itu selalu mengkaitkan faktor endogen dan eksogen untuk mendewasakan pribadinya melalui proses imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati serta komunikasi individu akan mengalami penyesuaian, perubahan dan perkembangan
yang kemudian menjadi
muatan
kepribadian. 4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang dapat dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu: a.
Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya. Oleh karena itu, sering kita mendengar istilah “buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”.
26
hlm. 176.
Sarlito Sarwono, Pengantar Psikologi Umum Cet. 2 (Jakarta: Rajawali Press, 2010),
45
b.
Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan seseseorang mulai dari lingkungan terkecilnya yakni keluarga, teman, tetangga sampai dengan pengaruh dari berbagai media audiovisual seperti TV dan VCD, atau media cetak seperti koran, majalah, dan lain sebagainya. Lingkungan keluarga, tempat seorang anak tumbuh dan berkembang akan sangat berpengaruh terhadap kepribadian seorang anak. Terutama dari cara orang tua mendidik dan membesarkan anaknya. Sejak lama peran sebagai orang tua seringkali tanpa dibarengi pemahaman mendalam tentang kepribadian. Akibatnya, mayoritas orang tua hanya bisa menyalahkan si anak ketika terjadi hal-hal yang negatif mengenai perilaku keseharian anaknya27 Selanjutnya menurut Ngalim Purwanto faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan dan kepribadian itu dapat dibagi sebagai berikut:
27
1.
Faktor biologis
2.
Faktor sosial
3.
Faktor kebudayaan
Sjarkawi, Op.cit., hlm. 19.
46
1) Faktor biologis Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau sering pula disebut faktor fisiologis. Faktor ini berasal dari keturunan atau pembawaan yaitu segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat kebutuhan. Kejiwaan yang berwujud pikiran, perasaan, kemauan, fantasi, ingatan dan sebagainya yang dibawa lahir ikut menentukan pribadi seseorang. Keadaan jasmanipun demikian pula. Panjang pendeknya leher, besar kecilnya tenggorokan, susunan saraf, dan keadaan tulang-tulang juga mempengaruhi kepribadian seseorang. 2) Faktor sosial Yang dimaksud dengan faktor sosial di sini adalah masyarakat yaitu manusia-manusia lain disekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan atau berasal dari lingkungan seseorang. Mulai dari lingkungan seseorang dari lingkungan yang terkecil yakni keluarga, teman, tetangga sampai dengan pengaruh dari berbagai media audiovisual. Lingkungan keluarga, tempat seorang anak tumbuh dan berkembang akan sangat berpengaruh terhadap kepribadian seorang anak.terutama dari cara orang tua mendidik dan membesarkan anaknya.
47
3) Faktor kebudayaan Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing anak atau orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dimana anak itu dibesarkan.28 5.
Faktor Penentu Perubahan Kepribadian Perubahan dalam kepribadian tidak terjadi secara spontan, tetapi merupakan hasil pematangan, pengalaman, tekanan dari lingkungan sosial budaya, dan faktor-faktor dari individu. a.
Pengalaman awal Sigmund freud menekankan tentang pentingnya pengalaman awal (masa kanak-kanak) dalam perkembangan kepribadian. Trauma kelahiran, pemisahan dari ibu adalah pengalaman yang sulit dihapus dari ingatan.
b.
Pengaruh budaya Dalam menerima budaya anak mengalami tekanan untuk mengembangkan pola kepribadian yang sesuai dengan standar yang ditentukan budayanya.
c.
Kondisi fisik Kondisi fisik berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kepribadian seseorang. Kondisi tubuh menentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan seseorang.
28
M. Ngalim Purwanto, Op. cit., hlm. 160-163.
48
Secara tidak langsung seseorang akan merasakan tentang tubuhnya yang juga dipengaruhi oleh perasaan orang lain terhadap tubuhnya. d.
Daya tarik Orang yang dinilai oleh lingkungannya menarik biasanya memiliki lebih banyak karakteristik kepribadin yang diinginkan daripada orang yang dinilai kurang menarik, bagi mereka yang memiliki karakteristik menarik akan memperkuat sikap sosial yang menguntungkan.
e.
Intelegensi Perhatian yang berlebihan terhadap anak yang pandai dapat menjadikan ia sombong, dan anak yang kurang pandai merasa bodoh apabila berdekatan dengan orang yang pandai tersebut, dan tidak jarang memberikan perlakuan yang kurang baik.
f.
Emosi Ledakan emosional tanpa sebab yang tinggi dinilai sebagai orang yang tidak matang. Penekanan ekspresi emosional membuat seseorang murung dan cenderung kasar, tidak mau bekerja sama dan sibuk sendiri.
g.
Nama Karena nama itu mempunyai asosiasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam pikiran orang lain, maka akan mewarnai penilaian orang terhadap diri kita.
49
h.
Keberhasilan dan kegagalan Keberhasilan dan kegagalan akan mempengaruhi konsep diri, kegagalan dapat merusak konsep diri, sedangkan keberhsilan akan menunjang konsep diri itu.
i.
Penerimaan sosial Anak yang diterima dalam kelompok sosialnya dapat mengembangkan rasa percaya diri dan kepandanya. Sebaliknya anak yang tidak diterima dalam lingkungan sosialnya akan membenci orang lain, cemberut, dan mudah tersinggung.
j.
Pengaruh keluarga Pengaruh keluarga sangat mempengaruhi kepribadian anak, sebab waktu terbanyak anak adalah keluarga dan di dalam keluarga itulah diletakkan sendi-sendi dasar kepribadian.
k.
Perubahan fisik Perubahan
kepribadian
dapat
disebabkan
oleh
adanya
perubahan kematangan fisik yang mengarah kepada perbaikan kepribadian. Akan tetapi, perubahan fisik yang mengarah kepada klimakterium dengan meningkatnya usia dianggap sebagai suatu kemunduran menuju kearah yang lebih buruk.29
29
Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 13-15.