BAB II MEDIA CHART DAN PRESTASI BELAJAR
A. Media Chart 1. Pengertian Media Chart Media Chart adalah salah satu dari jenis media grafis yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penrima pesan dimana pesan dituangkan melalui lambang atau simbol-simbol komunikasi visual. Simbol-simbol tersebut harus dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan ila tidak digrafiskan. 1 Metode pembelajaran dengan menggunakan media chart adalah suatu media pengajaran yang penyajiannya secara diagramatik dengan menggunakan lambang-lambang visual untuk mendapatkan sejumlah informasi yang menunjukkan perkembangan ide, obyek, lembaga, orang, keluarga ditinjau dari sudut waktu dan ruang.2 Media chart pertama kali diperkenalkan oleh Josep D. Novak & Grown D.B dalam bukunya Learning How to Learn. Media chart digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsepkonsep dalam bentuk proposisi-proposisi (rancangan usulan) merupakan 1
Basyarudin Ustsman dan Asnawir, Media Pembelajaran (Jakarta: Delia Citra Utama, 2002), hlm. 33. 2 Sri Anitah, Media Pembelajaran (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), hlm. 14.
25
26
dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam satu unit. Dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu media chart hanya terdiri dari atas dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata. Penghubung untuk membentuk suatu proposisi. Setiap media chart memperlihatkan kaitan-kaitan
konsep
yang
bermakna
bagi
orang-orang
yang
menyusunnya.3 Menurut Syaiful Djamarah dan Zain, konsep merupakan kondisi utama yang diperlukan untuk menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan objek-objeknya.4 Novak, J.D & Grown D.B memberikan
gambaran
media chart
seperti
peta jalan. Konsep
digambarkan sebagai nama tempat sedang hubungan digambarkan sebagai jalan, maksudnya adalah hubungan di antara konsep seperti seberkas jaring. Ini merupakan kiasan yang sangat tepat dan menarik terutama jika orang berfikir tentang keterkaitan simpul (konsep) dan ikatan penghubung (hubungan). Hal ini tidak hanya menggambarkan media chart tetapi pengetahuan secara umum. Secara spesifik media chart adalah sebagian contoh yang representatif dari jaringan pengetahuan yang tidak terbatas.5 Hisyam Zaini meninjau dari sisi pengajaran, mengartikan sebagai alternatif untuk mengorganisasi materi dalam bentuk chart (bagan) secara
3
Novak, J. D & Grown D. B. Learning How to Learn (Cambride: University Press, 2004), hlm. 73. 4 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Jakarta: Tim Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 159. 5 Novak, J. D & Grown D. B., op.cit., hlm. 80.
27
holistik, interelasi, dan komprehensif.6 Menurut Triyanto dalam bukunya Model-model
pembelajaran
inovatif
Berorientasi
Konstruktivistik
menjelaskan bahwa Media chart adalah ilustrasi grafis kongkrit yang mengindikasikan bagaimana suatu konsep dihubungkan dengan konsepkonsep yang lain pada kategori yang sama.7 Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa media chart adalah suatu media pengajaran yang penyajiannya secara diagramatik dengan menggunakan lambang-lambang visual untuk mendapatkan sejumlah informasi. 2. Sejarah Lahirnya Media Chart Teknik pemetaan konsep yang dikembangkan oleh Joseph D. Novak dan tim peneliti di Cornell University di tahun 1970-an sebagai sarana mewakili ilmu pengetahuan yang muncul dari siswa. Hal ini kemudian digunakan sebagai alat untuk meningkatkan pembelajaran bermakna dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan dan lainnya serta untuk mewakili ahli pengetahuan individu dan tim dalam pendidikan, pemerintah dan bisnis. Media chart memiliki bentuk asli bahwa mereka dalam aktivitas
belajar
yang
disebut
konstruktivisme.
Secara
khusus,
konstruktivis berpendapat bahwa peserta didik secara aktif membangun pengetahuan. Argumen Novak didasarkan pada teori kognitif David Ausubel (teori asimilasi), yang menekankan pentingnya pengetahuan sebelumnya 6
Hisyam Zaini, Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi. (Yogyakarta: Center for Teaching Staff Development (CTSD) IAIN Sunan Kalijaga, 2002), hlm. 52. 7 Trianto, op.cit., hlm. 159.
