BAB II NILAI-NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Nilai-nilai Pendidikan Antikorupsi 1. Pengertian Korupsi Kata korupsi berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus”. Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris),
“corruption”
(Perancis)
dan
“corruptie/korruptie”
(Belanda). Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.1 Suap dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah risywah yaitu pemberian yang diberikan seseorang kepada hakim, pejabat atau lainnya untuk memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk memperoleh kedudukan. Dalam arti luas, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk kepentingan pribadi. Intinya, perbuatan suap merupakan korupsi walau dalam
1
Nanang T Puspito, et al., Pendidikan Antikorupsi untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2011), hlm. 36.
24
25
pengertian tersebut hanya dilakukan oleh satu orang yang bermasalah terhadap pemerintah.2 Kartono
sebagaimana
dikutip
oleh
Agus
Wibowo
memandang korupsi sebagai tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan, guna mengambil keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Sementara itu KPK mendefinisikan korupsi sebagai semua penyalahgunaan penggunaan kewenangan yang menyebabkan kerugian negara dan oleh karena itu dianggap sebagai tindak pidana. Berdasarkan definis KPK tersebut, penyalahgunaan kewenangan berbentuk: a. Suap menyuap b. Penggelapan dalam jabatan c. Perbuatan pemerasan d. Perbuatan curang, dan e. Benturan kepentingan dalam pengadaan. Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa korupsi merupakan penyalahgunaan wewenang yang ada pada seseorang khususnya pejabat atau pegawai negeri, demi keuntungan pribadi, keluarga, rekanan, dan teman atau kelompoknya. Korupsi merupakan perilaku tercela sekaligus patut menjadai musuh bersama. Karena korupsi tidak saja menghambat pembangunan, tetapi juga merugikan negara,
2
63.
Muhamad Nurdin, Pendidikan Antikorupsi (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm.
26
merusak
sendi-sendi
kebersamaan,
dan
mengkhianati
cita-cita
perjuangan bangsa.3 2. Konsep Pendidikan Antikorupsi Korupsi harus dihentikan dan dapat dimulai dengan gerakan memutus mata rantai korupsi sejak usia dini melalui pendidikan. Pendek kata, korupsi harus mulai diberantas dari akar-akarnya melalui pendidikan, khususnya pendidikan antikorupsi. Penerapan pembinaan antikorupsi pada jalur pendidikan sangat penting untuk diwujudkan, karena melalui pendidikan inilah berlangsung pembinaan terhadap generasi
muda.
Apabila
satuan
pendidikan
dalam
proses
penyelenggaraan pendidikannya menanamkan dan membina sikap anti-korupsi maka akan melahirkan generasi yang dapat mengatakan TIDAK untuk korupsi. Sejak tahun 2012 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi membuat program pendidikan antikorupsi, dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Kemendikbud juga sudah menyusun modul untuk kurikulum antikorupsi. Adapun target Kemendikbud di mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan di sekolah dasar hingga ke tingkat perguruan tinggi.4
3
Agus Wibowo, Pendidian Antikorupsi di Sekolah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013),
4
Agus Wibowo, Op.Cit., hlm. 34.
hlm. 18.
27
Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilainilai antikorupsi. Dalam proses tersebut, maka pendidikan anti korupsi bukan sekedar media bagi transfer pengalihan pengetahuan (kognitif), namun juga menekankan pada upaya pembentukan karakter (afektif), dan kesadaran moral dalam melakukan perlawanan (psikomotorik), terhadap penyimpangan perilaku korupsi.5 3. Konsep Nilai-nilai Pendidikan Antikorupsi Pendidikan pada hakekatnya suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus.6 Sedangkan, korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan
kekuasaan
dalam
jabatan
karena
pemberian,
menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.7
5 6 7
Ibid., hlm. 38. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hlm. 70
Tim Penulis Buku Pendidikan Antikorupsi, Pendidikan Antikorupsi untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Bagian Hukum Kepegawaian, 2011), hlm. 24.
