BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPASAN PAKSA SEPEDA MOTOR A. Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 362 KUHP mengatur tentang tindak pidana pencurian biasa yang berbunyi 51:
“Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum, diancam kerena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah” Pasal 362 ini merupakan bentuk pokok dari pencurian, dengan unsur-unsur 52: 1.
Obyektif : a. Mengambil; b. Barang; c. Yang seluruhnya atau sebahagian kepunyaan orang lain;
2.
Subyektif : a. Dengan maksud; b. Untuk memiliki; c. Secara melawan hukum.
A.d.1. Mengambil. Mengambil semula diartikan memindahkan barang dari tempat semula ke tempat lain. Ini berarti membawa barang dibawah kekuasaannya yang nyata. Perbuatan mengambil berarti perbuatan yang mengakibatkan barang dibawah 51
Moeljatno, Op. Cit., Hal.128 Mochamad Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (kuhp buku II), Penerbit Alumni, Bandung, 1980, Hal.17 52
kekuasaan yang melakukan atau yang mengakibatkan barang berada diluar kekuasaan pemiliknya. 53 A.d.2 Barang yang seluruh atau sebahagian kepunyaan orang lain. Pengertian barang telah mengalami juga proses perkembangannya. Dari arti barang yang berjudul menjadi setiap barang yang menjadi bagian dari kekayaan. Semula barang ditafsirkan sebagai barang-barang yang berwujud dan dapat dipindahkan (barang bergerak). Tetapi kemudian ditafsirkan sebagai setiap bahagian dari harta benda seseorang. Dengan demikian barang itu harus ditafsirkan sebagai sesuatu yang mempunyai nilai didalam kehidupan ekonomi dari seseorang. Perubahan pendapat ini disebabkan dengan peristiwa pencurian aliran listrik, dimana aliran listrik termasuk pngertian barang yang dapat menjadi obyek pencurian. Barang harus seluruhnya atau sebahagian kepunyaan orang lain. Barang tidak perlu kepunyaan orang lain pada keseluruhannya, sedangkan sebahagian dari barang saja dapat menjadi obyek pencurian. Jadi sebahagian lagi adalah kepunyaan pelaku sendiri. Barang yang tidak ada pemiliknya tidak dapat menjadi obyek pencurian, yaitu barang-barang dalam keadaan res nullius dan res derelictae. 54 A.d.3 Dengan maksud untuk memiliki barang bagi diri sendiri secara melawan hukum dengan maksud.
53 54
Ibid. Ibid, Hal.18
Istilah ini terwujud dalam kehendak, keinginan atau tujuan dari pelaku untuk memiliki barang secara melawan hukum. 55 A.d.4 Melawan Hukum. Perbuatan memiliki yang dikehendaki tanpa hak atau kekuasaan sendiri dari pelaku. Pelaku harus sadar, bahwa barang yang diambilnya adalah milik orang lain. 56 A.d.5 Memiliki barang bagi diri sendiri. Memiliki bagi diri sendiri adalah setiap perbuatan penguasaan atas barang tersebut, melakukan tindakan atas barang itu seakan-akan pemiliknya, sedangkan ia bukan pemiliknya. Maksud memiliki barang bagi diri sendiri itu terwujud dalam berbagai jenis perbuatan,
yaitu
menjual,
memakai,
memberikan
kepada
orang
lain,
menggadaikan, menukarkan, merubahnya, dan sebagainya. Pendeknya setiap penggunaan atas barang yang dilakukan pelaku seakan-akan pemilik, sedangkan ia bukan pemilik. Maksud untuk memiliki barang itu tidak perlu terlaksana, cukup apabila maksud itu ada. Meskipun barang itu belum sempat dipergunakan, misalnya sudah tertangkap dulu, karena kejahatan pencurian telah selesai terlaksana dengan selesainya perbuatan mengambil barang. 57
55
Ibid, Hal.19 Ibid. 57 Ibid. 56
B. Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 362 KUHP mengatur tentang tindak pidana pencurian kekerasan yang berbunyi 58: Ayat (1) : “Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, pencurian yang didahului, disertai atau adiikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang, dengan maksud untuk mempersiap atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicurinya”. Ayat (2) : Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun : 1. : Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum, atau dalam kereta api atau term yang sedang berjalan; 2. : Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu; 3. : Jika masuknya ketempat melakukan kejahatan, dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu; 4. : Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat. Ayat (3) : “Jika perbuatan mengakibatkan mati, maka dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun” Ayat (4) : “Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, pula disertai oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no.1 dan 3”. Pasal 365 ayat (1) memuat unsure-unsur 59 : 1.
Obyektif : a. Pencurian dengan : a) Didahului; b) Disertai; c) Diikuti;
58 59
Moeljatno, Op. Cit., Hal.129 Anwar, Op. Cit., Hal. 25
2.
Oleh kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap seseorang.
3.
Subyektif : a. Dengan maksud untuk ; b. Mempersiapkan atau mempermudah pencurian itu, atau c. Jika tertangkap tangan memberi kesempatan bagi diri sendiri atau peserta lain dalam kejahatan itu : a) Untuk melarikan diri; b) Untuk mempertahankan pemilihan atas barang yang dicurinya.
