BAB II PENYAKIT PARASITER PADA RUMINANSIA
Gastrointestinal
Koksidiosis Eimeria alabamensis Lokasi di usus halus, sekum dan kolon sapi. Ditemukan di seluruh dunia. Oosista ovoid, 1325 X 11 - 17 µm. Pada kondisi lapangan dianggap tidak patogen, Waktu sporulasi 4 - 8 hart
Eimeria aubµmensis Lokasi sepertiga bagian tengah dan bawah dari usus sapi dan kerbau. Oosista ovoid, 32-46 X 19 X 30 µm, Sporozoit memanjang seperti koma. Waktu sporulasi 2-3 hari
Eimeria bovis Lokasi di usus halus sapi dan kerbau, merupakan koksidiosis paling patogen pada sapi. Penyebab diare, disentri, tenesmus dan temperatur naik 18 p.i dan bahkan kematian. Mukosa oedem, menebal, ada petekiae, rongga berisi darah, mukosa rusak dan terkelupas. Oosista ovoid 23-24 X 17-23 µm, dinding lapis 2. Waktu sporulasi 2-3 hari. Periode prepaten 16-21 hari
Eimeria zuernii Lokasi di usus halus sapi dan kerbau di seluruh dunia. Oosista subsferikal (agak bulat) 1229X10-21 µm. Dinding oosista berlapis satu. Meron dijumpai di lamina propia ileum bawah, merupakan spesies koksidia sapi paling patogen. Penyebab diare akut dan berdarah pada anak sapi. Diare dapat berubah dari cair menjadi bekuan dan tinja encer dikeluarkan disertai batuk rejan, anemia, lemah, kurus, disertai infeksi sekunder dan pneumonia. Fase akut berlanjut hingga 3-4 hari, jika tidak mati datam 7-10 hari akan sembuh sendiri. Penyebab diare menahun, gejala kurus, dehidrasi, lemah, lesu bulu kasar dan kuping terkulai. Enteritis kataralis dapat menyertai di usus halus dan usus besar. Infeksi dengan 1 spesies koksidia jarang sekali terjadi. Kombinasi antara E. zuemii dan E. bovis sangat sering dan merupakan spesies paling patogen. Biasanya terjadi pada sapi muda umur 3 minggu-6 bulan. Kondisi kandang yang berdesak-desakan akan meningkatkan bahaya penyakit ini.
Diagnosa Koksidiosis pada sapi dapat didiagnosa dengan melihat riwayat kasus, luka-luka pada bedah bangkai, pemeriksaan isi usus dan usus serta pemeriksaan tinja.
Universitas Gadjah Mada
1
Pengobatan Sulfonamide mempunyai arti baik untuk pengobatan koksidiosis sapi. Monensin merupakan obat paling efektif dengan jumlah 16,5 g setiap metrik ton pakan mencegah tanda-tanda klinik sapi dengan pemberian 3 hari - 31 hari. Pemberian 3 mg lasaloeid per kg bb ditambahkan pada pakan secara lengkap efektif mengendalikan koksidiosis klinis pada anak-anak sapi. Pencegahan Sanitasi dan isolasi merupakan cara efektif mencegah koksidiosis sapi. Jumlah sapi yang overstocking hams dikurangi. Anak sapi yang menderita koksidiosis harus egera diisolasi.
Koksidiosis pada domba dan kambing Penyebab Eimeria Ahsata Terdapat di usus haius domba di selururt dunia. Oosista elipsoid, 23-48 X 17-30 µm. Tidak ada residum dan benda stieda. Waktu sporulasi 36-72 jam. Periode prepaten 18-21 hari. Spesies ini merupakan spesies yang paling patogen. Usus domba akan menebal di daerah "terinfeksi oedem.
Eimeria crandalis Berparasit pada domba di seluruh dunia. Oosista subsferical 18 X 28 X 15-20 µm. Waktu sporulasi 1-3 hari dengan periode prepaten 13-20 hari. Merupakan spesies yang agak patogen.
Eimeria granulosa Biasa dijumpai pada domba di seluruh dunia. Oosista piriform, elipsoid 23-27X17-26 µm. Waktu sporulasi 3-4 jam.
Eimeria intricate Dijumpai pada usus halus domba di seluruh dunia. Oosista elipsoid 39-59X27-47 µm. Waktu sporulasi 3-12 hari. Spesies ini agak patogen.
Elmeria ovina Berparasit pada usus halus domba di seluruh dunia. oosista elipsoid sampai ovoid, dinding berlapis dua, kuning coklat-oranye, waktu sporulasi 2-4 hari. Meron-meron ada di sel endothel berisi merozoit hingga ribuan. Hanya ada 1 generasi meront. Merupakan spesies yang kurang patogen dibanding E. ahsata atau E. ovinoidalis. Ada nekrosi berdarah di Universitas Gadjah Mada
2
lapisan usus hingga 13 hari. Stadium seksual tidak menyebabkan kerusakan karena hewan mulai membaik sebelum oosista dilepaskan.
Eimeria ovinoidalis (E. ninakohlyakimovae) Berparasit pada domba di bagian usus halus. Oosista ellipsoid Dinding berlapis dua, wama coklat. Waktu sporulasi 1-4 hari. Ada 2 generasi meront dengan generasi pertama di lamina propia usus halus 9 hari setelah infeksi. Meront kedua 10-11 setelah infeksi. Stadium seksual ada di sel-sel epitel melapisi kripta ileum dan sekum. Masa prepaten 9-15 hari. Merupakan spesies yang paling patogen dengan galur-galur patogenitas yang berbeda. Perdarahan terjadi di usus halus 3-7 hari stlh infeksi. Ada perdarahan ekstensif di posterior usus halus anak domba yang terinfeksi pada hari ke 15, kemudian epitel mengelupas.