28
Jadi, nilai-nilai pendidikan antikorupsi adalah nilai-nilai yang ditanamkan dalam pendidikan untuk membentuk dan membangun anak menjadi generasi yang antikorupsi melalui pendidikan. Sebagai
bagian dari
pendidikan karakter,
pendidikan
antikorupsi bukan merupakan bagian tersendiri dari pendidikan pada umumnya. Singkatnya, kurikulum pendidikan antikorupsi merupakan bagian dari kurikulum pendidikan itu sendiri. Dengan demikian, pihak sekolah, tidak perlu membuat kurikulum baru, tetapi cukup mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan antikorupsi dalam kurikulum yang sudah ada. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat
nilai-nilai
yang
diinternalisasikan
dalam
pendidikan
antikorupsi yaitu: 8 Tabel 1 Nilai-nilai Pendidikan Antikorupsi No.
Nilai
Deskripsi
1.
Kejujuran
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
2.
Kepedulian
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
8
Op.cit., hlm. 44.
29
3.
Kemandirian
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung
pada
orang
lain
dalam
menyelesaikan tugas-tugas. 4.
Kedisiplinan
tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5.
Tanggungjawab
Tindakan yang menunjukkan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
hyang
seharusnya
dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa 6.
Kerja keras
Perilaku
yang
menunjukkan
sungguh-sungguh
dalam
upaya
mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta mneyelesaikan
tugas
dengan
sebaik-
baiknya. 7.
Kesederhanaan
Bersahaja, sikap dan perilakuyang tidak berlebihan, tidak banyak seluk beluknya, tidak banyak pernik, lugas, apa adanya, hemat, sesuai kebutuhan dan rendah hati.
8.
Keberanian
Mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi
30
bahaya, kesulitan, dan sebagainya. (tidak takut, gentar, kecut) dan pantang mundur. 9.
Keadilan
Sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak atau tidak pilih kasih, atau berpegang kepada kebenaran, sepatutnya, tidak sewenang-wenang, seimbang, netral, objektif, dan proporsional.
Nilai-nilai pendidikan antikorupsi ini merupakan bagian dari pendidikan karakter. Tujuan akhir pendidikan antikorupsi adalah perilaku berdasarkan nilai-nilai positif yang diterapkan dalam lingkungan sosial kemasyarakatan.9 Pendidikan antikorupsi memadukan KSVA, yaitu unsur pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), nilai (value), serta perilaku (attitude) yang dapat mempersiapkan siswa agar menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dalam setiap sikap dan perilkunya. Materi yang diangkat dalam pendidikan antikorupsi memusatkan diri pada 9 karakter, yaitu:10 a. Tanggungjawab (merupakan nilai inti bagi siswa) b. Disiplin (merupakan nilai inti bagi siswa) c. Jujur (merupakan nilai inti bagi siswa)
9
David Wijaya, Pendidikan Antikorupsi untuk Sekolah dan Perguruan Tinggi (Jakarta: Penerbit Indeks, 2014), hlm. 85. 10 Ibid., hlm. 86
31
d. Sederhana (merupakan etos/gaya hidup yang harus dimiliki generasi penerus) e. Kerja keras (merupakan etos/gaya hidup yang harus dimiliki generasi penerus) f. Mandiri (merupakan etos/gaya hidup yang harus dimiliki generasi penerus) g. Adil (merupakan sikap kepada orang lain) h. Berani (merupakan sikap kepada orang lain) i. Peduli (merupakan sikap kepada orang lain) Dengan mengintegrasikan sembilan nilai antikorupsi ke dalam proses belajar siswa, diharapkan siswa mampu berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dan pada akhirnya akan bersikap antikoruptif. Integrasi nilai-nilai antikorupsi ini tidak sebatas pada penyertaannya ke dalam mata pelajaran, tetapi perlu diberikan di seluruh jenjang pendidikan. Nilai-nilai antikorupsi hendaknya selalu direfleksikan ke dalam setiap proses pembelajaran, baik yang bersifat intrakurikuler
maupun
ekstrakurikuler.
Tabel
3
dibawah
ini
menjelaskan indikator nilai-nilai pendidikan antikorupsi berdasarkan sembilan nilai antikorupsi.11
11
Ibid., hlm. 87.