28
yang dapat mempelajari konsep baru: “Pembelajaran dipengaruhi oleh faktor pengetahuan siswa tentang kegiatan belajar mengajarnya: hal ini sesuai dengan pernyataan Novak selaku siswa muda berusia enam tahun yang telah berhasil membuat media media chart, dengan contoh pertanyaan: Apa itu air? " "Apa yang menyebabkan musim?" Dalam bukunya Belajar Cara Belajar, Novak menyatakan bahwa "pembelajaran bermakna melibatkan asimilasi konsep baru dan proposisi ke dalam struktur kognitif." Berbagai upaya telah dilakukan untuk konsep proses menciptakan media
chart.
Ray
McAleese,
dalam
serangkaian
artikel,
telah
menyarankan bahwa pemetaan merupakan proses off-loading. McAleese mengacu pada karya Sowa dan kertas dengan Sweller & Chandler Pada intinya, McAleese menunjukkan bahwa proses pembuatan pengetahuan eksplisit, menggunakan hubungan memungkinkan individu menjadi sadar apa yang mereka ketahui dan sebagai hasilnya untuk bisa memodifikasi apa yang mereka ketahui. Maria Birbili berlaku bahwa ide yang sama untuk membantu anak-anak belajar untuk berpikir tentang apa yang mereka ketahui. Wilayah dalam konsep pengetahuan adalah sugesti dari ruang virtual dimana peserta didik dan yang lain mungkin mengeksplorasi apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka tidak tahu.8
8
2014.
http://en.wikipedia.org/wiki/Joseph_D._Novak, diambil pada tanggal 26 September
29
3. Manfaat Media chart Novak, J.D & Grown D.B dalam bukunya Learning How to Learn mengemukakan bahwa alat atau cara bagi para guru yang dapat digunakan untuk mengetahui apa yang telah diketahui para siswa dapat dilakukan dengan pertolongan media chart atau pemetaan konsep. Dengan demikian dapat membantu para guru untuk memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh para siswa. Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam hal pemahaman dalam konsep yang sama.9 Sasaran
utama
strategi
pemetaan
konsep
adalah
untuk
meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa serta prestasi belajar siswa secara inovatif dan kreatif sehingga dapat meningkatkan penguasaan vocabulary dan konsep-konsep essensial dari bidang studi yang dipelajari.10 Pendekatan media chart dalam pembelajaran akan dapat menumbuhkan dan mengembangkan diri siswa berupa : a. Kekuatan untuk mengekspresikan gagasan-gagasanya; b. Kekuatan untuk menanggapi; c. Kekuatan untuk berinteraksi kekuatan untuk bertanya; d. Kekuatan untuk mencipta; dan e. Kekuatan untuk menemukan konsep diri.
9
Novak, J. D & Grown D. B., Op.Cit., hlm. 89. Moh. Amien, Pemetaan Konsep Suatu Teknik untuk Meningkatkan Hasil Belajar yang Bermakna (Yogjakarta: FMIPA- IKIP, 2008), hlm. 90. 10
30
4. Jenis Media Chart Beberapa jenis media chart yang ada antara lain: a. Bagan Pohon (Tree Chart) Bagan pohon (tree chart) ini menggambarkan arus diagram berasal dari akar ke batang, menuju ke cabang-cabang dan rantingranting. Bagan ini juga dapat menggambarkan suatu keadaan pengelompokan. Untuk menghindari kebingungan siswa maka bagan ini dapat digunakan secara bertahap. Peragaan mulai dari bagianbagian yang akan diterangkan lebih dahulu, kemudian disusul dengan bagian lainnya. Bagan pohon (tree chart) memberikan gambaran yang jelas akan bagian dari pokok bahasan materi pembelajaran yang akan disampaikan, dengan bagan ini bagian pokok menjadi akar yang akan menjadi pokok dari seluruh pembahasan. Selanjutnya pokok bahasan akan dikembagkan melalui uraian dalam batang dan ranting pohon yang merupakan jabaran dari pokok bahasan.11 b. Bagan organisasi Bagan organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan susunan dan hirarki suatu organisasi. Bagan semacam ini dihubungkan dengan garis-garis, dan masing-masing garis mempunyai arti tertentu. Dalam bagan organisasi ini dapat dilihat dengan jelas bidang-bidang yang terdapat di dalamnya, dan dapat pula diketahui siapa yang bertanggung jawab, dan otoritas dalam bidang masing-masing serta
11
Basyarudin Ustsman dan Asnawir, op.cit., hlm. 34.