Eimeria arloingi Lokasi pada usus halus kambing peliharaan di seluruh dunia. Oosista elipsoid 22-36 X 1626 µm. Waktu sporulasi 1-4 hari. Ada 2 generasi meront, pertama di sel endotel vili duodenum dan jejenum. Meront generasi 2 ada di sel-sel epitel dan kripta usus halus Peride prepaten 14-17 hari. Merupakan spesies yang patogen. Ada peradangan, oedem, nekrosis epitel, infittrasi leukosit dan hiperplasia di usus halus. Elmeria ahsata (E. christenseni) Berparasit pada usus halus kambing di seluruh dunia, oosista ovoid kadang elipsoid 2744X17-31 µm. Waktu sporulasi 3-6 hari. meront generasi pertama di sel-sel endotel jejenum dan ileum di dalam lamina propia pada 14 hr setelah irrfeksi. Meront generasi kedua 16 hari setelah infeksi di dalam vili usus halus. Periode prepaten 3-30 hari. Merupakan spesies yang paling patogen pada kambing. Luka-luka dimulai di usus halus anak kambing 4 hari stlh infeksi. Infiltrasi focal di limfosit dan sel-sel plasma. Ada pengelupasan epitel akibat infeksi koksidia. Odern dan infiltrasi perikapsutar oleh limfosit dalam kelenjar getah bening Elmeria ninakohlyakimovae Pada usus halus kambing juga bagian sekum dan kolon. Oosista elisoid 19-28X14X23µm. Waktu sporulasi 1-4 hari. Meront ada di sel epitel ileum, sekum dan usus besar atas. Periode prepaten 10-13 hari. Penyebab enteritisrekasi selulerterdiri dari limfosit Eimeria pall Ida Ditemukan pada kambing di seluruh dunia. Oosista elipsoid 13-18X10-14 µm
Eimeria punctata Ditemukan pada kambing peliharaan dengan oosista elipsoid 21-31X15-23 µm. Universitas Gadjah Mada
3
Patogenesis Infeksi campuran merupakan hai yang biasa terjadi. Koksidiosis pada anak domba umur 123 minggu sangat sering terjadi. Kondisi yang berjejal-jejal akan mengakibatkan keparahan koksidiosis domba.
Diagnosa Didasarkan pada riwayat kasus, tanda-tanda klinik, luka-luka pada nekropsi dan pemeriksaan mikroskopis selaput lendiri usus dan tinja. Pengobatan Hampir sama pada koksidiosis sapi. Pemberian 12,5-100 mg Lasalocid per kg pakan efektif mengatasi koksidiosis domba/kambing. Pemberian 11 mg monensin untuk setiap kg pakan efektif untuk mengatasi E. ahsata dan E. ovinoidalis.
Pencegahan Sanitasi lebih balk daripada mengobati. Air minum dan pakan dijaga agartidaktercemar oosista koksidia Helminthiosis
Haemonchosis Penyebab Haemonchus contortus
Lokasi Abomasum Hospes Sapi, domba, kambing, ruminansia lainnya. Morfologi H. contortus dikenal sebagai caring merah di lambung pada ruminansia. Dewasa memiliki panjang 10 hingga 30 mm. Jantan lebih pendek daripada betinanya dan memiliki warna merah segar dengan dilengkapi suatu bursa yang asimetris. Pada betina dikenal sebagai "barbers pole worms'' karena uterusnya yang putih diselingi usus yang berwama kemerahan karena berisi darah.
Universitas Gadjah Mada
4
Siklus hidup Siklus hidupnya langsung dan spesifik pada golongan strongly. Periode prepaten 19-21 hari, namun dapat lebih pendek akibat adanya infeksi Trypanosoma atau akibat stress. Gejala klinis Anemia, oedem, bottle jaw, bulu kasar, kehilangan berat badan atau pertumbuhan terhambat. Patogenesis H. contortus merupakan cacing yang paling pathogen diantara nematode lainnya pada aiminansia. Infeksi berat terjadi pada hewan muda akibat anemia, hipoproteinemia, emasiasi.Pengaruh ini muncul pada musim penghujan, sementara pada musim kemarau jika infeksinya berat dapat berakibat kematian ternak.
Diagnosa Dapat dilakukan dengan mendeteksi adanya telur cacing dalam pemeriksaan feses. Pada kejadian akut, anemia dan kematian sering terjadi sebelum cacing menjadi dewasa. Pada pemeriksaan post mortum di abomasums dapat drtemukan cacing. Pencegahan Perhatian terutama ditujukan pada manajemen padangan. Perlu dilakukan rotasi pada hewan yang digembalakan. Sapi yang menyusui diusahakan dalam kondisi bersih. Perlu diberikan obat cacing secara periodik. Trichostrongy lusaxe Lokasi Abomasum dan usus haius Hospes T. axei menyerang domba, kambing, sapid an ruminansia lainnya. Deskripsi Nematoda yang bersiklus hidup langsung ini memiliki panjang yang jantan 2,5-6 mm dan betina 3,5-8. Spikulum tidak simetris. Ukuran telur 79-92 X 31-41 µm. Gejala klinis Kehilangan berat badan, pertumbuhan terhambat. Infeksi berat biasanya bercampur dengan Haemonchus, Ostertagia dan Cooperia. Universitas Gadjah Mada
5
Diagnosa Dengan cara mendeteksi adanya telur cacing dalam pemeriksaan feses.
Ostertagia spp. (O. ostertagi) Lokasi Abomasum Hospes Sapi, domba, kambing Morfologi Cacing ini merupakan cacing yang penting di beberapa Negara tropis. Cacing dewasa berwama kecoklatan. Siklus hidupnya langsung dan gilig.
Patogenesis Larva yang tertelan akan masuk ke glandula abomasums, mengakibatkan erosi sel, maldigesti, kehilangan protein, kehilangan berat badan, diare dan hipoproteinemia. Gejala Diare berat, oedema, ascites, berat badan turun.
Diagnosa Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan telur strongly. Dengan jumlah > 1000 epg menandakan infeksinya serius dan perlu pengobatan. Pencegahan Hindari jumlah temak yang terlalu banyak, perlu diterapkan manajemen padangan yang baik dan pengobatan cacing yang teratur. Cooper/a (C. pectinata, C. punctate) Lokasi Usus halus
Hospes Sapi
Universitas Gadjah Mada
6
Morfologi Merupakan cacing yang bersiklus hidup langsung. Larva infektif berkembang dalam waktu 4 hari setelah bersama feses keluar. Ciri spesifik adalah kepala yang sedikit besar. Gejala klinis Berat badan menurun, diare pada sapi, dehidrasi, Patogenesis Infeksi berat mengakibatkan buaiknya penyerapan makanan, kehilangan berat badan dan diare. Pada sapi dapat mengakibatkan kerusakan gastrointestinal.
Diagnosa Pemeriksaan feses dan untuk yang lebih spesifik dengan nekropsi.
Nematodirus spp. (N. spathiger) Lokasi Usus halus Hospes Sapi, domba dan kambing Morfologi Cacing yang termasuk nematode ini memiliki ujung anterior yang jelas dan lebih tipis disbanding posteriornya. Telµmya berukuran besar 150 - 260 X 65-110 µm dan dapat dibedakan dengan telur cacing strongly lainnya. Siklus hidup Siklus hidupnya langsung. Larva infektif stadium ketiga berkembang dalam telur dan tahan terhadap kondisi lingkungan yang buruk.Infeksi dapat terjadi jika larva infektif termakan ternak. Periods prepaten adalah 15-28 hari. Gejala klinis Gejala intestinal, diare, kehilangan nafsu makan terutama dihubungkan adanya infeksi berat. Patogenesis Infeksi yang berat pada beberapa hewan disebabkan karena pertumbuhan terhambat, emasiasi dan berakibat kematian. Larva dapat menyebabkan kerusakan eprtel usus. Universitas Gadjah Mada
7
Diagnosa Telur yang berukuran besar dapat dengan mudah dikenali pada pemeriksaan feses.