32
Tabel 2 Indikator Nilai-nilai Pendidikan Antikorupsi Nilai-nilai Jujur
Indikator
Selalu berbicara dan berbuat sesuai dengan fakta (konsisten)
Tidak melakukan perbuatan curang
Tidak berbohong
Tidak mengakui hak milik orang lain sebagai miliknya
Disiplin
Berkomitmen untuk selalu berperilaku konsisten dan berpegang teguh pada aturan yang ada dalam semjua kegiatan
Tanggung jawab
Selalu menyelesaikan pekerjaan atau tugas-tugas secara tuntas dengan hasil terbaik
Kerja keras
Selalu berupaya untuk menuntaskan suatu pekerjaan dengan hasil terbaik
Menghindari perilaku instan jalan pintas) yang mengarah pada kecurangan
Sederhana
Selalu berpenampilan apa adanya, tidak berlebihan, tidak pamer, tidak ria
Mandiri
Selalu menuntaskan pekerjaan tanpa
33
mengandalkan bantuan dari orang lain
Tidak menyuruh-nyuruh atau menggunakan kewenangannya untuk menyuruh orang lain terhadap sesuatu yang mampu dikerjakan sendiri
Adil
Berani
Selalu menghargai perbedaan
Tidak pilih kasih
Berani jujur
Berani menolak ajakan untuk berbuat curang
Peduli
Berani melaporkan adanya kecurangan
Berani mengakui kesalahan
Menjaga diri dan lingkungan agar tetap konsisten dengan aturan yang berlaku
Selalu berusaha unutk menjadi teladan dalam menegakkan disiplin, kejujuran, dan tanggung jawab bersama
34
B. Nilai-nilai Pendidikan Antikorupsi dalam Pendidikan Agama Islam 1. Nilai-nilai Islami dalam Pendidikan Antikorupsi Nilai-nilai Islami pengembangan kurikulum pembelajaran pendidikan agama Islam bagi peserta didik, sengaja diambil intisarinya dari 99 sifat Allah yang terdapat dalam Al Quran yaitu asmaul husna, diantaranya: a. Nilai-nilai Islami dalam Kejujuran Kejujuran adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah (al Mukmin). Jujur berasal dari bahasa Arab, yaitu shiddiq, hadirnya suatu kekuatan yang dapat melepaskan dari sikap dusta atau tidak jujur, baik kepada Tuhannya, kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain. Jujur
berarti
berani
menyatakan
keyakinan
pribadi
menunjukkan siapa dirinya. Kejujuran adalah modal dasar dalam kehidupan bersama. Ketidakjujuran jelas akan menghancurkan komunitas bersama. Anak didik perlu belajar bahwa berlaku tidak jujur adalah sesuatu yang amat buruk. Kejujuran adalah prinsip etik yang paralel dengan agama sebagai antitesis terhadap kecurangan dan kemunafikan. Sekali lagi kejujuran itu sangat mahal harganya.12
12
40
Muhammad Nurdin, Pendidikan Antikorupsi (Yogyakarta: Ar Ruzz Meida, 2014), hlm.
35
b. Nilai-nilai Islami dalam Tanggung Jawab dan Amanah Tanggung jawab adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah (al Wakiil). Dan amanah adalah segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia, baik yang menyangkut hak dirinya, hak orang lain maupun hak Allah. Dalam konteks ajaran Islam, korupsi merupakan tindakan yang bertentangan dengan prinsip keadilan, akuntabilitas, dan tanggung jawab. Orang yang telah melakukan tindakan korupsi sesungguhnya telah gagal memegang amanah dan sekaligus telah gagal dalam ujian kehidupan yang diberikan Allah kepadanya.13 c. Nilai-nilai Islami dalam Mengutamakan Kerja Keras Mengutamakan kerja keras merupakan karakter seseorang yang lebih mengedepankan usaha yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan sesuatu daripada hanya berharap. Dengan memiliki karakter kerja keras, seseorang tidak akan dengan mudah terjerumus melakukan tindakan korupsi. Walaupun korupsi dapat dijalani dengan mudah, tetapi tentu ia mengandung risiko. Orang yang mengutamakan kerja keras akan selalu bekerja dengan benar lillahita’ala, karena kerja keras merupakan etos kerja islami yang bernilai ibadah. Karakter kerja keras lahir dari kesadaran bahwa kehidupan di dunia ini sementara sifatnya, sebab ada hal yang lebih utama, yaitu kehidupan akhirat yang abadi. Inilah sebetulnya yang
