18
BAB II PRESTASI BELAJAR DAN METODE JIGSAW A. Prestasi Belajar Dalam dunia pendidikan masalah prestasi belajar bukan lagi menjadi masalah baru, setiap keberhasilan belajar itu selalu dihubungkan dengan prestasi belajar. Anak dikatakan mempunyai prestasi belajar tinggi, sedang dan kurang biasanya dilihat dari buku laporan hasil belajar yang disebut Raport dan biasanya dalam buku raport tersebut terdapat huruf atau angka yang menunjukan prestasi seseorang. Sebelum membahas tentang prestasi belajar, maka penulis akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian prestasi belajar. 1. Pengertian Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie yang kemudian diambil alih kedalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha atau bukti keberhasilan usaha yang dicapai.1
1
hlm. 768.
W.J.S Poerwadiminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999),
19
WJS Poerwadarminta mengatakan dalam kamus umum bahasa Indonesia, bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai setelah mengikuti pendidikan atau latihan-latihan tertentu.2 Prestasi belajar cenderung menunjukan hasil-hasil nyata dari suatu usaha.3 Jadi seorang akan memperoleh prestasi setelah mengikuti pendidikan atau kegiatan dan latihan tertentu dan mendapat hasil. Menurut Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa prestasi adalah nilai yang harus mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan disetiap mata pelajaran.4 Sedangkan menurut Zainal Arifin dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Intruksional Pendidikan prestasi menjelaskan bahwa adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.5 Jadi prestasi yang dimaksud adalah adanya kecakapan nyata yang dicapai oleh siswa, setelah melalui proses belajar mengajar selama waktu tertentu yang dinyatakan dengan angka atau nilai, angka atau nilai inilah yang menunjukan sebagian dari perilaku siswa sendiri.
2
Ibid, hlm. 768. M Pasaribu dkk, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1984) hlm. 10. 4 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1980), hlm. 269. 5 Zaenal Arifin, Evaluasi Intruksional Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda karya, 1991), hlm. 2. 3
20
b. Pengertian Belajar Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dari tingkah laku yang ditimbulkan dari hubungan dengan lingkunganya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Slameto dan Ali, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.6 Menurut Barlow, dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching – Learning Process mengatakan bahwa belajar adalah a process of progressive behavior adaptation (belajar adalah proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif).7 Morgan, dalam buku Introduction of Psychology mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. Sedangkan
Witherington,
dalam
buku
Educational
of
Psychology, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di
6
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 8. 7 Ibid.,hlm.59.
21
dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.8 Dari beberapa definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja oleh individu sehingga menghasilkan perubahan-perubahan yang relatif tetap dalam pengetahuan, sikap serta tingkah laku dari adanya hubungan dengan lingkungannya. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, percakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek - aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-latihan dengan demikian belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Perubahan yang dihasilkan dari belajar bersifat terus menerus dan berkesinambungan. Perubahan dalam belajar terjadi karena adanya tujuan yang hendak tercapai sehingga terjadi perubahan yang benarbenar disadari. Disamping itu perubahan akibat belajar dapat terjadi 8
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.208.
22
dalam berbagai bentuk perilaku, dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tidak terbatas hanya penambahan pengetahuan saja. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.9 Berdasarkan di atas maka dapat diketahui bahwa prestasi belajar adalah indikator keberhasilan dari usaha yang dicapai anak didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Secara lebih tegasnya dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil kemampuan seseorang (anak didik) yang dicapai melalui proses belajar mengajar dan yang menghasilkan kemampuan tingkah laku atau kecakapan-kecakapan secara maksimal sebagai hasil kegiatan belajar mengajar.10 Adapun yang dimaksud prestasi belajar dalam skripsi ini adalah pada pembelajaran PAI tentang Iman Kepada Rasul-Rasul Allah SWT yang merupakan hasil kemampuan anak didik setelah mengikuti proses belajar mengajar, dan kemudian dinyatakan dalam lambang atau huruf tertentu sebagai tolok ukur keberhasilan belajar. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar individu dapat dibagi dalam dua bagian yaitu:
9
http://melangkahpastismpn9cimahi.blogspot.com/2009/11/pengertian-belajar.html Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
10
hlm. 121.
