BAB II PEMECAHAN MASALAH 2.1 Model Penelitian Untuk menganalisa potensi pasar CDMA di Jabodetabek, model penelitian yang diterapkan dalam Tugas Akhir ini dijelaskan pada Gambar 2.1 berikut :
Gambar 2.1 Model Penelitian Potensi Pasar Model ini dikembangkan untuk menghasilkan informasi potensi pasar yang dibutuhkan secara sistematis karena dalam model ini akan diketahui tipe-tipe variabel yang terlibat dan korelasi antar variabel secara lebih akurat (antecedent, moderating, dependent, dan independent). Model penelitian ini merupakan pengembangan dari model demand yang dikemukakan oleh Best (2005)14, yang terlihat pada Gambar 2.2 dan Technology Adoption Model (TAM) yang dikembangkan oleh Davis15 pada Gambar 2.3. 14
Roger J. Best (2005), Market-Based Management: strategies for growing customers value and profitability, 4 th Edition, Prentice Hall P
P
37
Market Demand = Awareness x Product Benefits x Price Acceptability x Product Availability x Service Experience Gambar 2.2 Persamaan Market Demand Model Best menyatakan bahwa permintaan pasar (market demand) akan ada apabila konsumen aware16 terhadap produk tersebut, memiliki afeksi positif terhadap keuntungan (benefits) yang ditawarkan melalui produk tersebut, dan berkeinginan untuk memilikinya. Keinginan tersebut akan berubah menjadi suatu pembelian apabila produk yang diinginkan tersedia (jumlah cukup dan mudah didapat) dengan harga yang terjangkau (affordable) atau rasional menurut konsumen.
Gambar 2.3. Technology Adoption Model Berdasarkan model TAM pada Gambar 2.3, pernyataan mengenai permintaan (demand) di atas dapat disederhanakan sebagai berikut : “Permintaan (demand) untuk CDMA akan tercipta/ada jika konsumen aware terhadap CDMA, memiliki keinginan untuk menggunakannya (behavioral intention to use) dan memiliki keinginan untuk membayar sesuai dengan harga yang ditetapkan (willing to pay).”
15
Davis, F.D. (1989), Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology, MIS Quarterly, vol. 13, no. 3, pp. 319-340 16 Awareness diartikan sebagai kesadaran konsumen akan adanya kebutuhan tertentu di dalam dirinya dan/atau kesadaran akan keberadaan sebuah produk yang mampu memenuhi kebutuhannya tersebut
38
Model TAM pada Gambar 2.3 lebih lanjut menyatakan bahwa keinginan untuk menggunakan (behavioral intention to use) akan tetercipta jika konsumen memiliki persepsi bahwa CDMA menawarkan fitur yang diinginkannya (perceived usefulness) dan mudah digunakan (perceived ease of use). Sedangkan keinginan untuk membayar, ditentukan oleh nilai (perceived value) yang dirasakan oleh konsumen. Nilai yang dirasakan oleh konsumen (perceived value) sendiri merupakan fungsi dari biaya (costs) dan keuntungan (benefits) dari produk menurut persepsi konsumen. Perceived benefits telah dijelaskan di atas, sedangkan persepsi mengenai biaya tergantung dari kondisi finansial konsumen dan kesetiaan (loyalty) mereka terhadap penyedia produk tersebut17. Persepsi mengenai kegunaan CDMA akan dipengaruhi oleh kesesuaian antara fungsi dan kelebihan yang ditawarkan dengan gap yang selama ini ditemukan oleh konsumen. Perceived gap merupakan kesenjangan yang terjadi antara kebutuhan konsumen (market needs) dengan teknologi yang merupakan saingan yang ada saat ini (GSM). Gap ini diasumsikan akan semakin besar seiring dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman konsumen terhadap produk teknologi saingan yang ada saat ini maupun teknologi-teknologi baru yang diulas di berbagai media, termasuk di sini adalah teknologi CDMA itu sendiri. Perceived gap akan membentuk ekpektasi di diri konsumen dan akan menjadi moderating factor saat konsumen menilai perceived benefits dari CDMA. Seperti yang disebutkan di atas, willingness to use (keinginan untuk memakai CDMA) ditentukan oleh keuntungan yang dipersepsikan konsumen (perceived benefits) mengenai teknologi ini dan persepsi kemudahan untuk digunakan (perceived ease of use). Di dalam literatur, perceived ease of use dipengaruhi oleh tingkat kesiapan (readiness) dari pengguna untuk menerima teknologi CDMA. Readiness merupakan suatu karakteristik alami dan juga merupakan mental state yang