13
Ibid., hlm. 47
36
harus ditanamkan kepada anak didik kita di sekolah maupun di rumah.14 d. Nilai-nilai Islami dalam Kesabaran (sederhana) Sabar adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah (al Sabru). Membiasakan bersikap sabar untuk pertama kalinya memang terasa berat, tetapi dengan membiasakan secara kontinu dalam menahan godaan, maka lama kelamaan Insyaallah akan mampu melakukannya. Dan konsep sabar menjadi sangat dibutuhkan dan memiliki signifikansi yang cukup tinggi untuk membentengi
diri
dari
kecenderungan
menyimpang
yakni
melakukan tindakan korupsi.15 e. Nilai-nilai Islami dalam Keadilan Adil adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah (al Adl). Adil dalam konteks pendidikan antikorupsi hendaknya setiap pelayan masyarakat berlaku adil kepada sesama dan tidak memandang dari penampilan. Semua harus dilayani dengan adil. Dalam konteks pendidikan di sekolah, hendaknya guru berlaku adil di antara anak didikanya, tidak cenderung kepada salah seorang diantara mereka.16 f. Nilai-nilai Islami dalam Istiqamah (berani) Istiqamah adalah bersikap teguh atau keteguhan berpegang kepada sesuatu yang diyakini kebenarannya, dan dia tidak mau 14
Ibid., hlm. 49. Ibid., hlm. 57. 16 Ibid., hlm. 44. 15
37
mengubah keyakinannya itu dalam keadaan bagaimanapun. Suatu proses pendidikan baru akan mencapai hasil optimal apabila telah mempertimbangkan aspek ini. Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek perwujudan Islam, mengambil aspek istiqamah unutk menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat serta senang dang gemar mnegamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan sesama manusia di dalam kehidupannya. Untuk mencapai fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, menuntut guru untuk melakukan proses pendidikan melalui istiqamah ini.17 g. Nilai-nilai Islami dalam Ikhlas (peduli) Ikhlas artinya bersih, murni, dan tidak bercampur dengan yang lain. Sementara ikhlas menurut istilah adalah ketulusan hati dalam melaksanakan sesuatu amal yang baik, semata-mata karena Allah. Apabila pekerjaan dilakukan dengan ikhlas (tulus hati) tidak akan terasa berat, betapapun pekerjaan itu sangat sulit. Jadi, ikhlas ialah mengerjakan sesuatu dengan Lillah. Maksudnya, pertama karena Allah (Lam yang berarti sebab) dan kedua untuk Allah (Lam yang berarti tujuan). Makna tersebut mengandung tingkatan keikhlasan seseorang.
17
Ibid., hlm. 50
38
Hendaknya guru atau seorang pekerja mempunyai sifat ikhlas, sifat ini termasuk sifat rabbaniyah.18 Dan kemuliaan umat ini hanya dapat dicapai dengan jalan mendidik generasi ke generasi, yang diupayakan dengan penuh keikhlasan dan perhatian supaya menggapai kemuliaan Allah. Pada akhirnya juga akan berdampak positif kepada anak didiknya.19 2. Strategi Integrasi dan Pengembangan Pendidikan Antikorupsi di Sekolah a. Integrasi dalam Mata Pelajaran Pada prinsipnya pengintegrasian nilai-nilai dan perilaku antikorupsi bisa dilakukan ke semua mata pelajaran. Namun pada tahap awal pengintegrasian dilakukan kepada tiga mata pelajaran yang dipandang paling relevan, yaitu mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam,
Pendidikan
Kewarganegaraan,
dan
Bahasa
Indonesia. Jika dipandang efektif, ke depan model pengintegrasian ini dapat dijadikan acuan untuk mengintegrasikan pada seluruh mata pelajaran.20
18
Ibid., hlm. 54 Ibid., hlm. 62 20 Direktorat Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi di Madrasah (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2013) hlm. 20 19
39
1) Identifikasi Nilai dan Perilaku Antikorupsi Identifikasi nilai dan perilaku antikorupsi yang diintegrasikan dalam mata pelajaran dapat diidentifikasi sebagai berikut:21 Tabel 3 Nilai dan Perilaku Antikorupsi No.
