BAB I PENYAKIT PARASITER PADA UNGGAS
Gastrointestinal
Koksidiosis Penyebab Koksidia terdapat
banyak pada
burung-burung
piaraan
maupun
liar yang
dapat
menyebabkan penyakrt berat pada ayam, angsa dan kalkun. Ada delapan hingga sepuluh spesies koksidia yang menyerang ayam piaraan, diantaranya : Eimeria tenella, E. necatrix, E. acervulina, E. maxima, E. brunette, E. hagani, E. mitis, E. mivati dan E. praecox.
Morfologi Oosista E. tenella berbentuk ovoid, 14-31 X 9 - 25 µm (rata-rata 25 X 19 µm), dinding halus berlapis 2, tanpa mikropil. Waktu sporulasi 18 jam sampai 2 hari, tergantung spesiesnya. Lokasi Sekum pada unggas Hospes ayam, kalkun dan angsa
Siklus hidup Oosista-oosista dikeluarkan bersama tinja unggas. Oosista ini memerlukan oksigen agar dapat menjadi oosista bersporulasi yang masing-masing berisi 4 sporosista. Dua sporozoit berkembang di dalam setiap sporosista. Waktu yang diperlukan untuk sporulasi bagi setiap jenis koksidia adalah berbdea-beda. Apabila oosista yang infektif ini dimakan ayam, dinding oosista pecan dalam empedal dan melepaskan sporosista. Sporozoit yang ada di dalamnya akan diaktifkan empedu atau tripsin. Sporozoit kemudian masuk ke dalam sel epitel usus, membulat, tumbuh dan menjadi meront pertama. Meront menghasilkan merozoit merozoit generasi pertama dalam jumlah besar, yang keluar dari sel hospes, masuk ke sel-sel epitel usus baru, membulat, tumbuh dan menjadi meront generasi kedua. Meront ini menghasilkan merozort generasi kedua dalam jumlah besar, yang keluar dari set hospes. Beberapa diantaranya masuk ke dalam sel-sel epitel usus yang baru dan membulat untuk kemudian menjadi meront generasi ketiga yang menghasilkan merozoit generasi ketiga. Sebagian besar merozoit generasi kedua masuk ke dalam eoitel usus baru, Beberapa diantaranya Universitas Gadjah Mada
1
menjadi mikrogamont-mikrogamont yang akan menghasilkan mikrogamet dalam jumlah besar. Sedangkan yang lain menjadi makrogamet-makrogamet. Makrogamet-makrogamet dibuahi oleh mikrogamet dan menjadi zigot yang membuat dinding tebaf di sekelitingnya, untuk kemudian menjadi oosista-oosista muda.Oosista-oosista muda ini keluar dari sel hospes bersama tinja. Setelah itu oosista mengalami sporulasi dan selanjutnya berulang siklus hidup di atas. Patogenesis Eimeria tenella merupakan salah satu koksidiosis sekal yang sering ditemukan pada ayamayam muda. Anak-anak ayam paling peka umur 4 minggu, anak ayam umur 1-2 minggu lebih tahan. Pada ayam yang tua mampu mengembangkan imunitas sebagai akibat terjadinya infeksi sebeiumnya. Koksidiosis karena E. tenella dapat bervariasi infeksinya, dari yang tidak terlihat sampai bentuk akut dan mematikan, tergantung dosis infeksi oosista, galur koksidia, ras, umur ayam, status gizi, agen-agen infeksi yang masuk bersamanya dan stress yang dialaminya. Bentuk akut menciri dengan diare dan hemoragi sekal yang hebat. Pada trari ke tujuh setelah infeksi, dincfing sekum berganti warna dari merah menjadi bercoreng-coreng karena pembentukan oosista. Dinding tersebut terlihat sangat menebal. Kehilangan darah ke dalam sekum menyebabkan anemia. Gejala Minis Gejala pertama muncul pada saat rneront-meront generasi kedua membesar dan TTrengakibatkan bocornya pembuluh darah ke dalam sekum. Darah muncul pada hari ke empat setelah infeksi yang ditandai kelemasan pada ayam-ayam, terkulai, tidak aktif dan Tnakan sedikrt, meskipun masih tnau minum. Diagnosa Dilakukan dengan cara menemukan koksidia-nya melalui pemeriksaan feses. Diagnosa dapat dilakukan dengan melihat gejala klinis apabila infeksi berat (diare berdarah). Nekropsi pada hewan yang mati, mukosa usus dikerok, bersama isi usus dimasukkan I dalam NaCI fisiologis kemudian dilihat di bawah mikroskop. Dilakukan sporulasi dengan memasukan feses ke dalam larutan Kalium Bikhromat 2,5 % dalam cawan petit. Kemudian diidentifikasi bentuk dan waktu sporulasi. Kerokan epitel usus juga pertu ditakukan untuk menemukan koksidia dan titik-titik perdarahan. Koksidiasis lebih banyak ditemukan daripada koksidiosis. Oosista dalam tinja tidak dapat dipercaya begrtu saja untuk diagnosa, sebaliknya tidak adanya koksidia dalam feses belum tentu dikatakan tidak ada koksidiosis, karena mungkin bam awal dari suatu siklus.