17
Lihat Aaker, D. (1996), Brand Leadership
39
dibentuk dari pengalaman dalam penggunaan teknologi komunikasi18. Dengan demikian, kesiapan (readiness) konsumen terhadap teknologi CDMA harus dipertimbangkan pada saat konsumen mempersepsikan kegunaan CDMA. Pengertian readiness juga mencakup kesiapan infrastruktur telekomunikasi. Jika infrastruktur yang dibutuhkan telah terpasang dan mudah untuk diakses maka calon pengguna akan beranggapan bahwa teknologi yang ditawarkan relatif mudah untuk digunakan. Terlihat dalam model penelitian adanya garis panah dari kotak pengetahuan dan pengalaman terhadap produk (product knowledge & experience) ke awareness. Seperti yang disebutkan di dalam catatan kaki pada halaman 38, awareness tidak hanya diartikan sebagai kesadaran konsumen akan adanya sebuah produk di pasar, tapi juga kesadaran konsumen akan adanya kebutuhan (needs) baru atau latent needs yang perlu dipenuhi. Kesadaran yang kedua ini muncul karena bertambahnya pengetahuan konsumen mengenai produk-produk teknologi komunikasi dan pengalaman mereka selama menggunakan produk-produk tersebut selama ini. Kesimpulan dari penjelasan panjang lebar di atas dimuat di dalam Tabel 2.1. Di dalam tabel tersebut dapat dilihat kesesuaian antara variabel dalam model penelitian dengan jenis kuesioner yang dibutuhkan. Pada bagian selanjutnya akan dijelaskan cakupan pertanyaan untuk setiap variabel.
18 Parasuraman, A. and C.L. Colby (2004), Techno-Ready Marketing: how and why your customers adopt technology, New York Free Press
40
Tabel 2.1 Variable dalam Metode Penelitian No. 1.
Variabel di dalam Model Penelitian Market needs, perceived benefits, perceived ease of use dan perceived value
2.
Product knowledge
3.
Willingness to use
4.
Loyalty
5.
Consumer experience
6.
Expected features
7.
Readiness
Keterangan Di dalam Model Penelitian aspek persepsi terbagi ke dalam 4 hal seperti yang tampak di samping. Pengukuran tentang kebutuhan pasar (market needs) memberikan indikasi mengenai kebutuhan pasar yang sesungguhnya. Ketiga hal lain merupakan indikator bagi penerimaan pasar (market acceptance) terhadap CDMA. Market knowledge diarahkan pada pengetahuan konsumen mengenai beragam produk telekomunikasi di pasar. Variabel ini di dalam Model Penelitian digunakan untuk melihat korelasi antara Keinginan menggunakan (willingness to use) merupakan ukuran tentang penerimaan pasar (market acceptance), bukan kebutuhan pasar (market needs). Variabel ini mengukur keinginan untuk membayar (willingness to pay) dan menjadi indikator untuk seberapa pasar yang potensial (potential size). Dengan menggunakan istilah experience maka kita bisa merekam kebiasaan di masa kini dan juga di masa lampau (lebih fleksibel). Pengalaman menjadi antecedent bagi market readiness dan market needs. Respon mengenai ekspektasi akan diperoleh secara langsung (menanyakan ke responden) atau bisa diperoleh dari hasil analisis perceived gaps Variabel ini mencakup kesiapan mental maupun infrastruktur di lingkungan calon pengguna
Jenis Kuesioner Kebutuhan & Keinginan Pasar
Motivasi, Pengetahuan & Persepsi
Perilaku Berkomunikasi
Perilaku Berkomunikasi
Perilaku Berkomunikasi
Kebutuhan & Keinginan Pasar
Kesiapan Teknologi
41
2.2 Cakupan Pertanyaan tiap Variabel Penelitian 2.2.1 Pengukuran yang Berhubungan dengan Kebutuhan CDMA 2.2.1.1 Market Needs Layanan CDMA memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan layanan GSM, yaitu suara yang lebih jernih, tarif yang lebih murah, harga handset yang lebih terjangkau dengan program bundling dari operator, kecepatan transmisi data (153,6 kbps) lebih tinggi dibanding GSM/GPRS (115 kbps), anti jamming. Keunggulan-keunggulan tersebut menjawab kebutuhan akan komunikasi yang handal dan murah, baik suara maupun data. Namun demikian, kebutuhan yang sesungguhnya dirasakan oleh konsumen bisa berbeda dari apa yang dibayangkan. Oleh karena itu, data-data di bawah ini diperlukan untuk mengetahui tingkat kebutuhan konsumen dalam melakukan kegiatan telekomunikasi: -