Nilai dan Perilaku
Ciri-ciri
Antikorupsi 1.
Mengenal perilaku yang harus dihindari.
a. Mengenal ciri-ciri perilaku korupsi
yang
perlu
dihindari. b. Terbiasa melakukan tugas secara tepat waktu c. Menunjukkan contoh kasus perilaku
korupsi
diketahui
di
rumah,
yang di
sekolah, dan di masyarakat. d. Menunjukkan contoh kasus perilaku
yang
tidak
mengandung unsur korupsi yang siswa.
21
Ibid., hlm. 21.
pernah
dilakukan
40
2.
Berlaku
jujur,
disiplin,
a. Berani
mengemukakan
bertanggung jawab, dan adil
seuatu
dalam kehidupan seharihari
keadaan yang sebenarnya.
sesuai
dengan
b. Terbiasa melakukan sesuatu secara tepat waktu. c. Terbiasa melaksanakan tugas secara tepat waktu. d. Terbiasa
berlaku
tidak
memihak kepada siapa pun dalam
melakukan
suatu
tindakan. 3.
Hanya
menerima
pemberian
sesuatu
a. Menolak sesuatu pemberian
dengan
yang tidak sesuai dengan
sesuai
yang menjadi haknya.
haknya. b. Tidak
mau
mengambil
sesuatu yang bukan haknya. 4.
Menghormati dan memenuhi
a. Memberikan sesuatu kepada
hak
orang lain sesuai dengan
orang lain.
haknya. b. Tidak pernah memberikan kepada orang lain sesuatu yang bukan menjadi haknya.
41
5.
Mampu menganalisis sebab dan akibat dari korupsi
dalam
perilaku kehidupan
bermasyarakat
dan
bernegara.
a. Mampu
mengidentifikasi
sebab-sebab
yang
mendorong perilaku
timbulnya korupsi
kehidupan
dalam
bermasyarakat
dan bernegara. b. Mampu
mengidentifikasi
akibat yang ditimbulkan dari perilaku
korupsi
kehidupan
dalam
bermasyarakat
dan bernegara. c. Mampu
mengemukakan
alasan perlunya menghindari perilaku
korupsi
kehidupan
dalam
bermasyarakat
dan bernegara 6.
Memiliki
kebanggaan
berperilaku antikorupsi
a. Bangga
terhadap
perilaku
antikorupsi b. Anti
terhadap
perilaku
a. Menyebarluaskan
gagasan
korupsi 7.
Membudayakan antikorupsi keluarga dan
perilaku dilingkungan
dan
keinginan
menghindari
untuk perilaku
42
Masyarakat
korupsi. b. Menunjukkan untuk
komitmen
menolak
perilaku
teladan
perilaku
korupsi. c. Menjadi
antikorupsi
2) Identifikasi Standar Kompetensi (SK)/Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Pada prinsipnya identifkasi SK/KI dan KD dapat dilakukan terhadap semua mata pelajaran. Identifikasi ini akan menghasilkan
sejumlah
SK/KI
dan
KD
tertentu
yang
mengandung muatan nilai dan perilaku antikorupsi tertentu. Hasilnya ada nilai dan perilaku antikorupsi tertentu yang terkandung dalam sejumlah SK/KI dan KD tertentup pada mata pelajaran tersebut di semua jenjang sekolah dan ada yang hanya terkandung dalam sejumlah SK/KI dan KD pada satu atau dua mata pelajaran di salah satu atau dua jenjang sekolah.22 3) Strategi Integrasi Pada prinsipnya strategi integrasi bisa dilakukan melalui pengembangan materi, metode, media, dan sumber belajar. Integrasi melalui pengembangan materi terutama
22
Ibid., hlm. 22.