Oesophagostomum radiatum Lokasi Usus besar (sekum dan kolon). Larva biasanya ditemukan dalam nodul diantara usus halus dan rectum. Hospes Sapi
Siklus hidup Siklus hidup nematode ini adalah langsung. Larva masuk ke dalam dinding usus, membentuk nodul diantara usus halus dan rectum. Kepalanya yang besar di bagian anterior cacing dewasa merupakan tanda-tanda khusus untuk identifikasi. Telur dapat ditemukan dalam pemeriksaan feses sekitar 40 hari setelah infeksi dengan larva stadium 3. Gejala klinis Pada infeksi yang berat dapat terjadi dengan anemia, oedem, hipoalbuminemia, diare. Oesophagostomum biasa mengirrfeksi bersama-sama dengan nematode yang lain.
Diagnosa Telur yang berdinding tipis biasanya ditemukan dalam pemeriksaan feses. Pada nekropsi dapat ditemukan cacing.
Oesophagostomum columbianum Gejala Parasit biasanya terdapat di kolon domba, kambing, unta, ruminansia liar lainnya.
Bunostomum phlebotomum Lokasi Usus halus
Hospes Sapi
Universitas Gadjah Mada
8
Morfologi Dewasa memiliki panjang 10-28 mm. Ada bursa kopulatriks dengan dua pasang sayap subventral. Spikulum memiliki panjang 3,5 - 4 mm. Siklus hidup Langsung. Larva infektif biasanya masuk ke dalam tubuh sapi melalui penetrasi kulit atau pakan yang terkontaminasi. Gejala klinis Adanya larva yang masuk ke dalam kulit dapat mengakibatkan iritasi, gatal-gatal. Hipoproteinemia, defisiensi Fe dan rahang botol merupakan hal yang menciri pada infeksi cacing ini. Diagnosa Dengan cara memeriksa feses dan menemukan telur cacing strongly. Adanya anemia berat dapat diindikasikan infeksi cacing ini.
Toxocara vitulorum Lokasi Usus halus
Hospes Sapi
Deskripsi Cacing nematode yang memiliki ujung tumpul ini memiliki panjuang 30 cm dan diameter 5 mm. Pada bagian mulut menciri dengan adanya 3 buah bibir. Pada betina dewasa dapat menghasilkan telur banyak 8 juta telur per hari. Siklus hidup Telur akan menjadi infektrf dalam waktu 15 hari dan akan tahan untuk beberapa waktu. Larva menetas datam usus hospes dan masuk ke dalam dindtng usus, melakukan migrasi ke organ dalam seperti dinding usus, hepar, paru-paru, trachea, esofagusdan berkembang menjadi dewasa atau migrasi ke jaringan termasuk ketenjar mamae. Larva toxocara dapat juga melintasi plasenta, sehingga drtemukan pada anak sapi.
Universitas Gadjah Mada
9
Gejala klinis Tidak kelihatan spesifik, ada diare intermiten, kolik, obstruksi usus, kehilangan berat badan dan mati. Diagnosa Telur yang berdinding tebal dapat ditemukan pada pemeriksaan feses. Peningkatan trter antibody pada sapi yang bunting mendekati kelahiran dapat diindikasikan adanya infeksi pada foetus. Pengobatan Beberapa anthelmintika dapat diberikan seperti albendazole, fenbendazole, oxbendazole, febantel, mebendazole, levamizoie. Pencegahan Dalam daerah endemik, sapi yang bunting dan anak-anak sapi periu dicegah dengan levamizoie (7,5 mg/kg p.o atau pour on), pyrantel 10-20 mg/kg po atau fenbendazole 7,5 mg/kg po.).
Moniezia expanza dan Moniezia benedeni Lokasi Usus halus
Hospes Sapi, domba, kambing dan ruminansia lainnya Morfologi Cacing yang temnasuk dalam cacing pita (cestoda) ini memiliki panjang hingga 6 meter dan lebar 1,6 cm (M. expanza), untuk M. benedeni tebih lebar (hingga 2,6 cm). Siklus hidup Siklus hidupnya adalah secara tidak langsung, termasuk melalui tungau Oribatidae sebagai hospes
irrtermedier.
Ruminansia
biasanya
lerinfeksi
akibat
makan
rumput
yang
terkontaminasi tungau. Periode prepaten 35-40 hari.
Distomatosis Penyebab Fasciola hepatica dan Fasciola gigantica
Universitas Gadjah Mada
10
Lokasi Pada ductus biliverus domba, kambing, sapi, ruminansia lain, babi, kelinci, gajah, kuda, anjing, kucing, kangguru, manusia. Pada hospes yang tidak biasa (manusia, kuda), cacing dapat ditemukan di paru-paru, bawah kulit dan lokasi lain. Parasit ini tersebar di seluruh dunia dan menyebabkan Fascioliasis/distomatosis pada domba dan sapi. Ukuran 30 X 13 mm, bentuk daun, bagian anterior lebih lebar dengan penonjolan bentuk konus yang diikuti "pundak" yang lebar. Warna coklat keabuan dan bila disimpan akan berubah abu-abu. Batil isap perut terietak setinggi pundak dan besar kurang lebih sama dengan batil isap mulut. Tegumen dilengkapi dengan spina. Irrtetinal seka bercabang-cabang dan sampai ke bawah. Testis bercabang-cabang di tengah. Cirrus dan kantung cirrus tumbuh baik dan ovarium bercabang di anterior testis sebelah kanan tengah. Glandula Vitellaria terdiri dari folikelfolikel halus memenuhi bagian lateral, ductus bersatu menjadi 2 ductus transversal melanjut jadi Ootipe., Uterus ada di anterior testis. Telur 130-150 X 63-90µ. Mirasidium hanya berkembang setelah telur dikeluarkan
Siklus hidup Telur masuk ke duodenum bersama empedu kemudian keluar bersama tinja. Pada 26 C menetas kurang lebih dalam 10-12 hari untuk selanjutnya menjadi mirasidium (bagian anterior lebar, dengan tonjolan lancip, bersilia dan sepasang eye spot) pada siput Lymnea (misatnya Lymnea truncatula). Wlirasidium aktif menembus siput (sporosista?) menjadi silia lepas menjadi sporosista yang akan berkembang jadi 5-8 redia (1-3 mm), kemudian menjadi redia anak, serkaria dan selanjutnya meninggalkan hospes 4,5 - 7 minggu (0,25 - 0,35 mm, ekor 2 kali panjang tubuh, tidak ber-eye spot, gelap, bergranuta). Dalam beberapa menit dalam waktu 2 jam serkaria akan menuju daun rumput/tumbuh-umbuhan lain di bawah permukaan air, kemudian menjadi sista (metaserkaria) yang kurang lebih 0,2 mm. Beberapa jadi sista di permukaan air dan tenggelam. Metaserkaria infektif dimakan hospes definitif bersama tumbuh-tumbuhan/minuman. Pada hospes definitif metaserkaria pecah di duodenum. Dalam waktu 24 jam akan menuju cavum abdominalis dan 4-6 hari menembus capsula hati dan migrasi ke parenkim hati. Beberapa diantaranya lewat peredaran darah menuju hati. Kurang lebih 7 minggu kemudian, mulai masuk ductus biliverus. Delapan minggu kemudian mulai bertelur pada sapi, caring muda dapat dibawa ke organ lain, misal paru-paru dan pda hewan bunting, parasit dapat dijumpai di fetus.