Jenis
layanan
telekomunikasi
yang
dibutuhkan
(komunikasi
suara/sms/data/video) -
Model tarif yang diinginkan (berdasarkan waktu atau paket sepuasnya)
-
Fitur tambahan yang ingin ada (ringback tone, mobile banking, internet)
-
Tingkat kemudahan dalam mengisi ulang pulsa (voucher fisik, evoucher)
-
Bonus/hadiah/rewards yang diinginkan
-
Kualitas layanan yang mencakup availability, reliability, accuracy, timeliness dan responsivenesss
2.2.1.2 Consumer Experience (Behavior) dan Product Knowlegde Existing behavior dari target pasar yang dituju perlu dipahami dalam memperkenalkan sebuah produk yang sedang kita fokuskan. Hal ini dikarenakan produk yang sedang kita fokuskan untuk masuk ke pasar dengan basis teknologi harus dipandang sebagai bukan sebagai satu ‘goods’ yang ditawarkan untuk kemudian diadopsi oleh pasar saja, melainkan sebagai
42
sebuah ‘set of variables’ (misalnya : jenis teknologi yang ditawarkan, terminal yang dibutuhkan serta nilai kegunaannya), sehingga dalam memperkenalkan produk yangsedang kita fokuskan tersebut, sebuah perusahaan/operator telekomunikasi harus memposisikannya agar sesuai dengan pola penggunaan yang ada saat ini. Pengertian perusahaan terhadap perilaku pasar menjadi penting terutama karena produk berteknologi yang sedang kita fokuskan tersebut bisa dianggap hal yang baru bagi pasar (CDMA dibanding GSM yang sudah ada) di mana konsumen perlu untuk mengubah pola dan kebiasaan yang selama ini mereka lakukan, dan konsumen harus dibuat yakin bahwa produk yang kita fokuskan tersebut akan memenuhi kebutuhan mereka secara lebih baik. Landasan teori untuk menganalisa perilaku konsumen terhadap suatu produk disajikan oleh studi tentang perilaku konsumen. Teori tersebut menyatakan bahwa terdapat tiga elemen analisis yang harus diteliti untuk memahami konsumen dan memilih strategi untuk mempengaruhi perilaku mereka, seperti yang terlihat pada Gambar 2.4.
Consumer Affect & Cognition
Consumer Behavior
Consumer Environment
Gambar 2.4. Model perilaku konsumen ‘Afeksi’ konsumen berhubungan dengan perasaan mereka terhadap suatu stimuli (like/dislike), sedangkan ‘Kognisi’ konsumen berhubungan dengan pemikiran dan belief mereka terhadap suatu produk, yang mencerminkan pengetahuan mereka tentang produk yang ditawarkan tersebut.
43
Perilaku konsumen dalam model di atas berhubungan dengan perilaku overt/terbuka dari konsumen yang dapat diukur, berbeda dengan proses pemikiran/perasaan yang telah dijelaskan di atas. Lingkungan konsumen berhubungan dengan semua faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pemikiran, perasaan dan perbuatan konsumen. Dari landasan teori di atas maka hal-hal berikut ini perlu dianalisis untuk mengetahui perilaku (experience) dari konsumen yang terkait dengan penggunaan layanan CDMA : 1. Afeksi dan kognisi konsumen: -
Perasaan dan persepsi konsumen terhadap layanan CDMA
-
Faktor importance of choice konsumen dalam memilih/ menggunakan layanan CDMA
-
Cara konsumen menginterpretasikan informasi mengenai layanan CDMA
-
Reaksi konsumen terhadap stimuli pemasaran yang ada saat ini tentang layanan CDMA
-
Pengetahuan konsumen tentang jenis dan kegunaan dari layanan CDMA
2. Perilaku konsumen: -
Perilaku konsumen dalam menggunakan, terbagi menjadi: i. Kebiasaan yng berhubungan dengan layanan yang paling sering dan jarang digunakan ii. Kebiasaan yang berhubungan dengan frekuensi pemakaian (suara, sms, internet) iii. Kebiasaan yang berhubungan dengan lokasi pemakaian (dalam kota, dibawa keluar kota) iv. Kebiasaan
yang
berhubungan
dengan
banyaknya
pemakaian (isi pulsa) -
Perilaku konsumen dalam mencari/mengunjungi outlet penjualan produk CDMA (kartu, voucher) 44
-
Perilaku konsumen dalam membeli produk CDMA (kartu, voucher)
-
Perilaku post-purchase communication konsumen tentang layanan CDMA (misalnya : memberi tahu orang lain, pemanfaatan layanan purna jual)
3.