31
dalam organisasi secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, bagan organisasi dapat digunakan dalam pokok bahasan materi yang mempunyai penjabaran tentang pembagian dalam sebuah paparan materi pembelajaran. Setiap bagian merupakan bagian dari penjabaran
pokok
bahasan
yang disampaikan.
Setiap
bagian
mempunyai paparan yang berbeda satu dengan yang lain yang selanjutnya akan dijabarkan lagi dalam sub bagian dalam paparan materinya. 12 c. Bagan Arus (flow chart) Bagan arus disebut juga flow chart menggambarkan arus suatu proses atau dapat pula menelusuri tanggung jawab atau hubungan kerja antara berbagai bagian atau seksi seperti halnya bagan organisasi. Tanda panah seringkali digunakan untuk menggambarkan arah arus tersebut. 13 d. Bagan garis waktu (time line chart) Bagan garis waktu atau disebut juga time line chart adalah bagan yang menunjukkan atau yang menggambarkan kronologi atau hubugan peristiwa dalam suatu periode waktu. Pesan-pesan yang disampaikan biasanya disajikan dalam bagan secara kronologis. 14
12
Ibid., hlm. 36. Ibid., hlm. 37. 14 Ibid., hlm. 38. 13
32
5. Ciri-Ciri Media Chart Media chart sebagai salah satu alat pembelajaran dalam belajar bermakna mempunyai beberapa ciri, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Memperlihatkan konsep-konsep dan susunan atau organisasi suatu bidang studi bermakna. b. Gambar dua dimensi dari suatu disiplin atau suatu bagian dari suatu disiplin, inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proposional (prinsip) antar konsep-konsep. c. Menyatakan hubungan antara konsep-konsep, ini berarti ada beberapa konsep yang lebih inklusif dari pada yang lain d. Tentang Hierarki, hal ini terjadi bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif .15 Dari beberapa ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa media chart merupakan
gambar
dimensi
yang
memuat
konsep-konsep
yang
dihubungkan dengan kata penghubung membentuk proposisi-proposisi. 6. Langkah-Langkah Menyusun Media Chart Pembuatan media chart dilakukan dengan membuat sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atau suatu topic tertentu dihubungkan satu sama lain. Media chart memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Karena itu hendaklah setiap siswa pandai menyusun media chart untuk meyakinkan bahwa pada diri siswa telah
15
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 198.
33
berlangsung belajar bermakna. Adapun langkah-langkah dalam menyusun media chart adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep; b. Mengidentifikasi
ide-ide
atau
konsep-konsep
sekunder
yang
menunjang ide utama; c. Tempatkan ide-ide pokok (utama) di tengah atau puncak peta tersebut; d. Kelompokan ide-ide sekunder disekeliling ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan utama.16 Berdasarkan pendapat diatas, dapatlah dikemukakan langkahlangkah dalam membuat media chart sebagai berikut: a. Menentukan tema-tema yang relevan. b. Mengurutkan tema-tema dari yang paling mudah ke yang paling sulit disertai dengan contoh-contoh. c. Menyusun tema-teman yang relevan di atas kertas d. Menghubungkan tema-tema yang relevan dengan kata-kata atau simbol-simbol untuk selanjutnya dibuat bagan.17 7. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Media Chart a. Kelebihan Media Chart Pada proses belajar mengajar media chart dapat diterapkan untuk berbagai tujuan antara lain : 1) Untuk menyelidiki apa yang telah diketahui siswa; 16 17
Ibid., hlm. 126-128. Trianto, Op.Cit., hlm. 160.