Patogenesis Patogenesis tergantung dan metaserkaria yang tertelan. Tidak ada kerusakan selama menembus dinding usus/cavum peritoneum. Lesi terpenting pada hati di parenkim dan atau ductus biliverus. Pada dasarnya penyakit dapat dibagi menjadi : bentuk akut dan kronis. Universitas Gadjah Mada
11
Komplikasi yang terjadi sehubungan dengan infeksi distomatosis ini adalah infeksi Black disease yang disebabkan Clostridium oedematicus novyi. Metaserkaria di laboratorium dapat hidup lebih dari 1 tahun, di tumbuh-tumbuhan 270 - 340 hari, tergantung kelembaban dan suhu, di silage tahan 35 - 37 hari. Fascioliasis akut/Distomatosis akut jarang terjadi di banding yang kronis (Pada domba sering terjadi). Terjadi hepatitis traumatis karena sejumlah besar cacing muda bermigrasi bersama-sama. Bila jumlah banyak sekali, kapsula hati akan robek, perdarahan ke cavum peritoneum, hewan mati. Pada bentuk sub akut hati tertutup jejak-jejak migrasi, terlihat fibrosis awal, mungkin jadi kronis. Kedua bentuk ini dapat terjadi pada hewan dan semua umur dan status nutrisi. Kematian dapat terjadi cepat atau setelah beberapa hari. Hewan malas bergerak, nafsu makanturun, abdomen membesar dan sakit bila disentuh. Komplikasi dan kondisi akut adalah "Black disease" yang disebabkan oleh Clostridium oedematicus novyi yang biasa menyerang domba umur 2-4 tahun.
Fascioliasis kronis Bentuk yang paling umum pada domba, sapi dan hewan lain termasuk manusia dapat menjadi fibrosis hepatis dan cholangitis hyperplastik dari parenkim hati, perdarahan, nekrosis.Migrasi cacing juga menyebabkan terbentuknya thrombus di vena hepatica sinusoid hati, melanjut obstruksi aliran darah, iscemia, nekrosis, coagutetive di parenkim hati. Pada proses penyembuhan/regenerasi fibrosis, adanya cacing dewasa di ductus bitiverus dapat mengakibatkan cholangitis hyperplastik, sucker/spina cacing, gerakan cacing melewati ductus biliverus, adanya telur dapat berakibat terjadinya fibrosis. Cacing dewasa menghisap darah yang dapat mengakibatkan hypoalburrrinemia dan hypoproteinemia. Pada sapi dapat terjadi klasifikasi dari lesi fibrotik. Dinding ductus biliverus dapat melanjut menjadi kalsifikasi mirip pipa tanah liat. Pada sapi cacing sering terdapat pada organ lain terutama paru-paru yang terkapsulir (sista) berisi material gelatinosa purulent warna coklat dan cacing yang hidup/lebih sering cacing mati/ terkalsifikasi Patogenesis Pada domba dapat mengakibatkan anemia dan perubahan serum protein, sedangkan pada sapi kurang jelas. Anemia dapat terjadi karena aktivitas menghisap darah cacing dewasa kurang
lebih
0,5
ml/hari.
Cacing
migrasi
ke
ductus
biliverus
mengakibatkan
hypoalbuminemia dan hilangnya protein plasma.
Universitas Gadjah Mada
12
Gejala klinis Akut : Pada domba, hewan mati mendadak, dari lubang hidung keluar darah berbuih dan dari anus keluar darah seperti pada anthrax. Kronis : Domba kepucatan menunjukan adanya anemia (waktu cacing tembus hati), temah, nafsu makan menurun dan ada edema melanjut menjadi bottle jaw, kulit kering, wool kering dan rontok, kekurusan, kadang diare/konstipasi dan sedikrt demam. Cacing biasanya hidup selama 9 bulan di domba kemudian mati dan keluar lewat usus tetapi beberapa hidup 5 tahun dan pernah 11 tahun. Bila hewan menyembuh, gejala berangsur-angsur kurang tetapi lesi pada hati tidak pemah pulih sempuma. Pada sapi menunjukkan gejala karakteristik, gangguan pencemaan, konstipasi jelas, tinja keras. Diare terjadi pada stadium ekstrim. Hewan cepat jadi kurus, lesu. Lemah terutama pedet.