Lingkungan konsumen: -
Pengaruh budaya/gaya hidup terhadap pemilihan/penggunaan layanan CDMA.
-
Pengaruh interpersonal influences dalam pemilihan/penggunaan layanan CDMA.
-
Pengaruh
lingkungan
strata
sosial
konsumen
terhadap
pemilihan/penggunaan layanan CDMA -
Pengaruh
reference
groups
konsumen
terhadap
pemilihan/penggunaan layanan CDMA -
Pengaruh keluarga terhadap keputusan pemilihan/penggunaan layanan CDMA
2.2.1.3 Expected Features Kunci dari pengukuran ekspektasi adalah pengukuran mengenai perceived gaps antara kebutuhan (needs) dengan layanan teknologi saingan (competing technologies) yang ada saat ini di pasar (GSM). Dengan mengetahui bagaimana layanan teknologi saingan yang ada memenuhi kebutuhan konsumen dapat diketahui hal-hal apa yang masih kurang dan menjadi ekspektasi konsumen terhadap teknologi yang kita fokuskan (CDMA). Dengan demikian, pengukuran mengenai ekspektasi akan dilakukan dengan cara mengetahui persepsi konsumen tentang layanan teknologi saingan yang ada saat ini dalam dimensi yang sama dengan saat kita mengukur kebutuhan mereka seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Perceived gaps menunjukkan tingkat kepuasan konsumen terhadap layanan teknologi saingan saat ini. Hal ini akan ditentukan oleh budaya (culture), 45
norma, etika, agama (sub-culture), tingkat pendidikan, tingkat kemampuan daya beli masyakat dan beberapa variabel lainnya. Variabel-variabel determinan ini merupakan variabel data personal yang akan dimasukkan ke dalam kuesioner. 2.2.2 Pengukuran yang Berhubungan dengan Market Acceptance 2.2.2.1 Pengukuran willingness to use layanan baru Hal ini merupakan pendapat secara keseluruhan (overall opinion) dari calon pengguna mengenai kesediaannya untuk menggunakan layanan baru tersebut. Pertanyaannya yang relevan untuk hal ini adalah sebagai berikut: o Seberapa besar ketertarikan konsumen terhadap produk CDMA o Seberapa besar keinginan mereka untuk memakai produk CDMA o Seberapa cepat mereka ingin merealisasikan keinginan tersebut 2.2.2.2 Perceived Benefits Teknologi CDMA bisa diterapkan sebagai layanan seluler (full mobility) maupun akses nirkabel tetap/FWA (fixed wireless access), dengan suara yang lebih jernih dan tarif yang lebih murah dibandingkan GSM. Walaupun FWA, namun beberapa operator telah menerapkan layanan roaming ke daerah lainnya. Sehubungan dengan uraian di atas, perlu dilakukan pengukuran mengenai perceived benefits dari fitur yang ditawarkan oleh CDMA di bawah ini: o Benefit untuk mendapatkan suara yang lebih jernih o Benefit untuk mendapatkan tarif yang lebih murah o Benefit untuk mendapatkan mobilitas yang lebih tinggi o Benefit untuk mendapatkan kemampuan upload/download data yang lebih besar o Benefit untuk melakukan video call secara lebih reliabel dan real time o Benefit untuk melakukan roaming lokal Masih ada beberapa benefits lain yang perlu dipersepsikan oleh konsumen. 46
2.2.2.3 Product Knowledge Terkait dengan perceived benefits adalah pengetahuan mengenai produk yang ditawarkan. Semakin sedikit pengetahuan tentang produk, semakin sulit konsumen mengapresiasi produk tersebut. Pengukuran tentang pengetahuan produk diperlukan agar hasil dari perceived benefits tidak bias. Bisa saja konsumen menyatakan bahwa perceived benefits dari CDMA rendah karena mereka sendiri belum mengetahui dengan baik apa itu CDMA dan apa yang menjadi kelebihannya. Beberapa pertanyaan di bawah ini dapat digunakan untuk mengetahui kedalaman pengetahuan konsumen mengenai produk CDMA : o Pengenalan konsumen terhadap berbagai produk CDMA o Pengenalan konsumen terhadap berbagai benefits CDMA o Perbedaan yang signifikan di antara produk-produk/layanan CDMA dari
beberapa
karakteristik
yang
biasa
digunakan
untuk