34
2) Digunakan untuk mempelajari bagaimana cara belajar siswa sudah benar atau belum (siswa sudah menguasai konsep atau belum); 3) Dapat digunakan untuk mengungkap konsepsi yang salah; 4) Dapat digunakan untuk evaluasi.18 b.
Kekurangan Media Chart 1) Kurang menanamkan sifat kerjasama anatar siswa; 2) Lebih menonjolkan kerja secara individu; 3) Tidak semua bahasan dapat disajikan dengan menggunakan media chart.19 Penggunaan media chart dalam pembelajaran dapat digunakan untuk memperjelas pemahaman-pemahaman konsep-konsep dan hubungan antar konsep. Media chart dapat menyatakan konsep-konsep baru ataupun lama dalam hubungan yang bermakna dapat terjadi pada diri siswa dan hasil belajar yang optimal akan tercapai. Hasil belajar akan ada bila ada, sesuatu yang diingat dan diperlukan untuk proses belajar selanjutnya. Diharapkan dengan media chart daya ingat siswa dapat ditingkatkan. Penggunaan media chart dalam proses belajar mengajar lebih menuntun peran aktif siswa.
18
Hisyam Zaini, Desain Pembelajaran. (Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002), hlm. 34-35. 19 Ibid., hlm. 37-40.
35
B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia: “Pengertian prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”.20 “Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.21 Menurut Morgan, sebagaimana yang dikutip Sumadi Suryabrata, dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan, mengatakan bahwa: “Belajar adalah setiap pembahasan yang menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan atau pengalaman”.22 Menurut Conny R. Semiawan, dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar, mengatakan bahwa: ”belajar adalah proses eksperimental (pengalaman) yang menghasilkan perubahan perilaku yang relatif permanen yang tidak dapat dijelaskan dengan keadaan sementara kedewasaan, atau tendensi alamiah”.23 Menurut Asri Budiningsih, dalam bukunya yang berjudul Belajar dan Pembelajaran, belajar adalah „perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud konkrit yaitu dapat diamati atau tidak
20
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Cet. 3, hlm. 700. 21 Ibid, hlm. 17. 22 Sumadi Sumabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali, 2001), hlm. 231. 23 Conny R. Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2008), hlm. 2.
36
bewujud konkrit yaitu tidak dapat diamati‟.24 Menurut Melly Sri Sulastri, “belajar adalah perubahan tingkah laku yang diproleh dengan latihan atas dasar kematangan dari orang yang sedang belajar itu”. 25 Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa pengertian “prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian”.26 Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari belajar peserta didik yang diperoleh dari kegiatan sekolah setelah peserta didik berlatih atau belajar dan ditentukan melalui pengukuran atau penilaian. Prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan di sekolah yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu. Prestasi belajar dapat diukur dengan keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran yakni tingkat penguasaan dan perubahan tingkah laku yang dapat diukur tes tertentu dan diwujudkan dalam bentuk skor. 2. Macam-Macam Prestasi Belajar Benyamin S. Bloom secara garis besar membagi prestasi belajar dalam 3 ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. 24
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm.
25
Melly Sri Sulastri Rifai, Bimbingan Perawatan Anak (Jakarta: PT. Rineka Cipts, 2003),
26
Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit., hlm. 895.
21. hlm. 1.
37
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri atas 5 aspek, yaitu menerima, menjawab, menilai, organisasi, karakteristik dengan suatu nilai atau
kompleks
nilai.