Diagnosis Menemukan telur di tinja (bedakan dengan telur trematoda lain terutama paramphistomum). Telur fasciola berkulit kuning, operculum tidak jetas dan sel embrional tidak begrtu jelas. Telur Paramfistomum transparan, operculum jelas dan sel embrional lebih jelas, sering ada tonjolan kecil pada ujung posterior. Telur Paramphistomum sering lebih besar daripada telur cacing hati. Pengobatan Dapat diberikan Carbontetrachloride yang sudah dipakai lebih dari 50 tahun. Untuk domba 1 ml - 1 ml hanya untuk cacing dewasa, pemberian secara i.m mengurangi resiko toksisrtas disbanding per os. Hexachlorphene - pada sapi 220 mg - 400 mg/kg bb dalam 3 -4 dosis, Domba 20-30 g/hewan. Hexachlorphene - oral/s.c. Domba 15-20 mg/kg akut - 40 mg/kg. Sapi 10-20 mg/kg - efektif untuk cacing dewasa dan stadium parenkimal. Hetol 150 mg/kg (domba) Anak db : 5-6 bin 5-10 gr, Sapi 125 mg/kg. Bithionol - sapi 30 - 35 mg/kg bb., Bithionol sulphoxide - domba 40 mg/kg. Diamphenethide 100 mg/kg - cacing muda 150 mg/kg - cacing dewasa, Oxyclozanida -domba 15 -20 mg/kg. Pada sapi 10-15 mg/kg, domba 3 X dosis 45 mg/kg yang efektif untuk cacing muda dan untuk akut. Rafaoxanide - sapi dan domba 7,5 mg/kg. Nitroxynil secara s.c. 10 mg/kg efektif untuk cacing dewasa (domba dan sapi) 15 mg/kg untuk cacing muda umur 4 minggu. Beberapa Benzimidazole - Albendazole dan Oxyenbendazole efektif untuk cacing hati dan nematoda gastro intestinal Albendazole 7,5 mg/kg yang untuk sapi Oxyclozanide 10 mg/kg untuk kuda. Pencegahan Hewan yang terinfeksi diobati. Pemberantasan siput periu dilakukan dengan menghilangkan habitat siput, perbaikan drainage. Kontrol biologis dengan menggunakan itik dan katak. Universitas Gadjah Mada
13
Molluscicida dilakukan dengan memberikan Copper sulphate, tapi dapat bersifat toksik pada ikan. Pemberian N Tritylomorpholine 0,45 kg dalam 680 I/ha. Imunitas Ada kepekaan hospes terhadap infeksi. Pada sapi dan kambing mengakibatkan derajad ketahanan terhadap infeksi I melanjut tingkat sedang dan tinggi. Domba peka terhadap infeksi dan respon imun terhadap reinfeksi tidak berkembang. Sapi dapat diimunisasi dengan metaserkaria dari Fasciola hepatica yang diradiasi
Fasciola gigantica. Merupakan cacing hati yang terdapat di Indonesia. Infeksi campuran dengan F, hepatica dapat terjadi di Pakistan. F. gigantica lebih besar drpd F. hepatica : 25-75 mm X 12 mm. Tonjolan anterior lebih kecil drpd F. hepatica dan pundak tidak menonjol, serta tubuh lebih transparan. Telur 156 -197 X 90 -104.
Siklus hidup Sebagai hospes intermedier adalah Lymnea auricularia, di Indonesia : L. rubiginosa. Perkembangan di siput mirip dengan F. hepatica tetapi lebih lama. Telur pada 26 C menetas selama 17 hari. Di Afrika timur perkembangan di siput selama 75 hari menjadi sista di tumbuh-tumbuhan bawah air Dan dapat hidup selama 4 bulan sehingga dapat terjadi infeksi karena makan jerami. F. gigantica mencapai ductus biliverus setelah migrasi di parenkim hati 9 - 12 minggu setelah infeksi.
F. magna Lokasi di hati, jarang di paru-paru sapi, kuda,., domba, babi, hewan liar. Morfologi cacing oval dengan bagian posterior membulat, tebal, ukuran 23-100 X 11 - 26 X 2-4,5 mm. Tidak mempunyai bagian anterior yang menonjol. Telur 109-168 X 75 - 96 mempunyai penonjolan 4 -21 di ujung yang tidak beroperculum. Siklus hidup Telur keluar bersama tinja berkembang, menetas menjadi mirasidium masuk ke dalam siput, metaserkaria mengsista di tumbuh-tumbuhan, masuk hospes defmitif (normal golongan menjangan), migrasi menembus usus, cavum peritoneum, hati. Patogenesis, Pengobatan, Pengendalian Mirip dengan Fasciola hepatica. Pada domba dikenal bentuk akut dan kronis. Sapi hanya kronis. Pemberarrtasan siput air di habitat sultt karena korrtra indikasi dengan fungsi air Universitas Gadjah Mada
14
yang penting untuk-ikan. Untuk rtu dilakukan pencegahan infeksi dengan menggembalakan di dataran yang tinggi, menghindari pinggir danau, sungai dan sebagainya.
Paramphistomum cervi Lokasi Banyak spesies terdapat pada rumen dan retikulum ruminansia piaraan/liar, dapat merupakan parasit yang penting pada sapi, domba, kambing, kerbau, di daerah Tropika dan sub tropika. Morfologi Tubuh tebal pada penampang transversal, membulat. B.i.p terletak di dekat posterior dan dapat berkembang baik. Tidak mempunyai farink, intestinal coeca sederhana, Testis biasanya beriobus dan biasanya anterior dari ovarium. Berparasit pada ikan, ampibia, reptilia, unggas dan mamalia. Pada hewan piaraan banyak spesies ditemukan di rumen dan retikulum di ruminansia dan beberapa pada usus besar ruminansia, babi, kuda dan manusia. P. cervi (di Indonesia dikenal cacing porang) Patogenesis Letusan penyakit yang biasanya terjadi pada bulan-bulan kemarau, Siput terkumpul pada daerah air dangkal. Sapi juga merumput di daerah itu, infeksi berat. Penyakit akut biasanya terlihat pada hewan muda, hewan tua tahan terhadap reinfeksi. Bentuk dewasa di rumen biasanya tidak pathogen. Paling papilla rumen hilang.
Cotylophoron Penyebab C. cotylophorum Lokasi Pada rumen dan retikulum Hospes domba, kambing, sapi dan ruminansia lain di berbagai daerah. Mirip P. cervi tetapi porus genitalis dikelilingi b.i. genital (Cotylophoron -> Paramphistomum) Schistosoma Lokasi Pembuluh darah Universitas Gadjah Mada
15
Morfologi Cacing memanjang, uniseksual, jantan Dan betina. Cacing betina biasanya langsing, lebih panjang. Pada beberapa spesies, cacing betina dibawa oleh yang jantan, terutama selama kopulasi di celah mirip parit di permukaan ventral cacaing (canalis gynaecophoris). Yang dibentuk oleh lekukan sisi tubuh lateral. Sucker lemah, berdekatan/tidak ada. Pharynx tidak ada, cabang intestinum bersatu di posterior membentuk saluran tunggal sampai ke ujung atau tepi tubuh. Porus genitalis terletak dekat b.i.p. Testis bertobus 4 atau lebih terletak anterior/posterior. Ovarium memanjang terletak di anterior dari persatuan intestinum. Glandula vitellaria di samping ovarium. Telur berdinding tipis, tidak beroperculum, pada beberapa spesies mempunyai spina di lateral/terminal. Dikeluarkan cacing betina di pembuluh darah kecil di dinding usus/kandung kencing, kemudian menembus jaringan keluar dari hospes bersamafeses atau urin. Serkaria bentuk furcocercous, tanpa farynx, berkembang dari sporosiste (tanpa stadium redia). Serkaria memasuki hospes per cutan Dan tidak membentuk sista.