Universitas Gadjah Mada
2
Terapi Hingga saat ini sudah ratusan senyawa kimia yang dipakai untuk pengobatan koksidiosis (koksidiostat). Obat yang pertama kali dibuat adalah boraks dan belerang, namun keduanya tertalu toksik. Kemudian Levine menemukan sulfanilamide yang lebih aktif yang kemudian diturunkan
menjadi
berbagai
senyawa
seperti
Sutfaguanidine,
sulfaquinoxaline,
sulfadimidine, sulfadimetoksin. Senyawa dari organik arsenfk juga efektif terhadap koksidia seperti
diphenylmethane,
diphenyldisulfide,
nitrofuran,
pyrimidine,
imidazole,
dan
sebagainya. Mayoritas obat ini bersifat koksidiostatik daripada koksidiosid, yaitu mencegah perkembangan koksidia tetapi tidak menyembuhkan. Koksidiostat yang telah bercampur dalam pakan unggas selama bertahun-tahun tidak dapat dihindari dapat menimbulkan resistensi obat
Pencegahan dan pengendalian Oosista koksidia sangat tahan terhadap lingkungan yang tidak akan bersporulasi jika tidak ada oksigen. Antiseptik tidak efektif terhadap koksidiosis. Oosista dapat dirusak oleh sinar Ultraviolet. Ayam yang dipelihara di atas panggung sangat sedikit dicemari koksidiosis daripada dipelihara di atas lantai. Apabila berjangkit, ayam harus dipisahkan dari kelompoknya, sisanya diobati dengan koksidiostat. Pemberian vaksin koksidiosis (Coccivax) yang berisi oosista E. acervulina, E. brunneti, E. hagani, E. maxima, E. mivati, E. praecox, E. necatrix, E. tenella dalam air minum pada ayam umur 4-10 hari mampu mengebalkan ayam.
Eimeria brunetti Biasa ditemukan di usus halus ayam. Oosista ovoid 14-34 X 12-26 µm. Dinding licin dan tidak ada mikropil. Waktu sporulasi 18 jam - 2 hari. Ada 3 generasi meront. Generasi II muncul 3 hari setelah infeksi. Meront generasi H 4 hari setetah infeksi. Periode prepaten 5 hari setetah infeksi. Eimeria ini merupakan spesies dengan patogenrtas nyata dengan akibat yang bergantung pada derajat infeksinya. Pada infeksi hebat dinding usus menebal, eksudat kataral merah muda pada 4-5 hari setelah infeksi. Tinja cair dan bercampur darah disertai kelupasan sel. Pada infeksi awal ada garis hemoragik kemudian ada enteritis nekrotik khas. Oosista ovoid 16-21X14-19 µm. Waktu sporulasi 18-2 hari, Periode prepaten 6-7 hari
Eimeria maxima Drtemukan pada usus halus ayam di seluruh dunia. Oosista ovoid 21-42X16-30 µm. Waktu sporulasi 30 jam - 2 hari. Meront beriokasi di atas inti sel hospes. Ada 3 generasi meront : generasi I 48 jam setelah infeksi, Generasi II hari ke 3, generasi III terbentuk pada hari ke 4. Universitas Gadjah Mada
3
Stadium seksual ditemukan di bawah inti sel hospes. Periode prepaten 5-6 hari. Eimeria ini merupakan spesies patogenitas rendah. Luka utama adalah hemoragi di usus halus, otot usus halus kehilangan 1onus. Terdapat enteritis kataralis, isis usus kental merah muda-tua, kadang disertai bercak darah. Berbagai spesies berbeda patogenitasnya. Pada ayam yang sembuh dapat kembali lagi normal Eimeria mitis Ditemukan pada usus halus ayam di seluruh dunia. Oosista agak bulat: 10-21X9-18 µm. Waktu sporulasi 18 jam - 2 hari. Stadium endogen ada dalam sel-sel vili. Jumlah generasi meront belum diketahui pasti. Perbedaan dengan spesies lainnya adalah bahwa stadium seksual dan aseksual terjadi bersama-sama. Periode prepaten 4-5 hari, spesies ini merupakan spesies dengan sedikit pathogen Eimeria