43
dilakukan terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang memang sebagian materinya mengandung muatan nilai dan perilaku antikorupsi. Integrasi melalui pengembangan metode, media, dan sumber belajar juga harus dilakukan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama.23 4) Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terintegrasi Pendidikan Antikorupsi a) Model Terintegrasi dalam Mata Pelajaran Penanaman nilai anti korupsi dalam pendidikan anti korupsi juga dapat disampaikan secara terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Guru dapat memilih nilai-nilai yang akan ditanamkan melalui materi bahasan mata pelajarannya. Nilai-nilai anti korupsi dapat ditanamkan melalui beberapa pokok atau sub pokok bahasan yang berkaitan dengan nilainilai hidup. Dengan model seperti ini, semua guru adalah pengajar pembelajaran anti korupsi tanpa kecuali.24 b) Model di Luar Pembelajaran melalui Kegiatan Ekstra Kurikuler Penanaman nilai anti korupsi dapat ditanamkan melalui kegiatan-kegiatan di luar pembelajaran misalnya dalam kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan insidental. Penanaman nilai dengan model ini lebih mengutamakan 23
Ibid., hlm 22. David Wijaya, Pendidikan Antikorupsi untuk Sekolah dan Perguruan Tinggi (Jakarta: Indeks, 2014), hlm.44 24
44
pengolahan dan penanaman nilai melalui suatu kegiatan untuk dibahas dan dikupas nilai-nilai hidupnya. Model ini dapat dilaksanakan oleh guru sekolah/madrasah yang bersangkutan
yang
mendapat
tugas
tersebut
atau
dipercayakan pada lembaga di luar sekolah/madrasah untuk melaksanakannya, misalnya dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).25 c) Model pembudayaan, pembiasaan nilai dalam seluruh aktivitas dan suasana madrasah Penanaman nilai-nilai anti korupsi dapat juga ditanamkan melalui pembudayaan dalam seluruh aktivitas dan
suasana
sekolah/madrasah.
Pembudayaan
akan
menimbulkan suatu pembiasaan. Untuk menumbuhkan budaya anti korupsi sekolah/madrasah perlu merencanakan suatu budaya dan kegiatan pembiasaan. Pembiasaan adalah alat pendidikan. Bagi siswa yang masih kecil, pembiasaan sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktivitas akan menjadi milik siswa di kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang baik pula. Sebaliknya, pembiasaan yang
25
Ibid., hlm. 11.
45
buruk akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang buruk pula.26 5) Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terintegrasi Pendidikan Antikorupsi Terdapat beberapa metode yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran materi anti korupsi, sebagaimana diuraikan berikut ini.27 a) Metode Inquiry Metode inquiry menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nilai-nilai hidup dengan langsung melibatkan siswa
untuk
menemukan
nilai-nilai
tersebut
dalam
pendampingan dan pengarahan guru. Siswa diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan, pendapat, dan penilaian terhadap nilai-nilai yang ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai pemberi informasi satu-satunya dalam menemukan nilai-nilai antikorupsi yang dihayatinya. Guru berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan nilai hidup tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai diantaranya keterbukaan, kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain, sportivitas, kerendahan hati dan toleransi. Melalui metode ini siswa diajak untuk mulai berani mengungkapkan gagasan, pendapat, maupun perasaannya. 26 27
hlm. 185
Ibid., hlm. 11 Muhammad Nurdin, Pendidikan Antikorupsi (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2014),
46
Tahap demi tahap siswa diarahkan untuk menata jalan pikiran, cara berbicara, dan sikap hidupnya. Dengan cara ini siswa diajak untuk belajar menentukan nilai hidup secara benar dan jujur.28 b) Metode Pencarian Bersama (collaborative) Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru. Pencarian bersama lebih berorientasi pada diskusi atas soal-soal yang aktual dalam masyarakat, di mana proses ini diharapkan menumbuhkan sikap berpikir logis, analitis, sistematis, argumentative untuk dapat mengambil nilai-nilai hidup dari masalah yang diolah bersama. Melalui metode ini siswa diajak aktif mencari dan menemukan tema yang sedang berkembang dan menjadi perhatian mengkritisi
bersama. dan
Dengan
mengolahnya,
menemukan siswa
permasalahan,
diharapkan
dapat
mengambil nilai-nilai yang ada dan menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dengan demikian siswa akan aktif sejak dalam proses pencarian tema atau permasalahan yang muncul dalam pendampingan guru. Selain menemukan nilai-nilai dari permasalahan yang diolah, siswa juga diajak untuk secara kritis analitis mengolah sebab akibat dari permasalahan yang muncul
28
Ibid., hlm. 186.