A.d.1 Kekerasan. Yang
diartikan
dengan
kekerasan
adalah
setiap
perbuatan
yang
mempergunakan tenaga badan yang tidak ringan. Tenaga badan adalah kekuatan fisik. Penggunaan kekerasan terwujud dalam memukul dengan tangan saja, memukul dengan senjata, menyekap, mengikat, menahan dan sebagainya. 60 Pasal 86 : “Yang disamakan dengan melakukan kekerasan yaitu membuat orang pingsan atau tidak berdaya lagi”. Sebagai perluasan dari pengertian kekerasan ditetapkan oleh Pasal 89, bahwa perbuatan yang mengakibatkan orang pingsan, atau tidak berdaya lagi termasuk perbuatan kekerasan. Kekerasan itu harus ditujukan kepada seseorang. Seseorang itu tidak perlu para pemilik barang, misalnya pelayan rumah, penjaga rumah. 61
60 61
Ibid. Ibid, Hal.26
A.d.2 Ancaman Kekerasan. Setiap perbuatan yang sedemikian rupa hingga menimbulkan akibat rasa takut atau cemas pada orang yang diancamnya. 62 A.d.3 Didahului kekerasan atau ancaman kekerasan. Kekerasan atau ancaman kekerasan ini dipergunakan sebelum dilakukan pencurian, perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan ini dimaksud untuk mempersiapkan (unsur subyektif) pencuriannya. 63 A.d.4 Disertai kekerasan atau ancaman kekerasan. Penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan ini dilakukan bersamaan dengan pencuriannya. Jadi penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan ini dilakukan dengan maksud untuk mempermudah dilaksanakannya pencurian. 64 A.d.5 Diikuti kekerasan atau ancaman kekerasan. Penggunaan kekerasan serta ancamannya dilakukan setelah pencurian dilakukan dengan maksud untuk memberi kesempatan bagi diri sendiri atau peserta lain untuk melarikan diri atau menjamin kepemilikan atas barang hasil curiannya jika tertangkap tangan. 65 A.d.6 Tertangkap tangan. Pengertian tertangkap tangan didalam RIB Pasal 57, tertangkap tangan terdapat 66 : 1. Apabila tindak pidana sedang dilakukan, pelakunya diketahui; 2. Apabila segera setelah tindak pidana dilakukan, pelakunya diketahui; 62
Ibid. Ibid. 64 Ibid. 65 Ibid. 66 Ibid, Hal.27 63
3. Apabila segera setelah tindak pidana itu dilakukan, seseorang dikejar oleh khalayak ramai sebagai pelakunya; 4. Apabila pada seseorang ditemukan barang-barang, senjata, alat-alat atau surat-surat yang menunjukan bahwa ia adalah pelakunya atau pembantunya. Pasal 365 (2) : Pencurian yang dirumuskan dalam Pasal 365 (1) disertai masalahmasalah yang memberatkan yaitu 67 : Ke-1 : a). Pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup dimana berdiri sebuah rumah. b). Dijalan umum; c). Didalam kereta api atau trem yang sedang berjalan; Ke-2 : Dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih; Ke-3 : Yang bersalah memasuki tempat kejahatan dengan cara : a. Membongkar; b. Memanjat; c. Anak kunci palsu; d. Perintah palsu; e. Pakaian-jabatan palus. A.d.7 Kunci Palsu Pasal 100 : Dengan anak kunci palsu termasuk segala alat yang tidak diperuntukan untuk membuka kunci. Dengan demikian setiap benda atau alat yang dipergunakan untuk membuka kunci, tetapi benda atau alat itu tidak diperuntukan
67
Ibid.
untuk membuka kunci, seperti antara lain sepotong kawat, paku, besi. Pun anak kunci biasa yang sama pasnya dengan anak kunci aslinya, tetapi bukan anak kunci yang dipergunakan untuk membuka kunci oleh pemilik rumah, termasuk dalam pengertian anak kunci palsu. 68 A.d.8 Perintah Palsu Perintah palsu adalah surat perintah yang seakan-akan asli dan seakan-akan dikeluarkan oleh orang yang berwenang membuatnya berdasarkan UU atau peraturan lain. 69 A.d.9 Pakaian-Jabatan Palsu Pakaian-jabatan palsu adalah pakaian yang dipakai oleh seorang yang seakan-akan orang itu berhak atas pemakaian pakaian itu menurut peraturan yang berlaku, sedangkan orang itu tidak berhak memakainya. 70 Pasal 365 (3) : Perbuatan pencurian dengan kekerasan ini menimbulkan akibat matinya orang. Dalam ayat ini matinya orang lain merupakan akibat yang timbul karena penggunaan kekerasan. 71 Pasal 365 (4) : Hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara selama-lamanya dua puluh tahun dijatuhkan, apabila perbuatan itu 72: 1.
Menimbulkan akibat luka berat pada seseorang atau akibat matinya seseorang; dan
2.
Dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih; dan
3.
Disertai salah satu masalah tersebut dalam no.1 dan no.3 ayat 2 : 68
Ibid, Hal.23 Ibid. 70 Ibid, Hal.24 71 Ibid, Hal.27 72 Ibid, Hal.28 69
a.
No.1 : Pada waktu malam dalam sebuah rumah atau dalam pekarangan tertutup dimana berdiri sebuah rumah, dijalan umum atau didalam kereta api atau trem yang sedang bergerak.
b.
No.3 : Yang bersalah memasuki tempat kejahatan dengan cara : a) Membongkar; b) Memanjat; c) Memakai anak kunci palsu; d) Memakai perintah palsu; atau e) Memakai jabatan palsu.