mivati Biasa ditemukan pada usus halus ayam di bagian atas di seluruh dum'a. Oosista elipsoid hingga ovoid. Sporozoit berbentuk butan sabit. Ada 4 generasi meront. Generasi (G) I : 36 setelah infeksi, G II : 55-67 jam, G III : 80 jam, G IV : 96-168 jam setelah infeksi. Periode prepaten 93-96 jam seteteii inokulasi. Eimeria mivati tebih patogen drpd E. acervulina. Infeksi berat hanya menghasilkan 10 % kematian Eimeria necatrix Ditemukan pada usus halus ayam di seluruh dunia. Oosista ovoid 12-29 X 11 - 24 µm. Waktu sporulasi 18 jam - 2 hari. Ayam terinfeksi karena makan oosista bersporulasi. Ada 3 generasi meront : G I : 2,5-3 hari stih infeksi., G II : 5 - 8 hari setelah infeksi. Periode prepaten 6-7 hari. Spesies ini merupakan spesies paling patogen dan penting. Penurunan arti penting setelah pemakaian koksidiostat. Tampil ke depan karena lebih patogen dibanding E. tennela. Merupakan penyebab koksidiosis menahun dengan efek jaringan parut dalam usus halus lebih lama. Sarang kecil putih ditemukan pada hari ke 4 stlh infeksi. Usus halus dapat mebengkak berisi darah dan material beku. Dinding usus sangat menebal dan kehilangan sifat kontraktilnya. Sekum tidak terserang hebat hanya mengkerut saja. Kematian terjadi 5-7 hari setelah infeksi. Pengaruh setelah infeksi menjadi boros dan kurus sehingga tidak efektif memelihara setelah ayam tersebut sembuh
Eimeria praecox Ditemukan pada usus halus ayam di seluruh dunia di sepertiga bagian atas usus halus ayam. Oosista ovoid : 20-25 X 16-20 µm. Waktu sporulasi 2 hari. Stadium endogen terjadi dalam sel epitel vili. Paling sedikit ada 3-4 generasi meront. Periode prepaten 2,5 - 4 hari. Merupakan spesies yang tidak patogen Universitas Gadjah Mada
4
Helminthiosis
Prosthogonimus pellucidus (P. intercalates) Lokasi Bursa fabricius, oviduct dan usus bag. Posterior Hospes ayam, itik dan unggas liar Morfblogi 8-9 X 4-5 mm. Bagian anterior lancip dan posterior membulat, segar berwarna kuning kemerahan, testis oval - horizontal pertengahan tubuh, Porus genitalis ada di sebelah batil isap mulut, Kantung cirrus memanjang, Ovarium beriobus di dorsal dari batil isap perut, Glandula vitellaria memanjang dari batil isap perut ada posterior testis P. macrorchis Lokasi Bursa fabricius, oviduct ayam dan itik P. ovatus Lokasi Bursa fabricius, oviduct ayam, angsa, burung liar Paling kecil dibanding 2 spesies di atas
Siklus hidup Hospes intermedier I adalan siput, sporosista akan menjadi serkaria, kemudian berenang -> lubang anal dari nimfa capung, kemudian ekomya lepas, menjadi metaserkaria, menuju muskulus dan jadi sista di hemosel nimfa, selanjutnya menjadi msekta, Hospes definitif terinfeksi karena makan nimfa/capung dewasa, kemudian migrasi ke kloaka dan bursa fabrisius, kalau bursa fabrisius akan menjadi atrofi, kemudian menuju oviduct. Patogenesis Merupakan cacing trematoda unggas yang paling patogen di eropa dan amerika, terbanyak menyerang ayam, kadang-kadang bebek. Pada ayam petelur, cacing akan masuk oviduct dan menyebabkan iritasi, radang akut dari oviduct, produksi telur yang abnormal dan pengeluaran albumin dari kloaka. Iritasi oviduct, mengakibatkan gerakan retroperistaltik, menyebabkan kuning telur pecah, albumin, bakteri dan material parasit masuk ke cavum peritoneum, masuk peritonitis dan menyebabkan kematian.