S. bovis Lokasi vena porta Dan vena mesenterica Hospes sapi, domba, kambing, kuda., unta, ruminansia liar, rodensia. Pemah dilaporkan pada manusia yang lebih sering yaitu S matheei. Patogen pada sapi Dan kadang domba.
Morfologi Jantan 9-22X 1-2 mm (tergantung lekukan sisi), Betina 12-28 mm. Pada jantan b.i. dan tubuh di belakang b.i. berspina dan permukaan dorsal memiliki penonjolan kecil. Usus bercabang pada b.i.p dan pada betina bersatu kembali kurang lebih pertengahan tubuh dan dilanjutkan ke sekum tunggal. Pada yang jantan persatuan lebih ke posterior ada beberapa persatuan dan kedua coeca posterior. Testis 3-6 dalam bans longitudinal terletak dekat b.i.p. Ovarium panjang kurang lebih 1 mm di pertengahan tubuh belakang glandula mehlis ke uterus di anteriomya. Glandula vitellaria -> ½
atau ¼
posterior tubuh. Telur mirip
kumparan 132 -247 X 38 - 60 µm
S.japonicum Lokasi Vena porta dan vena mesenterica
Universitas Gadjah Mada
16
Hospes manusia dan hewan (ruminansia, kuda, babi, anjing, kucing dan rodensia) Morfologi jantan 9,5 - 20 X 0,55 - 0,967 mm, Betina 12-26 X 0,3 mm, telur keluar bersama tinja, 70100X 50-80 µm, telur pendek, oval, mempunyai spina lateral yang kecil S. mansoni Lokasi Vena mesenterica Hospes Manusia, dapat ditemui juga pada beberapa hewan, misalnya tikus, rodensia, mamalia liarr sapi, baboon, anjing -> terinfeksi secara alami
S haematobium Lokasi Arteria mesenterica posterior dan telur keluar di dinding kandung kencing, ureter dan urethra. Hospes manusia, baboon Dan kera, rodensia S. nasalis Lokasi Vena di mukosa hidung Hospes kerbau,
sapi,
kambing,
domba
dan
kuda,
sehingga
menyebabkan
minitis dan
pengeluaran catran Tnucopurutent Siklus hidup Betina di pembuluh darah kecil di mukosa/submukosa usus, bertelur di kapiler, Telur menembus dinding usus -> lumen usus -> tinja -> berkembang -, Menetas -> mirasidium>siput -> sporosista -> sporosista anak -> Serkaria (furcocercous), Keluar dari siput -> berenang di air, keluar serkaria dari siput secara periodik, misalnya S. mansoni siang hari 09.00 -14.00. Infeksi ke h.d secara percutan aktif. Serkaria dapat juga menembus dinding rumen bila ikut terminum. Penembusan kulit -> karena sekresi gld cephalica yang mencerna jaringan -> schistosomula -> cor -> paru-paru -> hati -> vena portae hepatis -> jantan Dan betina -> meninggalkan hati -> vena mesenterica, Sapi Dan kuda terinfeksi kalau berdiri di air dangkal dari bendungan, sungai dsb waktu siang hari. Mereka juga terinfeksi per os -> Minum air yang terkontaminasi feses. Pada S. japonicum infeksi pre natal pernah terjadi. Universitas Gadjah Mada
17
Patogenesis Ada 2 gejala klinis : 1. Intestinal akut 2. Hepatik
Gejala Intestinal Terlihat pada schistosomiasis akut pada hewan yang terinfeksi berat -> karena cacing betina Dan keluarnya sejumlah besar telur lewat mukosa usus. Gejala mulai 7-9 minggu setelah infeksi -> lesi hemoragik berat terutama pada mukosa usus halus posterior. Cacing dewasa menyebabkan phlebitis vena mesenterica Dan proliferasi tunica interna dengan penyumbatan sebagian atau seluruh lumen. Bila infeksi melanjut cacing dapat pindah ke bagian usus yang lain Dan organ lain. S bovis biasanya di vena usus -» dapat ke Pankreas, paru-paru, Igl mesenterica. S matheei -> sepanjang usus dan rumen -> rectum -> pankreas, Igl mesenterica Dan paru-paru. Pada infeksi berat S
matheei Dan S
indicum dapat dijumpai di arteria pulmonalis -> paru-paru
membesar, hitam kecoklatan, mula-mula foci merah -> keabu-abuan/nodulus mengelilingi cacing dewasa Gejala hepatis Penyakit imunologik -> reaksi hospes pada telur schistosoma di hati (telur ke peredaran darah portal). Antigen -> pori kerabang telur -> rekasi imunologik spesifik hospes -> granuloma avascular dapat mencapai 100 X ukuran telur. Reaksi radang kronis -> jaringan fibrosis -> "pipa tanah liat”-> obstruksi supply darah -> sirkulasi portal collateral -> varises esofogal -> tidakterjadi pada hewan -> perdarahan -> kematian. Pada hewan terjadi karena berulang-ulang -terinfeksi berat. Pada sapi dan domba yang paling patogen -> S bovis dan S japonicum. Pada S matheei dan S spindale dapat terjadi eliminasi spontan cacing dewasa. Mungkin karena reaksi imunologis dan patogenesitas parasrt berkurang. Anemia terjadi karena hemodilusi, perdarahan dan dyshaemopoeresis Gejala klinis akut Migrasi sejumlah besar schistosomula lewat paru-paru -» batuk. Infeksi berat yang akut -> diare profus/disentri, dehidrasi dan anoreksi. Terjadi anemia dan hipoalbumnemia dan kadang-kadang odema. Produksi turun dan kehilangan berat badan Kronis Hewan terlihat kurus, eosinofilia,
anemia,
hipoalbuminemia dan mungkin terjadi
hipergammaglobulinemia. Mungkin terlihat adanya gejala syaraf Universitas Gadjah Mada
18
Diagnosis Gejala klinis dan pemeriksaan tinja -> telur tercampur darah Dan mucus. Imunitas dan imunisasi Sapi Dan domba berhasil di imunisasi dengan Schistosomula S matheei Dan S bovis yang telah diradiasi secara sub cutan/intramuskuler. Imunisasi serupa pada baboon dengan S mansoni -> tidak berhasil. Imunisasi heterologous pada baboon berkali-kali dengan S rhodaini Dan S bovis -> perlindungan terhadap infeksi S mansoni. Pengobatan Pengobatan harus hati-hati karena beberapa obat dapat membunuh cacing dewasa Dan dapat terjadi emboti di vena porta -> menghambat -> infark hati -> kegagalan hati. S. matheei pada sapi -> Stibophen 7,5 mg/kg/hr untuk 6 hart Lucanthone -> pada sapi 30 mg/kg -> yang berselang-seling -> pada domba 30 - 50 mg/kg untuk 3 hari. S bovis -> sapi > Trichlorophon 50-70 mg/kg per os -4-6 X selang-seling 3 hari 75 mg/kg untk S matheei -> toksik S. nasalis -> tartar emetic -» Sapi kerbau maksimal 2 mg/kg -> sodium antimony tartrate 1,5 mg/kg 2 X sehari untuk 2 hari. S. incognitum -> babi -> Niridazole 25 mg/kg, Anak bb 30-40 mg/kg