mengidentifikasi sebuah layanan CDMA (konsumen diminta untuk meranking produk-produk tersebut) o Cara konsumen mencari/mendapatkan informasi mengenai layanan CDMA o Sumber informasi konsumen mengenai layanan CDMA 2.2.2.4 Perceived Ease of Use Hal ini merupakan persepsi dari pelanggan atas penggunaan layanan CDMA. Untuk mengukurnya, kita bisa membuat pernyataan mengenai proses layanan CDMA termasuk alat-alat yang diperlukan (scope dari proses dan jenis alat akan ditentukan kemudian) dan meminta konsumen untuk menyatakan persepsinya seandainya ia harus menjalani proses tersebut. 2.2.2.5 Readiness Produk baru tidak serta merta diterima oleh pasar, apalagi produk berbasis teknologi. Setiap orang memiliki tingkat kesiapan yang berbeda untuk 47
menerima dan menggunakan produk baru. Tingkat kesiapan konsumen dapat meningkatkan pengaruh perceived ease of use sehingga pengaruh variabel ini semakin kuat terhadap willingness to use. Sebagian orang cepat sekali mengadopsi suatu jenis produk tetapi lambat dalam menggunakan produk jenis lainnya. Parasuraman (2000) mengemukakan bahwa kesiapan seseorang ditentukan dari empat faktor, yakni innovativeness, optimism, discomfort dan insecurity. Dua faktor yang pertama merupakan faktor pendorong kesiapan seseorang sementara dua yang lainnya adalah faktor penghambat terbentuknya kesiapan. Alat ukur yang dikembangkan oleh Parasuraman untuk mengukur tingkat readiness individu dalam mengadopsi teknologi akan digunakan di dalam penelitian ini. Selain kesiapan secara individu, faktor lingkungan pun diukur untuk mengetahui kesiapan pasar secara menyeluruh. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh hubungan dinamis faktor-faktor personal, lingkungan dan perilaku. Teori ini menjadi dasar pengaruh lingkungan dapat mempengaruhi perilaku seseorang untuk menerima dan menggunakan teknologi. Kesiapan responden untuk menggunakan layanan CDMA akan diukur dengan menggunakan indeks innovativeness yang dikembangkan oleh Parasuraman. Dukungan lingkungan akan diukur dengan mengembangkan kuesioner yang sesuai berdasarkan Social Cognitive Theory. 2.2.2.6 Pengukuran Willingness to Pay Willingness to pay merupakan ukuran dari kesediaan konsumen untuk membayar sejumlah tertentu biaya sebagai konsekuensi dari konsumsi suatu produk/jasa. Ia biasanya dinyatakan juga dalam range harga yang dianggap masih reasonable oleh konsumen. Pengukuran willingness to pay yang disarankan adalah sebagai berikut: o Willingness untuk dibebani pembayaran komponen biaya instalasi dan range harga yang dianggap masih relevan 48
o Willingness untuk dibebani pembayaran komponen biaya berlangganan dan range harga yang dianggap relevan o Willingness untuk dibebani pembayaran komponen biaya download atau transmisi data dan range harga yang dianggap masih relevan o Willingness untuk dibebani pembayaran komponen biaya administrasi dan range harga yang dianggap relevan o Willingness untuk dibebani pembayaran komponen biaya penutupan dan range harga yang dianggap masih relevan 2.2.2.7 Pengukuran Perceived Value Untuk menghindari penilaian yang bias atas willingness to pay, maka perlu ditempuh pendekatan lain, yakni dengan cara mengukur nilai yang dipersepsi (perceived value) dari keputusan untuk berlangganan CDMA. Dengan pendekatan ini, konsumen akan ditanyakan pendapatnya tentang kemungkinan bahwa dia akan mendapatkan pembebanan yang lebih sebagai imbalan kemampuan layanan yang meningkat (misalnya : biaya berlangganan CDMA 1.5x lebih mahal daripada GPRS karena kemampuan transfer data yang meningkat 1.5x lipat). Dengan cara ini konsumen akan selalu diminta untuk memperhatikan benefits yang ditawarkan saat memberikan jawabannya tentang willingness mereka untuk membayar komponen-komponen biaya tertentu. 2.2.2.8 Financial Situation Situasi finansial yang diwakili oleh jenis pekerjaan, pendapatan, pengeluaran, biaya telekomunikasi bulanan, bisa menjadi moderating factor bagi willingness to pay. Seseorang dengan SES B, misalnya, pada umumnya cenderung kurang tertarik untuk membayar biaya langganan yang relatif tinggi dibandingkan seseorang dengan SES A.