Universitas Gadjah Mada
5
Gejala klinis Mula-mula kondisi umum tidak terpengaruh tetapi pada beberapa ayam menelurkan telur dengan kerabang teTnbek/tanpa kerabang. Ayam cenderung duduk di sarang. Mungkin ada pengeluaran cairan dari kloaka sehingga menyebabkan bulu-bulu di sekrtar anus lengket dan kotor. Unggas biasanya fesu, abdomen menggantung, kaki dilebarkan waktu berjalan, berhenti bertelur bila ada peritonitis, lama kelamaan lemah, akhimya mati. Peritonitis aseptik mungkin juga terlihat dan kuning tefur di cavum peritoneum mengental yang akan menghalangi peristaltik usus. Cacing dapat ditemukan di telur. Pada pemeriksaan post mortum, Oviduct menjadi radang cattaralis -> radang crouposa dengan masa pengejuan di lumen. Pada kasus peritonitis di cavum abdominalis organ melekat oleh masa pengejuan. Membrana serosa usus kongesti, hemoragi mungkin dapat terjadi.
Diagnosa Telur di cairan kloaka/di cavum abdominalis waktu otopsi
Pengobatan Tidak ada yang memuaskan untuk mengeluarkan parasit dari oviduct. Albendazole, praziquantel mungkin berguna Pencegahan Musnahkan siput sebagai hospes intermedier. Mencegah unggas makan capung Echinostoma revolutum Lokasi rektum dan sekum Hospes itik, angsa, angsa, burung dara, ayam, manusia Morfologi Ukuran 22 X -> 2,25 mm, Head collar mempunyai 37 spina yang setiap sisi ada 5 spina membentuk kelompok (spina sudut), Testis oval/sedikit berlobus, tandem, pertengahan tubuh, Ovarium anterior testis, Telur 90 -126 X 59 - 71 µm
Siklus hidup Telur berkembang, menetas menjadi mirasidium, tembus siput, jadi serkaria, menjadi sista di sfput/keiuar dan masuk siput yang sama/lain spestes. Hospes definitive terinfeksi karena makan siput Universitas Gadjah Mada
6
Echinoparyphium
recurvatum
Lokasi Usus hatuslerutama duodenum Hospes itik, ayam, burung, burung dara, anjing, kucing, tikus, manusia di Indonesia Morfologi Ukuran 4,5 X 0,5 - 0,8 mm, Bagian anterior membengkok ke ventral, Spina 45 dengan spina sudut masing masing-masing 4, Testis Oval, tandem, menempel satu sama lain, Ovarium oval transversal, uterus pendek berisi 3-7 telur. Hospes intermedier I siput, h.i. II katak, siput. Serkaria mengsista di glandula pencernaan dari siput dan ginjal kecebong dan katak Diagnosis berdasarkan adanya telur dalam tinja Pengobatan Pemberian Brotianide (75 mg/kg), Oxyclozanide (15 -30 mg/kg), Flubendazole (10/50 mg/kg/hr untuk 5 hari) Pencegahan Pemberantasan siput, Unggas dihindari tidak ke kolam yang siputnya terkontrol.
Histomoniosis Penyebab Histomonas meleagridis Lokasi Sekum, hepar Hospes Kalkun, ayam, burung merak, burung mutiara, burung puyuh dan berbagai burung lainnya.