Pengendalian Dengan cara mengendalikan siput. Pengobatan hewan yang terinfeksi Pengendalian siput: (1) pengendalian biologis -> larva Echinostoma spp -> predator larva Schistosoma, Nosema eurytremae (protozoa - Microsporidia). Penggunaan Molluscicida (Frescon, Bayluscidae). (2) Menghalangi h.d. dari air yang tercemar -> pendidikan manusia, fasilitas sanitasi. (3) Menghalangi siput dari hospes definitif yang terinfeksi -> tinja fermentasi dulu selama 25 45 hari. (4) Petani Dan pekerja lain yang berhubungan dengan air -> pakaian pelindung, lumuri dengan repellant dibuthylphtalate Dan benzyl benzoate untuk mencegah penetrasi ke kulit. Surra (Trypanosomiasis) Penyebab Trypanosomiasis disebabkan oleh protozoa trypanosome evansi, atau lebih dikenal penyakit Surra. Penyakit ini biasanya menyerang hewan ternak di daerah tropis. Lokasi Darah dan limfe Universitas Gadjah Mada
19
Hospes Kuda, keledai, sapi, kambing, babi, anjing, kerbau, gaj'ah, tapir, rusa dan hewan liar lainnya. Deskripsi Parasit berflagela ini memiliki panjang yang berbeda-beda tergantung hospes dan geografisnya. Bentuknya yang khas memiliki panujang 15-34 µm, rata-rata 24 µm. Bentuknya langsing memanjang dengan bagian tengah membulat. Siklus hidup T. evansi ditularkan secara mekanis oleh lalat penggigit. Tidak terjadi perkembangan siktis dalam tubuh vector dan trypanosome dijumpai di proboscis. Sebagai vector biasanya adalah lalat kuda jenis tabanus, Stomoxys, Haematopota dan Lyperosia. Gambaran patologis Penyakit surra hamper selalu berakibat fatal pada kuda jika tidak diobati, kematian dapat terjadi dalam waktu 1 minggu sampai 6 bulan. Gejala klinis Demam intermitten, urtikaria, anemia, oedema pada kaki-kaki, rambut rontok, kelemahan progresif, kondisi menurun dan kurang nafsu makan. Konjunctivitis dapat terjadi. Kerusakankerusakan pada surra antara lain slenomegali, pembesaran kelenjar limfe dan ginjal, infiltrasi leukosit pada parenkim hati dan perdarahan dan peradangan parenkim ginjal.
Diagnosa Pada stadium akut atau awal, trypanosoma dapat ditemukan di dalam darah perifer. Usapan darah tebal lebih baik dilakukan daripada usapan darah tipis. Protozoa ini juga sering ditemukan di saluran kelenjar limfe. Pada stadium lanjut, parasit dapat ditemukan di dalam cairan serebrospinal. Inokulasi pada hewan percobaan juga dapat dilakukan. Berbagai uji serologic juga dipakai namun kurang begftu dipercaya disbanding dengan menemukan parasitnya sendiri.
Terapi Pemberian Quinapyramin untuk pengobatan surra pada kuda dapat diberikan dengan dosis tunggal secara subkutan sebanyak 5 mg/kg bb. Dosis 3 mg/kg bb diberikan pada sapi efektif untuk pengobatan. Pemberian Suramin dosis 4 g intra vena bb efektif.
Universitas Gadjah Mada
20
Pencegahan dan pengendalian Tindakan preventive terhadap trypanosome meliputi tindakan yang drtujukan pada hospes antara lain pengelolaan lemak, melenyapkan hospes reservoir, menghindarkan dari kontaminasi mekanis yang disengaja, pengelolaan penggunaan tanah dan pengendalian biologik.
Anaplasmosis Penyebab Anaplasma marginale dan Anaplasma centrale Lokasi Sel darah merah (marginal dan central) Hospes Anaplasma menyerang berbagai jenis ruminansia Deskripsi Parasit ini lokasinya di intraseiuier dan dikelilingi oieh invaginasi vakuoler sel hospes. Kurang lebih 80-90 % organisme berada di peripheral. Anaplasma merupakan ricketsia dari genus Anaplasma yang ditularkan oleh caplak, juga oleh lalat Diptera Tabanus dan Stomoxys.
Gambaran patologis Tanda-tanda progresif terlihat anemia. Gejala klinis Sapi dengan infeksi ringan tidak terlihat nyata. Pada infeksi lebih berat, mortalitas mencapai 50%, Penyakit berawal dengan depresi, demam tinggi, produksi susu turun, berat badan menurun dan anemia progresif. Hewan yang sembuh bertindak sebagai karier. Diagnosa Pada daerah endemic, diagnosa dapat dilihat dari gejala-gejala klinis yang ada seperti anemia, tanpa terjadi hemoglobinuria, ikterus. Anaplasmosis sering diikuti dengan babesiosis akut dan theileriosis. Pengecatan preparat apus darah dengan giemsa dapat digunakan urrtuk melihat parastt secara rrrikroskopis. Uji serologis seperti CFT dan IFAT merupakan alat diagnosa yang baik.
Universitas Gadjah Mada
21
Terapi Anaplasmosis akut paling efektif diobati dengan tetrasiklin 5-10 mg/kg im atau iv., Chlortetrasiklin 1,5 mg/kg bb, po. Imidocarb propionate 1,2 - 2,4 mg/kg bb, sc. Transfusi darah 4-6 liter dapat diulang setiap 48 jam.
Pencegahan dan pengendalian Secara teratur dilakukan dipping, penyemprotan (spraying) selama vector banyak, dapat segera menurunkan populasinya. Babesiosis Penyebab Babesia bovis, B. bigemina Lokasi Sel darah merah Hospes Menyerang sapi dan rusa. Deskripsi Werozoit dalam eritrosft bentuknya piriform, bundar, tidak teratur. Merozott berukuran 2,4 X 1,5 µm dan biasanya terletak di bagian tengah eritrosit.