49
2.2.2.9 Kesetiaan pada Operator Tertentu (Loyalty to Certain Operator) Kesetiaan pelanggan pada operator tertentu perlu menjadi pertimbangan ketika hendak
meluncurkan
sebuah
produk
layanan
baru
karena
hal
ini
mempengaruhi kemauan pelanggan tersebut untuk menggunakan layanan yang ditawarkan oleh operator tersebut dan kemauan untuk melakukan pembelian layanan yang disediakan oleh sebuah operator. Kesetiaan pada operator tertentu adalah derajat di mana pelanggan menunjukkan prilaku pembelian berulang pada operator yang sama, memiliki prilaku
yang
cenderung
positif
terhadap
operator,
dan
hanya
mempertimbangkan untuk menggunakan operator tersebut ketika muncul kebutuhan akan suatu jasa tertentu. Kesetiaan terhadap operator juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu biaya untuk pindah operator (switching cost), ketersediaan produk substitusi, keterikatan sosial dengan operator, persepsi resiko yang dihubungkan dengan pembelian, dan kepuasan yang diperoleh dari pembelian sebelumnya. Dari pengertian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka data yang diperlukan meliputi : o Penggunaan pelanggan akan layanan sejenis CDMA pada saat ini o Kepuasan pelanggan akan pelayanan CDMA yang diberikan oleh operator yang saat ini digunakan o Ada tidaknya pertimbangan untuk menggunakan layanan sejenis CDMA yang disediakan oleh operator lain o Ada tidaknya keinginan pelanggan untuk merekomendasikan atau mengajak teman dan keluarganya untuk menggunakan operator penyedia layanan sejenis CDMA yang digunakan pelanggan pada saat ini o Prioritas pemilihan operator penyedia layanan sejenis CDMA yang digunakan pelanggan pada saat ini o Minat pelanggan untuk menggunakan layanan lain dari operator penyedia layanan sejenis CDMA yang digunakan saat ini
50
2.2.2.10 Pengukuran Perceived Service Perceived service merupakan salah satu komponen yang menentukan market demand. Pengukuran perceived service dilakukan dari mengukur persepsi mengenai layanan teknologi yang sedang difokuskan (focused technology), yakni CDMA. Data yang diperlukan meliputi : o Tingkat kepuasan pelanggan terhadap layanan CDMA yang mereka gunakan o Pendapat pelanggan mengenai tingkat daya saing layanan CDMA terhadap GSM Perceived service juga dipengaruhi oleh expected gap yang terdiri dari variabel market needs, perceived gap dan competing technologies. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran expected gap dengan mendapat datadata sebagai berikut : o Layanan yang menjadi concern dan prioritas pertama dibutuhkan oleh pelanggan o Pendapat pelanggan mengenai layanan yang diberikan oleh competing technologies. 2.2.2.11 Pengukuran Community Influences Sebagian pelanggan memilih suatu produk atau jasa yang akan digunakannya masih melihat apakah produk atau jasa tersebut sudah banyak digunakan oleh pelanggan yang lain atau tidak, terlebih lagi oleh orang dekat atau orang sekelilingnya yang sering mereka berkomunikasi. Inilah yang disebut dengan pengaruh komunitas (community influences) pada seseorang dalam menentuka produk/jasa yang akan digunakan. Community influences menjadi salah satu variable bagi dari willingness to use, selain variabel lainnya, seperti perceived ease of use dan perceived benefits.
51
Data yang dibutuhkan, yaitu : o Komunitas apa yang dimiliki oleh responden o Seberapa besar pengaruh komunitas tersebut bagi responden dalam menentukan pilihan produk/jasa telekomunikasi.
2.3 Metodologi Pemecahan Masalah Tahapan metodologi dalam pemecahan masalah adalah sesuai Flow Chart pada Gambar 2.5. Dimulai dengan langkah Perumusan Masalah yang telah diungkapkan pada Bab sebelumnya, yaitu menentukan potensi dan karakteristik pasar layanan CDMA di Jabodebatek. 2.3.1 Pengembangan Model dan Variabel-Variabel Penelitian Pemecahan masalah dimulai dengan mengembangkan model penelitian dan variabelvariabel penelitian yang digunakan seperti yang sudah diuraikan pada Gambar 2.1. Studi literatur dibutuhkan dalam pengembangan model penelitian dan variabelvariable untuk menganalisa potensi pasar layanan CDMA di Jabodetabek. 2.3.2 Disain Survey Jenis penelitian yang digunakan dalam Proyek Akhir ini yaitu penelitian deskriptif (descriptive research) yang merupakan penelitian konklusif (conclusive research). Penelitian konklusif adalah penelitian yang didisain untuk membantu pengambil keputusan dalam menentukan, mengevaluasi, dan memilih tindakan yang terbaik dalam situasi tertentu (given situation). Metode yang digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif dalam penelitian deskriptif ini yaitu dengan menggunakan metode survey. Metode survey yaitu cara mendapatkan informasi dari sejumlah sampling responden yang diberikan sejumlah pertanyaan dan dapat dilakukan melalui interview via telepon, personal, kuesioner, maupun elektronik (email, internet/Web). Dalam Proyek Akhir ini, digunakan metode survey melalui kuesioner. Disain survey terdiri dari disain kuesioner dan disain sampling responden.