Ranah
psikomotorik
berhubungan
dengan
ketrampilan. Yang termasuk dalam ranah psikomotorik diantaranya adalah gerak
reflek,
gerak
fundamental
dasar,
kemampuan
perseptual,
kemampuan fisik, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresi.27 a. Ranah kognitif 1) Tipe prestasi belajar Pengetahuan Tipe prestasi belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkatan rendah yang paling rendah. Namun tipe prestasi belajar ini menjadi pra syarat bagi tipe prestasi belajar berikutnya. Hafal menjadi pra syarat bagi pemahaman. Dalam tipe prestasi belajar ini siswa dituntut untuk menghafal atau mengingat secara garis besarnya saja, tanpa harus memahami apa yang diajarkan oleh guru. Tipe prestasi belajar ini banyak diterapkan bagi siswa taman kanak-kanak dan sekolah dasar. 2) Tipe prestasi belajar Analisis Tipe prestasi belajar analisis adalah usaha memilah suatu integritas
unsur-unsur
atau
bagian-bagian
sehingga
jelas
hirarkhinya dan atau susunanya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian yang tetap terpadu. Dalam
27
Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 701.
38
tipe prestasi belajar ini maka siswa dituntut untuk mampu memahami apa yang telah diajarkan oleh guru dengan penjelasan dan arahan dari guru. Tipe prestasi belajar ini diterapkan bagi siswa sekolah lanjutan pertama dan sekolah lanjutan atas. 3) Tipe prestasi belajar Sintesis Tipe prestasi belajar sintesis merupakan jalan satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan. Dalam tipe prestasi belajar ini maka selain siswa dituntut untuk menghafal dan memahami dituntut pula logika berpikirnya untuk menemukan ide-ide kreatif yang siswa kembangkan berdasarkan pengetahuan yang telah diterimanya dari guru. Tipe prestasi belajar ini banyak dikembangkan pada siswa perguruan tinggi, karena seorang mahasiswa banyak dituntut untuk berpikir kreatif dalam proses pembelajaran. 4) Tipe prestasi belajar Evaluasi Tipe prestasi belajar evaluasi adalah perubahan keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi, dan lain-lain. Pada tipe prestasi belajar ini siswa juga dituntut untuk mengevaluasi hasil belajar yang telah ditempuh. Evaluasi dilakukan bersama-sama dengan guru selaku pembimbing materi. Tipe prestasi belajar evaluasi digunakan oleh semua tingkatan
39
pendidikan mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar hingga perguruan tinggi, karena dalam tipe prestasi belajar ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan hasil yang telah dicapai dari pembelajaran, serta sebagai refleksi pengajaran ke depan. Dengan evaluasi ini pulalah akan diketahui metode pengajaran yang tepat bagi peserta didik. b. Ranah Afektif Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberap ahli menyatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Selama ini penilaian prestasi belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Tipe prestasi belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas kebiasaan belajar dan hubungan-hubungan sosial lainnya. c. Ranah Psikomotorik Prestasi
belajar
psikomotoris
tampak
dalam
bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan ketrampilan, yakni: 1) Gerak refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar). 2) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar. 3) Kemampuan perceptual dan bidang fisik.
40
4) Gerakan-gerakan skill. 5) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi.28 3. Manfaat Prestasi Belajar a. Manfaat bagi guru Dengan mengetahui prestasi belajar, maka guru akan dapat: 1) Mengetahui sampai seberapa bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini akan menentukan pula apakah guru itu harus mengganti cara menerangkan (strategi mengajar) atau tetap dapat menggunakan cara (strategi yang lama). 2) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa. 3) Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang diberikan. b. Manfaat bagi pengembangan materi Dari prestasi belajar, maka akan dapat diketahui hal-hal sebagai berikut: 1) Apakah materi yang telah diberikan merupakan materi yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak. 2) Apakah materi tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan pra syarat yang belum diperhitungkan. 3) Apakah diperlukan alat, sarana dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang dicapai. 28
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 22-31.
41
4) Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat. c. Manfaat bagi siswa Prestasi belajar juga bermanfaat bagi siswa, diantaranya: 1) Untuk mengetahui apakah siswa sudah mempunyai bahan program secara menyeluruh. 2) Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai dengan yang diharapkan, maka siswa merasa mendapat “anggukan kepala” dari guru, dan ini merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang sudah benar. 3) Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah
melakukan
tes,
siswa
mengetahui
kelemahan-
kelemahannya. 4) Sebagai diagnosis. Bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan serangkaian pengetahuan, ketrampilan atau konsep.29 Menurut Dimyati dan Mudjiono, bahwa hasil dari kegiatan evaluasi belajar pada akhirnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk
29
Daryanto, Op.Cit., hlm. 39-41.