Siklus hidup Caplak bertindak sebagai vector dan babesia ini, dan genus Boophilus spp.,, Rhipicephalus bursa, ixodes sp. Penularan terjadi melalui telurnya. Gejala klinis Penyakit yang disebabkan B. bovis mirip dengan B. bigemina. Masa inkubasi 4-10 hari dengan tanda-tanda demam tinggi 2-3 hari. Hewan mengalami hemoglobinuria, anemia, ikterus, diare, dnyut jantung cepat.
Diagnosa Demam disertai hemoglobinuria, anemia dan ikterus menyebabkan dugaan adanya babesiosis. Pembuatan preparat apus darah tipis dapat dilakukan untuk rnenemukan parasitnya. Uji serologic dapat dilakukan namun hasilnya tidak memuaskan, meskipun dapat digunakan untuk mendeteksi hewan yang telah premunisi. Universitas Gadjah Mada
22
Terapi Pemberian Diminazen aceturat secara im 5-10 mg/kg yang diberikan im, 1-3 mg/kg imidocarb secara im adalah yang paling sering dipakai pada babesiosis sapi. Pencegahan dan pengendalian Karena babesiosis ditularkan oleh caplak, maka infeksi dapat dicegah dengan cara mengendalikan caplak, pencelupan (dipping) sapi secara teratur. Sarkosistiosis Penyebab Penyaktt ini disebabkan oleh Sarcocystis sp. Meront dan merozoit ada di hewan pemangsa, sedangkan oosista ada di hewan predator. Hewan predator dapat berupa mamalia, burungburung atau ular tergantung spesies. Oosista berisi 2 sporosista yang masing-masing berisi 4 sporozoit. Meront generasi terakhir ada dalam otot bergaris atau otot jantung. Mula-mula berisi metrosit, kemudian jika dewasa menjadi bradizoit. Sarcocystis ada dalam hewan piaraan atau hewan liar. Kurang lebih terdapat 93 jenis yang mempunyai nama. Siklus hidup Sarcocystis bersifat heteroxen. Stadium aseksual terdapat dalam hewan mangsa, stadium sekual di hewan predator. Oosista punya dinding halus tidak ada mikropil dan residuum. Lepasnya oosista ke daiam usus predator akan mengakibatkan sporosista bersporulasi ada di dalam tinja. Hospes intermedier terinfeksi karenamakan sporosista. Ada 2 generasi meront dalam sel-sel endotel. Generasi meront awal tidak mempunyai dinding sista dan menghasilkan takizoit sekita 200. Generasi terakhir masuk ke otot bergaris dan membentuk meronjt generasi terakhir (sarkosista). Setelah itu membentuk metrosit-metrosit dan membelah berulang-ulang secara endodyogeni, kemudian membentuk stadium intermedier dan kemudian membentuk bradizoit. Takizoit dapat menginfeksi hospes intermedier lain, namun bradizoit tidak. Hospes definitif terinfeksi karena menelan sarkosista dewasa yang berisi bradizoit. Patogenesis Kebanyakan spesies sarcocystis tidak patogen namun ada beberapa yang patogen, menyebabkan gejala-gejala dan bahkan kematian. Efek patogenik pada hospes intermedier disebabkan karena takizoit dan meront dalam sel-sel endotel. Ada sarkosista yang mengandung endotoksin yang sangat kuat dikenal sarkotoksin, sangat beracun bagi kelinci, mencit dan burung pipit/gereja. Gamet-gamet Dan oosista yang berkembang dapat menyebabkan diare atau efek yang hebat tainnya. Hewan predator tidak kebal terhadap reinfeksi. Universitas Gadjah Mada
23
Diagnosis Dapat dilakukan dengan pemeriksaan histologik. Karena tidak dijumpai gejala-gejala spesifik, infeksi jarang didisgnosa sebelum terjadi kematian. Pencegahan dan pengendalian Hospes intermedier dapat terinfeksi pada saat merumput. Hospes definitif memperoleh infeksi karena makan hewan-hewan mangsa Dan dagingnya yang berisi bradizoit. Sarcocystis hominis lebih biasa ditemukan pada manusia
Sarcocystis cruzi Ditemukan di seluruh dunia. Hospes intermediernya adalah sapi, sedangkan Hospes definitif adalah anjing, serigala, rubah dan raccoon. Parasit ini merupakan spesies yang kurang patogen bagi karnivora, tetapi sangat patogen pada sapi. Sapi tidak mau makan, kakexia, berat badan menurun, anemia, denyut jantung turun dan kematian pada anak sapi umur 23-54 hari.
Sarcocystis hirsute Parasit ini terdapat pada sapi sebagai hospes intermediernya, dan kucing peliharaan dan liar sebagai hospes definitif. Sedikit patogen ada sapi Dan tidak patogen pada kucing
Sarcocystis hominis Sebagai hospes intermediernya adalah sapi, dan manusia, kera dan simpanse sebagai hospes definitif. Sedikit patogen pada sapi, namun penyebab diare pada manusia Dan kera
Sarcocystis gigante Sebagai hospes intermediernya domba piara, sedang hospes definitif kucing dan rubah. Sedikit patogen pada anak domba dan kucing.
Sarcocystis tenella Sebagai hospes intermedier domba piaraan, Hospes definitif: anjing, rubah dan dingo. Merupakan spesies yang sangat patogen untuk anak biri-biri, penyebab demam, tidak mau makan Dan kematian. Ada 3 generasi meront pada domba. Tidak ada merogoni dalam hospes definitive. Oosista terbentuk dalam 1 hari Dan sporulasi lengkap datem 8 hari. Parasit ini sedikit patogen untuk anjing.
Sarcocystis fusiformis Hospes intermediernya kerbau air, sedangkan hospes definitif kucing di Asia dan Afrika. Universitas Gadjah Mada
24
Sarcocystis porcyfelis Hospes intermedier babi, hospes definitif kurang.
Sarcocystis suihominis Hospes intermedier babi, Hospes definitif manusia dan simpanse, kera, Spesies ini tidak patogen untuk primata non human (tidak mirip manusia, tetapi sangat patogen untuk babi dan manusia.
Sarcocystis muris Memiliki sarkosista padatikus rumah dan stadium seksual pada kucing.
Penutup Topik pokok bahasan ini secara keseluruhan dapat dipahami intisannya dengan cara mahasiswa mengerjakan soal-soal berikut ini: 1. Jelaskan tentang penyakit-penyakit koksidosis pada ruminansia ! 2. Bagaimana cara mendiagnosa dan mengobati penyakit cacing pada sapi! 3. Apa yang dimaksud dengan penyakit Surra ! 4. Jelaskan penyakit-penyakit pada sapi yang disebabkan oleh ricketsia ! 5. Jelaskan penyakit-penyakit yang disebabkan infestasi arthropoda pada sapi i
Universitas Gadjah Mada
25