23
a. Faktor endogen Faktor endogen yaitu semua faktor yang berada dalam diri individu. Faktor internal ini terdiri dari dua faktor yaitu faktor fisik dan faktor psikis. yang termasuk faktor fisik itu antara lain seperti faktor kesehatan. Umpamanya anak yang kurang sehat atau kurang gizi, daya tangkap dan kemampuan belajarnya akan kurang dibandingkan dengan anak yang sehat. Sedangkan faktor psikis yang bisa mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran paling banyak disoroti pada saat ini antara lain faktor intelegensi atau kemampuan, faktor perhatian dan minat, faktor bakat, faktor motivasi, faktor kematangan, dan faktor kepribadian. b. Faktor eksogen Faktor eksogen yaitu semua faktor yang berada diluar diri individu, misalnya orang tua dan guru, atau kondisi lingkungan disekitar individu. Sebagian besar faktor eksogen dapat dibagi menjadi tiga faktor yakni faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan lain diluar keluarga dan sekolah.11 Belajar sebagai proses atau aktivitas yang banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sumadi Suryabrata dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan menyebutkan faktorfaktor yang mempengaruhi belajar antara lain : 11
Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah,(Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 244-248.
24
1) Faktor yang berasal dari luar diri pelajar, meliputi : (a) Faktor-faktor non sosial, misalnya : keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang atau malam), atau alat-alat yang dipakai dalam belajar. (b) Faktor-faktor sosial, misalnya: kehadiran orang lain dalam proses belajar 2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, meliputi: (a) Faktor-faktor fisiologis, misalnya : keadaan tonus jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu terutama fungsi-fungsi panca indra. (b) Faktor psikologis, misalnya : rasa ingin tahu, keinginan mendapatkan simpati, keinginan mendapatkan rasa aman, dan lain sebagainya.12 Bimo Walgito dalam bukunya “Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah”, membagi faktor yang harus diperhatikan dalam belajar ada 3 (tiga) bagian yaitu : 1) Faktor anak atau individu yang belajar 2) Faktor lingkungan anak 3) Faktor bahan atau materi yang dipelajari.13 Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono, faktor yang mempengaruhi belajar adalah :
12
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hlm.249-252. 13 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, 1982). Hlm. 120.
25
1) Cita-cita atau aspirasi siswa, keberhasilan mencapai keinginan tersebut dapat menumbuhkan kemauan, giat melaksanakan aktivitas. 2) Kemampuan siswa, kemampuan ini akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. 3) Kondisi siswa, meliputi kondisi jasmani dan rohani. 4) Kondisi lingkungan siswa, berupa keadaan alam, tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. 5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, diantaranya pemanfaatan sumber belajar. 6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa.14 Berdasarkan beberapa pembagian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi faktor intern dan ekstern. Faktor intern yaitu meliputi : 1) Pembawaan atau bakat yang merupakan potensi yang siap sejak kecil 2) Keadaan psikis, yaitu keadaan jiwa seseorang karena jiwa pusat perbuatan dan tingkah laku. 3) Keadaan fisik atau jasmani, dimana jasmani yang sehat dan kuat akan mempengaruhi terhadap motivasi dalam belajar 4) Tingkat kebutuhan, karena kebutuhan yang besar akan mendorong seseorang untuk lebih giat berusaha memenuhi kebutuhanya sendiri.
14
Dimyati dan Mujiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hlm. 97-99.
26
Faktor ekstern yaitu meliputi : 1) Latihan dan pengalaman, dimana latihan adalah suatu kejadian yang disengaja dilakukan secara berulang-ulang. 2) Keadaan lingkungan, karena manusia tidak pernah lepas dengan lingkungan yang mereka tempati untuk berinteraksi dengan yang lainya. 3) Sarana dan prasarana yang tersedia 4) Upaya guru dalam membelajarkan siswa-siswanya.