42
keperluan hal-hal sebagai berikut: untuk diagnostik dan pengembangan, untuk seleksi, untuk kenaikan kelas, dan untuk penempatan.30 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Suharsimi Arikunto, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor internal. Selain itu, juga dipengaruhi oleh faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor eksternal.31 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut: a. Faktor Internal 1) Kecerdasan Intelegensi atau kecerdasasan ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.32 Dalam buku Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran karya Ngalim Purwanto, William Stern
mengemukakan
batasan
bahwa
intelegensi
adalah
kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya.33
30
Dimiyati dan Mudjiono, .Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Depdiknas, 2004), hlm.
11. 31
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm. 21. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja Karya, 2001), hlm. 52. 33 Ibid, hlm. 53. 32
43
2) Motivasi Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.34 Dalam belajar hendaknya siswa mempunyai motivasi belajar yang kuat, hal ini akan memperbesar kegiatan dan usahanya untuk mencapai prestasi yang tinggi. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau interval dan intensif di luar diri individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat para siswa. 3) Bakat Bakat adalah potensi atau kemampuan apabila diberi kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata. Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.35 Bakat dapat dipengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu, setiap murid mempunyai bakat yang 34
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
35
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali, 2005), hlm. 213.
hlm. 3.
44
berbeda antara satu dengan yang lain. Apabila bakat itu disalurkan, maka tidaklah mustahil ia akan mencapai prestasi yang tinggi, dalam hal ini orang tua harus pandai-pandai dalam menyalurkan bakat anak ke sekolah yang sesuai dengan bakat mereka. Tetapi tidak jarang orang tua menyekolahkan anak mereka ke jalur yang tidak sesuai hanya karena keinginan membantu anak berprestasi sebaik mungkin.36 4) Kondisi Fisik Keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk dapat belajar secara aktif. Seorang murid yang biasanya sering mengalami kesulitan dalam belajar tidak bisa berkonsentrasi pada pelajarannya yang akhirnya mempengaruhi prestasi belajarnya. Dengan demikian kondisi fisik perlu sehat untuk bisa berkonsentrasi dalam belajar dan mencapai prestasi yang memuaskan.37 5) Konsentrasi Kemampuan
berkonsentrasi
dalam
belajar
mutlak
diperlukan, kurang konsentrasi merupakan keluhan yang paling umum di kalangan mahasiswa di dalam belajar. Apakah itu di dalam kelas ataupun di rumah. Diperlukan konsentrasi yang tinggi. Jika dalam mengikuti pelajaran, pikiran kita melayang kemana-
36
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 227. 37 Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 54.
45
mana maka besar kemungkinan kita tidak dapat menangkap materi pelajaran yang diberikan oleh guru. 6) Ambisi dan Tekad Ambisi merupakan tenaga dalam yang sangat besar potensinya. Ambisi dan tekad ini sangat erat hubungannya dengan motivasi. Ambisi perlu dimiliki kalau kita ingin sukses. Tekad sedikit mirip dengan ambisi. Tekad melicinkan ambisi mencapai sukses. Menurut Walter Paule, ada 3 resep mujarab untuk sukses diantaranya: intelegensi, kemauan kerja, konstruktif, dan tekad.38 Ambisi dan tekad untuk sukses merupakan faktor yang sangat menentukan prestasi belajar. Ambisi yang kuat namun tidak berlebihan dapat meningkatkan keyakinan diri. Keyakinan diri ini akan melicinkan jalan mencapai sukses. b. Faktor Eksternal 1) Lingkungan a) Lingkungan Alam Keadaan alam di sekitar tempat belajar sangat mempengaruhi hasil belajar murid-murid. Keadaan alam yang tenang, sejuk membuat murid merasa nyaman untuk belajar, ia tidak terganggu dengan hawa yang panas, udara yang pengap dan lain-lain, sehingga memungkinkan hasil belajarnya akan lebih tinggi. 38
Hasbullah Thorony, Pustaka Sukses Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 35.