Deskripsi H. meleagridis adalah protozoa dengan bentuk pleomorfik, bentuknya tergantung tokasinya. Bentuk di dalam jaringan tidak memiliki flagella, meskipun ada suatu butir basal dekat inti. Parasft ini memiliki 4 stadium : Universitas Gadjah Mada
7
(1). Stadium invasive (menyerang), terdapat luka-tuka awal dalam sekµm dan hepar. Panjang 8-17 |jm dan aktif amoeboid dengan pseudopodia tumpul, sitoplasma basofilik. (2). Stadium vegetatif, -terdapat di bagian tengah dari luka. Bentuknya lebih besar, 12-21 X 21-15 µm. Kurang aktif disbanding stadium invasive. (3). Stadium resisten, tidak ada sista dengan diameter 4-11 µm, kompak dan terbungkus membrane. (4). Bentuk keempat berflagela, terdapat di dalam lumen seka dan juga drtemukan biakanbiakan. Badannya amoeboid dengan diameter 5-30 µm. Adanya flagella dapat menghasilkan gerakan. Siklus hidup Reproduksi dilakukan dengan pembelahan menjadi dua dan tidak ada bukti mengenai siklus seksual. Trofozort lemah, tidak dapat hidup lebih lama saat keluar bersama tinja. Kalkun terinfeksi karena makan trofozoit atau melalui telur-telur cacing Heterakhis gallinarum. Mulamula protozoa ini menyerang ovarium, dan kernudian telur. Telur-telur cacing Heterakhis harus menetas terlebih dahulu agar dapat melepaskan larvanya dan menularkan protozoa tersebut. Gambaran patologis Histomonas dapat menyerang kalkun semua umur dengan mortalitas bervariasi. Luka-luka utama pada histornoniasis lerdapat dalam sekum dan hati. Mula-mula terbentuk ulcer, membesar dan dapat meliputi seluruh mukosa. Kadang-kadang ulcera ini menembus dindtng seka dan menyebabkan peritonitis. Selaput lendir berbau busuk dan nekrotik. Lukaluka di hepar bersifat patognomonik. Parasit-parasit mudah drtemukan pada pemeriksaan histologik dari luka-luka. Ada hyperemia, hemoragi, infiltrasi limfosit, nekrosis dan makrofag. Gejala klinis Masa inkubasi 15-21 hari. Gejala pertama adalah kelesuan, lemah, sayap dan kepala lerkulai, diare berwarna seperti beterang. Kepala dapat menjadi berwarna gelap, sehingga timbul istilah blackhead, tetapi ini juga terlihat pada penyakit yang lain.
Diagnosa Oiagnosa dapat ditegakan berdasarkan adanya luka-luka yang dapat dikelirukan dengan tuka tain. Pemeriksaan histologik dapat dibuat urrtuk meneguhkan diagnosa. Luka-luka sekal dapat dibedakan dari yang disebabkan koksidia dengan pemeriksaan mikroskopik dari kerokan-kerokan mukosa.
Universitas Gadjah Mada
8
Terapi Pengobatan yang dapat diberikan adalah Carbarsone, furazolidone (NF-180), dimetridazole 100-200 ppm (Emtrymix) diberikan bersama pakan atau air minum pada 0,63 g/l dan pencegahan 0,315 g/l, ipronidazole 50-85 ppm (Iporopran) dan ronidozale (Ridazole) 60-90 ppm dalam air selama 3 hari untuk mencegah kematian.
Pencegahan dan pengendalian Histomonosis dapat dicegah dengan penerapan manajemen yang baik. Kalkun harus dtpelihara terpisah dari ayam. Burung-burung yang muda sebaiknya dtpelihara di atas kawat kassa, sehingga kotoran tidak mencemari burung lainnya. Mengingat penularan dapat melalui telur cacing Heterakhis, maka dijaga agar tidak kontak dengan ayam, yaitu dengan membuat pagar. Sirkulasi dan jaringan Plasmodium Penyebab Burung merupakan hewan percobaan satusatunya untuk mempelajari malaria. Pertama kali ditemukan pada Plasmodium berghei. Malaria pada burung merupakan spesies yang tidak penting. Spesies dibagi berdasarkan bentuk gamon : Gamont yang berbentuk bulat : P. cathemerium, P. galtinaceum, P. matutmum, P. relictum. Gamont yang mernanjang : P. circumflexum, P. elongatum, P. rouxi, P. lophurae.