47
tersebut. Siswa diajak untuk tidak cepat menyimpulkan apalagi mengambil sikap, namun dengan cermat dan hati-hati melihat duduk permasalahan untuk sampai pada pengambilan sikap. Siswa diajak untuk melihat realita tidak hanya hitam-putih, tetapi lebih luas lagi yaitu adanya kemungkinan realita abuabu.29 c) Metode Siswa aktif atau Aktivitas Bersama Metode
ini
menekankan
pada
proses
yang
melibatkan siswa sejak awal pembelajaran. Guru memberikan pokok bahasan dan siswa dalam kelompk mencari dan mengembangkan pengamatan,
proses
selanjutnya.
pembahasan
analisis
Siswa
membuat
sampai
proses
penyimpulan atas kegiatan mereka. Metode ini mendorong siswa untuk mempunyai kreativitas, ketelitian, kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, kerja sama, kejujuran, dan daya juang.30 d) Metode Keteladanan (pemodelan) Metode
pemodelan
menekankan
pada
proses
penanaman nilai-nilai antikorupsi kepada siswa melalui keteladanan. Pemeblajaran awal dilakukan dengan mencontoh tetapi siswa perlu diberikan pemahaman mengapa hal tersebut perlu dilakukan. Guru perlu menjelaskan mengapa siswa tidak 29 30
Ibid., hlm. 187 David Wijaya, Op.Cit., hlm. 53.
48
boleh korupsi, menjelaskan bahaya dari tidakan korupsi, mengapa siswa harus jujur atau tidak menyontek pada waktu ulangan. Hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar didasari oleh keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai.31 e) Metode Life In Metode Life in dimaksudkan agar siswa mempunyai pengalaman hidup bersama orang lain langsung dengan situasi yang sangat berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan pengalaman langsung siswa dapat
mengenal
lingkungan hidup yang berbeda dalam cara berpikir, tantangan,
permasalahan,
termasuk
tentang
nilai-nilai
hidupnya. Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara periodik melalui kegiatan lomba-lomba dan sayembara tentang antikorupsi. Dengan cara ini siswa diajak untuk mensyukuri hidupnya yang jauh lebih baik dari orang lain, tumbuh sikap toleran dan sosial yang lebih tinggi pada kehidupan bersama. Siswa perlu mendapat
bimbingan untuk
merefleksikan
pengalaman tersebut, baik secara rasional intelektual maupun dari segi batin rohaninya. Hal ini perlu dijaga jangan sampai
31
Ibid., hlm. 54
49
siswa menanggapi pengalaman ini berlebihan, tetapi haruslah secara wajar dan seimbang.32 f) Metode Penjernihan Nilai atau Klarifikasi Nilai. Latar belakang sosial kehidupan, pendidikan, dan pengalaman dapat membawa perbedaan pemahaman dan penerapan nilai-nilai hidup. Adanya berbagai pandangan hidup dalam masyarakat membuat bingung seorang siswa. Apabila kebingungan ini tidak dapat terungkap dengan baik dan tidak mendapat pendampingan yang baik, ia akan mengalami pembelokan nilai hidup. Oleh karena itu, dibutuhkan proses penjernihan nilai atau klarifikasi nilai dengan dialog afektif dalam bentuk sharing atau diskusi yang mendalam dan intensif.33 Pembelajaran anti korupsi pada prinsipnya adalah menggunakan metode yang melibatkan seluruh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta kecerdasan sosial. Maka pemahaman konsep, pengenalan konteks, reaksi dan aksi menjadi bagian penting dari seluruh metode pendidikan nilainilai antikorupsi. Metode atau cara penyampaian nilai-nilai antikorupsi ini juga penting karena dengan cara penyampaian yang tidak tepat, tujuan yang akan dicapai juga sulit diperoleh.
32
Direktorat Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi di Madrasah (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2013), hlm. 15 33 Ibid., hlm. 16.