46
b) Lingkungan Sosial Lingkungan sosial dapat berpengaruh besar terhadap siswa, pengaruh lingkungan dapat berdampak positif ataupun negatif, itu tergantung mana yang kuat.39 Dari lingkungan keluarga, jika keadaan keluarga kurang harmonis, orang tua atau kakak-kakak kurang perhatian terhadap prestasi belajar siswa
dan
keadaan
menyebabkan
prestasi
ekonomi siswa
yang parah kurang
sekali
baik.
bisa
Lingkungan
masyarakat dan teman juga tidak kalah besar pengaruhnya, kalau siswa bergaul dengan orang pandai, dia bisa ikut pandai, tetapi kalau ia bergaul dengan teman-teman yang berman tanpa mengenal waktu sekolah maka prestasi belajarnya akan terganggu. 2) Faktor Instrumental a) Bahan Pelajaran Bahan pelajaran sangat mempengaruhi prestasi siswa. Jika bahan pelajaran adalah sesuatu yang sulit bagi siswa, maka siswa akan enggan untuk mempengaruhinya, siswa tersebut akan lambat dalam belajar mengenai mata pelajaran itu, makin sulit sesuatu bahan pelajaran, maka makin lambatlah orang mempelajarinya. Sebaliknya semakin mudah bahan pelajaran, maka makin cepatlah orang dalam mempelajarinya.
39
Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 55.
47
Bahan pelajaran yang terlalu panjang juga akan membutuhkan waktu yang lama untuk belajar. Panjangnya waktu belajar dapat menimbulkan beberapa interferensi atas bagian-bagian materi yang dipelajari. Interferensi dapat diartikan sebagai gangguan kesan ingatan akibat terjadinya pertukaran reproduksi antara kesan lama dengan kesan baru. Kedua kesan itu muncul bertukaran sehingga terjadi kesalahan maksud yang tidak disadari.40 b) Guru/Pengajar Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar siswa melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. c) Sarana dan Fasilitas Sarana dan fasilitas yang dibutuhkan di dalam belajar merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi siswa. Jika sudah terpenuhi sarana belajarnya, terpenuhi bisa mencapai prestasi yang baik, kadang justru ada siswa yang 40
hlm. 61.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),
48
keadaan ekonominya terbatas, sehingga ia menggunakna sarana seadanya, akan tetapi tetap giat belajar, jadi tidaklah sulit untuk mencapai prestasi yang baik. 4. Usaha-Usaha Meningkatkan Prestasi Belajar Dalam belajar tidak bisa melepaskan diri dari berbagai hal yang dapat mengantarkan kita berhasil dalam belajar.41 Syaiful Bahri Djamarah memberikan beberapa usaha-usaha untuk meningkatkan prestasi belajar antara lain: a. Belajar Dengan Teratur. Belajar yang teratur merupakan pedoman mutlak yang tidak bisa diabaikan oleh seseorang yang menuntut ilmu.42 b. Disiplin dan Semangat. Webster’s New World Dictionary memberikan batasan disiplin sebagai latihan untuk mengendalikan diri, karakter dan keadaan setertib dan efisien.43 c. Konsentrasi. Konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap sesuatu masalah atau obyek.44 d. Pengaturan Waktu. Waktu diatur menurut kehendak sendiri. Oleh karena itu pengaturan pembagian waktu belajar, bermain, bekerja dan beristirahat hanya dapat diatur oleh dirinya sendiri.45
41 42
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif (Jakarta: Puspa Swara, 2000), hlm. 1. Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002),
hlm. 21. 43
Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia (Jakarta: PT. Dunia Pustika Jaya, 2001), hlm.
44
Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit., hlm. 15. Thursan Hakim, Op.Cit., hlm. 20.