52
Gambar 2.5 Metodologi Pemecahan Masalah
2.3.2.1 Disain Kuesioner Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan pertanyaan kepada responden, dengan harapan responden akan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Kuesioner dapat bersifat : 1. Terbuka : apabila jawaban tidak ditentukan sebelumnya. 2. Tertutup: apabila ada alternatif-alternatif jawaban yang sudah ditetapkan
53
Metode kuesioner ini dipilih karena kuesioner merupakan alat ukur yang paling tepat untuk mengetahui potensi dan karakteristik konsumen, selain itu untuk kemudahan dalam proses pengolahan data. Tipe kuesioner yang digunakan pada Proyek Akhir ini adalah kuesioner tertutup dan terbuka karena ada sebagaian pertanyaan yang menggunakan pilihan jawaban terbuka di mana jawaban tergantung dari pendapat masing-masing responden. Terdapat empat macam skala pengukuran yang biasanya dipakai untuk merancang suatu kuesioner, yaitu : 1. Nominal : Skala pengukuran nominal digunakan untuk mengklarifikasikan obyek, individual atau kelompok. Sebagai contoh adalah mengklasifikasikan jenis kelamin, agama, pekerjaan dan area geografis. Dalam mengidentifikasikan hal-hal tersebut, digunakan angka-angka sebagai simbol. Hasil analisis dipresentasikan dalam bentuk persentase. 2. Ordinal : Adalah suatu skala perangkingan. Angka-angka ditetapkan pada suatu obyek atau individu tertentu sehingga peneliti bisa menentukan apakah obyek atau individu tersebut memiliki lebih atau sedikit karakteristik dari lainnya. Contoh : ranking kualitas, ranking team-team di turnamen, tingkatan pendidikan. 3. Interval : Skala yang mengunakan angka-angka untuk merangking obyek di mana jarak yang sama secara numerik pada skala menunjukkan jarak yang sama pada karakteristik yang diukur. Contoh : rating kesukaan (mulai dari 1 = sangat tidak suka, sampai dengan 7 = suka sekali). Skala Likert termasuk dalam skala interval (non-comparative scales). 4. Rasio : Pengukuran rasio biasanya dalam bentuk perbandingan antara satu individu atau obyek tertentu dengan lainnya.
54
Ilustrasi keempat macam skala pengukuran di atas terlihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Ilustrasi Skala Pengukuran pada Olah Raga Lari SKALA
Keterangan
Pelari
Pelari
Pelari
Nominal
Nomor yang diberikan
17
21
13
Ketiga
Kedua
Pertama
74
90
97
16.1
14.0
13.2
FINISH
ke pelari Ordinal
Ranking pelari
Interval
Rating kinerja skala 0100
Rasio
Waktu finish (detik)
Skala pengukuran yang akan digunakan pada kuesioner dalam Projek Akhir ini adalah skal pengukuran nominal dan ordinal. Skala ini digunakan untuk pertanyaanpertanyaan yang sekiranya dapat diberikan alternatif jawaban untuk memilih (multiple choice). Sedangkan untuk mengukur persepsi konsumen terhadap layanan CDMA, skala pengukuran yang digunakan yaitu Skala Likert. Skala Likert merupakan teknik pengukuran sikap di mana memungkinkan responden untuk mengekspresikan intensitas perasaan mereka. Pertanyaan yang diberikan adalah pertanyaan yang tertutup, di mana pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah sampai paling tinggi. Pada kuesioner ini, skala dirancang untuk mengukur tingkat persetujuan terhadap layanan CDMA secara umum. Pilihan jawaban dibuat dalam 5 pilihan, yaitu sangat baik, baik, cukup baik, buruk, sangat buruk. 2.3.2.2 Jumlah Macam Kuesioner Pada Penelitian Proyek Akhir ini dibuat 4 macam kuesioner, yaitu : o Kuesioner Perilaku Berkomunikasi o Kuesioner Kebutuhan-Keinginan Pasar o Kuesioner Motivasi, Pengetahuan & Persepsi o Kuesioner Kesiapan Teknologi (technology readiness) Masing-masing tipe kuesioner didistribusikan ke jumlah responden, segment responden, dan wilayah di Jabodetabek yang sama dalam waktu yang berbeda.