B. Metode Jigsaw Learning 1. Pengertian Jigsaw learning merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik “pertukaran dari kelompok kekelompok” ( group-to-group exchange) dengan suatu perbedaan penting setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. Ini adalah alternatif menarik, ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau dipotong dan disaat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain-lain. Setiap peserta didik mempelajari suatu yang dikombinasikan dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain.15 Arti Jigsaw dalam bahasa inggris adalah geraji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyususun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara kerja gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu 15
Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran. ( Yogyakarta: Gama Media,2009) hlm. 140
27
kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.16 Menurut Ismail, metode jigsaw learning adalah belajar melalui tukar delegasi antar kelompok.dengan tujuannya yaitu untuk melatih peserta didik agar terbiasa berdiskusi dan bertangguang jawab secara individu untuk menanamkan tentang suatu materi pokok kepada teman sekelasnya.17 Menurut Rusman Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil.18 Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain. Dengan demikian siswa saling tergantung satu sama lain dan harus bekerjasama secara kooperatif
untuk mempelajari materi yang
ditugaskan.19 Strategi ini merupakan kerja kelompok yang terstruktur didasarkan pada kerjasama dan berbagi tanggung jawab. Strategi ini menjamin agar setiap siswa memilkul suatu tanggung jawab yang jelas dalam
16
Rusman, Op.cit.,hlm. 217 Ismail , Strategi Pembelajaran Agama Islam:Berbasis PAIKEM. (Semarang: Rasil Media Group, 2008) hlm.82 18 Rusman, Op.cit.,hlm. 218 19 Anita lie, Kooperative Learning, Mempraktekan Kooperatif Learning Diruang-Ruang Kelas, (Jakarta: Grasindo, 2002) hlm. 68 17
28
kelompoknya. Kelas diatur kedalam sejumlah kelompok pangkalan yang terdiri dari kira-kira 3 anggota untuk masing-masing kelompok. Didalam kelompok pangkalan yang terdiri dari enam 3 siswa, terdapat 3 pertanyaan untuk dijawab, dalam setiap kelompok pangkalan, setiap siswa meneliti satu isu atau pertanyaan yang berbeda yang kemudian untuk disampaikan kepada yang lainnya.20 Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari 3-4 orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopic yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopic yang sama membentuk kelompok lagi terdiri atas 2 atau 3 orang.21 Lie menyatakan bahwa Jigsaw merupakan salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Banyak riset telah dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar jigsaw. Riset tersebut secara konsisten menunjukan bahwa siswa yang terlibat didalam pembelajaran model kooperatif model Jigsaw ini memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif
20
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. (Jakarta : Gaung Persada Press, 2008) hlm.77 21 Rusman, Op.cit. ,hlm. 217
29
terhadap pembelajaran, disamping saling menghargai perbedaan pendapat orang lain22 Dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model kooperatif jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan ketrampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain. 2. Tujuan pembelajaran metode Jigsaw learning Di atas telah disebutkan bahwa Jigsaw learning adalah salah satu dari model pembelajaran kooperatif learning yang menekankan siswa bekerjasama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi. Johnson & Johnson menyatakan bahwa tujuan pokok belajar koopertif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.23
22
Ibid., hlm. 218 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) hlm. 57 23
30
Zamroni mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial.24 Ibramih mengemukakan bahwa struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka, hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Tujuan- tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan
terhadap
keragaman,
dan
pengembangan
ketrampilan sosial.25 Pembelajaran kooperatif memeberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Pembelajaran
kooperatif
sangat
tepat
digunakan
untuk
melatih
ketrampilan-ketrampilan kerja sama dan kolaborasi, dan juga ketrampilanketrampilan Tanya jawab.26 3. Kelebihan dan kekurangan metode Jigsaw learning a. Kelebihan metode Jigsaw lerning
24
Ibid., hlm. 57 Ibid., hlm.59 26 Ibid., hlm.60 25
31
Jhonson
and
Jhonson
melakukan
penelitan
tentang
pembelajaran kooperatif model jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah : 1) Meningkatkan hasil belajar; 2) Meningkatakan daya ingat; 3) Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi; 4) Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu); 5) Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen; 6) Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah; 7) Meningkatkan sikap positif terhadap guru; 8) Meningkatkan harga diri anak; 9) Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan 10) Meningkatkan ketrampilan hidup bergotong royong.27 b. Kelemahan Metode Jigsaw Learning Dalam pelaksanaan pembelajaran di Sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model kooperatif Jigsaw Learning diantaranya kelemahan penerapan metode ini adalah sebagai berikut : 1) Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran Jigsaw Learning.