158. 45
49
e. Istirahat dan Tidur. Istirahat dan tidur sangat berguna untuk menghilangkan kelelahan, ketegangan pikiran, ketidak tenangan jiwa dan sebagainya.46 Prestasi belajar seseorang ternyata tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus direncanakan dan diusahakan melalui berbagai cara dan usaha, yang kesemuanya itu tetap bermuara pada satu tujuan yaitu dalam rangka peningkatan prestasi belajar. 5. Cara Evaluasi Prestasi Belajar Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang diadakan oleh guru. Yang dimaksud tes hasil belajar adalah tes dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada siswanya, dosen kepada mahasiswa dalam jangka waktu tertentu.47 Untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar dan mengajar, dapat digunakan dua macam tes, yakni tes lisan dan tes tertulis. Namun pada umumnya seorang guru lebih cenderung menggunakan tes tertulis untuk menguji siswanya. Tes tertulis ini terbagi atas dua, yaitu tes essay dan tes objektif. Tes essay (tes subjektif) merupakan sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan pembahasan atau uraian kata-kata. Soal bentuk essay ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterprestasikan, dan menghubungkan pengertian yang dimiliki. Dengan kata lain, tes essay
46 47
Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit., hlm. 22. Ngalim Purwanto, op.cit., hlm. 33.
50
menuntut siswa untuk mengingat kembali juga harus mempunyai daya kreatifitas yang tinggi.48 Bentuk tes objektif bermacam-macam, antara lain: a. Tes benar salah (true false) yang soalnya berupa pernyataanpernyataan (statemen) jawaban yang diberikan, tinggal menandai pada huruf B atau S. b. Tes pilihan ganda (multiple choice). Suatu tes yang terdiri dari keterangan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya harus memilih dari beberapa kemungkinan jawa ban yang disediakan. c. Menjodohkan (matching test) yaitu tes yang terdiri atas satu pertanyaan dan satu seri jawaban masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. d. Tes Isian (completion test). Tes ini terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang hilang, bagian yang hilang tersebut harus diisi oleh siswa.49 Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai berikut: a. Tes Formatif. Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu. 48
Suharsini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), Cet. 13, hlm. 164. 49 Ibid., hlm. 120-167.
51
b. Tes Subsumatif. Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai raport. c. Tes Sumatif. Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan-bahan pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.50 Menurut Saifudin Azwar dalam bukunya yang berjudul Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pngukuran Prestasi Belajar merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi sebagai berikut: a. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional. b. Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksi atau pengajaran. 50
Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zein, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 120-121.
52
c. Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan. d. Tes prestasi dirancang agar cocok dengan tujuan penggunaan hasilnya. e. Tes prestasi harus dibuat sereliabel mungkin dan harus ditafsirkan hasilnya dengan hati-hati. f. Tes prestasi harus digunakan untuk meningkatkan belajar para siswa.51 Adapun prosedur penilaian secara keseluruhan dalam satu semester yang dimasukkan dalam raport merupakan gabungan dari berbagai penilaian yang sudah dilakukan guru, yaitu dari hasil nilai tes semester, tes sumatif maupun subsumatif yang diadakan. Hasil tes-tes tersebut akan menentukan hasil prestasi siswa dalam satu catur wulan atau semester. Namun satu hal yang harus diakui, terkadang nilai raport anak subjektif dimana seorang guru kadang mempertimbangkan keberadaan seorang siswa yang dinilai dari beberapa aspek, yaitu aspek kognitif, efektif dan psikomotorik. Dalam hubungannya dengan satuan pelajaran, aspek kognitif memegang peranan paling utama yang menjadi tujuan pengajaran di SD, SMP dan SMU pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang menurut Taksonomi Bloom, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Pengukuran ranah efektif, meliputi jenjang kemampuan, yaitu: menerima, menjawab, menilai, organisasi, dan 51
Saifudin Azwar, Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pngukuran Prestasi Belajar (Yogyakarta: Liberty, 2005), hlm. 16-19.
53
karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks lain. Pengukuran ranah psikomotor dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama, yaitu: a. Keterampilan motorik, yaitu memperlihatkan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan), menggerakkan, dan sebagainya. b. Manipulasi benda, seperti menyusun, membentuk, memindahkan, menggeser, mereparasi, dan sebagainya. c. Koordinasi neuromuscular, menghubungkan, mengamati, memotong, dan sebagainya. 52
52
Daryanto, Op.Cit., hlm. 100.