Plasmodium japonicum Pada ayam dan burung di Amerika, Asia dan Afrika, meront bulat, ovoid dan tidak teratur. Sel hospes seringkali menggeliat. Merogoni perlu waktu 24 jam. Vektor alami yang diketahui adalah Culex sitiens dan C. annulus. Parasit ini dapat menjadi patogen menyebabkan timpa membesar, cairan perikardial, parasrtemia tinggi dan distorsi sel darah merah. Burung mati dengan gejala yang tidak jelas, lemah, lesu dengan palung pucat, suhu naik.
Plasmodium relictum Parasit ini dijumpai hampir semua burung dengan gamont dan meront bulat tidak teratur dan inti sel hospes dipindahkan. Siklus hidupnya perlu 36 jam. Banyak nyamuk sebagai vektor spt Culex, Anopheles, Aedes, Culiseta dan merupakan spesies sangat pathogen.
Plasmodium gallinaceum Parasit ini ditemukan pada ayam hutan di Asia Tenggara dengan gamont dan meront bulat. Inti shospes dipindahkan tapi tidak dikeluarkan. Meront menghasilkan 8-30 merozoit. Vektor Universitas Gadjah Mada
9
alami nyamuk Mansoinia crassipes. Ayam-ayam yang terinfeksi relatif tahan namun pada ayam peliharaan dapat mati. Suhu badan diketahui berfluktuasi. Diagnosis Diagnosa dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi protozoanya dalam usapan-usapan darah yang diwarnai. Pengobatan Dapat dilakukan dengan pemberian Quinacrine, Choloroquine Pencegahan dan pengendalian Pencegahan tergantung pada nyamuk. Pengendalian nyamuk penting untuk mencegah penyakit virus seperti equine encephalomyelitis.
Gejala klinis Unggas dan burung yang terinfeksi dapat mati dengan gejala yang tidak jelas, lemah, tesu dengan palung pucat, suhu naik. Anemia dan splenomegali serta kelumpuhan dan mati karena sumbatan kapiler otak oleh stadia eksoeritrositik. Leukositozoonosis Penyebab Leukositozoonosis merupakan penyakit parasiter pada unggas yang disebabkan oleh protozoa Leucocytozoon sp. Makrogamet dan mikrogamet terdapat datem leukosit dalam eritrosit, sementara itu merogoni terjadi dalam parenkim hati, jantung, ginjal dan organ lainnya. Sebagai vektor-vektornya adalah lalat hitam (blackflies Simulium) atau Agas (midges, Culicoides). Biasa ditemukan pada burung liar, itik, angsa, kalkun dan ayam
Leucocytozoon sabrazesi Tidak biasa pada ayam dan unggas di hutan di amerika dan Asia Tenggara. Gamon dewasa memanjang, sel-sel hospes berbentuk gelendong dengan tanduk sitoplasma panjang. Parasit ini sebagai penyebab penyakit pada ayam dengan khas anemia, pyrexia, diarhea, kaki lumpuh, keluar kotoran berlendir dari mulut.
L. simondi Biasa pada itik-itik peliharaan dengan vektor lalat hitam (simulium) dan patogen pada itik serta angsa.
Universitas Gadjah Mada
10
L. smithi Parasit ini terdapat pada kalkun peliharaan dengan vektor lalat hitam. Anak kalkun yang terinfeksi tidak mau makan, lemah, terkulai, susah gerak. Organ-oragn dalam (limpa dan hati) membesar.