27
Rusman, Op.cit., hlm. 219
32
2) Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton. 3) Kurangnya
sosialisasi
dari
pihak
terkait
tentang
teknik
pembelajaran cooperative jigsaw learning. 4) Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran; 5) Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.28 Agar pelaksanaan pembelajaran cooperative teknik Jigsaw ini dapat berjalan dengan baik, maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran Jigsaw learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan; 2) Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas heterogen. 3) Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran cooperative jigsaw learning. 4) Meningkatkan sarana prasarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.
28
Akhmad Sudrajat, Cooperative Learning-Teknik Jigsaw, (http: akhamadsudrajat.wodprees.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw) Diakses , 8 Juli 2012
33
5) Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.29 4. Langkah-Langkah Serta Penerapan Metode Jigsaw Learning a. Langkah-langkah metode jigsaw learning Pembelajaran model jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok Dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi
yang sama, kita sebut sebagai tim ahli yang
bertugas membahas permasalahan yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal disampaikan anggota kelompoknya. Stepen, sikes dan snap, mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif model Jigsaw sebagai berikut : 1) Siswa dikelompokkan ke dalam 1 sampai 5 anggota tim; 2) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda; 3) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan; 4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/ sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka; 5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka
29
Ibid., Diakses , 8 Juli 2012
34
tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama; 6) Tiap tim mempresentasikan hasil diskusi; 7) Guru memberi evaluasi; 8) Penutup.30 b. Prosedur penerapan metode jigsaw lerning 1) Pilihlah materi belajar yang dapat dipisah menjadi bagian-bagian. Sebuah bagian dapat disingkat seperti sebuah kalimat atau beberapa halaman. Contoh diantaranya: -
Sebuah berita memiliki banyak maksud
-
Bagian-bagian ilmu pengetahuan eksperimental.
-
Sebuah teks mempunyai bagian berbeda
-
Sekelompok majalah yang memuat artikel panjang atau jenis bacaan yang lain yang materinya pendek.
2) Hitunglah jumlah bagian belajar dan jumlah peserta didik. Dengan satu cara yang pantas, bagikan tugas yang berbeda kepada kelompok peserta yang berbeda. Contoh : Bayangkan semua kelas terdiri dari 12 orang peserta. Anggaplah anda dapat membagi materi pelajaran dalam
3 bagian, kemudian anda dapat
memebentuk kwarted, berikan tugas setiap kelompok bagian 1,2,3 Mintalah kwartet atau kelompok belajar membaca, mendiskusikan, dan mempelajari materi yang ditugaskan kepada mereka.
30
Rusman, Op.cit.,hlm.220
35
3) Setelah selesai, bentuklah kelompok Jigsaw learning. Setiap kelompok ada seorang wakil dari masing-masing kelompok dalam kelas. Seperti dalam contoh, setiap anggota masing-masing kwartet menghitung 1,2,3 dan 4. Kemudian bentuklah kelompok peserta didik jigsaw learning dengan jumlah sama. Hasilnya akan terdapat 4 kelompok yang terdiri dari 3 orang atau trio. Dalam setiap trio akan ada seorang peserta yang mempelajari bagian 1, seorang untuk bagian , dan seorang bagian 3. 4) Mintalah anggota kelompok jigsaw untuk mengajarkan meteri yang telah dipelajari kepada yang lain. 5) Kumpulkan kembali peserta didik ke kelas besar untuk memeberi usulan dan sisakan pertanyaan guna memastikan pemahaman yang tepat.31
31
Zaenal Mustakim, Op.cit.,hlm. 141