50
Supaya tujuan yang akan dicapai dapat diperoleh, dalam penyampaian nilai-nilai anti korupsi, harus digunakan cara-cara yang menarik dan disesuaikan dengan kemampuan siswa didik.34 b. Pengembangan Kegiatan Kesiswaan Pengembangan pendidikan antikorupsi dalam kegiatan kesiswaan dimaksudkan untuk mendorong terjadinya internasilasi nilai dan tumbuhnya sikap dan perilaku Antikorupsi melalui aktivitas dan pengalaman nyata siswa. Pada prinsipnya semua kegiatan kesiswaan secara instrinsik mengandung muatan nilai dan perilaku antikorupsi dengan kadar yang berbeda. Namun jika tidak dikembangkan secara sengaja dan terencana tidak akan dapat tumbuh dan berkembang secara efektif. Kegiatan kesiswaan yang dimaksud baik kegiatan kesiswaan yang selama ini sudah ada dan dilaksanakan maupun yang baru akan diadakan dan dilaksanakan, baik yang dilaksanakan secara rutin maupun insidental. Beberapa kegiatan kesiswaan tersebut diantaranya adalah: (a) Kepengurusan OSIS; (b) Pramuka; (c) Kopsis; (d) PMR; (e) Majalah Dinding atau Majalah Sekolah/Siswa; (f) Peringatan Hari-hari Besar Nasional dan
34
Ibid., hlm. 16.
51
Keagamaan; (g) Pentas Seni; (h) Pertandingan Olahraga, dan sebagainya.35 Di samping berbagai kegiatan di atas masih banyak berbagai kegiatan kesiswaan lainnya yang dapat dikembangkan dengan desain yang bisa menjadi strategi bagi Pendidikan Antikorupsi di sekolah. Pilihan bentiuk dan strategi kegiatan kesiswaan ini tergantung dari kondisi riil dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing sekolah. c. Pembiasaan Perilaku Pengembangan
pendidikan
antikorupsi
melalui
pembiasaan perilaku di sekolah dimaksudkan untuk menciptakan atmosfir dan menumbuhkan budaya Antikorupsi di lingkungan sekolah. Melalui pembiasaan perilaku akan terjadi pengulangan perilaku secara terus menerus dalam kurun waktu yang lama, sehingga perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang tersebut lambat laun secara pasti akan memibiasa dan membudaya dalam kehidupan sehari-hari.36 Strategi Pembiasaan perilaku antikorupsi dapat dilakukan diantaranya dengan: 37 a) Penyampaian Komitmen Antikorupsi dalam Upacara b) Pengadaan Kas Sosial Kelas c) Pengadaan Pos Kehilangan dan Benda Tak Bertuan
35
Muhammad Nurdin, Pendidikan Antikorupsi (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2014),
hlm. 199. 36 37
Ibid., hlm. 204. Ibid., hlm. 205.
52
d) Salam dan Yel-yel Antikorupsi e) Pemasangan Poster atau Karikatur 3. Warung Kejujuran Salah satu contoh penerapan kurikulum yang aplikatif dan efektif dalam pencegahan antikorupsi adalah warung kejujuran. Warung kejujuran adalah sebuah warung yang dikelola oleh anak didik dengan idak ada penunggu warung di sana. Semua transaksi berjalan dnegan swalayan dan kesadaran membayar berapa harga barang yang dibeli. Tanpa ada yang mengawasi. Semua barang ditempeli label harga dan pembeli membayar dengan sadar ke dalam sebuah kotak terbuka berisi uang. Jika uang yang dimasukkan ke kotak perlu kembalian, si pembeli mengambil kembaliannya sendiri. Semua transaksi berjalan tanpa pengawasan, hanya berbekal kejujuran. Warung ini akan melatih kejujuran, sebuah nilai kehidupan yang menjadi cikal bakal hidup terbebas dari korupsi. Evaluasinya, ketika uang itu tidak bertambah sesuai dengan terbelinya barangbarang yang ada di warung tersebut, pendidikan antikorupsi belum berjalan sesuai dengan harapan, maka harus ada evaluasi lebih lanjut. Dengan adanya pendidikan antikorupsi ini, diharapkan akan lahir generasi tanpa korupsi. Harapan awal tentunya ini akan berdampak langsung pada lingkungan sekolah, yaitu pada semua elemen pendidikan, seperti: kepala sekolah, guru, karyawan dan anak didik. Lingkungan sekolah akan menjadi pionir bagi pemberantasan korupsi
53
dan akan merembes ke semua aspek kehidupan bangsa demi mewujudkan indonesia yang dari korupsi.38
38
Ibid., hlm. 147.