Hospes Protozoa ini berparastt pada ayam dan ayam mutiara di Asia dengan gamon-garnon terdapat dalam eritrosit. Gamont dewasa bulat, inti sel hospes membentuk pita gelap memanjang sampai kira-kira sepertiga keliling parasit Siklus hidup Dalam siklus hidupnya parasit ini membutuhkan vekto yaitu Culicoides arakawa, C. circumscriptus dan C. odibilis. Zigotnya bulat diameter 14 m, memanjang menjadi ookinet yang berjalan melalui dinding usus tengah membentuk oosista. Sporozort terbentuk dalam kelenjar air liur masuk dalam hospes baru jika ada agas-agas menggigitnya. Meront eksoeritrositik ada dalam ginjal, hati, paru-paru dan ruang-ruang berisi darah, jantung, limpa, pankreas, timus, otot usus, trakea, ovarium, kel. adrenal dan otak. Gamont-gamont muncul dalam darah perifer 14 setelah infeksi yang diternukan dalam eritroblast. Beberapa galur tidak patogen, namun di Thailand sangat patogen dengan sebutan " The Bangkok hemorrhagic disease" oleh L. caulleryi. C. arakawa berkembang dalam lumpur di sawah dan berjangkit pada bulan juni pada waktu sawah siap tanam di Jepang
Gejala klinis Ayam-ayam yang terserang akan anemik, pucat, lesu, diare, pial pucat, perdarahan di pulmo, hepar dan ren. Tanda-tanda klinis ini disebabkan oleh megalomeron eksoeritrositik yang menyebabkan perdarahan jika pecah. Perdarahan dari ginjal akan masuk ke dalam rongga peritoneal Pengobatan Pengobatan dengan 1 ppm pyrimethamin, 50 ppm sulfonamid atau 125 clopidol. Obat-obat ini tidak merusak meront atau gamont. Selain itu dapat diberikan 30 - 40 ppm sulfamonomethoxin dalam pakan selama 29 hari dan dimulai 2 hari sebelum sporozoit diinokulasi mencegah infeksi.
Universitas Gadjah Mada
11
Haemoproteus Penyebab Penyebab dari penyakit ini adalah Haemoproteus sp. Gamont-gamnot dalam eritrosit berbentuk halter memanjang dan menikung mengelilingi inti sel hospes. Merogoni terjadi di dalam sel endotel darah terutama paru-paru. Sebagai vektomya adalah lalat kuda Hippoboscidae dan agas Culicoides.
Haemoproteus columbae Terdapat pada merpati piaraan dan liar. Makrogamet Dan mikrogamet dewwasa berbentuk seperti sosis mengelilingi irrti sel hospes, Sel hospes tidak membesar. Mikrogamet punya 2 flagela.
Siklus hidup Burung yang terinfeksi biia digigit oleh vektor diptera, lalat Hippoboscidae. Merogoni terjadi dalam sel-sel endotel buluh darah paru-paru dan hati, limpa. Setelah merogoni merozoit memasuki sel-sel darah merah dan menjadi makrogamet dan mikrogamont. Biasanya muncul setelah 28-30 hari setelah infeksi. Dalam usus tengah vektor, mikrogamon menghasilkan 4 mikrogamet, membuahi makrogamet membentuk zigot. Ookinet-ookinet yang terjadi masuk ke dinding usus tengah dan membentuk oosista yang di dalamnya ada sporozoit. Sporozoit masuk ke rongga tubuh dan kelenjar air liur yang kemudian akan terkumpul disitu dan diinjeksikan pada hospes bila lalat menggigit. Merupakan spesies yang sedkit patogen
Haemoproteus meleagridis Parasit ini terapat pada kalkun. Makrogamet dan mikrogamet memanjang bentuk sosis mengelilingi inti. Siklus hidup Siklus Haemoproteus mirip Plasmodium, kecuali merogoni terjadi tidak dalam eritrosit tapi dalam sel endotel buluh - buluh darah, kemudian vektor bukan nyamuk tetapi lalat hippoboscidae atau agas atau chrysops
Diagnosa Diagnosa dengan cara menemukan dan mengidentifikasi protozoa dalam usapan darah yang diwarnai.
Universitas Gadjah Mada
12
Pencegahan dan Pengendalian Pencegahan tergantung pada pengendalian vektornya.
Permukaan tubuh (kulit dan bulu)
Infestasi tungau ayam Penyebab Dermanysus gallinae Lokasi Permukaan tubuh, terutama di kepala, pial, nasofaring.
Hospes Ayam, kalkun, burung-burung liar.