55
2.3.2.3 Populasi Obyek Penelitian Penelitian
mengambil
responden
pada
masyarakat
yang
memiliki
sarana
telekomunikasi di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). 2.3.2.4 Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sample dilakukan secara acak (random) kepada masyarakat yang memiliki sarana telekomunikasi di Jabodetabek dengan memberikan kuota sampling untuk masing-masing segmen responden sebagai berikut : o Masyarakat Umum
: 40%
o Karyawan
: 30%
o Mahasiswa
: 20%
o Pelajar
: 10%
o Total
: 100%
Komposisi persentase segmen responden ini tetap untuk semua macam kuesioner yang disebar. Penentuan besar kuota sampling (persentase) per segmen respoden didasarkan pada komposisi segmen penduduk di Jabodetabek saat ini sesuai yang tertera di Tabel 2.3 di mana diambil contoh komposisi penduduk DKI Jakarta karena DKI Jakarta memiliki jumlah penduduk terbesar di Jabodetabek, yaitu 57% (Tabel 2.4) dan jumlah responden 60% berasal dari DKI Jakarta.
56
Tabel 2.3 Komposisi Segmen Penduduk DKI Jakarta19 Segmen Penduduk
Masyarakat Umum
Karyawan
Mahasiswa Pelajar
Umur
Jumlah (dalam ribuan)
25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 Subtotal 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 Sub Total 15-19 20-24 Sub Total 10-14 Sub Total
689 522 414 415 327 2,367 544 345 522 414 208 163 1,651 763 272 1,035 710 710
TOTAL
5,763
Komposisi
41%
29%
18% 12% 100%
2.3.2.5 Ukuran dan Distribusi Sampel Penentuan ukuran atau jumlah sample dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin berikut ini : n=
N___ __ 1 + N (e)2
di mana n = jumlah sample N = jumlah populasi e = tingkat error Jumlah populasi Jabodetabek tahun 2006 sebesar 8,961,680 jiwa (BPS). Dengan menggunakan rumus dan nilai error yang diharapkan yaitu sebesar 5 %, maka jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : n=
8,961,680___ 1 + 8,961,680 (0.05)2
n = 399.98 n = 400 19
Diolah dari Proyeksi Penduduk DKI Jakarta Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008-2013, http://www.datastatistik-indonesia.com, diakses tgl. 10 Juni 2008 jam 08.46 WIB
57
Untuk mendapatkan data yang lebih akurat, dalam Proyek Akhir ini dilakukan sampling sebanyak 1,000 responden untuk setiap jenis Kuesioner yang didistribusikan ke 10 wilayah di Jabodetabek, yaitu : o Inner Pusat
: 100
o Pusat
: 100
o Utara
: 100
o Barat
: 100
o Selatan
: 100
o Timur
: 100
o Bekasi
: 100
o Depok
: 100
o Bogor
: 100
o Tangerang
: 100
o Total
: 1000
Kuota sampling per wilayah ini (10% dari total sampling) dihitung berdasarkan persentase jumlah penduduk Jabodetabek (Gambar 2.6) di mana rata-rata persentasenya sebesar 10% dari total penduduk Jabodetabek untuk tiap wilayah. Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Jabodetabek20
Wilayah Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur Kota Bekasi Kota Depok Kota Bogor Kota Tangerang Total
Jumlah Penduduk 872,660 1,184,408 1,570,474 1,744,702 2,167,713 1,994,850 1,373,860 844,778 1537244 13,290,689
20
Olahan dari berbagai sumber : http://kependudukancapil.jakarta.go.id; http://www.tangerangkab.go.id; http://regionalinvestment.com; http://jabar.bps.go.id diakses pada tgl 9 Juni 2008 jam 20.07 WIB
58
Persentase Jumlah Penduduk Jabodetabek per Wilayah
7%
12% 6%
9% 12%
10%
13%
15% 16%
Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Timur Kota Depok Kota Tangerang
Jakarta Utara Jakarta Selatan Kota Bekasi Kota Bogor
Gambar 2.6 Jumlah Penduduk Jabodetabek
59
60