Deskripsi Nimfa dan dewasa sering hinggap di ayam untuk menghisap darah. Di bawati lingkungan yang sesuai, Dermanysus dapat berkembang biak dengan cepat, menyebabkan iritasi, anemia, dan kehilangan darah. Ukuran dewasa 0,7X0,4 mm, dengan warna yang bervariasi mulai dari abu-abu hingga merah gelap tergantung darah yang ada di dalamnya.
Gejala klinis Ayam-ayam menjadi menurun produksi telumya dan kematian terjadi karena kehilangan darah. Diagnosa Didasarkan pada penemuan tungau dalam lingkungan kandang sepertl sangkar, litter, lantai dan sebagainya. Tungau ini dapat dilihat dengan mata, khususnya setelah menghisap darah. Sejumlah besar tungau ini dapat ditemukan di daerah nasofaring setelah ayam mati. Terapi Ayam yang terinfeksi diisolasi dan diberi acaricide
berupa malathion,
carbaryl,
pemnethrin, stirofos. Renting dilakukan adalah dengan pemberian desinfektan kandang. Pencegahan dan pengendalian Dengan memberikan acaricide pada kandang melalui spray.
Universitas Gadjah Mada
13
Helminth iosis
Tracheophilus (Typhlocoelum) T cymbius (T sisowi) Lokasi Pada trachea dan bronkus Hospes itik piaraan dan liar Deskripsi 6-11,5X3 mm, Testis tidak bertobus, diagonal di posterior tubuh, Ovarium setinggi/sedikit anterior dan testis anterior, Tettir 122 x 63 µm, Telur menetas jadi mirasidium (mengandung 1 redia), berenang di air. Kalau menjumpai siput yang sesuai, maka redia masuk (tidak ada stadium sporosista), kemudian menjadi serkaria (11 hari), serkaria tidak berekor dan intestinal yang seperti cincin dapat teriihat dan dijumpai adanya batil isap perut. Serkaria menjadi sista di dalam siput, unggas terinfeksi karena makan siput. Patogenesis Dapat menyebabkan obstruksi trakea dan unggas dapat mati karena asphyxia.
Trichomoniosis Penyebab Trichomonas gallinae Lokasi Saluran pencernaan bagian atas (esofagus, faring, proventrikulus) dan hepar. Hospes Burung merpati, kalkun, dan ayam.
Deskripsi Trichomonas pada unggas merupakan protozoa yang sering ditemukan terutama pada burung merpati.
Universitas Gadjah Mada
14
Gambaran patologis Unggas yang terinfeksi terutama pada unggas muda di bagian esofagus, dan proventrikulus menunjukan keradangan dan ulserasi. Gejala klinis Lesu, bau busuk dan mulut pada ayam yang terinfeksi. Lesi primer dijumpai di mukosa orofaringea, kemudian diikuti invasi parasit ke kelenjar faring dan pentrasi progresif ke lapisan epitel. Infeksi pada hepar dengan abses multipel diperkirakan merupakan penyebab kematian pada unggas-unggas muda. Diagnosa Pada nekropsi, nampak lesi nekrotik kekuningan di bagian mulut, esofagus dan melebar ke hepar. Biasanya parasit ditemukan di rongga mulut dan isi tembolok. Untuk melihat adanya parasit, diperlukan pembuatan preparat darah apus. Untuk keberhasilan diagnosa, dibututikan sampel yang masih segar. Terapi Pengobatan pada ayam tidak secara spesifik. Pada burung merpati dapat diberikan metronidazol 60 mg/kg po dan dimetridazole 50 mg/kg po dalam pakan atau air minum (0,05% selama 5-6 hari) dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan parasit.
Pencegahan dan pengendalian Pada burung dara liar dan burung lainnya sangat berperan dalam menularkan penyakit ini. Untuk itu air minum sebaiknya selalu diganti. Penutup Topik pokok bahasan ini secara keseluruhan dapat dipahami intisarinya dengan cara mahasiswa mengerjakan soal-soal berikut ini: 1. Jelaskan tentang penyakit-penyakit dan pengendalian koksidosis pada unggas! 2. Jelaskan tentang macam-macam penyakit cacing pada ayam ! 3. Terangkan mengenai malaria pada unggas ! 4. Sebutkan macam-macam arthropoda yang sering menyerang ayam !
Universitas Gadjah Mada
15